Anda di halaman 1dari 12

JDVA Volume 2, Nomer 2, Oktober2021

PERAN VITAMIN A PADA KULIT

Dhany Prafita Ekasari1, Galuh Dyah Puspitasari2


1&2 Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Dermatologi dan Venereologi,

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang, Indonesia

Abstrak

Peran biologis penting senyawa vitamin A meliputi pengaturan pertumbuhan sel, diferensiasi sel, dan sintesis protein
yang bermanfaat untuk penglihatan, mencegah kanker, perkembangan embrio, fungsi kekebalan tubuh, dan
menjaga kesehatan kulit. Bentuk vitamin A yang memiliki peran aktif adalah retinal dan asam retinoat. Retinal
berperan pada fungsi penglihatan, sedangkan asam retinoat berperan pada kulit. Asam retinoat sebagai bentuk aktif
vitamin A pada kulit dapat mempengaruhi proliferasi dan diferensiasi keratinosit. Oleh karena itu, penyakit kulit yang
muncul akibat defisiensi vitamin A adalah yang terkait dengan gangguan keratinisasi seperti phrynoderma,
dermatomalacia, xerosis, xerostomia, hyposmia, dan hypogeusia. Berbagai penelitian telah membuktikan bahwa
vitamin A dapat menjaga proses diferensiasi keratinosit kulit tetap normal, mengurangi ukuran dan sekresi kelenjar
sebasea, serta berperan sebagai antioksidan. Oleh karena itu vitamin A telah banyak dikembangkan dalam
pengobatan berbagai penyakit kulit seperti psoriasis, akne vulgaris, likhen planus, photoaging/photodamage, dan
keganasan kulit.

Kata kunci : Vitamin A, Manfaat, Defisiensi, Kulit


Email : cyta.raihan@mail.com

THE ROLE OF VITAMIN A IN SKIN


Abstract

The vital biological roles of vitamin A compounds include regulating cell growth, cell differentiation, and
protein synthesis which are beneficial for vision, preventing cancer, embryonic development, immune function, and
maintaining healthy skin. Forms of vitamin A that have an active role are retinal and retinoic acid. Retinal plays a role
in visual function, while retinoic acid plays a role in the skin. Retinoic acid as an active form of vitamin A on the skin
can affect the proliferation and differentiation of keratinocytes. Therefore, skin diseases arising from vitamin A
deficiency are associated with keratinization disorders such as phrynoderma, dermomatolacia, xerosis, xerostomia,
hyposmia, and hypogeusia. Various studies have proven that vitamin A can maintain normal skin keratinocyte
differentiation process, reduce the size and secretion of sebaceous glands, and act as an antioxidant. Therefore,
vitamin A has been widely developed in the treatment of various skin diseases such as psoriasis, acne vulgaris,
lichen planus, photoaging/photodamage, and skin malignancy.

Keywords : Vitamin A, Benefits, Deficiency, Skin


JDVA Volume 2, Nomer 2, Oktober2021

PENDAHULUAN usia prasekolah dan wanita di usia reproduktif


merupakan dua kelompok populasi yang paling
Hingga saat ini, berbagai macam vitamin berisiko.5
telah banyak dimanfaatkan bukan hanya untuk Berbagai penelitian telah membuktikan
memberikan nutrisi dan menjaga kesehatan bahwa vitamin A dapat menjaga proses
kulit, tetapi juga untuk terapi berbagai penyakit diferensiasi keratinosit kulit tetap normal,
kulit. Kulit merupakan organ pertahanan utama mengurangi ukuran dan sekresi kelenjar
tubuh manusia terhadap berbagai faktor sebasea, dan sebagai antioksidan. Oleh karena
eksternal seperti radiasi ultraviolet, infeksi itu vitamin A telah banyak dikembangkan dalam
mikroorganisme patogen, dan stres mekanik pengobatan berbagai penyakit kulit seperti
maupun kimia. Oleh karena itu, integritas dan psoriasis, acne vulgaris, penuaan kulit, dan
fungsi barier kulit perlu terjaga dengan pencegahan kanker kulit.1
memberikan pasokan mikronutrien yang cukup Tujuan penulisan makalah ini untuk
termasuk dari berbagai jenis vitamin.1 membahas mengenai peran dan manfaat
Vitamin-vitamin yang diyakini sangat vitamin A pada kulit serta dampak yang dapat
berkaitan dengan kesehatan kulit adalah vitamin timbul akibat defisiensi vitamin A pada kulit.
A, B3, B8 C, D, E, K dan Q10.1 Vitamin A dan Sehingga makalah ini dapat memberikan
metabolitnya memiliki banyak manfaat bukan manfaat pengetahuan bahwa vitamin A tidak
hanya untuk penglihatan, namun juga kulit. Hal hanya memiliki peran dalam fungsi penglihatan,
ini dikarenakan vitamin A bukan hanya memiliki tetapi juga pada kulit.
peranan penting dalam fungsi fotoreseptor
retina, tetapi juga mempengaruhi proliferasi TINJAUAN PUSTAKA
epitel dan keratinisasi. Dua metabolit vitamin A
yang penting adalah retinal dan asam retinoat Vitamin A merupakan vitamin larut lemak
yang berperan dalam diferensiasi sel. Retinal yang pertama kali ditemukan.6 Vitamin A alami
akan membentuk rodopsin yang berperan ditemukan tahun 1909 oleh Strepp dari ekstrak
penting pada mata, sedangkan asam retinoat kuning telur. Struktur kimia vitamin A berbentuk
banyak berperan pada kulit dan mukosa. Oleh alkohol (retinol) sedangkan derivatnya (retinoid)
karena itu, kekurangan vitamin A dapat dapat berbentuk aldehid (retinal) atau asam
menimbulkan baik dampak pada okular (mata) vitamin A/AVA (tretinoin).7 Vitamin ini berperan
maupun mukokutaneus (kulit dan mukosa).2 penting pada fungsi fotoreseptor retina,
Defisiensi vitamin A juga dapat mempengaruhi proliferasi epitel dan keratinisasi.4 Secara luas
sintesis protein, mempengaruhi pertumbuhan vitamin A merupakan nama generik yang
dan diferensiasi sel.3 Oleh karena itu, anak-anak menyatakan semua retinoid dan
dengan defisiensi vitamin A dapat mengalami prekursor/provitamin A/karotenoid yang
gaangguan pertumbuhan.4 mempunyai aktivitas biologik sebagai retinol.6
Di Indonesia, kasus defisiensi Vitamin A terdiri dari dua bentuk yaitu:
mikronutrien masih cukup tinggi, diperkirakan vitamin A pra-bentuk dan pro-vitamin A. Vitamin
54% anak mengalami defisiensi vitamin A, 50% A pra-bentuk terbagi menjadi 4, yaitu: retinol,
mengalami anemia defisiensi Fe, dan 17% retinal, asam retinoat dan retinil ester.6
mengalami defisiensi zinc.3 Bukan hanya Sedangkan provitamin A dikenal sebagai beta
gangguan pertumbuhan, anak-anak yang karoten. Retinal dan asam retinoat merupakan
mengalami kekurangan nutrisi baik berupa metabolit yang memegang peranan utama.
anemia, defisiensi vitamin A dan vitamin B12 Retinal merupakan komponen kunci turunan
sering dikaitkan dengan penyakit kulit yang rhodopsin, sedangkan asam retinoat
disebut sebagai nutritional dermatosis. Anak mempengaruhi diferensiasi sel. 4
JDVA Volume 2, Nomer 2, Oktober2021

Sumber vitamin A bisa didapat baik dari


pangan nabati maupun hewani, akan tetapi
memiliki bentuk yang berbeda. Pangan nabati
mengandung karotenoid yang merupakan
prekursor (provitamin) vitamin A. Provitamin A
terdiri dari α, β, dan γ- karoten. Beta karoten (β–
karoten) merupakan pigmen kuning dan salah
satu jenis antioksidan yang memegang peran
penting dalam mengurangi reaksi berantai
radikal bebas dalam jaringan. Bentuk ikatan
kimia vitamin A yang aktif dapat berupa retinol
(alkohol), retinal (aldehida) dan asam retinoat
(bentuk asam). Vitamin A yang terdapat dalam
pangan hewani adalah retinol.6
Vitamin A masuk ke dalam tubuh dalam
bentuk provitamin A (ß-karoten) yang berasal
dari sumber pangan nabati atau bentuk retinol Gambar 2. Skema metabolisme vitamin A11
yang berasal dari sumber pangan hewani.
Retinol merupakan bentuk kimia aktif vitamin A Peran vitamin A pada kulit diantaranya
yang paling mudah diserap oleh usus. Ketika adalah sebagai antioksidan dan memperbaiki
diperlukan, retinol akan dilepaskan ke dalam keratinisasi. Betakaroten, salah satu bentuk
darah sebagai Retinol Binding Protein (RBP), vitamin A, merupakan senyawa dengan aktivitas
suatu protein pengangkut spesifik yang diurai antioksidan yang mampu menangkal radikal
oleh hepar. Dalam serum, kompleks RBP-retinol bebas. Antioksidan di dalam tubuh dapat
bergabung dengan transtiretin, suatu protein mencegah kerusakan pada materi genetik
besar yang juga disintesis di hepar. Retinol Deoxyribo Nucleic Acid (DNA) dan Ribonucleic
dalam kompleks tersebut dipindahkan dari Acid (RNA) oleh radikal bebas sehingga laju
serum berupa retinal jika mengalami esterifikasi, mutasi dapat ditekan. Penurunan laju mutasi ini
atau retinoic acid (RA) jika mengalami oksidasi akan berujung pada penurunan risiko
dan digunakan oleh sel sasaran. Sel sasaran pembentukan sel kanker. Aktivitas antioksidan
retinal adalah fotoreseptor retina, sedangkan sel juga terkait erat dengan pencegahan proses
sasaran RA adalah sel epitel. Selanjutnya RA penuaan, terutama pada sel kulit,14,15 Asam
akan terikat pada satu set faktor transkripsi di retinoat merupakan bentuk vitamin A aktif yang
dalam nukleus seperti pada gambar 2. berperan penting pada kulit. Zat ini dapat
Simpanan retinol dapat bertahan di hepar meningkatkan proliferasi dan diferensiasi
selama 6-9 bulan. 4,8,10,11 keratinosit, sehingga meningkatkan turnover
yang dapat memperbaiki keratinisasi.10 Oleh
karena itu asam retinoat diindikasikan pada
penyakit sumbatan folikular, penyakit dengan
hiperkeratosis dan fotoaging.17 Isotretinoin
(asam 13-cis-retinoat, 13-cis-RA) merupakan
inhibitor farmakologis sekresi sebum yang paling
kuat. Pengaruh pada kelenjar sebasea inilah
yang dimanfaatkan pada pengobatan akne.
Asam retinoat merupakan bentuk vitamin A yang
banyak berperan di kulit. Asam retinoat disebut
JDVA Volume 2, Nomer 2, Oktober2021

juga tretinoin atau All-Trans-Retinoic Acid


(ATRA) merupakan turunan All-Trans-Retinol
(vitamin A) dan All-Trans-Retinaldehyde yang
mengalami oksidasi dan berikatan dengan
retinoic acid receptors (RARs).18,19
Asam retinoat (retinoic acid; RA) yang
telah mencapai sel sasaran yaitu sel epitel, akan
melalui beberapa tahap metabolisme.
Mekanisme seluler retinoid diawali ketika retinol
berinteraksi dengan protein spesifik yang
disebut Retinol-Binding Protein (RBP), yang
membantu transfer intraseluler melalui protein
reseptor.7,20 Di dalam keratinosit terjadi proses
konversi retinol menjadi ATRA melalui 2 proses
tahapan, yaitu proses reversibel dan
ireversibel.19 Pada proses reversibel, retinol
(vitamin A alkohol) dikonversi menjadi
Gambar 3. Mekanisme seluler asam retinoat 20
retinaldehid (vitamin A aldehid) yang difasilitasi
oleh Cellular Retinol Binding Protein (CRBP)
Generasi kedua retinoid (monoaromatik)
dalam sitoplasma. Tahap selanjutnya terjadi
berupa analog sintetik dimana satu aspek
proses ireversibel yang terjadi dalam
struktur dasar vitamin A diubah, seperti etretinat
sitoplasma, RA terikat oleh Cellular Retinoid
dan asitretin, namun tidak ada sediaan
Acid Binding Protein (CRABP yaitu protein
topikalnya. Generasi ketiga (poli-aromatik)
pengikat RA seluler) atau dikonversi menjadi
memiliki modifikasi bermakna dari molekul asli,
ATRA, yaitu suatu senyawa yang lebih polar,
seperti adapalen, tazaroten, arotinoid, arotinoid
yang menjadi sasaran metabolisme dan
metil sulfon, dan arotinoid etil ester. Generasi
eliminasi lebih lanjut. 20 Aplikasi all-trans-retinol
keempat (pyranones) adalah seletinoid-G.7,22
atau retinaldehide pada kulit manusia
Retinoid dapat memicu proliferasi sel
menghasilkan perubahan histologis dan
pada epidermis normal dengan memperpendek
molekuler yang mirip dengan kondisi seperti
fase mitosis (pembelahan sel), dan juga
setelah mendapatkan perawatan dengan ATRA.
menormalkan epitel yang mengalami
Dalam kondisi normal, hampir semua efek
hiperproliferasi. Secara invitro, ATRA dapat
vitamin A pada kulit diperantarai oleh ATRA. 7,19
menstimulasi atau sekaligus menginhibisi
Pemakaian dan perkembangan asam
proliferasi keratinosit epidermis.19,23 Stimulasi
retinoat maupun bentuk sintetiknya atau retinoid
proliferasi keratinosit berhubungan dengan
berkembang sangat pesat dalam 2 dekade
induksi cAMP, epidermal growth factor (EGF)
terakhir. Retinaldehid, ATRA atau tretinoin, 13-
receptor binding, protein kinase C (PKC),
cis-asam retinoat (13cis-RA) atau isotretinoin
transforming growth factor alfa (TGF-α). Gen
merupakan generasi pertama retinoid
yang diregulasi oleh reseptor retinoid melibatkan
(nonaromatik). Setelah generasi pertama
EGF. Pada kulit manusia secara in vivo, retinoid
retinoid tersebut, hingga kini telah
menginduksi heparin-binding (HB)-EGF dan
dikembangkan analog vitamin A sintetik baru
amphiregulin (AR), yang menstimulasi
dengan membuat variasi pada struktur cincin
pertumbuhan sel basal melalui aktivasi reseptor
dan rantai samping asam retinoid, sehingga
sel permukaan EGF.19,23 Retinoid mengaktivasi
akan dihasilkan perubahan efektivitas dan
RARs/RXRs heterodimer pada keratinosit
penurunan efek samping.
JDVA Volume 2, Nomer 2, Oktober2021

suprabasal dan menyebabkan aktivasi faktor keratinosit terminal menjadi epitel yang
transkripsi yang belum teridentifikasi. Kemudian menyerupai mukosa nonkeratinisasi. Bentuk
diikuti dengan aktivasi sintesis HB-EGF dan AR. glikosilasi kulit normal yang diterapi dengan
Aktivasi ini akan menginduksi proliferasi ATRA menyerupai glikosilasi epitel mukosa,
keratinosit basal, selanjutnya terjadi dengan pengurangan tonofilamen, penurunan
pengelupasan stratum korneum.7,19,23 kohesi stratum korneum, menghambat fungsi
Vitamin A baik berupa bentuk alami permeabilitas barrier, dan peningkatan
maupun metabolit sintetiknya (retinoid) juga transepidermal water loss. Hal tersebut
dapat mempengaruhi gen-gen keratin. Keratin menyebabkan efek keratolitik retinoid pada
adalah protein filamen intermediate yang kelainan hiperkeratotik. Retinoid juga
mempunyai peranan penting dalam memperlihatkan aktivitas antiinflamasi dengan
mempertahankan stabilitas dan integritas stuktur cara menghambat migrasi neutrofil dari kapiler
epidermis dan jaringan penunjang. Ada dua tipe ke epidermis pada kelainan ini.7,23
gen keratin yaitu Keratin tipe I (KRT 9-20) dan Berdasarkan berbagai mekanisme
Keratin tipe II (KRT 1-8). Pada kulit normal, tersebut, vitamin A dan turunannya memiliki
Keratin 5 (K5) dan Keratin 14 (K14) peranan penting untuk pengobatan penyakit
diekspresikan terutama dalam keratinosit di kulit, antara lain akne vulgaris, psoriasis,
lapisan basal dalam epidermis, kemudian akan fotoaging, kanker kulit, liken planus dan lupus
digantikan dengan ekspresi K1 dan K10 di sel- eritematosus kutis.
sel suprabasal, diikuti oleh ekspresi K2 di
lapisan granulosum. Pada telapak tangan dan Akne Vulgaris
kaki, terdapat ekspresi Keratin tipe I yaitu K9 Retinoid dapat memicu transkripsi gen
pada lapisan suprabasal.24 Beberapa penelitian baik secara langsung maupun tidak langsung.
melaporkan bahwa beberapa keratin Efek langsung diperantarai melalui ikatannya
dipengaruhi oleh retinoid pada percobaan baik terhadap RAREs dari gen target yang aktif
secara in vivo maupun in vitro. Pada percobaan mengalami transkripsi. Selain itu, efek tidak
kultur keratinosit, retinoid meningkatkan sintesis langsung kerja retinoid adalah menurunkan
KRT5, KRT6, KRT14, KRT16, dan KRT17.24,25 regulasi gen yang tidak mengandung RAREs
Dalam epidermis, ekspresi K5 dan K14 oleh sel- pada promoter region-nya misalnya activator
sel progenitor basal mempunyai aktivitas mitotik, protein-1 (AP-1) dan nuclear factor-IL6 (NF-
yang berperan pada epidermal turnover normal IL6).7,19,23 Kompleks reseptor – asam retinoid
dan penyembuhan luka.26 Selain itu, K5 dan K14 dianggap sebagai antagonis faktor transkripsi
juga memiliki fungsi sebagai filamen keratin AP-1 dan NF-IL6. Efek antagonis tersebut dapat
yang menstabilkan adhesi antar sel-sel yang menurunkan regulasi ekspresi gen yang
disebut desmosom dan adhesi antara sel dan responsif terhadap AP-1 dan NF-IL6. AP-1 dan
substratum yang disebut hemidesmosom. Oleh NF-IL6 merupakan faktor transkripsi yang
karena itu, melalui peningkatan ekspresi K5 dan berperan pada proses proliferasi dan respons
K14 setelah pemakaian retinoid dapat inflamasi. Kedua mekanisme tersebut jelas
menginduksi proliferasi keratinosit basal.27 terlihat pada kerja retinoid pada akne. Kompleks
Sedangkan efek inhibisi proliferasi asam retinoat dan RARs pada RAREs akan
epidermis oleh retinoid diperantarai oleh kerja memicu peningkatan diferensiasi keratinosit,
transforming growth factor beta (TGF-β2). TGF- mengurangi adhesi interseluler, dan
β2 memiliki efek menghambat ekspresi K1 dan menormalkan keratinisasi. Kompleks retinoid
K10. K1 dan K10 memiliki peran penting dalam dengan RARs juga mencegah AP-1 terikat pada
diferensiasi keratinosit.27 Sesuai dengan efek AP-1 site sehingga mampu mencegah proliferasi
tersebut, retinoid mengubah diferensiasi dan proinflammatory effects dari AP1. 22
JDVA Volume 2, Nomer 2, Oktober2021

Retinoid topikal meningkatkan dalamnya menyebabkan proliferasi


kecepatan pergantian keratinosit sehingga Proprinibacterium acnes, selanjutnya
berakibat pada peningkatan kecepatan menimbulkan respons inflamasi dengan
proliferasi dan diferensiasi folikel. Kondisi ini mensekresikan lipase, pelepasan faktor
akan mengurangi oklusi folikel dan kemotaktik, dan penarikan polymorphonuclear
mempercepat bersihan mikrokomedo. Selain (PMN). Lipase bakteri memecah trigliserida
itu, retinoid juga melemahkan dan sebum menjadi gliserol, suatu faktor
merenggangkan lapisan statum korneum dan pertumbuhan bagi bakteri, dan asam lemak
mengurangi jumlah korneosit sehingga bebas sebagai senyawa komedogenik dan
permeabilitas kulit meningkat. Selanjutnya, akan proinflamasi. Lipase dan sitokin yang dihasilkan
memudahkan absorpsi obat topikal lainnya, oleh sel PMN berperan dalam merusak dinding
seperti antimikroba atau benzoil peroksida.22 folikel, bahkan menyebabkan ruptur
Selain itu, retinoid juga dapat memengaruhi mikrokomedo. Pelepasan sebum, keratin, dan
produksi sebum. Isotretinoin (13-cis retinoic asam lemak bebas menginduksi reaksi inflamasi
acid, 13-cis RA) adalah inhibitor farmakologis tubuh, dan akibatnya terbentuk papul, pustul
sekresi sebum yang paling kuat. Pengurangan dan nodul inflamasi. Oleh karena itu, dengan
yang signifikan dalam produksi sebum dapat menjadikan mikrokomedo sebagai target,
diamati 2 minggu setelah penggunaan.18 Secara retinoid topikal juga mencegah terbentuknya lesi
histologis, kelenjar sebasea secara nyata inflamasi yang berpotensi sembuh dengan
berkurang ukurannya, dan masing-masing meninggalkan skar/ parut. Sayangnya, pada
sebosit tampak tidak berdiferensiasi dan jumlah banyak pasien, efek samping iritasi akibat
sitoplasmik lipid sebaseanya berkurang banyak. retinoid topikal (berupa eritema, xerosis, rasa
Isotretinoin tidak berinteraksi dengan reseptor terbakar, deskuamasi) mengurangi kepatuhan
retinoid manapun.18 Turunan ini dapat berfungsi dan perbaikan terapi hingga 100%.22
sebagai produk untuk sintesis ATRA, yang
berinteraksi dengan reseptor retinoid yang Psoriasis
diekspresikan dalam sel kelenjar sebaceous Retinoid sistemik termasuk pilihan
RAR( isotipe α dan γ] dan reseptor X retinoid terapi untuk psoriasis. Meskipun mekanisme
(RXR; isotipe α, β, β ], γ). Isotretinoin memiliki pasti belum diketahui tetapi diduga obat tersebut
aksi sebosupresif yang lebih besar daripada berperan dalam mengatur proliferasi epidermis
ATRA maupun 9-cis-retinoic. Berkurangnya dan menghambat interleukin-6 (IL-6) yang
ukuran kelenjar sebasea terjadi karena berperan dalam patogenesis psoriasis,
penghambatan sintesis androgen, penghentian antiinflamasi dengan menghalangi jalur asam
siklus sel, dan apoptosis oleh 13-cis-RA setelah arakidonat sehingga menekan respons
perawatan menggunakan isotretinoin.18 Hal ini kemotaktik dan aktivasi leukosit
sesuai dengan Akman dkk. (2007) yang polimorphonuclear (PMN) pada lesi psoriasis,
melaporkan efektifitas terapi isotretinoin untuk serta menghambat induksi migrasi inhibitory
moderate dan severe acne dengan dosis 0,5 factor related protein-8 (IMRP-8) oleh interferon
mg/kgBB/hari.7 gamma (IFNγ). Inhibitory factor related protein-8
Pada akne, retinoid topikal bekerja tersebut merupakan petanda untuk
membersihkan dan mencegah pembentukan hiperproliferasi dan keratinisasi abnormal.28
mikrokomedo, yang merupakan prekursor lesi Pada psoriasis juga terjadi peningkatan kadar
akneformis. Mikrokomedo terbentuk dari oklusi polyamines yang berperan penting pada
ostium folikuler oleh produksi sebum yang pertumbuhan dan diferensiasi jaringan
diinduksi androgen dan akumulasi sel stratum epidermis. Obat tersebut diduga dapat
korneum. Suasana anaerobik yang terbentuk di mengurangi biosintesis epidermal
JDVA Volume 2, Nomer 2, Oktober2021

polyamine.29,30 Asitretin dan etretinat merupakan photoaging/photodamage dapat menghambat


retinoid sistemik yang telah disetujui pembentukan MMP dengan cara menggagalkan
pemakaiannya oleh Food and Drug Association pembentukan AP-1. AP-1 terbentuk dari
(FDA) pada psoriasis sejak tahun 1997. gabungan faktor transkripsi yang disebut
Rentang dosis adalah 0,5-1mg/kgBB/hari, tetapi dengan C-Jun dan C-Fos. Retinoid mampu
dosis yang lebih rendah (0,3-0,5 mg/kgBB) mencegah penggabungan C-Jun dan C-Fos
dianjurkan pada awal terapi. Setelah 3-4 minggu oleh radiasi UVB sehingga AP-1 tidak
terapi, dosis dapat diturunkan atau dinaikkan terbentuk.19,33 Banyak literatur yang melaporkan
bergantung pada keadaan klinis pasien. penggunaan retinoid topikal dan surgical
Beberapa literatur melaporkan keberhasilan therapy untuk pencegahan dan penanganan
terapi etretinat dan asitretin pada psoriasis. fotoaging, tetapi retinoid sistemik, khususnya
Asitretin dapat juga dikombinasikan dengan isotretinoin masih sangat jarang. Untuk terapi
terapi lain, misalnya fototerapi dengan ultraviolet photoaging, dosis yang digunakan lebih rendah
A (UVA) atau ultraviolet B (UVB) serta dibandingkan dengan terapi akne.34
fotokemoterapi (psoralen UVA/ PUVA) terutama
pada kasus-kasus yang tidak responsif dengan Liken Planus dan Lupus Eritematosus Kutis
monoterapi retinoid. 29,30 Pengobatan retinoid oral (etretinat 75
mg/hari) pada liken planus menunjukkan
Kanker kulit respons memuaskan dalam 3 - 4 minggu.
Indikasi retinoid pada lesi Pengobatan retinoid oral (etretinat dan asitretin
prakanker/kanker kulit, yaitu keratosis aktinik, 50mg/hari) padá lupus eritematosus kutis
karsinoma sel basal, karsinoma sel skuamosa, menunjukkan perbaikan dalam 6 - 8 minggu.
melanoma, leukoplakia, CTCL, juga kelainan Cara kerja retinoid pada kedua penyakit tersebut
yang cenderung disertai perubahan neoplasma belum jelas, diduga melalui perbaikan epidermis
ganas, misal xeroderma pigmentosum.30,31 dan peningkatan diferensiasi epitel sebagai
Retinoid sintetik oral yang digunakan ialah target kerja obat.19,30
isotretinoin, asitretin, dan etretinat. Kemoterapi
dan kemopreventif retinoid memerlukan waktu Defisiensi Vitamin A
lama sehingga perlu diperhatikan efek samping Kekurangan vitamin A dalam tubuh
yang terjadi. Dosis kemoterapi 1,5-2 ditunjukkan dengan kadar serum retinol dalam
mg/kgBB/hari sedangkan dosis kemopreventif darah kurang dari 20μg/dl (nilai normal plasma
0,5 - 1,0 mg/kgBB/hari.30,32 retinol adalah 20 s.d 50 mcg/dL) dan karotenoid
kurang dari 50mcg/dL. Defisiensi vitamin A
Fotoaging dapat dicurigai dengan karakteristik manifestasi
Telah dijelaskan sebelumnya bahwa klinis dan dikonfirmasi dengan pemeriksaan
efek tidak langsung dari kerja retinoid adalah kadar vitamin A serum (plasma retinol).35
menurunkan regulasi gen yang tidak Manifestasi klinis defisiensi Vitamin A
mengandung RAREs pada promoter regionnya dapat berupa gangguan pada mata, kutaneus
misalnya AP-1. AP-1 ini dapat mengaktivasi gen serta mukokutaneus. Gangguan pada mata
yang menghasilkan beberapa collagen- merupakan manifestasi yang paling awal.8
degrading enzyme, misalnya collagenase, Jaringan epitel di mata, paru-paru, dan usus
gelatinase, dan stromelysin yang disebut menjadi rusak pada keadaan defisiensi vitamin
dengan matrix metalloproteinase (MMPs). Pada A. Pada jaringan-jaringan tersebut, turnover
proses photodamage akibat radiasi, UVB atau pergantian sel epitel tinggi. Pada
berperan dalam memicu produksi enzim MMPs manusia, berbagai penelitian menunjukkan
tersebut. Penggunaan retinoid sebagai terapi bahwa level vitamin A yang rendah di sirkulasi
JDVA Volume 2, Nomer 2, Oktober2021

berhubungan dengan meningkatnya risiko Penelitian yang dilakukan oleh


kerusakan epitel di mata.11 Xeroftalmia Ragunatha et al (2011) juga menunjukkan
merupakan manifestasi klinis defisiensi vitamin bahwa 3,2% anak-anak memiliki lesi kulit
hiperpigmentasi keratotik dengan hiperkeratosis
A yang paling spesifik dan mudah dikenali, dan
folikel.37 Sebanyak 6,60% anak-anak yang
dipakai secara pasti untuk menilai status vitamin memiliki hiperkeratosis folikel mengalami
A.6,8 defisiensi vitamin A.3
Manifestasi klinis defisiensi vitamin A
pada kulit dapat menyebabkan keratinisasi yang Kelainan kulit kering bersisik yang
abnormal. All-Trans-Retinoic Acid dapat banyak dialami pasien dengan defisiensi vitamin
menyebabkan stimulasi proliferasi keratinosit A dikenal dengan sebutan “kulit katak” atau
dengan menginduksi heparin-binding (HB)-EGF phrynoderma.4,11 Secara klinis, papula
dan amphiregulin (AR), yang menstimulasi hiperkeratotik bervariasi mulai dari bentukan
pertumbuhan sel. Retinoid juga berperan dalam filiformis, kemudian papula kecil berbentuk
beberapa ekspresi baik gen keratin seperti kerucut dengan sumbatan intrafollicular sentral
KRT5, KRT6, KRT14, KRT16, dan KRT17, serta hingga papula besar dengan pusat bertanduk
protein keratin K1 dan K10.24,25 Retinoid masif. Lesi pertama kali sering muncul pada
meningkatkan ekspresi KRT5 dan KRT14, tetapi permukaan ekstensor pada ekstremitas, bahu,
menurunkan ekspresi K1 dan K10.25,27 Jika dan bokong (gambar 4 dan 5).36 Sebanyak 5%
terjadi defisiensi vitamin A, maka akan terjadi pasien dengan manifestasi okular akibat
sebaliknya. Berbagai faktor tersebut saling defisiensi vitamin A juga mengalami
mempengaruhi sehingga proliferasi dan phrynoderma.37 Phrynoderma tersebut bukan
diferensiasi keratinosit akan terganggu. merupakan gambaran klinis yang spesifik akibat
Akibatnya akan terjadi penurunan epidermal defisiensi vitamin A, karena dapat juga muncul
turnover sedangkan proliferasi keratinosit akibat defisiensi vitamin B kompleks, vitamin C,
epidermis menjadi tidak terhambat, sehingga vitamin E, kondisi malnutrisi.4
akan muncul manifestasi kulit berupa Sebuah penelitian menunjukkan bahwa
hiperproliferasi keratinosit seperti xerosis, pemeriksaan retinol binding protein (RBP)
phrynoderma, dll. Defisiensi vitamin A yang serum lebih mudah untuk dilakukan dan lebih
ringan akan menyebabkan kulit mengalami murah daripada pemeriksaan retinol serum,
kering (xerosis) dan bersisik, sedangkan karena RBP adalah protein dan dapat dideteksi
defisiensi vitamin A yang lebih berat akan oleh alat tes imunologi.41,42
menyebabkan munculnya fisura kulit yang lebih
dalam disebut dengan dermatomalacia. 40

Gambar 5. Lesi phrynoderma pada siku.37

Gambar 4. Lesi phrynoderma pada lutut.36


JDVA Volume 2, Nomer 2, Oktober2021

Pemeriksaan histopatologi bukan yang menunjukkan bahwa pemberian vitamin A


merupakan pemeriksaan rutin pada pasien oral 50.000 unit per hari selama 8 minggu
defisiensi vitamin A dengan manifestasi kulit disertai dengan pemakaian asam salisilat 3%
seperti phrynoderma, karena phrynoderma topikal dan tretinoin topikal 0,025% memberikan
dapat ditemui bukan hanya akibat defisiensi hasil yang bagus pada pasien dengan
vitamin A, tetapi juga bisa dikaitkan dengan phrynoderma.46 Penelitian lainnya oleh
defisiensi vitamin B, vitamin E dan essential fatty Ragunatha et al (2014), menunjukkan bahwa
acid. Pemeriksaan histopatologi pada pemberian vitamin A atau vitamin B injeksi
phrynoderma dapat menunjukkan gambaran intramuscular efektif mengobati phrynoderma.37
epidermal hyperkeratosis, parakeratosis, Namun, pada pasien dengan phrynoderma
akantosis, hyperkeratosis folikuler, follicular maupun manifestasi kulit lainnya akibat
plugging (gambar 6), atrofi kelenjar sebasea, defisiensi vitamin A bisa saja ditemukan bahwa
infiltrat limfositik perifolikular, infiltrat limfositik kadar retinol serumnya normal.37 sehingga
perivascular.37 pengobatan pada kasus seperti ini tidak
Penatalaksanaan defisiensi ivitamin A memerlukan pemberian vitamin A oral, namun
adalah pemberian asupan vitamin A sesuai dapat menggunakan senyawa vitamin A atau
rekomendasi (Recommended Daily Allowance retinod topikal.47
(RDA)) yaitu 700 mcg (wanita dewasa) dan 900 Upaya pencegahan defisiensi vitamin A
mcg (pria dewasa). Pada orang dengan usia adalah dengan mengkonsumsi makanan yang
lebih muda membutuhkan konsumsi vitamin A kaya provitamin A seperti buah mangga,
yang lebih rendah. Untuk penatalaksanaan pepaya, sayuran berdaun hijau gelap, dan dari
defisiensi vitamin A direkomendasikan sumber hewani seperti kuning telur, ayam,
pemberian vitamin A oral antara 600 mcg s.d hati.11 Suplementasi secara periodik dapat
3000 mcg hingga gejala hilang dan nilai serum bermanfaat untuk memberikan kuantitas vitamin
normal.4 1 mcg retinol (vitamin A) ekuivalen A yang besar yang dapat disimpan sebagai
dengan 3,33 IU retinol. cadangan di hepar.48 Suplementasi oral retinil
palmitat 110 mg atau 66 mg retinil asetat
(200.000 IU vitamin A) dan setengah dosis
untuk anak usia 6-11 tahun setiap 4-6 bulan
dapat melindungi anak dari defisiensi vitamin
A.11

KESIMPULAN

Vitamin A mempunyai bentuk aktif


berupa retinol, retinal dan asam retinoat. Retinal
merupakan bentuk aktif vitamin A yang berperan
penting dalam fungsi penglihatan, sedangkan
Gambar 6. Pemeriksaan histopatologi dengan asam retinoat berperan penting dalam proses
pewarnaan HE menunjukkan follicular keratinisasi pada kulit. Oleh karena itu, jika
plugging.45
terjadi defisiensi vitamin A, bukan hanya terjadi
Pasien-pasien dengan defisiensi vitamin kelainan pada mata, tetapi juga dapat muncul
A sebaiknya segera dikonsultasikan kepada berbagai penyakit kulit yang berkaitan dengan
dokter spesialis mata untuk pemeriksaan lebih kelainan keratinisasi berupa xerosis,
lanjut untuk mencegah kelainan mata yang dermatomalacia, phrynoderma, xerostomia,
berat.45 Penelitian oleh Kalappha et al (2018) hyposmia, dan hypogeusia karena terjadi
JDVA Volume 2, Nomer 2, Oktober2021

hiperproliferasi dan gangguan epidermal 6. Almatsier S. Prinsip Dasar Ilmu Gizi.


turnover. Cetakan ke 9. PT Gramedia Pustaka
Tatalaksana pada kelainan kulit akibat Utama. 2009 : Juli. Hal : 153-166
defisiensi vitamin A dapat berupa preparat 7. Raflis Y, Lestari Sri. Pemakaian Retinoid
vitamin A topikal maupun sistemik tergantung Sistemik Di Bidang Dermatologi. MDVI. Vol
pada manifestasi klinisnya. Apabila didapatkan 38. No 3. 2011. Hal134-140
kadar retinol serum dibawah normal maka 8. Annstas, George. Vitamin A Deficiency.
sebaiknya dapat diberikan preparat vitamin A 2012. Diunduh dari
oral atau sistemik. Bukan hanya untuk http://emedicine.medscape.com/article/1260
mengatasi kelainan kulit akibat defisiensi vitamin 04-overview diakses pada 12 Februari 2020
A, preparat vitamin A dapat digunakan sebagai 9. Lara-Ramírez R, Zieger E, Schubert M.
pilihan pengobatan penyakit kulit lainnya seperti Retinoic Acid Signaling In Spinal Cord
psoriasis, acne, likhen planus, Development. The International Journal Of
photoaging/photodamage, dan keganasan kulit. Biochemistry & Cell Biology. 2013 Jul
1;45(7):1302-13Sommer, Alfred. Vitamin A
DAFTAR PUSTAKA Deficiency And Its Consequences: A Field
Guide To Detection And Control. World
1. Dattola, A., Silvestri, M., Bennardo, L., Health Organization. 1995. p3-5, 44.
Passante, M., Scali, E., Patruno, C., & 10. Debier C, Larondelle Y. Vitamins A And E:
Nisticò, S. P. Role of Vitamins in Skin Metabolism, Roles And Transfer To
Health: A Systematic Review. Current Offspring. British Journal of Nutrition. 2005
Nutrition Reports.2020:p1-10. Feb;93(2):153-74.
2. Yan A.C. Cutaneous Changes in Nutritional 11. Sommer, Alfred. Vitamin A Deficiency And
Disease dalam Fitzpatrick’s Text book of Its Consequences: A Field Guide To
Dermatology. Edisi 9. Vol.1. New York: Detection And Control. World Health
McGrawHill. 2019. Hal 2204 – 2209 Organization. 1995. p3-5, 44.
3. Dijkhuizen MA, Wieringa FT, West CE. 12. Chiu M, Dillon A, Watson S. Vitamin A
Concurrent Micronutrient Deficiencies In Deficiency And Xerophthalmia In Children
Lactating Mothers And Their Infants In Of A Developed Country. Journal Of
Indonesia. The American Journal of Clinical Paediatrics And Child Health. 2016.52.7:
Nutrition. 2001. 73: 786–91. 699-703.
4. Simanjuntak BY, Haya M, Suryani D, 13. De Luca, Luigi M, Kosa K, Andreola F. The
Ahmad CA. Early Inititation Of Role Of Vitamin A In Differentiation And
Breastfeeding And Vitamin A Skin Carcinogenesis. The Journal of
Supplementation With Nutritional Status Of Nutritional Biochemistry. Vol.8. Elsevier.
Children Aged 6-59 Months. Kesmas: 1997. 8.8: 426-437.
National Public Health Journal. 2018 Feb 14. Nutrition Information Centre University of
28;12(3):107-13 Stellenbosch. Vitamin A. Diunduh dari
5. Pavan Kumar, D. A Study On Common http://www.sun.ac.za/english/faculty/healths
Clinical Pattern Of Presentation Of Skin And ciences/ nicus/how-to-eat-
Hair Changes In Nutritional Deficiencies correctly/nutrients/vitamins/vitamin-a
Associated With Dietary Fallacies In diakses pada 10 Februari 2020
Children 1 To 5 Years Of Age. International 15. Dickman IV, Joseph J. Antioxidants And
Journal of Contemporary Pediatrics. 2018. Beta-Carotene: A General Overview. A
5.4: 1436.
JDVA Volume 2, Nomer 2, Oktober2021

Research History And Modern Scholarship. Journal Of Respiratory Cell And Molecular
2019. Biology. 1994.10.2: 192.1994
16. Thappa, Devinder Mohan. Clinical Pediatric 26. Lechler T. Growth and Differentiation of The
Dermatology. India: Elsevier. 2009. Epidermis dalam Fitzpatrick’s Text book of
17. Djuanda A, Hamzah M, Kosasih A, Wiryadi Dermatology. Edisi 9. Vol.1. New York:
BE, Effendi EH, Cipto H, et al. McGrawHill. 2019. p62-68
Dermatoterapi dalam Ilmu Penyakit Kulit 27. Choi Y, Fuchs Elaine. Tgf-Beta And
dan Kelamin. Edisi 6. Jakarta: Fakultas Retinoic Acid: Regulators Of Growth And
Kedokteran Universitas Indonesia. 2011. Modifiers Of Differentiation In Human
Hal 346 Epidermal Cells. Cell Regulation. 1990.
18. Zouboulis, CC. Skin Glands dalam 1.11: 791-809.
Fitzpatrick’s Text book of Dermatology. 28. Van De Kerkhof PCM. Update On Retinoid
Edisi 9. Vol.1 New York: McGrawHill. 2019. Therapy Of Psoriasis In: An Update On The
Hal 75-77. Use Of Retinoids In Dermatology. Dermatol
19. Chien AL, Vahlquist A, Saurat JH, Voorhees Ther. 2006; 19: 252-63
JJ, Kang S. Retinoids dalam Fitzpatrick’s 29. Pathirana D, Ormerod AD, Saiag P, Smith
Text book of Dermatology. Edisi 9. Vol.1. C, Spuls PI, Nast A, dkk. European S3-
New York: McGrawHill. 2019. Hal 3395- Guidelines On The Systemic Treatment Of
3404 Psoriasis Vulgaris. JEADV. 2009; 5-70.
20. Alessandro A, Rodrigo V, Rodrigo MS, 30. Ormerod AD, Campalani E, Goodfield MJD.
Gustavo D, Luciana LO, Carla AB, et al. British Association Of Dermatologists
Triple Nanoemulsion Potentiates The Guidelines On The Efficacy And Use Of
Effects Of Topical Treatments With Acitretin In Dermatology. Br J Dermatol.
Microencapsulated Retinol And Modulates 2010; 162: 952-63.
Biological Processes Related To Skin 31. Zhang C, Duvic M. Treatment Of Cutaneous
Aging. Anais Brasileiros de Dermatologia. T-Cell Lymphoma With Retinoids. Dermatol
2013. 88.6: p930-936 Ther. 2006; 19: 264–71.
21. Ostler, H. Bruce Ed. Diseases Of The Eye 32. Campbell RM, DiGiovanna JJ. Skin Cancer
And Skin: A Color Atlas. Lippincott Williams Chemoprevention With Systemic Retinoids:
& Wilkins. 2004. An Adjunct In The Management Of Selected
22. Fauzia, Dina. Aspek Farmakologi Retinoid High-Risk Patients. Dermatol Ther. 2006;
pada Kosmeseutikal. Jurnal Kesehatan 19: 306–14.
Melayu. 2017. 1.1: 35-40 33. Baumann L, Shagari S. Retinoid. Dalam:
23. Kuenzil S, Saurat JH. Retinoids. Dalam: Bauman L, Saghari S, Weisberg E,
Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, penyunting. Cosmetic dermatology. Edisi
penyunting. Dermatology. Edisi ke-4. ke-2. New York: Mcgraw Hill. 2009. h. 256-
London: Elsevier Limited; 2006. Hal 2056- 62.
67. 34. Bagatin E, Parada MO, Miot AH, Hassun
24. Torma, Hans. Regulation Of Keratin KM, Michalany N, Talarico S. A
Expression By Retinoids. Dermato- Randomized And Controlled Trial About
endocrinology. 2011. 3.3: 136-140. The Use Of Oral Isotretinoin For
25. Huang TH, et al. Control Of Keratin Gene Photoaging. Int J Dermatol. 2010; 49: 207–
Expression By Vitamin A In 14.
Tracheobronchial Epithelial Cells. American 35. Saiam A, Aditama YA, Sotoyo DK, Hudoyo
A. Peranan Suplemen Vitamin A Pada
JDVA Volume 2, Nomer 2, Oktober2021

Pengobatan ТВ. Jurnal Tuberkulosis 44. Kumar PR. Clinico-Histopathological


Indonesia;4(2). Correlation Of Follicular Skin Lesions.
36. Maronn, Mandi; Allen, David M.; Esterly, Indian Journal Of Clinical And Experimental
Nancy B. Phrynoderma: A Manifestation Of Dermatology. 2019. Vol 5 Issue 4
Vitamin A Deficiency?The Rest Of The 45. Bleasel NR, Stapleton KM, Lee MS,
Story. Pediatric Dermatology. 2005. 22.1: Sullivan J. Vitamin A Deficiency
60-63 Phrynoderma: Due To Malabsorption And
37. Ragunatha S, Kumar VJ, Murugesh SB. A Inadequate Diet. Journal Of The American
Clinical Study Of 125 Patients With Academy Of Dermatology. 1999 Aug
Phrynoderma. Indian J Dermatol. 1;41(2):322-4
2011;56(4):389-92. 46. Kallappa H, Jain R, Raghu MT, Lalitha C.
38. Philipone, Elizabeth; Yoon, Angela J. Study Of Clinical Presentation Therapeutic
Mucosal Manifestations of Nutritional Response In Phrynoderma Cases. Journal
Deficiencies. In: Oral Pathology in the of Evolution of Medical and Dental
Pediatric Patient. Springer, Cham, 2017. p. Sciences. 2013 May 6;2(18):3161-71.
121-123. 47. Giana A. Vitamin A and Skin Health. 2012.
39. Babu S, Rajesh E, Malathi L, Babu N.A, Diunduh dari
Masthan KMK. Xerostomia-Causes, https://lpi.oregonstate.edu/mic/health-
Diagnosis And Management-A disease/skin-health/vitamin-A diakses pada
Review. Indian Journal Of Public Health 5 Maret 2020
Research & Development. Nov2019. Vol. 48. De Moura FF, Moursi M, Donahue Angel M,
10 Issue 11. p3142-3145. Angeles-Agdeppa I, Atmarita A, Gironella
40. Doty, Richard L. Treatments For Smell And GM, Muslimatun S, Carriquiry A. Biofortified
Taste Disorders: A Critical Review. Β-Carotene Rice Improves Vitamin A Intake
In: Handbook Of Clinical Neurology. And Reduces The Prevalence Of
Elsevier, 2019. P. 455-479. Inadequacy Among Women And Young
41. Aguayo VM, Haselow NJ, Sibetcheu D, Children In A Simulated Analysis In
Nankap M. Vitamin A Deficiency And Child Bangladesh, Indonesia, And The
Mortality In Cameroon: The Challenge Philippines. The American Journal Of
Ahead. Journal Of Tropical Pediatrics. 2005 Clinical Nutrition. 2016 Sep 1;104(3):769-75
Aug 1;51(4):256-.
42. WHO., WHO/UNICEF/IVACG Task Force.
International Vitamin A Consultative Group.
UNICEF. World Health Organization.
Vitamin A Supplements: A Guide To Their
Use In The Treatment And Prevention Of
Vitamin A Deficiency And Xerophthalmia.
World Health Organization.2nd Edition.
Geneva. 1997.p2-11
43. Humphrey JH, West Jr KP, Sommer A.
Vitamin A Deficiency And Attributable
Mortality Among Under-5-Year-Olds.
Bulletin of the World Health Organization.
1992;70(2):225.

Anda mungkin juga menyukai