Anda di halaman 1dari 1

AZURA

Hilmi Robiatul Adawiyah


Sumedang, 02 Oktober 2022
Selamat malam,
Selamat tidur,
Selamat menuai segala rehat yang menuntutnya tercipta malam ini.

Selama aku menulisnya, aku hanya duduk diatas karpet bulu warna biru,
Mataku tertuju pada layar laptop,
Namun otakku senantiasa menghitung selaksa renjana yang tertuju padamu.

Aku tidak terlalu fokus,


Hanya saja segelas air putih di sampingku berhasil membasahi tenggorokan perlahan,
Sedangkan sanubariku mengering ditelan asmara yang kau cipta.

Meski kau tak pernah mencintaiku,


Dan meski selamanya aku mencintaimu tanpa perlu tangan kiri tahu,
Juga meski waktu dan ruang menyanggah seluruh dialogku dengan Tuhan dalam do’a.

Keningku kukerutkan,
Hatiku juga tak berhenti menggerutu,
Mengapa aku harus mencintaimu dengan seluruh sakit?

Bukankah hanya wanita itu yang akan kau puja hingga akhir hayat?
Dan bagimu aku hanya kupu-kupu, bukan!
Bahkan semesta tak pernah membuka peluangnya untuk menyatukan kita.

Wahai aku yang kerdil!


Kau perlu tahu bahwa azura akan gugur,
Maka sungguh keputusanmu untuk mencintainya adalah puncak dari kekerdilanmu.

Anda mungkin juga menyukai