RIBA QARDH
Sebagaimana telah disinggung pada bagian sebelumnya bahwa riba qardh merupakan
riba yang khas karena riba dalam Al-Quran, sebagaimana dijelaskan oleh sejumlah ulama,
Akad jual beli termasuk akad bisnis ( mu’aqadhat). Sedangkan akad qardh (pinjam-
meminjam) termasuk akad tabarru’, sebagaiman akad wakalah , hawalah, rahn, ‘ariyah, dan
wadi’ah.
Riba qardh muncu karena perbedaan sifat benda yang menjadi objek akad. Cakupan
riba buyu’ tergolong luas karena mencakup benda yang bersifat uang (nuqud /
tsamaniyah) dan benda yang bersifat isti’mali serta istihlaki (konsumtif; yang habis
sekali pakai.). sedangkan riba qardh hanya mencakup sebagiannya saja, yaitu objek yang
Akad qardh merupakan perjanjian para pihak yang bersangkutan untuk melakukan
pada waktu yang telah disepakti. Dari segi sifatnya, akad qardh termasuk kedalam akad
tabarru (sosial), yaitu akad yang bertujuan untuk menolong pihak lain (bukan untuk
mengejar keuntungan).
tetapi, objeknya berbeda, objek akad I’arah adalah harta/benda yang bersifat
isti’mali (tidak habis sekali pakai, misalnya mobil, motor,Gedung, dan meja)
sehingga benda yang dikembalikan kepada pemilik masih sama dengan benda
b. Hubungan riba qardh dengan riba jahiliah yang bersifat khusus terletak pada
posisi tambahan (fadlh). Riba jahiliah adalah tambahan utang sebagai kompensasi
karena gagalnya pihak yang berutang melunasi utangnya pada waktu yang telah
c. Hubungan riba qardh dengan riba fadhl terletak pada cakupan dan cara
benda isti’mali dan istihlaki. Sedangkan riba qardh hanya mencakup tambahan
Dari segi cara pertukaran terlihat bahwa riba fadhl hanya menyangkut pertambahan
(ziyadah) harta sejenis yang dipertukarkan, sedangkan riba qardh berhubungan dengan
tambahan atas harta yang dipertukarkan sekaligus berhubungan dengan jangka waktu
pinjaman.
Muhammad Rasyid Ridha menegaskan bahwa riba qardh tidak termasuk riba jahiliah
sehingga tidak termasuk riba dalam Al-Quran yang diharamkan Allah SWT. Pada
akhirnya, Rafiq Yunus al-Mishri berkesimpulan bahwa riba jahiliah mencakup dua riba,
yaitu riba qardh dan riba jual beli (riba al-buyu’) yang pembayaran harganya dilakukan
secara Tangguh, baik terjadi pada akad pertama (riba qardh) maupun terjadi karena
Akad qardh dianggap termasuk riba jahiliah karena dalam QS. Al-Baqarah (2):245
al-Qurthubi (2/1152) termasuk ulama yang memperkenalkan dua macam qardh , yaitu
qardh yang terhindar dari kesepakatan terkait tambahan atau bunga ( qardh al-hasan) dan
qardh yang tidak terhindar dari kesepakatan terkait tambahan atau bunga (riba qardh).
Ulama yang mengatakan bahwa riba itu ada yang halal , diantaranya adalah Ibn Abbas
(68H) dalam kitab tanwir al-miqbas dan ulama dari kalangan tabi’in ,yaitu Ikhrimah
telah dihalalkan oleh Allah. Akan tetapi, tidak semua jual-beli itu halal karena banyaknya
hadits yang meriwayatkan tentang jual-beli yang diharamkan. Di sisi lain, pada ayat yang
sama dinyatakan bahwa riba adalah haram. Oleh karena itu, pendapat yang logis (ma’qul)
adalah bahwa tidak semua riba itu haram, sebagaiman tidak semua jual-beli itu halal.
Dalam menjelasakan riba halal, Rafiq Yunus al-Mishri berusaha memerincikan riba
hartanya kepada pihak lain dengan harapn akan mendapatkan balasan duniawi (harta)
pengurangan harga (discount; al-hasm al-zamani) tidak termasuk riba karena secara
Bahasa riba berarti tambahan (al -zyadah), sedangkan discount bukanlah tambahan
d. Tambahan harga yang tidak dipersyaratkan; pertukaran benda sejenis dengan akad
qardh , tidak berlaku riba nasa’, tetapi yang berlaku adalah riba fadhl. Hukum riba
e. Riba pertukaran hewan ; Rafiq Yunus al-Mishri menjelaskan pendapat Sa’id Ibn al-
Musayyab yang menyatakan bahwa pertuaran hewan dengan hewan, tidak termasuk
riba.
f. Syuftajah , yaitu pengambian manfaat (bukan tambahan yang berupa barang) atas
Riba halal pada prinsipnya merupakan term yang dikenalkan oleh sahabat, tabi’in, dan
ulama seudahnya, namun secara substansi ulama pada umumnya tidak menyebut riba yang
a. Riba qardh-konsumtif adalah riba -qardh yang terjadi atas akad qardh yang
Sebelum menjelaskan hukum riba, Abd Allah Ibn Muhammad Ibn Hasan al-Sa’idi
mengajukan definisi riba jahiliah secara Bahasa dan istilah. Riba jahiliah secara Bahasa
Pakar hukum yang berpendapat bahwa riba qardh tidak termasuk riba yang haram,
Islam.
b. Putusan (qarar) ulama India (Madzhab Hanafi) yang dikumpulkan dalam satu
Ulama berbeda pendapat dalam menentukan hukum riba qardh dan berbeda pula
a. Muhammad Rasyid Ridha dan ulamma hanafiah berpendapat bahwa riba qardh
tidak termasuk riba jahiliah yang diharamkan dalam Al-Quran dan sunnah. Hadis
yang mengahramkan riba qardh termasuk hadis dha;if yang tertolak ke hujjah-
nya.
b. Jumhur ulama berpendapat bahwa riba qardh merupakan bagian dari riba jahiliah
yang diharamkan dalam Al-Quran, dan dalam riba qardh terkandung riba fadhl.