Anda di halaman 1dari 35

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Vitamin merupakan senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan

dalam jumlah kecil dalam diet seseorang tetapi esensial untuk reaksi metabolisme

dalam sel dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta

memelihara kesehatan. Vitamin juga nutrisi yang sangat penting untuk

pertumbuhan energi dan fungsi saraf. Tubuh manusia mendapatkan vitamin-

vitamin ini tidak dapat disintesis oleh tubuh. Beberapa diantaranya masih dapat

dibentuk oleh tubuh, namun kecepatan pembentukannya sangat kecil sehingga

jumlah yang terbentuk tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh. Oleh karenanya,

tubuh harus memperoleh vitamin dari makanan sehari-hari. Jadi, vitamin

mengatur metabolisme, mengubah lemak dan karbohidrat menjadi energi dan ikut

mengatur pembentukan tulang dan jaringan.

Secara umum, vitamin dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu

vitamin yang dapat larut dalam air dan vitamin yang dapat larut dalam lemak.

Adapun vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K dimana

masing-masing vitamin tersebut memiliki peran yang berbeda dalam tubuh

manusia.

Vitamin bersumber dari bahan pangan seperti sayuran dan buah-buahan

segar. Ada beberapa bahan pangan yang harus melalui proses pengolahan terlebih

dahulu sebelum dapat dikonsumsi. Selama proses pengolahan, vitamin yang

terkandung dalam bahan makanan dapat mengalami kerusakan dan kehilangan,

contohnya akibat ekstraksi, reaksi kimia dan perlakuan termal atau panas.
Permasalahan peranan vitamin larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K) dan

kerusakan vitamin pada bahan makanan serta upaya penanggulangannya akan

dibahas lebih lanjut dalam makalah ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, dapat dibuat beberapa rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Apa saja peranan vitamin larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K)?

2. Bagaimana bentuk kerusakan vitamin larut dalam lemak

(vitamin A, D, E, dan K)?

3. Bagaimana cara penanganan kerusakan vitamin larut dalam lemak

(vitamin A, D, E, dan K) pada bahan makanan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari makalah ini, antara lain:

1. Untuk mengetahui peranan vitamin larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K)

2. Untuk mengetahui bentuk kerusakan vitamin larut dalam lemak

(vitamin A, D, E, dan K)

3. Untuk mengetahui cara penanganan kerusakan vitamin larut dalam lemak

(vitamin A, D, E, dan K) pada bahan makanan


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Vitamin Larut dalam Lemak

Vitamin yang larut dalam lemak adalah A, D, E dan K. Vitamin yang larut

dalam lipid (larut-lemak) merupakan hidrofobik apolar, secara kimia

vitamin-vitamin tersebut tersebut termasuk dalam kelompok isoprenoid. Molekul

ini tidak dapat disintesis oleh tubuh dalam jumlah yang memadai sehingga harus

dipasok dari makanan. Vitamin larut dalam lemak dapat diserap dengan efisien

jika terdapat penyerap lemak yang normal. Begitu diserap, molekul vitamin

tersebut harus diangkut didalam darah seperti halnya lipid apolar yang lain, yaitu

dalam lipoprotein atau terikat dengan protein pengikat yang spesifik.Adapun

vitamin yang termasuk dalam kategori vitamin larut dalam lemak antara lain:

2.1.1 Vitamin A

Vitamin A atau retinol merupakan senyawa poliisoprenoid yang

mengandung cincin sikloheksinil, retional adalah substansi induk dari retinoid

yang terdapat pada retianl dan asam retinoat, substansi ini biasa terbentuk melalui

pemecahan provitamin A (beta karoten). Retinod terdapat dalam makanan yang

berasal dari hewan. Di dalam sayuran, vitamin A terdapat sebagai provitamin

dalam bentuk pigmen b-karoten berwarna kuning yang terdiri atas dua molekul

retinal yang dihubungkan pada ujung aldehid rantai karbonnya. Namun demikian,

karena b-karoten tidak dimetabolisme secara efisien menjadi vitamin A, maka

efektifitas b-karoten sebagai sumber vitamin A hanya seperenam aktivitas retianl

berdasarkan beratnya. Senyawa mirip b-karoten dikenal sebagai karatenoid.

Dalam tubuh, fungsi utama vitamin A dilaksanakan oleh retinol dan kedua
derivatnya yaitu retrinal dan asam retinoat. Retinol dan retinal dapat melakukan

interkonversi dengan enzim dehidrogenase atau reduktase yang memerlukan

NAD atau NADP di dalam banyak jaringan. Sedangkan asam retinoat dapat

mendukung pertumbuhan dan diferensiasi, tetapi tidak dapt menggantikan retinal

dalam peranannya pada penglihatan ataupun retinol dalam sistem reproduksi.

Manusia membutuhkan vitamin A sekitar 36000 – 52000 UI (Russel, 2008).

Gambar 1. Struktur kimia retinal

Gambar 2. Struktur kimia retinol

Gambar 3. Struktur kimia asam retinoat

2.1.1.1 Peranan Vitamin A

A. Peranan Vitamin A dan Asam Retinoat dalam Regulasi Sistem Imun

Vitamin A penting dalam sistem imun kembali pada awal abad ke-20

ketika Edward Mellanby dan temannya Harry Green, melaporkan bahwa vitamin

A dan Beta karoten sebagai agen anti-infeksi. Kini, vitamin A, yang bekerja

melalui metabolit aktifnya yaitu asam retinoat, dikenal sebagai suatu faktor yang

penting dalam perkembangan dan pengaturan sistem imun yang normal

(Russel, 2008).
Peranan vitamin A dalam pengaturan sistem imun dapat kita lihat dari

proses radang yang terjadi. Secara umum, ketika ada suatu antigen masuk ke

dalam tubuh, sel penangkap antigen (antigen presenting cell) akan menerima dan

mengekspresikannya pada sel T (TH0). Sel T kemudian akan berdiferensiasi

menjadi sel TH-1. Sel TH-1 umumnya sebagai pertahanan melawan virus akan

mengeluarkan mediator inflamasi yang bersifat toksik tidak hanya kepada agen

penyakit juga kepada tubuh kita sendiri atau dinamakan inflamasi berlebihan

(excess inflammation). Untuk mengatasi hal tersebut, vitamin A akan merangsang

sel T untuk berdiferensiasi menjadi TH-2. Kadar TH-2 yang meningkat akan

memberikan respon balik berupa down regulation terhadap sel TH-1 sehingga

respon inflamasi mereda. Disamping itu vitamin A melalui asam retinoat juga

berperan dalam mengaktifkan sel T regulatori (Treg cell) yang dapat menekan

proses inflamasi oleh sel T itu sendiri (Russel, 2008).

B. Peranan Vitamin A pada Transkripsi Gen

Asam retinoat merupakan ligan dari beberapa reseptor nuclear yang

berperan sebagai faktor transkripsi. Dua jenis reseptor (reseptor RAR dan RXR)

berfungsi sebagai transkripsi gen-gen yang membutuhkan asam retinoat. Asam

retinoat mengatur transkripsi gen dengan berikatan sebagai kompleks dimer di

bagian spesifik suatu DNA, yang disebut bagian respon asam retinoat, pada gen

target. Reseptor-reseptor di atas bisa menstimulasi atau menekan jumlah ekspresi

gen bergantung dari ligannya. RAR akan mengikat semua asam retinoat trans dan

asam retinoat 9-cis, sedangkan RXR hanya mengikat asam retinoat 9-cis

(Russel, 2008).

Penelitian molecular telah menemukan beberapa gen abnormal yang

menjadi faktor pencetus leukemia yang disebut leukemogenesis. Sebagai contoh,


gen t(15,17) bertugas mengkode protein gabungan yaitu promyelocitic leukemia

(Pml) dan reseptor asam retinoat alfa (RARα), yang dibentuk dari gabungan gen

reseptor asam reinoat alfa di kromosom 17 dan gen promyelocitic leukemia di

kromosom 15. Gen RARα mengkode anggota reseptor hormon nuclear yang

berfungsi sebagai faktor transkripsi. Setelah berikatan dengan asam retinoat,

RARα dapat menstimulasi ekspresi dari berbagai jenis gen. Protein gabungan

Pml-RARα cenderung menekan gen transkripsi yang bertugas dalam diferensiasi

sel tubuh. Akan tetapi, ketika RARα berikatan dengan asam retinoat trans, dia

akan melepas hambatan stimulasi dan memicu diferensiasi sel tubuh

(Russel, 2008).

C. Peranan Vitamin A pada Kesehatan Kulit

Di sitoplasma sel kulit retinol (vitamin A) akan diikat oleh protein yang

disebut cellular retinol binding protein (CRBP)-I. Kemudian reinol secara

perlahan akan dioksidasi menjadi asam retinoat trans (tRA). Selanjutnya tRA akan

diikat oleh CRBP-II untuk dibawa masuk ke dalam nucleus. Sesampainya di

nucleus, tRA akan berikatan secara heterodimer dengan reseptor RAR-α dan

RXR-γ. Ikatan tRA dengan reseptor tersebut akan mengaktifkan mRNA yang

berfungsi dalam sintesis protein kulit yang mengatur pertumbuhan dan

diferensiasi sel kulit baik secara langsung atau tidak langsung (Russel, 2008).

D. Peranan Vitamin A dalam Berbagai Kondisi Klinis

Tabel 1. Peranan Vitamin A


Dosis Harian Yang
Kondisi Klinis Peranan
Dianjurkan
Kesehatan Kulit
 Kulit Kering 1000 µg Mendukung turnover sel dan
pertumbuhan kulit yang sehat
Sebagai antioksidan yang
melindungi kulit dari kerusakan
 Penuaan Kulit β-carotene
yang menyebabkan kulit keriput
dan timbulnya bintik penuaan
Efektif dalam mengurangi
 Acne 2000-10000 µg
inflamasi dan keparahan acne
Memainkan peranan penting dalam
regulasi dan kontrol pertumbuhan
 Psoriasis 8000 µg
sel kulit, dan suplementasi dapat
membantu membersihkan psoriasis
Kesehatan Mata
dan Telinga
Mempertahankan kesehatan dan
 Mata Sehat 1000 µg
fungsi dari retina dan kornea
Mendukung penyembuhan
konjugtiva. Mata merah, gatal
 Konjungtivitis 5000 µg
dapat merupakan tanda awal dari
defisiensi vitamin A
Sebagai antioksidan yang
 Katarak
mencegah pembentukan katarak
Mempertahankan fungsi sistem
 Otitis 400 µg
imun yang optimal
Kesehatan Mulut
 Canker Sores Membantu mempertahankan
2000 µg
(Aphthae) kesehatan dan integritas oral tissue
Digestive
Membantu mempertahankan
mukosa gaster, melindungi dengan
 Gastric Ulcer 8000-10000 µg
cara mempertahankan produksi
mukus gaster dan promote healing
Penyakit Infeksi
3000-6000 µg untuk
mencegah infeksi.
Meningkatkan fungsi sistem imun.
Sampai 30000 µg
Defisiensi dengan tajam akan
untuk mengobati
 Imunitas meningkatkan risiko infeksi.
infeksi yang aktif.
Mempertahankan kesehatan kulit
Dapat dikonsumsi
dan pertahanan mukosa.
dalam bentuk
β-carotene
Mempertahankan kesehatan kulit
3000-8000 µg dalam
dan epitel traktus digestivus. Dapat
 HIV bentuk retinol atau β-
membantu menurunkan risiko
carotene
infeksi pernapasan.
Vitamin A adalah salah satu
substansi anti-kanker utama
alamiah, terutama pada kulit dan
membran mukosa. Intake vitamin
A yang banyak telah menunjukkan
efek proteksi terhadap kanker paru,
Cancer 1000 µg kandung kemih, prostat, laring,
esofagus, lambung, dan kolon.
Vitamin A dapat menghambat
perkembangan sampai mungkin
menghilangkan lesi prekanker,
seperti oral leukoplakia dan
cervical dysplasia.
Vitamin A mungkin dapat
mengurangi gejala dan keparahan
Respiratory
dari chronic obstructive pulmonary
disorders
disease (COPD) dan asma,
terutama pada perokok
Gynecologic Vitamin A mungkin dapat
disorders bermanfaat dalam mengurangi
gejala menstruasi (perdarahan
menstruasi yang banyak, breast
tenderness) dan fibrocystic breast
disease
 Fibrocystic Suplementasi dapat mengurangi
5000-8000 µg
Breast Disease pembengkakan dan nyeri
3000 µg untuk wanita
dengan hasil pap
 Cervical smear menunjukkan
Dapat membantu reverse displasia
Dysplasia cervical dysplasia;
800 µg untuk
pencegahan
 Breast Cancer Β-carotene Sebagai antioksidan
Vitamin A memainkan peranan
Trauma penting dalam penyembuhan luka
dan fraktur tulang

2.1.1.2 Sumber Vitamin A

Tabel 2. Sumber Vitamin A


NO Sumber Vitamin A Jumlah
1 Nanas 58 IU / 100 mg
2 Alpukat 146 IU / 100 mg
3 Tomat 642 IU / 100 mg
4 Pepaya 950 IU / 100 mg
5 Melon 320 IU / 100 mg
6 Wortel 885 IU / 100 mg
7 Anggur 100 IU / 100 mg
8 Semangka 569 IU / 100 mg

2.1.1.3 Efek Kelebihan dan Kekurangan Vitamin A

A. Kelebihan Vitamin A

Menurut Iswari dan Yuniastuti (2006) terlalu banyak mengkonsumsi vitamin

A juga tidak dibenarkan karena dapat menyebabkan keluhan kesehatan yang tidak

pernah anda bayangakan sebelumnya. Diantaranya:


 Pada wanita akan menyebabkan kekacauan dan ketidak teraturan siklus haid

dan mengakibatkan nafsu makan hilang.

 Dapat menyebabkan kesulitan untuk menggerakan otot tubuh

 Dapat menimbulkan sakit kepala yang berulang

 Dapat menyebabkan perut mual dan muntah muntah yang di iringi tubuh

lemas

 Dapat menyebabkan hidprosefalus (pembesaran kepala) pada bayi yang

sedang dilahirkan

 Menyebabkan bentuk kepala bayi yang baru dilahirkan menjadi tidak

simetris dan tumbuh benjolan yang tidak beraturan dipermukaan kepala bayi

 Menyebabkan alat USG kesulitan dalam menditeksi kecatatan pada bayi

yang masih berada dalam kandungan secara akurat

 Dapt memicu kerusakan pada jaringan limfa dan hati secara bertahap

 Dapat menyebabkan kelainan jantung pada baayi yang baru dilahirkan

 Dapat meyebabkan kerusakan dan kelainan pada saluran kandung kemih pada

bayi yang baru saja dilahirkan

 Kelebihan vitamin A dapat menyebabkan kadar kalsium dalam tubuh menjadi

meningkat tajam , kondisi ini dapat mengganggu metabolisme tubuh dan

menurunkan daya tahan tubuh.

 Vitamin A dapat menjaga dan melindungi selaput bening mata dari kerusakan

yang menyebabkan mata menderita kekeringan .

 Vitamin A mampu menjaga kolagen dan minyak alami yang tersembunyi

dibawah kulit agar kulit terhindar dari kekeringan yang hanya akan

menyebabkan kulit mudah dihinggapi bakteri daan jamur yang dihasilkan dari

racun didalam tubuh serta polusi dari udara.


B. Kekurangan Vitamin A

Menurut Iswari dan Yuniastuti (2006) akibat kekurangan vitamin A dapat

menyebabkan keluhan kesehatan yang tidak pernah anda bayangkan sebelumnya.

Diantaranya :

 Kekurangan vitamin A pada saat ibu sedang hamil, ketika bayi dilahirkan

akan mengalami kerusakan kornea mata ( Xerosis ) dan dapat menyebabkan

rabun senja.

 Kekurangan vitamin A dalam jangka panjang dapat merusak sel T yang

dikenal sangat mempengaruhi kekuatan daya tahan tubuh seseorang

 Kekurangan Vitamin A dapat memicu Infeksi saluran pernafasan atas yang

sulit disembuhkan

 Kekurangan vitamin A mampu merusak fungsi sel kelenjar yang bertugas

menjaga kulit agar terhindar dari kekeringan, dehidrasi, bersisik kasar dan

gatal gatal. Jika kulit terserang peradangang maka tidak akan mudah untuk

disembuhkan karena daya tahan tubuh menurun dratis.

 Menyebabkan usus kesulitan dalam menyerap air karena kekurangan vitamin

A dapat menginfeksi kandung kemih dan sekitar alat pencernaan.

 Kekurangan vitamin A mampu membuat mata menderita dehidrasi akut atau

kekeringan yang menyebabkan kerusakan pada selaput bening mata

2.1.2 Vitamin D

Vitamin D sering dikenal dengan vitamin matahari karena vitamin D dapat

dibentuk tubuh dengan bantuan sinar matahari. Bila tubuh mendapat cukup sinar

matahari, maka konsumsi vitamin D melalui makanan tidak dibutuhkan. Karena

dapat disintesis di tubuh, vitamin D dapat dikatakan bukan vitamin, tapi suatu

prohormon (Stokowski dan Laura, 2010).


2.1.2.1 Definisi Vitamin D

Vitamin D adalah salah satu jenis vitamin larut lemak prohormon yang juga

dikenal dengan nama kalsiferol. Vitamin D terdiri dari 2 bentuk bioekuivalen, yaitu

vitamin D2 dan vitamin D3.Vitamin D2 dikenal sebagai ergocalciferol, diperoleh dari

makanan sumber nabati dan suplemen oral. Vitamin D3 dikenal sebagai

cholecalciferol, terutama diperoleh dari paparan sinar ultraviolet B (UVB) yang

berasal radiasi sinar matahari, serta konsumsi sumber makanan seperti ikan

berminyak dan makanan yang telah difortifikasi (susu, jus, margarin, yogurt, sereal,

dan kedelai), dan suplemen oral. Prekursor vitamin D hadir dalam fraksi sterol

dalam jaringan hewan (di bawah kulit) dan tumbuh-tumbuhan berturut-turut

dalam bentuk 7-dehidrokolesterol dan ergosterol. Keduanya membutuhkan radiasi

sinar ultraviolet untuk mengubahnya ke dalam bentuk provitamin D3

(kolekalsiferol) dan D2 (ergokalsiferol). Kedua provitamin membutuhkan konversi

menjadi bentuk aktifmya melalui penambahan dua gugus hidroksil

(Stokowski, 2010).

2.1.2.2 Sejarah Penemuan Vitamin D

Sejarah penemuan vitamin D tidaklah singkat. Sebuah tradisi lama diyakini

bahwa udara segar dan sinar matahari adalah hal yang baik untuk pencegahan

rakhitis. Hess dan Unger, pada tahun 1921, mengajukan penjelasan dari pengamatan

klinis mereka bahwa kejadian musiman rakhitis disebabkan variasi musiman sinar

matahari. Satu tahun kemudian, dalam penelitiannya terhadap anak-anak, Chick dan

timnya mengamati bahwa sinar matahari akan menyembuhkan rakhitis sebaik minyak

ikan Cod (Stokowski, 2010).

Rakhitis adalah penyakit tulang yang disebabkan oleh kekurangan vitamin D.

Percobaan kunci dilakukan oleh McCollum dan rekan kerja pada tahun 1922, ketika
mereka mengamati saat dipanaskan, minyak ikan yang teroksidasi tidak bisa

mencegah xerophthalmia tapi bisa menyembuhkan rakhitis pada tikus. Ini

menunjukkan bahwa oksidasi menghancurkan lemak A terlarut tanpa merusak zat lain

yang memainkan peran penting dalam pertumbuhan tulang. Disimpulkan bahwa

faktor yang larut dalam lemak A terdiri dari 2 entitas, salah satu dari 2 entitas tersebut

kemudian disebut vitamin A, yang lain menjadi factor antirickets yang baru

ditemukan. Faktor lain yang ditemukan larut dalam air kemudian disebut vitamin B,

dan faktor antiscurvy disebutvitamin C, maka mereka memberikan nama kepada

faktor vitamin baru tersebut, yaitu vitamin D (Stokowski, 2010).

Hadiah Nobel untuk kimia untuk 1928 diberikan kepada Adolf Windaus

untuk studinya pada konstitusi sterol dan hubungan mereka dengan vitamin.Windaus

memiliki kontribusi besar terhadap ilmu pengetahuan sehingga layak mendapatkan

penghargaan tertinggi, adalah orang pertama yang menerima penghargaan tentang

vitamin yang disebut vitamin D (Stokowski, 2010).

Sekarang, lebih dari 90 tahun kemudian, peran vitamin D mulai lebih

dipahami dalam kesehatan, efek yang dapat dijelaskan oleh kemampuannya untuk

mengikat DNA dan pengaruh regulasi gen. 1,25-dihydroxyvitamin D mengikat

reseptor vitamin D (faktor transkripsi nuklir) yang banyak hadir dalam sel di seluruh

tubuh. Di dalam sel, 1,25-dihydroxyvitamin D menginduksi kaskade interaksi molekul

yang memodulasi transkripsi gen tertentu. Peneliti menciptakan peta reseptor vitamin

D yang mengikat serta mengidentifikasi 2.276 situs mengikat untuk reseptor vitamin

D sepanjang genom, banyak yang terkonsentrasi di dekat gen yang terkait dengan

risiko untuk gangguan autoimun dan kanker. Peneliti juga menemukan bahwa vitamin

D memiliki efek yang signifikan pada aktivitas 229 gen, termasuk untuk multiple

sclerosis, penyakit Crohn, dan diabetes mellitus tipe 1 (Stokowski, 2010).


C23H44O Molar mass 369,7 g/mol

C23H44O Molar mass 369,7 g/mol

Gambar 4. Struktur kimia vitamin D

2.1.2.3 Sumber Vitamin D

Sumber utama vitamin D adalah paparan sinar matahari, asupan bahan

makanan sumber, suplementasi, asupan makanan fortifikasi. Diet dengan tinggi

minyak ikan dapat mencegah defisiensi vitamin D. Paparan sinar matahari berupa

radiasi UVB dengan panjang gelombang 290-315 (sumber lain menyebutkan

280- 320nm) dapat menjadi sumber yang sangat baik terutama di daerah tropis.

Sinar matahari tersebut akan menembus kulit dan mengkonversi 7-

dehydrocholesterol menjadi previtamin D3 setelah paparan 30 menit, dan secara

cepat akan dikonversi menjadi vitamin D3. banyaknya previtamin D3 atau vitamin

D3 akan dipecah oleh sinar matahari, kelebihan paparan sinar matahari tidak

menyebabkan intoksikasi vitamin D3 (Holick, 2007).

Bahan makanan sumber vitamin D yang berasal dari hewani diperkirakan

mempunyai bioavailabilitas 60% dibandingkan suplemen vitamin. Bahan


makanan sumber susu mempunyai bioavailabilitas 3-10 kali lebih baik

dibandingkan bahan makanan sumber yang larut dengan minyak. Peningkatan

bioavailabilitas dalam susu tersebut dipengaruhi oleh faktor yang bersifat

stimulator yaitu fraksi laktalbumin susu (Holmes dan Kummerow, 1983).

Tabel 3. Bahan Makanan Sumber, Suplemen, dan Sumber Bahan Farmasi

Vitamin D2 dan D3

Secara alami sangat sedikit makanan yang mengandung atau difortifikasi

vitamin D, termasuk vitamin D2 dan D3. Vitamin D2 diproduksi melalui irradiasi

sinar ultra violet ergosterol dari jamur, dan vitamin D3 melalui irradiasi

7- dehidroksikolesterol dari lanolin. Kedua bahan tersebut digunakan untuk

membuat suplemen vitamin D (Holick, 2007). Bahan makanan sumber dan

kandungan vitamin D tercantum pada tabel 3.


2.1.2.4 Kebutuhan Vitamin D

Kecukupan vitamin D tidak hanya penting untuk kesehatan tulang saja

tetapi juga untuk fungsi optimal organ dan jaringan seluruh tubuh. Kebutuhan

meningkat seiring pertumbuhan usia, masa remaja adalah masa yang paling tinggi

kebutuhan akan vitamin D sesuai dengan Angka Kecukupan Gizi (AKG) untuk

vitamin D. Angka kecukupan gizi vitamin D yang dianjurkan untuk orang

Indonesia berdasarkan PERMENKES RI tahun 2013 tercantum pada tabel 4.

Tabel 4. Angka kecukupan gizi vitamin D yang dianjurkan

2.1.2.5 Peran Vitamin D dalam Tubuh

Fungsi utama vitamin D adalah membantu pembentukan dan pemeliharaan

tulang bersama vitamin A dan vitamin C, hormon-hormon paratiroid dan

kalsitonin, protein kolagen, serta mineral-mineral kalsium, fosfor, magnesium dan

flour. Fungsi khusus vitamin D dalam hal ini adalah membantu pengerasan tulang

dengan cara mengatur agar kalsium dan fosfor tersedia di dalam darah untuk

diendapkan pada proses pengerasan tulang (Almatsier, 2010).

Di dalam saluran cerna, kalsitriol meningkatkan absorpsi vitamin D

dengan cara merangsang sintesis protein pengikat-kalsium dan protein

pengikatfosfor pada mukosa usus halus. Di dalam tulang, kalsitriol bersama


hormon paratiroid merangsang pelepasan kalsium dari permukaan tulang ke dalam

darah. Di dalam ginjal, kalsitriol merangsang reabsorbsi kalsium dan fosfor

(Almatsier, 2010).

2.1.2.6 Akibat Kelebihan dan Defisiensi Vitamin D

Defisiensi vitamin D akan menimbulkan rakhitis dengan gejala yang

paling ringan yaitu tungkai berbentuk X atau O. Pada penyakit yang lebih berat

mengakibatkan kelainan pada tulang seperti tulang belakang membengkok, tulang

dada seperti dada ayam, tulang pinggul sempit (Stokowski, 2010).

Akibat kelebihan vitamin D yaitu di masa bayi seringkali diberi tambahan

vitamin D sebanyak satu tetes setiap hari. Pemberian vitamin D yang terlalu

banyak, misalnya satu sendok teh setiap hari akan mengakibatkan timbulnya

keracuanan. Gejala keracunan vitamin D yaitu nafsu makan hilang,

muntah-muntah, berasa sangat haus, mengalami sembelit, dapat mengalami diare,

kehilangan berat dan bersifat mudah marah. Apabila overdosis berlangsung terus

menerus, anak dapat mengalami koma dan akhirnya mati (Stokowski, 2010).

2.1.3 Vitamin E

2.1.3.1 Deskripsi Vitamin E

Vitamin E (alfa-tokoferol) adalah suatu antioksidan yang melindungi sel-

sel tubuh terhadap kerusakan oleh senyawa kimia reaktif yang dikenal sebagai

radikal bebas. Vitamin E dan selenium (suatu mineral esensial yang merupakan

komponen dari enzim antioksidan) mempunyai sifat yang sama. Vitamin E adalah

jenis vitamin yang larut dalam lemak yang mempunyai efek antioksidan. Vitamin

E penting untuk tubuh agar bisa berfungsi dengan baik. Obat ini berpengaruh

penting dalam kekuatan sistem kekebalan tubuh, kesehatan mata, dan kesehatan
kulit. Jenis vitamin ini bisa ditemukan pada banyak makanan yang sehat, seperti

sayuran berdaun hijau, minyak nabati, daging sapi, daging unggas, telur, buah,

kacang-kacangan, dan sereal gandum. Selain vitamin E yang berasal dari alam,

terdapat juga vitamin E suplemen untuk mengatasi masalah defisiensi vitamin E.

Beberapa orang menggunakan vitamin E pada kulit untuk membantu

proses penyembuhan luka tapi bukti masih belum cukup kuat

(Iswari dan Yuniastuti, 2006).

Vitamin E tahan terhadap suhu tinggi serta asam, karena bersifat

antioksidan, Vitamin E mudah teroksidasi terutama bila pada lemak yang tengik,

timah, garam besi serta mudah rusak oleh sinar UV. Penyakit yang ditimbulkan

jika kekurangan vitamin E adalah bisa menyebabkan mandul pada pria dan

wanita, kerusakan syaraf, dll (Iswari dan Yuniastuti, 2006).

2.1.3.2 Sejarah Vitamin E

Vitamin E pertama kali ditemukan pada tahun 1922 oleh Dr. H.M

Evansdari California melalui penelitian untuk mempertahankan kehamilan

normal tikus betina diperlukan suatu subtansi tak dikenal. Tanpa bahan

ini, janin tikus akan mati dalam sepuluh hari saat dikandung. Tikus jantan yang

kekurangan bahan ini juga mengalami kelainan pada testisnya. Sehingga saat itu

vitamin E disebut sebagai vitamin anti kemandulan. Pada wanita juga dianjurkan

sebagai perawatan untuk kemandulan, kelainan menstruasi peradangan vagina,

dan masalah kewanitaan lainnya (Iswari dan Yuniastuti, 2006).

Vitamin E pertama kali diisolasi pada tahun 1936 dari minyak

tepung gandum. Disebut vitamin E karena ditemukan setelah vitamin-vitamin

yang sudah ada yaitu A, B, C, dan D. Bentuk vitamin E merupakan kombinasi


dari delapan molekul yang sangat rumit yang disebut tocopherol. Kata

’tocopherol’ berasal dari bahasa Yunani: Toketos yang berati ’kelahiran anak’

dan Phero berarti ’saya bawa’, akhiran ’-ol’ ditambahkan untuk

menunjukkan bahwa bahan ini merupakan salah satu dari alkohol yang

menyebabkan mabuk jika dikonsumsi dalam jumlah banyak

(Iswari dan Yuniastuti, 2006).

2.1.3.3 Sifat-sifat Vitamin E

Tocopherol tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut lemak

seperti minyak, lemak, alkohol, aseton, eter dan sebagainya. Karena tidak larut

dalam air, vitamin E dalam tubuh hanya dapat dicerna dalam empedu hati.

Vitamin E stabil pada pemanasan namun akan rusak bila pemanasan terlalu tinggi.

Vitamin E bersifat basa jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh

oleh asam pada suhu 1000C. Bila terkena oksigen di udara, akan

teroksidasi secara perlahan-lahan. Sedangkan bila terkena cahaya warnanya akan

menjadi gelap secara bertahap.Vitamin E adalah golongan vitamin yang larut

dalam lemak. Artinya, vitamin ini terdapat dalam bagian makanan yang

berminyak, dan dalam tubuh hanya dapat dicerna oleh empedu, di hati, karena

tidak larut dalam air. Vitamin E sangat di butuhkan oleh tubuh kita

(Iswari dan Yuniastuti, 2006).

2.1.3.4 Peranan Vitamin E

Selain dapat meningkatkan daya tahan tubuh, membantu mengatasi stres,

meningkatkan fertilitas, meminimalkan risiko kanker dan penyakit jantung

koroner, vitamin E memiliki peran sangat penting bagi kesehatan kulit. Vitamin E

menjaga, meningkatkan elastisitas dan kelembapan kulit, mencegah proses


penuaan dini, melindungi kulit dari kerusakan akibat radiasi sinar ultraviolet, serta

mempercepat proses penyembuhan luka (Iswari dan Yuniastuti, 2006).

Menurut Primayetti (2015), selain itu, fungsi vitamin E ialah :

1. Dapat mencegah keguguran pada wanita.

2. Dapat mengurangi rasa panas di dalam tubuh dan mengurangi depresi pada

wanita menopause.

3. Sangat penting untuk memaksimalkan fungsi otot.

4. Mencegah peroxidation pigmentasi akibat pembentukan asam lemak

tak jenuh tinggi.

5. Mencegah nekrosis hepatik yang disebabkan oleh kekurangan belerang yang

mengandung asam amino dan selenium.

6. Vitamin E membantu melawan radikal bebas, yang bermanfaat bagi kulit

dan membantu mencegah pembentukan kerutan dengan mencegah

kerusakan oksidatif yang disebabkan oleh sinar ultraviolet.

7. Merupakan pelindung penyakit jantung dan diabetes.

8. Mencegah kerusakan jaringan dalam kasus iskemia dan cedera, mengurangi

gejala kaki kram dan rheumatoid arthritis, dan memiliki efek antikoagulan.

9. Vitamin e berguna dalam membatasi kerusakan oksidatif yang disebabkan

oleh merokok, dan kerusakan jaringan dari radikal bebas yang dipercepat

dengan pecandu alkohol.

10. Melindungi tubuh dari berbahaya tumor

11. Vitamin E mengurangi penggumpalan darah di dalam pembuluh darah.

Beberapa peneliti meyakini kalau vitamin E berperan penting dalam

mencegah perkembangan penyakit jantung. Vitamin E ini akan membatasi jumlah

oksidasi kolesterol jahat LDL (low-density lipoprotein) dalam darah. Oksidasi


menyebabkan penyumbatan arteri, sehingga memicu serangan jantung. Dengan

menghambat proses ini, maka vitamin E juga berperan mencegah

serangan jantung. Berdasarkan hasil studi, seperti dikutip situs askmen, mereka

yang mendapatkan asupan vitamin E yang optimal mengalami insiden penyakit

jantung 30-40% lebih rendah dibandingkan mereka yang kekurangan vitamin E.

Selain itu, asupan vitamin E cukup membantu mencegah pengentalan darah, yang

juga turut menjadi pemicu serangan jantung (Primayetti, 2015).

2.1.3.5 Sumber Vitamin E

Vitamin E banyak tersedia dalam minyak yang dihasilkan dari biji-bijian,

seperti; minyak kacang, minyak kulit gandum, minyak jagung dan minyak biji

bunga matahari. Selain itu, vitamin E juga terdapat pada sayuran hijau, sereal,

hati, kuning telur, lemak susu, kacang-kacangan, kiwi, mangga dan mentega. Hal

yang penting diingat tentang vitamin E, adalah mudah rusak oleh panas yang

tinggi (proses memasak) dan oksidasi (terpapar oksigen). Itu sebabnya, sumber

vitamin E terbaik adalah makanan segar, mentah, atau makanan yang belum

diproses (Primayetti, 2015).

2.1.3.6 Kekurangan Vitamin E

A. Gejala Kekurangan

Ketika kadar vitamin E dalam darah sangat rendah, sel darah merah rusak

dan terbelah. Proses pembelahan sel darah merah ini disebut hemolisis eritrodit.

Kondisi ini menyebabkan gangguan pada sistem syaraf dan otot. Gejala yang

dirasakan adalah kesulitan berjalan dan nyeri yang menetap pada otot betis.

Vitamin E tingkat rendah dalam darah dapat meningkatkan risiko kanker tertentu

paru-paru, payudara dan saluran pencernaan (Primayetti, 2015).


B. Akibat Kekurangan

Menurut buku the Complete Idiot's Guide to Vitamin and Mineral,

kekurangan vitamin E dalam jangka panjang bisa mendatangkan kerusakan saraf,

khususnya saraf di tulang belakang. Kadang juga terjadi kerusakan di retina mata.

Kekurangan vitamin E harusnya jarang terjadi. Itu karena dari makanan sehari-

hari hampir semua orang mendapatkan asupan 7-11 mg vitamin E. Meskipun

begitu, ternyata di AS yang terkenal makmur dan banyak makan, tercatat

kekurangan ringan vitamin E. Selain dari asupan makanan sehari-hari, kekurangan

vitamin E juga bisa disebabkan kondisi medis seperti:

1. Menderita cystic fibrosis

Penyebabnya, penderita penyakit ini tidak bisa mencerna lemak dengan

baik, sehingga tidak bisa menyerap cukup vitamin E.

2. Menderita chron’s disease

Penderita penyakit ini tidak bisa menyerap cukup vitamin E lewat usus.

3. Menderita penyakit lever

Penderita penyakit lever tidak bisa menggunakan vitamin E dengan benar.

4. Sedang menjalani diet rendah lemak dan rendah kalori

Kurangnya lemak di dalam tubuh menyebabkan terganggunya pasokan

vitamin E. Ini karena vitamin E termasuk vitamin yang larut dalam lemak.

Kita butuh sedikit lemak untuk bisa menyerap vitamin E.

5. Minum obat-obatan tertentu

Minum obat penurun kolesterol bisa menurunkan penyerapan vitamin E

dan vitamin yang larut dalam lemak lainnya. Menurut buku Vitamins and

Mineral's Handbook, ada tanda-tanda tubuh seseorang butuh tambahan


vitamin E, yakni tubuh mudah memar, luka lama sembuh, varises, kurang

gairah seks, infertilitas dan hilangnya kekuatan otot.

2.1.4 Vitamin K

2.1.4.1 Deskripsi Vitamin K

Vitamin K merupakan salah satu jenis vitamin yang memiliki sifat larut

dalam lemak. Vitamin K merupakan senyawa yang terdiri dari struktur kimia

yaitu 2-metil-1-4-naphthoquinone (Lehninger, 1998).

Gambar 5. 2-metil-1-4-naphthoquinone.

Vitamin ini akan larut dalam lemak sehingga tubuh bisa menyimpan

vitamin tersebut dalam organ hati dan juga jaringan lemak. Vitamin ini sangat

penting terutama untuk proses pembekuan darah. Nama vitamin K

sebenarnya berasal dari kata “Koagulation”. Ada banyak sumber makanan yang

mengandung vitamin K alami, sehingga biasanya kebutuhan vitamin K terpenuhi

dengan baik. Namun untuk orang yang mengkonsumsi obat antibiotik jangka

panjang sering mengalami kekurangan vitamin K. Hal ini disebabkan karena obat

antibiotik bisa menghancurkan vitamin K dalam tubuh (Lehninger, 1998).

Defisiensi vitamin ini akan berakibat pada pendarahan di dalam tubuh dan

kesulitan pembekuan darah saat terjadi luka atau pendarahan. Selain itu, vitamin

K juga berperan sebagai kofaktor enzim untuk mengkatalis reaksi karboksilasi

asam amino asam glutamat. Oleh karena itu, kita perlu banyak mengkonsumsi
susu, kuning telur, dan sayuran segar yang merupakan sumber vitamin K yang

baik bagi pemenuhan kebutuhan di dalam tubuh (Lehninger, 1998).

Vitamin K secara alami terdapat sebagai K1 (phylloquinon) dalam sayuran

hijau, K2 (metaquinon) yang diproduksi oleh bakteri usus halus, dan K3

menadion yang merupakan bentuk vitamin K tanpa substitusi sintesis yang banyak

digunakan sebagai suplemen dan fortifikasi. Vitamin k berperan dalam sintesis

protein pembeku darah dan protein darah yang meregulasi kalsium dalam darah.

Vitamin yang tahan mudah tetapi mudah rusak oleh radiasi ini dapat diukur

kadarnya menggunakan KCKT (Lehninger, 1998).

2.1.4.2 Jenis-jenis Vitamin K

Menurut Lehninger (1998), adapun jenis-jenis dari vitamin K adalah

sebagai berikut:

1. Vitamin K1 (Phylloquinone)

Ini adalah jenis vitamin K yang paling banyak ditemukan secara alami

pada berbagai tanaman termasuk sayuran berwarna hijau. Vitamin K1 memiliki

sifat bisa disimpan secara langsung dalam hati. Vitamin K1 bisa membantu tubuh

dalam proses pembekuan darah.

2. Vitamin K2 (Menaquinone)

Ini adalah jenis vitamin K yang dibuat oleh bakteri dalam tubuh Anda.

Bakteri yang berada pada saluran pencernaan akan membuat vitamin K2 yang

kemudian akan disalurkan ke bagian dinding pembuluh darah, semua jaringan

kecuali hati dan juga tulang.

3. Vitamin K3 (Menadione)

Vitamin K3 adalah jenis vitamin K sintetis yang sengaja dibuat oleh

manusia. Ini termasuk vitamin K yang menjadi obat dalam dunia farmasi
termasuk dalam bentuk tablet, pil atau obat cair yang disuntikkan dalam tubuh.

Vitamin K3 sebaiknya tidak digunakan kecuali dalam keadaan yang sangat

diperlukan. Hal ini disebabkan karena vitamin K3 sering menyebabkan keracunan

dalam tubuh.

2.1.4.3 Peranan VitaminK untuk Tubuh

Menurut Sulaiman (1995), adapun manfaat dari vitamin K adalah sebagai

berikut:

1. Membantu Menurunkan Resiko Penyakit Jantung

Vitamin K terutama jenis vitamin K2 bisa bekerja untuk tubuh dengan

mencegah terjadinya pengerasan pembuluh darah yang bisa

menyebabkan aneurisma. Pengerasan pembuluh darah adalah salah satu resiko

penyebab penyakit jantung terutama gagal jantung dan jantung koroner. Vitamin

K2 akan bekerja dengan cara melindungi lapisan arteri dan jaringan tubuh lain

agar tidak menampung kalsium. Kalsium hanya akan diserap oleh tulang, sehingga

jika berlebihan dalam pembuluh darah bisa menyebabkan kerusakan fatal.

2. Menurunkan Resiko Berbagai Kanker

Jenis vitamin K1 dan K2 ternyata bisa bekerja untuk menurunkan resiko

berbagai jenis kanker. Vitamin K2 bisa membantu menurunkan jumlah sel kanker

dalam tubuh dengan memperlambat sel kanker dan mematikan sel kanker itu

sendiri. Sebuah penelitian menunjukkan jika jenis vitamin K2 bisa menurunkan

resiko penyakit kanker paru-paru, kanker prostat dan kanker darah (leukimia).

Sedangkan vitamin K1 bisa menurunkan resiko penyakit kanker hati. Secara

umum vitamin K juga melindungi tubuh dari jenis kanker usus besar, kanker

mulut dan kanker nasofaring.


3. Mencegah dan Menurunkan Resiko Penyakit Osteoporosis

Jenis vitamin K2 sangat penting untuk tubuh terutama dalam memberikan

perlindungan pada tulang. Vitamin ini akan membantu tubuh menyerap kalsium

dengan baik sehingga tulang mendapatkan nutrisi sesuai kebutuhan. Anda bisa

mendapatkan vitamin K dari sumber makanan seperti sayuran hijau, susu, dan

buah jeruk.

4. Membantu Proses Pembekuan Darah

Vitamin K juga sangat penting untuk membantu proses pembekuan darah

terutama dalam proses prothrombium. Proses ini akan membantu mencegah

pengerasan arteri akibat kekurangan vitamin K. Proses pembekuan darah akan

terjadi secara terus menerus dalam tubuh dan melewati pembuluh darah. Proses

ini juga akan membantu kalsium bisa mengalir ke semua bagian tubuh kecuali

hati. Bahkan dalam dunia medis vitamin K akan bekerja untuk mencegah

sindrom myelodyplastik yaitu sebuah sindrom kelainan darah.

5. Menurunkan Resiko Pendarahan dalam Tubuh

Vitamin K juga penting untuk mencegah pendarahan terutama dalam

organ hati. Vitamin K juga bisa membantu tubuh mendapatkan nutrisi yang

cukup, mengurangi resiko kesehatan akibat obat antibiotik dan semua jenis

penyakit yang menyerang sistem pencernaan karena jumlah vitamin K yang kecil.

Vitamin K akan menurunkan resiko sariawan dan penyakit saluran pencernaan.

6. Mengurangi Mual dan Muntah untuk Ibu Hamil

Ibu hamil yang masuk dalam trimester pertama biasanya akan menderita

mual dan muntah, karena adanya perubahan hormon dalam tubuh. Namun

konsumsi vitamin K yang cukup akan membantu mengendalikan mual dan

muntah. Vitamin K akan bekerja untuk mengurangi rasa tidak nyaman, membantu
penyerapan mineral untuk ibu hamil serta mencegah ibu hamil kekurangan nutrisi.

7. Melindungi Sistem Kekebalan Tubuh

Vitamin K juga penting untuk melindungi sistem kekebalan tubuh.

Vitamin K akan bekerja untuk meningkatkan kesehatan termasuk untuk kesehatan

pencernaan. Bahkan vitamin K bisa membantu bakteri baik dalam tubuh untuk

membantu penyerapan nutrisi dan mencegah infeksi.

8. Menurunkan Resiko Penyakit Diabetes

Vitamin K bisa menguntungkan penderita penyakit diabetes. Secara umum

vitamin K yang masuk ke dalam tubuh akan membantu proses pengaturan darah

dan gula darah. Bahkan vitamin K akan membantu pankreas dalam melakukan

produksi insulin sehingga bisa mengendalikan kadar gula dalam darah. Penderita

penyakit diabetes bisa mengendalikan serangan diabetes dengan konsumsi vitamin

K yang rutin, terutama vitamin K yang didapatkan secara alami.

9. Mencegah Penyakit Asma dan Pendarahan Internal pada Bayi

Vitamin K sangat penting untuk bayi dan semua anak-anak yang

menderita gangguan pernafasan seperti asma. Vitamin K ini bisa membantu

membawa oksigen yang cukup dalam darah sehingga membantu proses

pernafasan. Fungsi ini yang akan mengurangi resiko serangan asma pada anak-

anak.

10. Mengurangi Nyeri Haid

Wanita yang mengalami haid sering mengeluh dengan rasa nyeri yang

sangat buruk. Namun bagi wanita yang mendapatkan vitamin K yang cukup

biasanya tidak akan merasakan nyeri yang berlebihan. Vitamin K akan bekerja

untuk proses pembekuan darah dan membuat aliran darah dalam tubuh menjadi

lebih baik. Kondisi ini yang bisa mengurangi rasa nyeri haid.
2.1.4.4 Sumber Vitamin K

Menurut Sulaiman (1995), berikut sumber-sumber vitamin K yakni

sebagai berikut:

1. Basil Kering (1714.5 mcg/100 gram)

Basil yang mengandung vitamin K dalam jumlah yang tinggi ini sangat

menguntungkan untuk tubuh karena juga mengandung flavonoid

jenis vicenin dan orientin. Senyawa ini bisa menjadi antioksidan yang bisa

melawan efek radiasi dan kerusakan sel dalam tubuh.

2. Kale (817 mcg/100 gram)

Semua sayuran berwarna hijau mengandung vitamin K yang tinggi,

termasuk kale, bayam, lobak hijau dan bit hijau. Kale bisa bekerja untuk

menurunkan kolesterol dalam tubuh, menurunkan resiko penyakit jantung dan

membersihkan organ hati dari racun yang menumpuk.

3. Daun Bawang (207 mcg/ 100 gram)

Daun bawang bisa dikonsumsi mentah atau masak untuk mendapatkan

nutrisi terbaik bagi tubuh. Vitamin K dalam daun bawang bisa menjadi asupan

yang sangat penting terutama untuk membantu proses pembekuan darah dalam

tubuh, menguatkan tulang dan menjaga agar tulang tetap sehat.

4. Bubuk Cabai (105.7 mcg/100 gram)

Kandungan vitamin K dalam bubuk cabai bisa membantu mengatasi

peradangan dalam tubuh, mengurangi rasa nyeri dan membantu tubuh dalam

mengatasi berbagai rasa sakit yang cukup kuat.

5. Mentimun (76.7 mcg/100 gram)

Mentimun mengandung vitamin A, vitamin C dan vitamin K yang sangat

tinggi. Kandungan nutrisi ini bisa mencegah berbagai jenis penyakit. Mentimun
mengandung serat yang bisa membantu mengatasi penyakit pencernaan, sembelit

dan juga resiko penyakit diabetes.

6. Kedelai (70.6 mcg / 100 gram)

Kedelai mengandung vitamin K yang akan membantu mengatasi masalah

gangguan tidur, metabolisme tubuh, kesehatan tulang dan menjaga agar kadar

gula dalam darah tetap normal.

7. Minyak Zaitun (60.2 mcg / 100 gram)

Minyak zaitun bermanfaat untuk mencegah kanker usus karena

mengandung vitamin K yang cukup tinggi. Kandungan vitamin K bisa mencegah

efek antibiotik pada usus dan menjaga kesehatan sistem pencernaan.

8. Kurma (59.5 mcg / 100 gram)

Kurma bisa membantu menjaga kesehatan mata karena mengandung

vitamin A, beta karoten dan juga karotenoid. Kurma akan mencegah berbagai

jenis kanker karena mengandung vitamin A, mangan, zat besi dan juga zat lain.

Nutrisi ini akan mencegah kanker secara alami dengan meningkatkan sistem

kekebalan tubuh.

9. Asparagus (50.6 mcg / 100 gram)

Asparagus sangat penting untuk tubuh karena mengandung vitamin K

yang menjaga kepadatan tulang, pendarahan internal, dan penyakit osteoporosis.

Asparagus juga mengandung folat sehingga sangat baik untuk ibu hamil, termasuk

untuk mengurangi mual dan menjaga kesehatan DNA. Asparagus juga bisa

membantu menjaga kesehatan tubuh karena bisa melawan radikal bebas, menjadi

sumber antioksidan dan mencegah berbagai penyakit peradangan termasuk

penyakit jantung dan kanker.


2.1.4.5 Kekurangan dan Kelebihan Vitamin K

Menurut Sulaiman (1995), berikut kekurangan dari vitamin K adalah:

1. Kekurangan vitamin K bisa menyebabkan kondisi medis yang serius. Hal ini

terjadi ketika jumlah protrombin akan terus meningkat yang bisa menyebabkan

pendarahan internal dan pendarahan luar.

2. Kekurangan vitamin K bisa menyebabkan masalah kesehatan tulang seperti

osteoporosis. Penyakit ini akan menyebabkan tulang menjadi rapuh karena

tubuh tidak mendapatkan asupan kalsium yang tepat.

3. Kekurangan vitamin K juga bisa menyebabkan masalah pembekuan darah

yang bisa berefek pada meningkatkan resiko penyakit jantung, kanker dan

resiko diabetes.

Menurut Sulaiman (1995), berikut kelebihan dari vitamin K adalah:

1. Terlalu banyak mengkonsumsi vitamin K, terutama jenis vitamin K sintetis

bisa menyebabkan tubuh sering kesemutan dan bahkan mati rasa.

2. Konsumsi berlebihan jenis vitamin K3 bisa menyebabkan oksidatif sel

sehingga menyebabkan kerusakan sel dan justru menyebabkan resiko kanker.

3. Konsumsi berlebihan vitamin K3 juga bisa menyebabkan resiko penyakit

kuning dan anemia (yang disebabkan karena pecahnya sel darah merah).

4. Tubuh akan mengalami penurunan fungsi karena malas bergerak atau aktifitas

tubuh akan menurun drastis.

5. Kelebihan vitamin K3 juga bisa menyebabkan nafsu makan menurun, sesak

nafas, dan gangguan kecemasan seperti mudah marah dan tersinggung.

6. Kelebihan vitamin K3 akan menyebabkan gangguan hati terutama

pembengkakan hati yang memicu pendarahan.


7. Kelebihan vitamin K3 akan merusak fungsi otot dan menyebabkan otot tubuh

menjadi lebih kaku.

8. Dalam kondisi yang sudah parah, kelebihan vitamin K3 bisa menyebabkan

sesak nafas, sulit menelan, pingsan, bengkak pada wajah, dan gangguan fungsi

tubuh.

2.2 Aspek Kerusakan Vitamin Larut dalam Lemak pada Bahan Makanan

Vitamin dapat rusak saat panen, penyimpanan, pemrosesan dan

pemasakan. Kerusakan tersebut akibat pemaparan sinar matahari, udara panas,

waktu simpan yang lama. Saat memasak penggunaan suhu tinggi, air rebusan

dibuang akan menurunkan kandungan vitamin. Juga penambahan baking soda

(dan alkali lain) saat memasak sayur, hasilnya serat lebih lunak. Baking soda

merusak tekstur dan flavor sayuran. Sayuran sebaiknya tidak dimasak dengan

baking soda karena akan menjadi seperti bubur dan kehilangan vitamin seperti

vitamin B, asam askorbat (Winarno, 2004).

Vitamin A tidak stabil dalam berbagai aplikasi dan membutuhkan

antioksidan untuk memperpanjang masa simpannya. Vitamin A mud\ah

teroksidasi, agak stabil jika dipanaskan dalam vakum dan tidak terkena cahaya,

tidak stabil dengan adanya ultraviolet, cukup stabil dalam kondisi alkalis, dan

adanya logam dapat mempercepat oksidasi vitamin A. Sedangkan, vitamin D

rentan terhadap degradasi oksidatif. Pengukuran vitamin D banyak dilakukan

dengan metode KCKT. Vitamin E mudah rusak akibat mudahnya teroksidasi.

Vitamin E stabil pada pemanasan namun akan rusak bila pemanasan terlalu

tinggi. Vitamin E bersifat basa jika tidak ada oksigen dan tidak terpengaruh

oleh asam pada suhu 100o C. Bila terkena oksigen di udara, akan

teroksidasi secara perlahan-lahan. Sedangkan bila terkena cahaya warnanya akan


menjadi gelap secara bertahap. Vitamin E rusak pada proses pengolahan minyak

nabati menjadi margarin atau shortening juga rusak akibat autooksidasi yang

intensif seperti pada pengeringan dan penggorengan Analisis kadar vitamin ini

bisa melalui spektrofotometri, fluorometri, dan KCKT. Vitamin K yang tahan

mudah tetapi mudah rusak oleh radiasi ini dapat diukur kadarnya menggunakan

KCKT (Winarno, 2004).

2.3 Penanganan Kerusakan Vitamin Larut dalam Lemak pada Bahan

Makanan

Menurut Winarno (2004) berikut cara mengolah makanan sayuran agar

kandungan vitamin gizi nutrisi tidak hilang adalah sebagai berikut :

1. Untuk vitamin yang dikemas berbentuk suplemen oleh pabrik dipastikan

terjamin kualitas karena dikemas dengan baik, sehingga tidak mudah rusak.

Meski begitu, saat kemasan vitamin itu berpindah tempat ke rumah kita tetap

harus menjaganya.

2. Hindari menyimpan vitamin di tempat yang terpapar suhu ekstrem seperti di

atas pesawat tv, diatas kulkas atau pun di dalamnya juga lokasi yang terkena

sinar matahari langsung atau di dekat jendela. Simpan kemasan vitamin di

tempat tertutup yang tidak mengalami perubahan suhu secara dratis.

3. Cara memasak yang benar agar vitamin tidak rusak yaitu dengan cara:

Memasak makanan sayuran yang mengadung Vitamin A, E, D. Masaklah

makanan yang mengandung vitamin ini dengan sedikit minyak. Contoh

panggang atau kukuslah hati sapi yang kaya vitamin A daripada

menggorengnya.

4. Kadar vitamin dalam makanan tergantung pada jenis bahan makanan tersebut

yang besarnya bervariasi. Selain jenis bahan, kadar vitamin juga tergantung
pada kerusakan selama pemanenan bahan pangan dan proses pengolahan yang

digunakan. Kehilangan vitamin dalam bahan makanan dapat dicegah dengan

berbagai cara antara lain:

a. Menggunakan suhu tidak terlalu tinggi

b. Waktu memasak tidak terlalu lama

c. Menggunakan air pemasak sedikit mungkin

d. Memotong bahan makanan tidak terlalu kecil sehingga vitamin pada

bahan makanan tidak banyak yang keluar.

e. Panci harus ditutup pada saat memasak

f. Sisa air perebus digunakan kembali


BAB III

KESIMPULAN

Vitamin merupakan senyawa-senyawa organik tertentu yang diperlukan

dalam jumlah kecil dan penting untuk melangsungkan pertumbuhan normal serta

memelihara kesehatan. Vitamin yang larut dalam lemak adalah A, D, E dan K.

Vitamin yang larut dalam lipid (larut-lemak) merupakan hidrofobik apolar, secara

kimia vitamin-vitamin tersebut tersebut termasuk dalam kelompok isoprenoid.

Kandungaan vitamin dalam bahan makanan sangat rentan mengalami kerusakan

terutama dalam pengolahan dan penyimpanan. Vitamin merupakan nutrisi yang

sangat dibutuhkan oleh tubuh, oleh karena itu perlu perhatian khusus dalam

pengolahan bahan makan agar tidak mengurangi kandungan vitamin didalamnya.


DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2010., Prinsip Dasar Ilmu Gizi, PT Gramedia Pustaka Utama,
Jakarta.

Anonim, 2011. Vitamin, http://id.wikipedia.org/wiki/Vitamin.

Holick, M. F., 2007, Vitamin D Deficiency, N Engl J Med, 3(1): 266-281.

Holmes, R. P., dan Kummerow, F.A., 1983, The Relationship of Adequate and
Excessive Intake of Vitamin D to health and disease, J Am Clin Nutr, 2(1):
173-199.

Iswari, R.S. dan Yuniastuti, A., 2006, Biokimia, Graha Ilmu, Jakarta.

Kang, S. dan Voorhees, J.J., 2008. Topical Retinoid. In: Fitzpatrick’s


Dermatology in General Medicine, 7th ed, pp. 2106. New York: McGraw-
Hill.

Lehninger, A. L. 1998. Dasar-Dasar Biokimia I. Erlangga, Jakarta.

Primayetti, D., 2015, http://destiprimayetti.blogspot.co.id/2015/01/makalah-


vitamin-e.html, diakses 4 Februari 2018.

Russel, M.R., 2008. Vitamin and Trace Mineral Deficiency and Excess. In:
Harrison’s Principle of Internal Medicine, 17th ed, pp. 441. New York:
McGraw-Hill.

Stokowski, L., 2010, Current Trial and Other Studies on Vitamin D, Medscape
Public Health, Amerika.

Sulaiman, A.H.,1995. Biokimia untuk Pertanian. USU-Press, Medan.

Winarno, F.G., 2004, Kimia Pangan dan Gizi, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai