Makalah Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan LBP
Makalah Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan LBP
S DENGAN
DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Asuhan Keperawatan Gerontik Pada
Ny. S Dengan Low Back Pain (LBP) di UPTD Puskesmas Kotabaru tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk kegiatan Pengembangan
Kompetensi pada bidang Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Low Back Pain (LBP)
bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Dalam melaksanakan kegiatan ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan
dukungan dari banyak pihak sehingga laporan ini dapat terselesaikan . Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Maryanto, SKM selaku Kepala Puskesmas di UPTD Puskesmas Kotabaru.
2. Ns. Adriyanti Amran, S.Kep, M.Kes selaku pembimbing yang telah bersedia
membimbing dan memberi arahan dalam menyelesaikan makalah Kegiatan
Pengembangan Kompetensi.
3. Seluruh Rekan kerja di UPTD Puskesmas Kotabaru.
4. Kedua orang tua yang selalu mendukung untuk segala sesuatu yang saya lakukan dalam
hidup.
5. Sigit Nugroho selaku suami dan anak penulis Dalisha Lu’lu’ Mumtazah dan Nayyira
Falisha Ashadiya yang selalu memberi semangat dalam segala hal untuk masa depan.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.
2
DAFTAR ISI
Bab I Pendahuluan :
A. Latar Belakang ……………………………………………………………………. 5
B. Rumusan Masalah ………………………………………………………………… 7
C. Tujuan …………………………………………………………………………….. 7
D. Manfaat …………………………………………………………………………… 8
3
D. Pemeriksaan ……………………………………………………………………… 22
E. Analisa Data ……………………………………………………………………… 24
F. Rencana Asuhan Keperawatan …………………………………………………... 24
G. Catatan Perkembangan …………………………………………………………... 28
Bab IV Pembahasan :
A. Pembahasan ……………………………………………………………………... 30
B. Kesimpulan …………………………………………………………………….... 31
Bab V Penutup :
A. Kesimpulan ……………………………………………………………………… 32
B. Saran …………………………………………………………………………….. 32
BAB I
4
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Low Back Pain (LBP) atau Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah suatu gejala dan
bukan merupakan suatu diagnosis. Pada beberapa kasus gejalanya sesuai dengan
diagnosis patologisnya dengan ketepatan yang tinggi, namun sebagian besar kasus,
diagnosisnya tidak pasti dan berlangsung lama (Wagiu, 2012). LBP atau NPB merupakan
salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat.
Nyeri yang diakibatkan oleh gangguan tersebut salah satunya adalah keluhan nyeri
punggung bawah yang merupakan keluhan paling banyak ditemukan diantara keluhan
nyeri yang lain. Laporan ini berhubungan dengan penetapan dekade 2000-2010 oleh
WHO sebagai dekade tulang dan persendian (Bone and Joint Decade 2000-2010),
dimana penyakit gangguan musculoskeletal telah menjadi masalah yang banyak dijumpai
di pusat-pusat pelayanan kesehatan di seluruh dunia (WHO, 2003).
LBP merupakan keluhan yang spesifik dan paling banyak dikonsultasikan pada
dokter umum. Hampir 70%-80% penduduk negara maju pernah mengalaminya. LBP
merupakan masalah kesehatan yang paling penting di semua negara. Prevalensi
sepanjang hidup (lifetime) populasi dewasa sekitar 70% dan prevalensi dalam 1 tahun
antara 15-45%, dengan puncak prevalensi terjadi pada usia 35 dan 55 tahun. Kebanyakan
LBP akut bersifat self limiting dan hanya 2-7% yang menjadi kronis (Jalaluddin, 2008).
5
Di negara maju seperti di Amerika Serikat prevalensinya dalam satu tahun berkisar
antara 15%-20%, sedangkan berdasarkan kunjungan pasien ke dokter adalah 14,3%
(Meliawan, 2009). Dalam satu tahun terdapat lebih dari 500.000 kasus nyeri punggung
bagian bawah dan dalam 5 tahun angka insiden naik sebanyak 59%. Prevalensi pertahun
mencapai 15 - 45% dengan titik prevalensi 30%.
Sebanyak 80-90% kasus LBP akan sembuh dengan sendirinya selama 2 minggu. Dari
500.000 kasus tersebut 85% penderitanya adalah usia 18-56 tahun (Wheeler, 2013). Di
Swedia, LBP adalah penyebab tersering penyakit kronis pada usia kurang dari 65 tahun
dan peringkat kedua setelah penyakit vaskuler pada usia 65 tahun keatas (Kim, 2005).
LBP merupakan salah satu masalah sosial utama ekonomi utama di Inggris karena 13%
alasan seseorang tidak masuk bekerja disebabkan karena LBP. Insidensi setiap tahun
pada orang dewasa mencapai 45% dan paling banyak menyerang usia 35-55 tahun
(Amroisa, 2006).
Kelompok Studi Nyeri (Pokdi Nyeri) Persatuan Dokter Spesialis Saraf Indonesia
(PERDOSSI) melakukan penelitian pada bulan Mei 2002 di 14 rumah sakit pendidikan,
dengan hasil menunjukkan bahwa jumlah penderita nyeri sebanyak 4456 orang (25% dari
total kunjungan), 1598 orang (35,86%) merupakan penderita nyeri kepala dan 819 orang
(18,37%) adalah penderita LBP (Meliala, 2003). Sementara di Indonesia walaupun data
epidemiologik mengenai LBP belum ada namun diperkirakan 40% penduduk Jawa
Tengah berusia antara 65 tahun pernah menderita nyeri punggung dan prevalensinya
pada laki-laki 18,2% dan pada perempuan 13,6% (Meliawan, 2009).
LBP merupakan salah satu keluhan yang dapat menurunkan produktivitas kerja
manusia (Suharto, 2005). LBP jarang fatal namun nyeri yang dirasakan dapat membuat
penderita mengalami penurunan kemampuan melakukan aktivitas sehari-hari, problema
kesehatan kerja, dan banyak kehilangan jam kerja pada usia produktif maupun usia
lanjut, 3 sehingga merupakan alasan terbanyak dalam mencari pengobatan (Yudiyanta,
2007).
6
Penelitian tentang nyeri punggung bawah yang berhubungan dengan keterbatasan
fungsional aktivitas kehidupan sehari-hari belum banyak dilakukan. Dari 180 penderita
nyeri punggung akut yang di ikuti selama satu tahun ternyata 38% mengalami
keterbatasan fungsional yang menetap. Keterbatasan fungsional yang menetap bukan saja
dipengaruhi oleh beratnya nyeri, tetapi juga faktor premorbid faktor distress psikologi,
rendahnya aktivitas fisik, merokok, ketidakpuasan dalam pekerjaan, dan faktor yang
berhubungan dengan lamanya gejala, luasnya nyeri, dan terbatasnya mobilitas spinal
(Thomas, 1999).
LBP juga memiliki implikasi yang luas dalam bidang ekonomi, terutama segi
pembiayaan. Di Amerika Serikat keterbatasan fungsional karena LBP merupakan alasan
kedua setelah commond cold yang menyebabkan seseorang tidak masuk kerja dan
merupakan penyebab keterbatasan fungsional yang paling sering pada usia di bawah 45
tahun. Biaya yang dikeluarkan setiap tahun untuk diagnosis dan pengobatan LBP
mencapai 23,5 milyar pada tahun 1990 dan kerugian secara tidak langsung pada tahun
yang sama termasuk karena hilangnya penghasilan diperkirakan mencapai 35 milyar
(Amroisa, 2006).
Dari data diatas maka penulis ingin mengetahui hubungan antara intensitas nyeri
dengan keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita Low Back Pain
(LBP).
7
B. Rumusan Masalah
1. Di Indonesia LBP merupakan keluhan kedua paling banyak ditemukan setelah
nyeri kepala.
2. LBP merupakan salah satu keluhan yang menyebabkan penurunan produktivitas
manusia.
3. Intensitas nyeri yang berat sebagai faktor penyebab dari keterbatasan fungsional
aktivitas sehari-hari pada penderita LBP
4. Penderita LBP yang di follow up selama satu tahun ternyata 38% mengalami
keterbatasan fungsional yang menetap.
5. LBP mempunyai implikasi yang luas dari segi ekonomi, terutama segi pembiayaan
Dari data diatas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah terdapat
hubungan yang signifikan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional aktivitas
sehari-hari pada penderita Low Back Pain (LBP)
Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis.
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang (LBP) dan juga
mengembangkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang
dimiliki.
3. Bagi Institusi Rumah Sakit. Karya tulis ini diharapkan sebagai acuan dalam
melakukan asuhan keperawatan khususnya bagi pasien dengan (LBP). 1.3.4 Bagi
Pasien. Untuk menambah wawasan pengetahuan bagi klien yang mengidap penyakit
LBP, dan klien dapat mengatasi penyakit yang diderita klien.
8
C. Tujuan
1. Tujuan Khusus
a. Mengetahui hubungan antara intensitas nyeri dengan keterbatasan fungsional
aktivitas sehari-hari pada penderita LBP.
2. Tujuan Umum
a. Menilai sejauh mana intensitas nyeri dapat mengakibatkan keterbatasan
fungsional aktivitas sehari-hari pada penderita LBP.
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
a. Diharapkan dapat menambah pengetahuan di bidang kedokteran tentang nyeri.
b. Dapat digunakan sebagai salah satu bahan acuan dan manfaat bagi penelitian-
penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Meningkatkan perhatian klinisi pada rehabilitasi pasien-pasien dengan
keterbatasan fungsional aktivitas sehari-hari akibat penyakit muskuloskeletal
untuk mengurangi keterbatasan yang dialami.
b. Diharapkan klinisi dapat memberikan pilihan pengobatan yang lebih baik pada
penderita LBP.
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Nyeri punggung bawah adalah perasaan nyeri di daerah lumbasakral dan sakroiliakal,
nyeri pinggang bawah ini sering disertai penjalaran ketungkai sampai kaki. (Harsono, 2010)
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial. Peraturan utama dalam merawat pasien
dengan nyeri adalah bahwa semua nyeri adalah nyata, meskipun penyebabnya tidak
diketahui. Oleh karena itu, keberadaan nyeri adalah berdasarkan hanya pada laporan pasien.
Low Back Pain adalah suatu tipe nyeri yang membutuhkan pengobatan medis
walaupun sering jika ada trauma secara tiba-tiba dan dapat menjadi kronik pada masalah
kehidupan seperti fisik,mental,social dan ekonomi (Barbara).
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis
dari lumbal sacral pada tulang belakang (Brunner,2012).
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalh pada sendi inter
vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan Low Back Pain adalah
nyeri kronik atau acut didalam lumbal yang biasanya disebabkan trauma atau terdesaknya
otot para vertebra atau tekanan,herniasi dan degenerasi dari nuleus pulposus,kelemahan
otot,osteoartritis dilumbal sacral pada tulang belakang.
10
LPB (Low Back Pain) adalah suatu sindroma nyeri yang terjadi pada regio punggung
bagian bawah yang merupakan akibat dari berbagai sebab. Gangguan ini paling banyak
ditemukan di tempat kerja, terutama pada mereka yang beraktivitas dengan posisi tubuh yang
salah (Anonim, 2003).
LBP adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung bawah, dapat merupakan nyeri
lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah
sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai
dengan 10 penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki. LBP yang lebih dari 6 bulan disebut
kronik (Sadeli et al., 2001).
LBP atau nyeri punggung bawah merupakan salah satu gangguan muskuloskeletal
yang disebabkan oleh aktivitas tubuh yang kurang baik. LBP adalah salah satu keluhan yang
dirasakan oleh sebagian besar pekerja, biasanya mulai dirasakan pada usia 25 tahun, dan
meningkat pada usia 50 tahun (Yunus, 2008).
Anatomi dan Fisiologi Tubuh manusia terdiri dari beberapa sistem, diantaranya yaitu
antaranya adalah sistem rangka, sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem
pernafasan, sistem saraf, sistem penginderaan, sistem otot, dan sebagainya. Sistem tersebut
berkaitan satu dengan yang lainnya berperan menunjang kehidupan manusia. Dalam hal
ergonomik, hal yang paling mempengaruhi yaitu sistem otot, sistem rangka dan sistem syaraf.
11
anggota gerak. Fungsi dari sistem muskuloskeletal adalah mendukung dan melindungi
tubuh dan organ-organnya dalam melakukan gerakan.
Terdapat enam elemen dari muskuloskeletal antara lain : tendon, ligamen, fascia
(pembungkus), kartilago, tulang sendi dan otot. Tendon, ligamen, fascia dan otot sering
disebut sebagai jaringan lunak, sedangkan tulang sendi diperlukan untuk pergerakan
antara segmen tubuh. 21 Sistem otot dan rangka merupakan rangkaian alat gerak
yangmampu mempengaruhi postur dalam bekerja.
Sistem ini berguna dalam mendesain atau merancang tempat kerja, peralatan kerja dan
produk baru yang harus disesuaikan dengan karakteristik manusia. Sistem otot dan
rangka berpengaruh dalam kemampuan dan keterbatasan manusia dalam melakukan
suatu pekerjaan.
a. Tulang Belakang Servikal. Terdiri dari tujuh tulang yang memiliki bentuk tulang
yang kecil dengan spina atau proccesus spinosus (bagian sepertisayap pada belakang
tulang) yang pendek kecuali tulang ke-2 dan ke-7. Tulang ini merupakan tulang
yang mendukung bagian leher
b. Tulang Belakang Thorax. Terdiri dari 12 tulang (tulang dorsal). Proccesus spinosus
pada tulang ini terhubung dengan rusuk. 22 Kemungkinan beberapa gerakan
memutar dapat terjadi pada tulang ini.
12
c. Tulang Belakang Lumbal. Terdiri dari lima tulang yang merupakan bagian yang
paling tegap konstruksinya dan menanggung beban terberat dari tulang yang lainnya.
Bagian ini memungkinkan gerakan fleksi dan ekstensi tubuh, dan beberapa gerakan
rotasi dengan derajat yang kecil.
d. Tulang Belakang Sakrum. Terdiri dari lima tulang dimana tulang - tulangnya
bergabung dan tidak memiliki celah atau intervertebral disc satu sama.
Gambar :
Pada tulang belakang terdapat bantalan yaitu intervertebral disc yang terdapat
di sepanjang tulang belakang sebagai sambungan antar tulang dan berfungsi
melindungi jalinan tulang belakang.
Bagian luar dari bantalan ini terdiri dari annulus fibrosus yang terbuat dari
tulang rawan dan nukleus pulposus yang berbentuk seperti jeli dan mengandung
banyak air.
13
Dengan adanya bantalan ini memungkinkan terjadinya gerakan pada tulang
belakang dan sebagai penahan jika terjadi tekanan pada tulang belakang seperti
dalam keadaan melompat. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini maka tulang dapat
menekan syaraf pada tulang belakang sehingga menimbulkan kesakitan pada
punggung bagian bawah dan kaki. Struktur tulang belakang ini harus dipertahankan
dalam kondisi yang baik agar tidak terjadi kerusakan yang dapat menyebabkan
cidera.
14
Gambar : penampung tulang belakang potongan sagital.
3. Fisiologi Kontraksi Otot. Sistem otot terdiri dari sejumlah besar otot yang
berperandalam pergerakan (body movement) dan menyusun sekitar 40% dari total
massa tubuh manusia. Sel otot merupakan sel khusus yang memiliki kemampuan untuk
melakukan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan gerakan.
Ketika melakukan kontraksi, otot membutuhkan energi yang diperoleh dari reaksi
pemecahan ATP (adenosine triphospate) menjadi (adenosinediphospate) dan energy.
Jika kontraksi dilakukan terus-menerus, aliran darah keotot terhambat sehingga energi
diperoleh dari senyawa glukosa otot (glikogen).
Glukosa kemudian mengalami glikolisis menjadi 25 asam piruvat dan ATP yang
menghasilkan energy untuk kontraksi otot serta asam laktat sebagai produk sampingan
yang mengakibatkan timbulnya rasapegal atau kelelahan. Otot yang bekerja terus -
menerus akan mengalami kejang otot.
15
Terdapat dua jenis kerja otot, yaitu kerja otot statis dan dinamis. Dalam pemanfaatan
energy, pekerjaan dinamis lebih baik dari pada pekerjaan statis. Pada pekerjaan statis,
peredaran darah ke otot berkurang sehingga energi yang dihasilkanpun berkurang pula.
Hal ini menyebabkan konsumsi energy yang lebih besar pada pekerjaan statis dibanding
pekerjaan dinamis pada beban kerja yang sama.
B. ETIOLOGI
Manifestasi Klinis Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun nyeri
punggung kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal, dikaji lokasi nyeri, sifatnya, dan
pelajaran sepanjang serabut saraf (sciatika).
Nyeri yang berasal dari masalah muskuloskeletal biasanya akan semakin jelas pada
gerakan. Juga dievaluasi cara jalan pasien, mobiltas tulang belakang, refleks, panjang
tungkai, kekuatan motoris, dan persepsi sensoris, bersama dengan derajat ketidak nyamanan
yang dialami.
Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukan iritasi
serabut saraf. Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis
(peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebiahan) disertai hilangnya
lengkungan lordotik lumbal yang normal yang mungkin ada deformitas tulang belakang.
Bila pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksai dan
deformitas yang diakibatkan oleh spasmus akan menghilang. 27 Kadang – kadang, dasar
organik nyeri punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stres dapat membangkitkan
spasme otot dan nyeri.
yeri punggung bawah bisa merupakan manifestasi depresi atau konflik mental atau reaksi
terhadap stresor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa penderita dengan nyeri
16
punggung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan keluarga, variabel lingkungan
dan situasi kerja.
Manifestasi Klinis Pasien biasanya mengeluh nyeri punggung akut maupun nyeri
punggung kronis dan kelemahan. Selama wawancara awal, dikaji lokasi nyeri, sifatnya, dan
pelajaran sepanjang serabut saraf (sciatika). Nyeri yang berasal dari masalah muskuloskeletal
biasanya akan semakin jelas pada gerakan. Juga dievaluasi cara jalan pasien, mobiltas tulang
belakang, refleks, panjang tungkai, kekuatan motoris, dan persepsi sensoris, bersama dengan
derajat ketidak nyamanan yang dialami.
Peninggian tungkai dalam keadaan lurus yang mengakibatkan nyeri menunjukan iritasi
serabut saraf. Pemeriksaan fisik dapat menemukan adanya spasme otot paravertebralis
17
(peningkatan tonus otot tulang postural belakang yang berlebiahan) disertai hilangnya
lengkungan lordotik lumbal yang normal yang mungkin ada deformitas tulang belakang. Bila
pasien diperiksa dalam keadaan telungkup, otot paraspinal akan relaksai dan deformitas yang
diakibatkan oleh spasmus akan menghilang. 27 Kadang – kadang, dasar organik nyeri
punggung tak dapat ditemukan. Kecemasan dan stres dapat membangkitkan spasme otot dan
nyeri.
Nyeri punggung bawah bisa merupakan manifestasi depresi atau konflik mental atau
reaksi terhadap stresor lingkungan dan kehidupan. Bila kita memeriksa penderita dengan
nyeri punggung bawah, perawat perlu meninjau kembali hubungan keluarga, variabel
lingkungan dan situasi kerja. 2.1.5 Patofisiologi dan Web of Caution Pada tahap pertama
sobeknya annulus fibrosus itu bersifat sirkumferensial.
Karena adanya gaya traumatic yang berulang, sobekan itu menjadi lebih besar dan timbul
sobekan radial. Apabila hal ini telah terjadi, resiko LBP hanya menunggu waktu dan trauma
berikutnya saja. Gaya presipitasi itu dapat diasumsikan seperti gaya traumatic ketika hendak
menegakan badan waktu terpleset, mengangkat benda berat, dan sebagainya. Menjebolnya
(herniasi) nucleus puposus dapat mencapai ke korpus tulang belakang diatas atau
dibawahnya. Bisa juga menjebol langsung ke kanalis vertebralis.
Menjebolnya sebagian nucleus pulposus ke dalam korpus vertebra dapat dilihat pada foto
rontgen polos dan dikenal sebagai nodusschmorl. Sobekan sirkum ferensial dan radial pada
annulus fibrosus diskus intervertebralis berikut dengan terbentuknya nodus schmorl
merupakan kelainan yang mendasari low back pain subkronis atau kronis yang 28 kemudian
disusul oleh nyeri sepanjang tungkai yang dikenal sebagai iskhialgia atau siatika.
Menjebolnya nucleus pulposus ke kanalis vertebralis berarti bahwa nucleus pulposus
menekan radiks yang bersama-sama arteria radipularis yang berada dalam lapisan dura.
Hal itu terjadi jika penjebolan berada di sisi lateral tidak aka nada radiks yang terkena jika
tempat herniasinya berada di tengah. Pada tingkat L2 dan terus ke bawah tidak terdapat
18
medulla spinalis lagi, maka herniasi yang berada di garis tengah tidak akan menimbulkan
kompresi pada kolumna anterior. Setelah terjadi HNP, sisa diskusintervertebralis mengalami
lisis, sehingga dua corpora vertebra bertumpang tindih tanpa ganjalan.
Manifestasi klinis utama yang muncul adalah rasa nyeri di punggung bawah disertai otot-
otot sekitar lesi dan nyeri tekan. HNP terbagi atas HNP sentral dan HNP lateral. HNP sentral
akan menunjukan paraparesis flasid, parestesia, danretansi urine. Sedangkan HNP lateral
bermanifestasi pada rasa nyeri dan nyeri tekan yang terletak pada punggung bawah, ditengah-
tengah area bokong dan betis, belakang tumit, dan telapak kaki.
Kekuatan ekstensi jari kelima kaki berkurang dan reflex achiler negatife. Pada HNPlateral
L4-L5rasa nyeri dan nyeri tekan didapatkan di punggung bawah, bagian lateralpantat, tungkai
bawah bagian lateral dan di dorsum perdis. Kekuatan ekstensi ibu jarikaki berkurang dan
reflek patella negatif.
Sensibilitas dermatom yang sesuai dengan radiks yang terkena menurun. 29 Pada
percobaan tes laseque atau tes mengangkat tungkai yang lurus (straight legraising), yaitu
mengangkat tungkai secara lurus dengan fleksi pada sendi panggul, akan dirasakan nyeri
disepanjang bagian belakang (tanda laseque positif).
19
e. Nyeri bertambah bila daerah L5 - L1 (garis antara dua Krista iliaka) ditekan. Diskus
intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia bertambah tua. Pada orang muda
diskus terutama tersusun atas fibrokartilago dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan
menjadi fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Degenerasi diskus merupakan 30 penyebab nyeri punggung yang biasa diskus lumbal
bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis paling berat dan perubahan degenerasi
terberat. Penonjolan diskus (herniasi nucleus pulposus) atau kerusakan sendi faset dapat
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis spinalis yang
mengakibatkan nyeri yang menyebar sepanjang saraf tersebut. Sekitar 12% orang dengan
nyeri punggung bawah menderita hernia nucleus pulposus (Brunner & Suddarth, 2002.
C. PATOFISIOLOGI
Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain
Nyeri yang ada pada low Back Pain 2 macam :
1. Nyeri Nosiseptif
Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum, 1/3
bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis) ligamentum
kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua banguan tersebut mengandung nosiseptor yang
peka terhadap berbagai stimulus(mekanik, termal, kimiawi).
Bila reseptor dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab dengan
pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya
persepsinyeri., hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk
memungkinkan berlangsung proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah
kerusakan yang lebih berat adalah spasme otot yang membatasi pergerakan.
20
Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik
picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga, kaya
akan nosiseptor yang merupakan akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan sebagai
sumber nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai
jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor, langsung menyebabkan nyeri dan
sensitisasi menyebabkan hiperalgesia.
2. Persyarafan
a. Ketika dites dengan cahaya dan sentuhan dengan peniti,pasien merasakan sensasi
pada kedua anggota badan,tetapi mengalami sensasi yang lebih kuat pada daerah
yang tidak dirangsang.
b. Tidak terkontrol Bab dan Bak.
3. Nyeri.
a. Nyeri punggung akut maupun kronis lebih dari dua bulan.
b. Nyeri saat berjalan dengan menggunakan tumit.
21
c. Nyeri otot dalam.
d. Nyeri menyebar kebagian bawah belakang kaki.
e. Nyeri panas pada paha bagian belakang atau betis.
f. Nyeri pada pertengahan bokong.
g. Nyeri berat pada kaki semakin meningkat.
E. PENATALAKSANAAN
1. Penata Laksanaan Keperawatan.
a. Informasi dan edukasi.
b. NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal),
latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan
aktivitas.
2. Medis
a. Formakoterapi.
1) NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi
epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
2) NPB kronik : antidepresan trisiklik (amitriptilin) antikonvulsan (gabapentin,
karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid
(kalau sangat diperlukan)
b. Invasif non bedah
1) Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
2) Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang
intractable)
c. Bedah
1) HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi :
a) Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri
berat/intractable / menetap / progresif.
b) Defisit neurologik memburuk.
22
c) Sindroma kauda
F. KOMPLIKASI
1. Spinal stenosis ( penyempitan tulang belakang ).
2. Osteoporosis.
3. Depresi.
4. Stress.
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Neurofisiologik
a. Electromyography (EMG)
b. Need EMG dan H-reflex dianjurkan bila dugaan disfungsi radiks lebih dari 3-4
minggu
c. Bila diagnosis radikulapati sudah pasti secara pemeriksaan klinis, pemeriksaan
elektrofisiologik tidak dianjurkan.
d. Somatosensory Evoked Potensial (SSEP). Berguna untuk stenosis kanal dan
mielopati spinal.
2. Radiologik
a. Foto polos.
b. Tidak direkomendasikan untuk evaluasi rutin penderita NPB.
c. Direkomendasikan untuk menyampingkan adanya kelainan tulang.
d. Mielografi, mielo-CT, CT-Scan, Magnetik Resonance Imaging (MRI)
e. Diindikasikan untuk mencari penyebab nyeri antara lain tumor, HNP perlengketan
f. Discography tidak direkomendasikan pada NPB oleh karena invasive
3. Laboratorium
a. Laju endap darah, darah perifer lengkap, C-reactif protein (CRP), faktor rematoid,
fosfatase alkali / asam, kalsium (atas indikasi)
23
b. Urinalisa, berguna untuk penyakit non spesifik seperti infeksi, hematuri
c. Likuor serebrospinal (atas indikasi)
b. Pemeriksaan Radiologis.
1. Foto Rontgen.
Foto rontgen merupakan tes yang sederhana, dan sangat membantu untuk
menunjukkan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray merupakan penunjang
diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung bawah.Foto X-ray
dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan
dan kiri.
2. MRI.
MRI digunakan untuk melihat defek intra dan ekstra dural serta melihat jaringan
lunak.Pada pemeriksaan dengan MRI bertujuanuntuk melihat vertebra dan 33
level neurologis yang belum jelas, kecurigaan kelainan patologis pada medula
spinalis atau jaringan lunak, menentukan kemungkinan herniasi diskus pada kasus
post operasi, kecurigaan karena infeksi atau neoplasma.
3. CT.
CT-Mielografimielografi merupakan alat diagnostik yang sangat berharga untuk
diagnosisLBP untuk menentukan lokalisasilesi pre-operatif dan menentukan
adanya sekuester diskus yang lepas dan mengeksklusi suatu tumor.
24
H. PENGKAJIAN
4. Pengkajian
a. Riwayat Penyakit
1) Keluhan Utama (keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian)
2) Riwayat penyakit sekarang
3) Diskripsi gejala dan lamanya
4) Dampak gejala terhadap aktifitas harian
5) Respon terhadap pengobatan sebelumnya
6) Riwayat trauma
25
5. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum
b. Pemeriksaan persistem
c. Sistem persepsi dan sensori
d. Sistem persarafan (Pemeiksaan neurologik)
e. Sistem pernafasan
f. Sistem kardiovaskuler
g. Sistem Gastrointestinal
h. Sistem Integumen
i. Sistem Reproduksi
j. Sistem Perkemihan
26
I. DIAGNOSA KEPERAWATAN
J. RENCANA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b/d spasme otot,masalah muskuloskeletal,tekanan saraf
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan nyeri berkurang / hilang dengan
kriteria hasil :
a. Melaporkan nyeri berkurang / hilang
b. Ketegangan otot berkurang / hilang
c. Dapat istirahat
Intervensi :
a. kaji skala nyeri
Rasional : Untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami
b. Jelaskan pada pasien tentang sebab-sebab timbulnya nyeri
Rasional : Untuk mengurangi ketegangan dan memudahkan pasien untuk diajak
bekerjasama dalam melakukan tindakan
c. Ajarkan teknik relaksasi napas dalam
Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan pasien
d. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian analgetik
Rasional : Dapat membantu mengurangi nyeri
27
2. Kerusakan mobilitas fi-sik b.d nyeri, kerusakan muskuloskeletal, keka-kuan sendi atau
kon-traktur.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu mencapai mobilitas
fisik dengan kriteria hasil :
a. Klien dapat melakukan mobilitas secara bertahap dengan tanpa merasakan nyeri.
b. Menggerakkan otot dan sendi
c. Mampu pindah tempat tanpa bantuan
d. Berjalan tanpa bantuan
Intervensi :
a. Pertahankan istirahat tirah baring/duduk jika diperlukan.
Rasional : Istirahat sistemik di anjurkan selama eksaserbasi akut.
b. Bantu dengan rentang gerak aktif pasif jika memungkinkan.
Rasional : Mempertahankan / meningkatlkan fungsi sendi, kekuatan otot dan
stamina.
c. Ubah posisi dengan sesering mungkin.
Rasional : Menghilanhgkan tekanan pada jarinhgan dan meningkatkan sirkulasi
d. Kolaborasi dengan fisioterapi
Rasional : berguna dalam memformulasikan program latihan/aktifitas.
28
Rasional : Dapat membantu meningkatkan istirahat klien dengan baik
c. Jelaskan tentang pentingnya tidur yang cukup selama sakit.
Rasional : Tidur yang cukup dapat meredakan nyeri
d. batasi pengunjung yang datang menjenguk
Rasional : Untuk meminimalkan istirahat yang cukup selama sakit.
Intervensi :
7. Kaji tingkat kecemasan klien
Rasional : memberikan intervensi yang cepat dan tepat
8. Bina hubungan saling percaya antara perawat dan pasien
Rasional : Agar pasien lebih mudah memahami yang dijelaskan tentang penyakitnya
g. Beri kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaannya
Rasional : Untuk mengurangi beban fikiran klien.
h. Beri informasi yang akurat tentang penyakitnya
Rasional : Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang penyakitnya
29
a. Pertahankan mobilitas,kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
Rasional : Mendukung kemandirian fisik/emosional
b. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri
Rasional : menyiapkan untuk meningkatkan kemandirian,yang akan meningkatkan
harga diri.
c. Konsul dengan ahli terapi okupasi
Rasional : berguna untuk menentukan alat bantu untuk memenuhi kebutuhan
individual
d. Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan evaluasi setelahnya.
Rasional : Mengidentifikasi masalah-masalah yang mungkin dihadapi karena tingkat
kemampuan aktual.
K. IMPLEMENTASI
Implementasi adalah suatu serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk
membantu klien dari masalah status kesehatan yang dihadapi kedalam suatu kamus kesehatan
yang lebih baik yang menggambarkan kriteria hasil yang diharapkan (Potter & Perry, 2012).
L. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan
identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawtan tercapai atau tidak. Dalm melakukan
evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam memahami
respon terhadp intervensi keperwtan, kemampuan dalam menggambarkan lesimpulan tentang
tujuan yan dicapi serta kemampuan dalam menghubungkan tindakan keperawatan pada
kriteria hasil.
Pada tahap evalusi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan
mengevaluasi selama proses perawtan berlangsung atau menilai dari respon pasien disebut
evaluasi prose, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan disebut dengan
evaluasi hasil (Hidayat, A.A.A. 2008).
30
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
1. Nama : Ny. S
2. Umur : 67 tahun
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Jl. Duwet Rt. 01/ 05 Komplek Seroja Kel. Harapan Jaya Kec.
Bekasi Utara
6. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
7. Pendidikan : SMA
8. Status : Cerai Mati
B. DATA DASAR
Dilakukan autoanamnesis, 23 September 2019 pukul 09.00 WIB.
1. Keluhan Utama : nyeri punggung bawah dan kesemutan di kedua kaki
2. Riwayat Penyakit Sekarang:
Ny. S mengatakan keluhan saat ini kesemutan di kedua kaki yang terus menerus
sejak 1 tahun 6 bulan yang lalu. Ny. S mengatakan 1 tahun yang lalu dirawat di
RSUD dan dikatakan adanya pengapuran dan saraf terjepit, dan Ny. S tidak dapat
berjalan seperti biasa. Nyeri punggung dirasakan tajam seperti di tusuk-tusuk dan
tidak menjalar.
Saat ini Ny. S sudah bisa beraktivitas minimal berjalan namun perlahna-lahan.
Ny. S mengatakan saat ini kesemutan yang tidak kunjung hilang. BAB dan BAK
tidak ada keluhan. Pasien mengatakan saat BAK aliran kencing lancar, nyeri saat
BAK disangkal, keluarnya pasir saat BAK disangkal. Pasien juga menyangkal
adanya keluhan demam, batuk lama, keringat malam hari, nafsu makan tidak ada
keluhan.
31
Pasien memiliki postur tubuh yang agak membungkuk. Pasien dapat
berkomunikasi dengan baik dan tidak terdapat gangguan orientasi serta memori atau
ingatan.
6. Anamnesis Sistem :
a. Sistem Serebrospinal : Nyeri kepala (-), pingsan (-), kelemahan anggota
gerak bawah kanan dan kiri (+), wajah merot (-), bicara pelo (-),
kesemutan/baal (+)
b. Sistem Kardiovaskuler : Riwayat hipertensi (-), riwayat sakit jantung (-), nyeri
dada (-)
c. Sistem Respirasi : Sesak napas (-), batuk (-)
d. Sistem Gastrointestinal : nyeri perut (-), mual (-), muntah (-), kembung (-),
BAB lancar (+)
e. Sistem Muskuloskeletal : nyeri punggung bawah bagian tengah
32
f. Sistem Integumen : Ruam merah (-)
g. Sistem Urogenital : BAK normal, tidak ada keluhan
C. RESUME ANAMNESIS
Ny. S usia 67 tahun, mengatakan keluhan kesemutan pada kaki kedua kaki sejak nyeri
pinggang kanan menjalar sampai ke ujung kaki 1,5 tahun yang lalu.
Ny. S mengatakan sejak itu mengakibatkan pasien tidak bisa duduk dan berjalan, serta
kesemuatan di kedua kaki sampai saat ini. Ny. S mengatakan tahun lalu sempat dirawat
dan di diagnose oleh dokter saraf terjepit. Ny. S mengatakan sejak saat, dikedua kaki
terasa Kesemutan (+), baal (+), kelemahan anggota gerak (+), untuk aktivitas berjalan
tidak bisa berjalan jauh.
33
P : Fremitus taktil kanan=kiri, ekspansi dinding dada simetris
P : Sonor di kedua lapang paru
A : Vesikuler (Normal/Normal), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Cor : I : Tidak tampak ictus cordis
P : Iktus cordis teraba
P : Batas atas ICS III linea parasternal sinistra Batas kiri ICS V linea
midklavicula sinistra Batas kanan ICS IV linea stemalis dextra
A : BJ I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen : I : Datar, supel
P : Dinding perut supel, turgor kulit baik, hepar dan lien tidak teraba
membesar, tidak ada nyeri tekan abdomen
P : Timpani
A : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Edema (-), sianosis (-), atrofi otot (-), capillary refill <2detik,
akral hangat (+)
2. Status Psikiatrik
Tingkah Laku : Normal
Perasaan Hati : Normal
Orientasi : Normal
Kecerdasan : Normal
Daya Ingat : Normal
3. Status Neurologis
Sikap Tubuh : Lurus dan simetri
Gerakan Abnormal : (-)
Kepala : Normocephal
Sensibilitas : normal
Fungsi Vegetatif : BAB dan BAK normal
Refleks Patologis : Babinsky (-/-), Chaddock (-/-), Gordon (-/-), Oppenheim (-/-),
34
Gonda (-/-), Schaefer (-/-), Hoffman Trommer (-/-)
4. Sosial Ekonomi
E. ANALISA DATA
35
F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
TUJUAN
N DIAG DAN
INTERVENSI RASIONAL IMPLEMENTASI EVALUASI
O NOSA KRITERIA
HASIL
1 Gangg Setelah Ajarkan dan Meningkat mengajarkan S : Klien
uan dilakukan bantu klien kan atau dan membantu mengatak
mobilit tindakan dalam proses mengembal klien dalam an rasa
as fisik keperawatan berpindah ikan proses kesemuta
b.d selama 3x24 (misalnya, gerakan berpindah n masih
nyeri, jam klien daru tempat tubuh yang (misalnya, daru ada
kesem mampu tidur ke terkendali tempat tidur ke
O : Klien
utan mencapai kursi) Meningkat kursi)
tampak
dan mobilitas Berikan kan memberikan
berhati-
kebas fisik tanpa penguatan kepercayaa penguatan
hati
rasa positif n atau positif selama
dalam
kesemutan selama keyakinan aktifitas
aktivitas
dengan aktifitas diri pasien membantu klien
kriteria: Bantu klien Untuk untuk A : Masalah
Klien dapat untuk mencapai menggunakan belum
melakukan menggunaka rasa alas kaki anti teratasi
mobilitas n alas kaki nyaman, slip yang
secara anti slip meningkatk mendukung P:
bertahap yang an untuk berjalan Lanjutka
dengan mendukung integritas mengajarkan n
tanpa untuk kulit, dan klien bagaimana intervensi
merasakan berjalan menumbuh membuat 1-4
kesemutan Ajarkan kan rendaman air
36
dan kebas. klien kemandiria jahe hangat
Penampilan bagaimana n pasien untuk kaki yang
seimbang mengurangi Untuk kesemutan
Menggerak kesemutan mengurangi
otot dan dengan kesemutan
sendi tanpa rendam air
rasa hangat dan
kesemutan jahe
dan kebas
37
atau nyeri klien klien mengajarkan intervensi 1-
sebelumnya. terhadap teknik non 4
Ajarkan perawat farmakologis
teknik non sehingga (relaksasi,
farmakologis dapat lebih distraksi dll)
(relaksasi, kooperatif untuk mengetasi
distraksi dll) dalam nyeri..
untuk program mengevaluasi
mengetasi manajemen tindakan
nyeri.. nyeri. pengurang
Evaluasi Pengalihan nyeri/kontrol
tindakan nyeri nyeri.
pengurang dengan
nyeri/kontrol relaksasi
nyeri. dan
distraksi
dapat
mengurang
i nyeri
yang
sedang
timbul.
Tindakan
evaluatif
terhadap
penangana
n nyeri
dapat
dijadikan
38
rujukan
untuk
penangana
n nyeri
yang
mungkin
muncul
berikutnya
atau yang
sedang
berlangsun
g
G. CATATAN PERKEMBANGAN
NO. DIAGNOSA
HARI/TGL DATA PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN
Senin, 1 S : Klien mengatakan rasa kesemutan masih ada
23-9-2019 Gangguan Mobilitas O : Klien tampak berhati-hati dalam aktivitas
pkl 12.00 Fisik A : Masalah belum teratasi
wib P : Lanjutkan intervensi 1-4
Senin, 2 S : Klien mengatakan ada nyeri di pinggang dan
23-9-2019 Nyeri akut berhubungan lutut kanan
pkl 12.00 dengan agen injuri O : Klien tampak berjalan dengan hati-hati
wib A : Masalah belum teratasi
P : anjutkan intervensi 1-4
39
KEPERAWATAN
Selasa, 1 S : Klien mengatakan rasa kesemutan sudah
24-9-2019 Gangguan Mobilitas berkurang
pkl 12.00 wi Fisik O : Klien tampak masih berhati-hati dalam
aktivitas
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi 1-4
Selasa, 2 S : Klien mengatakan nyeri di pinggang dan lutut
24-9-2019 Nyeri akut berhubungan kanan sudah berkurang
pkl 12.00 dengan agen injuri O : Klien tampak berjalan dengan hati-hati
wib A : Masalah belum teratasi
P : anjutkan intervensi 1-4
NO. DIAGNOSA
HARI/TGL DATA PERKEMBANGAN
KEPERAWATAN
Rabu, 1 S : Klien mengatakan rasa kesemutan sudah
25-9-2019 Gangguan Mobilitas berkurang jauh
pkl 12.00 wi Fisik O : Klien tampak lebih rileksdalam aktivitas
A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan dan dapat dilanjutkan
bila kesemutan berulang dirumah
Rabu, 2 S : Klien mengatakan nyeri di pinggang dan lutut
25-9-2019 Nyeri akut berhubungan kanan sudah berkurang jauh
pkl 12.00 dengan agen injuri O : Klien tampak berjalan dengan rileks
wib A : Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan dan dapat dilanjutkan
bila nyeri berulang dirumah
40
BAB IV
PEMBAHASAN
Penulis melakukan Asuhan Keperawatan Pada Klien Ny. S dengan Low Back Pain
(Nyeri Punggung bawah), ada beberapa hal yang perlu dibahas dan diperhatikan dalam
penerapan kasus keperawatan tersebut. Penulis telah berusaha mencoba menerapkan dan
mengaplikasikan proses Asuahn Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain (Nyeri
Punggung Bawah) sesuai dengan teori – teori yang ada. Untuk melihat lebih jelas asuhan
keperawatan yang diberikan dan sejauh mana keberhasilan yang dicapai, akan diuraikan
sesuai dengan tahap – tahap proses keperawatan di mulai dari pengkajian, diagnosa
keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap yang sistematis dalam mengumpulkan data tentang
individu, keluarga, dan kelompok (Carpenito & Moyet, 2007). Dalam melakukan
pengkajian pada klien Ny.S data didapatkan dari klien, beserta keluarga catatan medis
serta tenaga kesehatan lainnya.
41
dengan penyakit yang sama pinggang terasa sakit Keluarga klien mengatakan saaa itu
klien juga tidak ada makan. Klien juga pinggang terasa sakit dan menjalar ke
punggung.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual / potensial) dari individu
atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat dapat
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau untuk
mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan.
42
3. Diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
2. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan faktor
biologis.
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri. Diagnosa pada kasus yang
tidak ditemukan di teori adalah :
4. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurangi, dan mengatasi masalah – masalah yang telah diidentifikasi dalam
diagnosa keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat
mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efesien.
a. Untuk diagnosa pertama. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, observasi reaksi non 87 verbal dari
ketidak nyamanan, kaji kultur budaya yang mempengaruhi respon nyeri, gunakan
teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri, berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri klien.
43
b. Untuk diagnosa kedua. Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan faktor biologis. Kaji intake dan output klien,tingkatkan intake
makan melalui (Sajikan makanan dalam kondisi hangat, selingi makan dengan
minum, berikan makan tapi sering), kaji tanda – tanda vital klien, berikan makanan
sering tapi sedikit pada klien, berikan semangat dan pujian positif untuk mendorong
kepatuhan.
5. Implementasi Implementasi
adalah realisasi rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Kegiatan dalam pelaksanaan meliputi pengumpulan data 88 berkelanjutan,
mengobservasi respon klien selama dan sesudah pelaksanaan tindakan, serta menilai
data yang baru. Setelah rencana tindakan ditetapkan, maka dilanjutkan dengan
melakukan rencana tersebut dalam bentuk nyata, dalam melakukan asuhan
keperawatan pada klien low back pain, hal ini tidaklah mudah.
a. Untuk diagnosa pertama. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, mengobservasi reaksi non verbal
dari ketidak nyamanan, mengkaji kultur budaya yang mempengaruhi respon nyeri,
44
mengunakan teknik komunikasi teraupetik untuk mengetahui pengalaman nyeri,
memberikan analgetik untuk mengurangi nyeri klien.
6. Evaluasi Evaluasi
adalah penilain dengan cara membandingkan perubahan keadaan pasien
dengan tujuan dan kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan. Dari 3 diagnosa
keperawata yang penulis tegakkan sesuai dengan apa yang 90 penulis temukan dalam
45
melakukan studi kasus dan melakukan asuhan keperawatan,kurang lebih sudah
mencapai perkembangan yang lebih baik dan optimal, maka dari itu dalam melakukan
asuhan keperawatan untuk mencapai hasil yang maksimal memerlukan adanya kerja
sama antara penulis dengan klien, perawat, dokter, dan tim kesehatan lainnya.
46
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Low Back Pain adalah nyeri kronik didalam lumbal,biasanya disebabkan oleh
terdesaknya para vertebral otot, herniasi dan regenerasi dari nucleus pulposus,osteoartritis
dari lumbal sacral pada tulang belakang
Low back pain dapat terjadi pada siapasaja yang mempunyai masalah pada
muskuloskeletal seperti ketegangan lumbosacral akut ,ketidakmampuan ligamen
lumbosacral,kelemahan otot,osteoartritis,spinal stenosis serta masalah pada sendi inter
vertebra dan kaki yang tidak sama panjang.
Kebanyakan nyeri punggung bawah disebabkan oleh salah satu dari berbagai masalah
muskuloskeletal (misal regangan lumbosakral akut, ketidakstabilan ligamen lumbosakral dan
kelemahan otot, osteoartritis tulang belakang, stenosis tulang belakang, masalah diskus
intervertebralis, ketidaksamaan panjang tungkai).
B. SARAN
Diharapkan siswa mampu memahami tentang bagaimana asuhan keperawatan pada
pasien dengan low back pain sehingga dapat meningkatkan kesehatan pekerja yang ada di
masyarakat.
47
DAFTAR PUSTAKA
(2009). Low Back Pain (LBP). Diambil 22 Januari 2014 dari
www.backpainforum.com.
dari http://www.majalah.farmacia.com/default.asp.
Guyton, A C & Hall, J E. (1997). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, editor Bahasa
dari http://www.emidicine.com.
Idyan, Z. (2008). Hubungan Lama duduk Saat Perkuliahan dengan Keluhan Low
48
Long, B (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Maher, S & Pellino. (2002). Aktivitas Tubuh penyebab LBP. Diambil 22 Januari 2014
dari healtcare.uiowa.edu.
Mook, E & Chin, P W. (2004). The Effects of Slow-Stroke Back Massage on Anxiety
dari http://www.scincedirect.com/science.
EGC.
dari http://www.nyeripunggungbawah.com.
(2008). Nyeri Pinggang Bawah (Low Back Pain). Diambil 22 Januari 2014
dari http://www.artikel_nyeri.com.
dari http://www.scribd.com.
49
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Brunner & Suddarth, Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Philadelphia, 2000
Askep LBP (Low Back Pain). Diakses pada tanggal 12 Februaei 2012.
http://nursingbegin.com/askep-lbp/.
Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Low Back Pain. Diakses pada tanggal 12
Elsevier.
Anonim. 2003. Rehabilitasi Medik Cegah Kecacatan Pasien. Pikiran Rakyat Cyber
2006. Bowman JM. The meaning of chronic low back pain. AAOHN-J 1991 Aug;
39(8):381-384.
Brunner & Suddarth. 2002. Alih Bahasa Monica Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1. Jakarta : EGC. Brunner & Suddarth. 2002. Alih
50
Bahasa Monika Ester, SKP ; Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
http://journals.lww.com/spinejournal/fulltext/2011/0210/prevalence_o
Muttaqin, Arif. 2008.Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem
Salemba Medika.
2011.Jakarta : EGC. Sadeli HA, Tjahjono B. 2001. Nyeri punggung bawah. Dalam:
http://arifsugiri.blogspot.com/2008/01/pencegahan-terhadap-ciderapunggung.html.27
Mei 2018.
Yunus, M (2008). Jurnal Hubungan antara posisi duduk dan masa duduk dengan
keluhan nyeri punggung bawah pada pemecah batu granat. Universitas Diponegoro.
51
52