Anda di halaman 1dari 2

1.

Pengertian Riba
Secara bahasa kata riba berarti ziyadah yaitu tambahan, dalam pengertian lain secara
linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar. Ibnu Al Arabi Al Maliki
mendefinisikan riba Sebagai tambahan yang diambil tanpa adanya suatu transaksi
pengganti atau penyeimbang yang dibenarkan Syariah. Badr ad-din al-ayni memberikan
pengertian riba adalah penambahan atas harta pokok tanpa adanya transaksi bisnis real.
iman sarakhsi dan mazhab Hanafi menjelaskan riba adalah tambahan yang disyaratkan
dalam transaksi bisnis tanpa adanya iwadh atau padanan yang dibenarkan Syariah Atas
penambahan tersebut.
berdasarkan beberapa pendapat mengenai riba tersebut secara umum yang dinamakan
riba adalah pengambilan tambahan baik dalam transaksi jual beli maupun pinjam
meminjam tanpa diimbangi oleh suatu transaksi yang dibenarkan oleh syariat maksud
transaksi pengganti atau penyeimbang yaitu transaksi bisnis atau komersial yang
melegitimasi adanya penambahan tersebut secara adil seperti transaksi jual beli gadai
sewa atau bagi hasil proyek.
2. Hukum riba dan dasar hukumnya
ulama Fiqih sepakat menyatakan bahwa muamalah dengan cara riba itu hukumnya
haram keharaman riba ini dapat dijumpai dalam ayat-ayat Alquran.
1) Surat nisa, ayat 160-161
2) Al imron ayat 130
3) Surah al-baqarah, ayat 275
3. Macam-macam Riba
ulama Fiqih membagi riba menjadi dua macam yaitu riba Fadhl dan riba nasiah.
Riba fadhl Adalah riba yang terjadi pada jual-beli barter yaitu kelebihan pada salah satu
jenis harta yang diperjualbelikan dengan ukuran syara. menurut ulama hanafiyah dan
hanabilah menetapkan bahwa illat hukum larangan riba fadhl adalah kelebihan barang
atau harga dari benda sejenis yang diperjualbelikan melalui alat ukur al-wazn
(timbangan) dan al-kail (takaran).
Riba al-nsiah adalah adalah kelebihan atas piutang yang diberikan orang yang
berhutang kepada pemilik modal atau pemberi utang ketika waktu yang disepakati jatuh
tempo. Tambahan bunga itu sebagai imbangan tenggang waktu jatuh tempo ini yang
dinamakan nasiya. apabila pada waktunya sudah jatuh tempo, ternyata yang berurutan
tidak sanggup membayar hutang dan kelebihannya maka waktunya dapat diperpanjang
dan jumlah utang akan bertambah pula.
4. Pendapat ulama tentang illat riba
1) Madzhab hanafi
illat riba fadhl menurut ulama hanafiyah adalah jual beli barang ditakar atau ditimbang
serta barang yang sejenis seperti emas perak gandum kurma garam dan anggur kering
dengan kata lain, jika barang-barang yang sejenis dari barang-barang yang telah disebut
diatas, seperti gandum dengan gandum ditimbang untuk diperjualbelikan dan terdapat
tambahan dari salah satunya, terjadilah riba fadhl.
2) Madzhab malikiyah
Ilat diharamkannya riba menurut ulama malikiyah pada emas dan perak adalah harga,
sedangkan mengenai illat riba dalam makanan, mereka berbeda pendapat dalam
hubungannya dengan riba nasiah dan riba fadhl.
3) Madzhab syafi'i
Ila tribal pada emas dan perak adalah harga, yakni kedua barang tersebut dihargakan
atau menjadi harga sesuatu. begitu pula uang, walaupun bukan terbuat dari emas Uang
pun dapat menjadi harga sesuatu.
4) Madzhab hambali
Pada masa ini terdapat 3 riwayat tentang illat riba, yang paling masyhur adalah seperti
pendapat ulama Hanafiah hanya saja ulama hanabilah mengharamkan pada setiap jual-
beli sejenis yang ditimbang 1 kurma.

Anda mungkin juga menyukai