Ketimpangan Sosial yang Terjadi di Masyarakat pada masa Pendemi
Pandemi COVID-19 yang belum mereda kini berdampak terhadap meningkatnya
ketimpangan ekonomi dan pendapatan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari ketimpangan yang terjadi antara pekerja informal dan pekerjaan kantoran. Para pekerja informal yang umumnya memiliki pendapatan rendah lebih rentan terinfeksi COVID-19 karena tingkat kontak fisik mereka lebih tinggi dengan orang yang terinfeksi. Contohnya adalah pedagang di pasar yang masih harus bekerja dan bertemu dengan banyak orang. Sementara mereka yang bekerja kantoran memiliki kesempatan untuk bekerja dari rumah, dimana kemungkinan untuk berinteraksi dengan orang lain pun lebih rendah. Hal tersebut juga diperburuk dengan adanya PPKM yang harus dipatuhi oleh masyarakat sehingga menyebabkan wirausaha-wirausaha kecil seperti pedang harus menutup dagangannya dan bahkan ada yang sampai kehilangan pekerjaannya demi mematuhi protokol kesehatan. Sedangkan mereka yang bekerja kantoran masih bisa melanjutkan pekerjaannya dan tidak harus menutup usaha mereka. Maka dari itu perlunya solusi yang sangat diperlukan untuk menangani hal tersebut. Ada tiga pilar penting yang dapat menjadi solusi dari permasalahan diatas, yaitu pemerintah, masyarakat dan pelaku usaha itu sendiri. Yang pertama pemerintah, mencermati belum bergeraknya semua lapangan usaha tumbuh secara optimal, tampaknya diperlukan upaya yang lebih besar agar lapangan usaha yang belum normal dapat kembali normal seperti biasanya. Pemerintah perlu lebih gencar dalam menumbuhkembangkan peluang usaha, terutama pada lapangan usaha yang belum normal. Pengembangan usaha juga perlu dilakukan secara paralel dengan penciptaan kesempatan kerja, terutama bagi pekerja yang kehilangan pekerjaan di masa pandemi. Kehilangan pekerjaan identik dengan hilangnya pendapatan dan menjadi faktor yang berkontribusi langsung terhadap meningkatnya ketimpangan. Selain itu, pemerintah juga diharapkan untuk tidak terburu-buru menghentikan bantuan sosial sebelum ada kepastian pulihnya ketahanan ekonomi keluarga, terutama bagi keluarga tidak mampu. Yang kedua dari masyarakat, usaha pemulihan ekonomi yang dapat dilakukan, yaitu dengan terus mematuhi protokol kesehatan secara ketat. Pengalaman dalam menghadapi pandemi hingga kini cukup memberikan pembelajaran, bahwa kepatuhan masyarakat dalam menjalankan protokol kesehatan merupakan salah satu kunci suksesnya penyelenggaraan kegiatan ekonomi. Selain itu, imbauan Presiden Jokowi guna mendukung Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia (Gernas BBI) kiranya patut menjadi perhatian masyarakat karena hal tersebut bisa sangat membantu dalam upaya pemulihan ekonomi di masa pandemi ini. Dan yang terakhir, dari pelaku usaha itu sendiri. Pemulihan ekonomi yang dapat dilakukan, yaitu dengan memanfaatkan penggunaan teknologi digital. Secara faktual, penggunaan teknologi digital, khususnya pemasaran produk usaha secara daring kini bukan hanya karena terbentur kendala diberlakukannya pembatasan kegiatan masyarakat, melainkan juga guna memenuhi tuntutan perkembangan di era industri 4.0 ini. Selain itu, pelaku usaha perlu terus berinovasi untuk menghasilkan produk yang berkualitas dan berdaya saing, khususnya dari kegiatan UMKM. Hal ini juga sejalan dengan imbauan Presiden Joko Widodo pada saat peringatan Hari Kebangkitan Nasional 20 Mei 2020, yang menyebutkan perlunya UMKM menghasilkan produk yang berkualitas, menguasai pasar dalam negeri, dan berdaya saing di pasar global. Berbagai upaya kiranya diperlukan agar lapangan usaha yang kini belum normal dapat kembali normal lagi khusus pada pekerja informal. Dengan cara itu, ketimpangan ekonomi dimasa pandemi ini bisa diperkecil dan diharapkan juga dapat mempersempit ketimpangan pendapatan pada masyarakat. Saya juga berharap semoga upaya menurunkan ketimpangan itu berjalan, seiring dengan perbaikan ekonomi yang kini telah mengalami titik balik dan dapat terus berlanjut ke masa pemulihan.