Anda di halaman 1dari 18

RESUME

BARISAN DAN RELASI REKURENSI


Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Diskrit
Dosen Pengampu :
Mei Rina Hadi, M.Pd.

Oleh Kelompok 6 :
TMT-4A

1. Fahimatus Solikhah NIM: (126204201007)


2. Ananda Aina Tarisa Bella NIM: (126204202076)
3. Anisa’ul Fadila NIM: (126204203149)

SEMESTER 4 JURUSAN TADRIS MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG
MARET 2022
DAFTAR ISI
BARISAN DAN RELASI REKURENSI
A. BARISAN ARITMATIKA DAN DERET ARITMATIKA .............................................................. 1
1. Barisan Aritmatika ..................................................................................................................... 1
2. Deret Aritmatika........................................................................................................................ 2
B. BARISAN GEOMETRI DAN DERET GEOMETRI .................................................................... 3
1. Barisan Geometri ...................................................................................................................... 3
2. Deret Geometri ......................................................................................................................... 4
C. DERET TAK HINGGA ......................................................................................................... 5
Deret Geometri Tak Hingga ........................................................................................................ 5
Sifat dan Rumus Deret Geometri Tak Hingga .................................................................................. 6
D. RELASI REKURENSI .......................................................................................................... 8
Definisi Relasi Rekurensi ....................................................................................................................... 8
E. Barisan yang Didefinisikan Secara Rekursif....................................................................... 9
Permodelan ............................................................................................................................. 10
1. Bilangan Fibonacci................................................................................................................... 10
2. Menara Hanoi.......................................................................................................................... 11
F. PENYELESAIAN RELASI REKURENSI DENGAN ITERASI ...................................................... 14
G. PENYELESAIAN RELASI REKURENSI DENGAN PERSAMAAN KARAKTERISTIK ..................... 15
A. BARISAN ARITMATIKA DAN DERET ARITMATIKA
1. Barisan Aritmatika
Definisi Barisan Aritmatika
Barisan aritmatika sering juga disebut barisan hitung adalah barisan bilangan
yang setiap sukunya diperoleh dari suku sebelumnya dengan menambah atau
mengurangi dengan suatu bilangan tetap. Bilangan tetap tersebut dinamakan pembeda,
(biasanya disimbolkan dengan b). Jadi pembeda merupakan selisih antara 2 dua suku
yang berturutan. Suku pertama barisan aritmatika ditulis 𝑈1 , sedangkan suku ke-n dari
suatu barisan bilangan aritmatika dituliskan sebagai 𝑈𝑛 .
Rumus Suku Ke-n dari Barisan Aritmatika
Untuk menentukan suku ke-n suatu barisan bilangan aritmetika dimana n
relatif besar tentunya akan sulit jika kita harus menuliskan seluruh anggota barisan
bilangan tersebut. Untuk itu diperlukan cara untuk menentukan suku ke-n dari suatu
barisan bilangan aritmetika dengan n sembarang bilangan asli.
Misal suku pertama suatu barisan aritmetika adalah a dengan pembeda b, maka
barisan aritmetika tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
𝑎, 𝑎 + 𝑏, 𝑎 + 𝑏 + 𝑏, 𝑎 + 𝑏 + 𝑏 + 𝑏, ….
atau dapat dituliskan
𝑎, 𝑎 + 𝑏, 𝑎 + 2𝑏, 𝑎 + 3𝑏, ….
dari barisan di atas, jika suku-1 ditulis 𝑈1 , suku ke-2 ditulis 𝑈2 ,….dst maka diperoleh
barisan 𝑈1 , 𝑈2 , 𝑈3 ...
Selisih antara dua suku yang berturutan 𝑈2 − 𝑈1 = 𝑈3 − 𝑈2 = ⋯ = 𝑏

Jadi rumus suku ke-n dari barisan aritmatika adalah


𝑼𝒏 = 𝒂 + (𝒏 − 𝟏)𝒃
atau
𝑼𝒏 = 𝑼𝟏 + (𝒏 − 𝟏)𝒃

Keterangan :
𝑈𝑛 = 𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑘𝑒 − 𝑛
𝑈1 = 𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎
𝑎 = 𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎

1
𝑏 = 𝑝𝑒𝑚𝑏𝑒𝑑𝑎
Contoh:
Tentukan suku ke-40 dari barisan aritmatika 7, 5, 3, 1, …
Penyelesaian:
𝑎=7
𝑏 = -2
𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏
𝑈40 = 7 + (40 − 1)(−2)
𝑈40 = 7 + 39(−2)
𝑈40 = (−71)

2. Deret Aritmatika
Perhatikan barisan aritmetika 3, 5, 7, 9, …. Dari barisan aritmetika tersebut
dapat dibuat suatu deret aritmetika : 𝑆𝑛 = 3 + 5 + 7 + 9 +…. Dengan demikian jika
diketahui suatu barisan bilangan aritmatika: 𝑈1 + 𝑈2 + 𝑈3 + ⋯ . +𝑈𝑛 . maka dapat
dibuat suatu deret aritmatika:
𝑆𝑛 = 𝑈1 + 𝑈2 + 𝑈3 + ⋯ . +𝑈𝑛
Cara menentukan 𝑆𝑛 sebagai berikut;
𝑈1 = 𝑎
𝑈2 = 𝑎 + 𝑏
𝑈3 = 𝑎 + 2𝑏

𝑈𝑛 = 𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏
Maka diperoleh,
𝑆𝑛 = 𝑎 + (𝑎 + 𝑏) + (𝑎 + 2𝑏) + (𝑎 + 3𝑏) + ⋯ + (𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏)
𝑆𝑛 = (𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏) + (𝑎 + (𝑛 − 2)𝑏) + ⋯ + 𝑎
+
2 𝑆𝑛 = (2𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏) + (2𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏) + ⋯ + (2𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏) 𝑎𝑡𝑎𝑢
2 𝑆𝑛 = 𝑛 (2𝑎 + (𝑛 − 1)𝑏)

Jadi, Cara menentukan 𝑆𝑛


𝒏
𝑺𝒏 = (𝟐𝒂 + (𝒏 − 𝟏)𝒃)
𝟐
atau
𝒏
𝑺𝒏 = (𝒂 + 𝑼𝒏)
𝟐
2
Rumus di atas menyatakan jumlah n suku pertama dari deret aritmatika.
Untuk setiap deret aritmatika berlaku :

𝑺𝒏 − 𝑺𝒏−𝟏 = 𝑼𝒏

Dimana (𝑈𝑛 = 𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑘𝑒 − 𝑛 𝑑𝑎𝑟𝑖 𝑑𝑒𝑟𝑒𝑡 𝑎𝑟𝑖𝑡𝑚𝑎𝑡𝑖𝑘𝑎


Pada suatu deret aritmetika, jika pembeda barisan positif maka deret yang
terbentuk disebut deret aritmatika naik dan jika pembeda barisan negatif maka deret
yang terbentuk disebut deret aritmatika turun.
Contoh:
Berapakah Jumlah suku ke-40 dari deret aritmatika 7+ 5+3+1+ …
𝒏
𝑺𝒏 = (𝒂 + 𝑼𝒏)
𝟐
40
𝑆40 = (7 + (−71)
2
𝑆40 = 20(−64)
𝑆40 = (−1280)

B. BARISAN GEOMETRI DAN DERET GEOMETRI


1. Barisan Geometri
Definisi Barisan Geometri
Suatu barisan dinamakan barisan geometri jika dan hanya jika hasil bagi tiap suku
dengan suku sebelumnya selalu tetap. Hasil bagi yang tetap ini disebut rasio (biasanya
disimbolkan dengan r atau p). Suku pertama barisan geometri ditulis 𝑈1 , sedangkan suku ke-
n dari suatu barisan geometri dituliskan sebagai 𝑈𝑛 .
Jadi, suatu barisan disebut barisan geometri apabila:
𝑈2 𝑈3 𝑈𝑛
= =⋯= = 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜
𝑈1 𝑈2 𝑈𝑛−1
Rumus Suku Ke-n dari Barisan Geometri
Misalkan suku pertama dari barisan geometri, yaitu 𝑈1 dinyatakan dengan 𝑎, maka
kita dapatkan:
𝑈2
= 𝑟 ⇔ 𝑈2 = 𝑈1 𝑟 = 𝑎𝑟
𝑈1

3
𝑈3
= 𝑎 ⇔ 𝑈3 = 𝑈2 𝑟 = 𝑎𝑟. 𝑟 = 𝑎𝑟 2
𝑈2

𝑈4
= 𝑎 ⇔ 𝑈4 = 𝑈3 𝑟 = 𝑎𝑟 2 . 𝑟 = 𝑎𝑟 3
𝑈3

dan seterusnya, sehingga didapat barisan geometri dalam bentuk baku (standar), yaitu:
𝑎, 𝑎𝑟, 𝑎𝑟 2 , 𝑎𝑟 3 , … , 𝑎𝑟 𝑛−1.
Perhatikan bahwa urutan ke-n merupakan bentuk umum rumus suku ke-n barisan
geometri, yaitu:
𝑼𝒏 = 𝒂𝒓𝒏−𝟏

Keterangan :
𝑈𝑛 = 𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑘𝑒 − 𝑛
𝑎 = 𝑠𝑢𝑘𝑢 𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎𝑚𝑎
𝑟 = 𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜
Contoh:
Selembar kertas dipotong menjadi dua bagian. Setiap bagian dipotong menjadi dua
dan seterusnya. Berapakah jumlah potongan kertas setelah potongan ke-5
Penyelesaian:
𝑼𝒏 = 𝒂𝒓𝒏−𝟏
𝑎=1
𝑟=2
𝑈5 = 1. 25−1
𝑈5 = 1. 24
𝑈5 = 16

2. Deret Geometri
Seperti halnya deret aritmetika, bahwa suatu deret geometri adalah jumlah suku-suku
dari suatu barisan geometri. Jika barisan geometrinya dinyatakan dalam bentuk baku,
yaitu:
𝑎, 𝑎𝑟, 𝑎𝑟 2 , 𝑎𝑟 3 , … , 𝑎𝑟 𝑛−1
Maka deret geometrinya adalah
𝑎 + 𝑎𝑟 + 𝑎𝑟 2 + 𝑎𝑟 3 + ⋯ + 𝑎𝑟 𝑛−1
Misalkan 𝑆𝑛 adalah notasi yang kita pakai untuk menyatakan jumlah n suku pertama
suatu barisan geometri, maka:

4
𝑆𝑛 = 𝑎 + 𝑎𝑟 + 𝑎𝑟 2 + 𝑎𝑟 3 + ⋯ + 𝑎𝑟 𝑛−1
𝑟 𝑆𝑛 = 𝑎𝑟 + 𝑎𝑟 2 + 𝑎𝑟 3 + 𝑎𝑟 4 + ⋯ + 𝑎𝑟 𝑛−1
(1 − 𝑟)𝑆𝑛 = 𝑎 − 𝑎𝑟 𝑛
𝑎 − 𝑎𝑟 𝑛
𝑆𝑛 =
1−𝑟
𝑎(1 − 𝑟 𝑛 )
𝑆𝑛 = , (𝑟 ≠ 1)
1−𝑟
𝑎(𝑟 𝑛 − 1)
𝑆𝑛 = , 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑟 > 1
𝑟−1

rumus untuk jumlah n suku pertama deret


geometri :
𝑎(𝑟 𝑛 − 1)
𝑆𝑛 = , 𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑘𝑢 𝑗𝑖𝑘𝑎 𝑟 > 1
𝑟−1

Contoh:
Jumlah 6 suku pertama deret geometri 2+6+18+… adalah
Penyelesaian:
𝑎(𝑟 𝑛 − 1)
𝑆𝑛 =
𝑟−1
𝑎=2
𝑟=3
2(36 − 1)
𝑆6 =
3−1
2(729 − 1)
𝑆6 =
2
𝑆6 = 728

C. DERET TAK HINGGA


Deret Geometri Tak Hingga
Definisi Deret Tak Hingga
Deret geometri tak hingga adalah penjumlahan suku-suku pada barisan geometri yang
banyaknya tidak terbatas (tak hingga). Deret geometri tak hingga biasanya dinotasikan
sebagai 𝑆∞.
Bentuk umum dari deret geometri tak hingga adalah 𝑎 + 𝑎𝑟 + 𝑎𝑟 2 + 𝑎𝑟 3 + ⋯ dimana

5
a adalah suku pertama dan r adalah rasio. Tanda titik tiga (...) diatas menandakan
bahwa penjumlahan dilanjutkan terus menerus dengan mengikuti pola deret tersebut.
Sifat dan Rumus Deret Geometri Tak Hingga
a. Deret geometri tak hingga yang konvergen (memusat atau tidak
menyebar) adalah deret geometri tak hingga yang memiliki limit jumlah.

Syarat : |𝑟| < 1 → -1 dan 1, yaitu -1 < 𝑟 < 1


𝑎
Jumlah sampai tak hingga = 𝑆∞ = 1−𝑟

b. Deret geometri tak hingga yang divergen (menyebar) adalah deret geometri
tak hingga yang tidak memiliki limit jumlah.

Syarat: |𝑟| > 1 → 𝑟 > 1 atau 𝑟 < -1

Jumlah sampai tak hingga = 𝑆∞ = 𝑡𝑖𝑑𝑎𝑘 𝑎𝑑𝑎

c. Rumus Deret Geometri Tak Hingga Ganjil dan Genap


Pada materi deret geometri tak hingga ada bermacam-macam rumus. Indeks genap
dan ganjil sudah memiliki rumus yang berbeda.
S∞ = 𝑎 + 𝑎𝑟 + 𝑎𝑟 2 + 𝑎𝑟 3 + ⋯
𝑆 = 𝑈1 + 𝑈2 + 𝑈3 + ⋯
Maka,
1. Rumus Jumlah Tak Hingga Suku Ganjil
𝒂
𝑺∞𝒈𝒂𝒏𝒋𝒊𝒍 =
𝟏 − 𝒓𝟐
Untuk mencari “𝑎”
𝑆∞
𝑎 = 𝑆∞ (2 − )
𝑆∞𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙
𝑆∞𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝
dengan 𝑟 = 𝑆∞𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙

2. Rumus Jumlah Tak Hingga Suku Genap


𝒂𝒓
𝑺∞𝒈𝒆𝒏𝒂𝒑 =
𝟏 − 𝒓𝟐
Untuk mencari “𝑎”
𝑆∞
𝑎 = 𝑆∞ (2 − )
𝑆∞𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝

6
𝑆∞𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝
dengan 𝑟 = 𝑆∞𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙

Contoh Soal
1 1 1
1. Tentukan Jumlah dari 1 + 4 + 16 + 64 + ⋯

Penyelesaian:
𝑎
𝑆∞ =
1−𝑟
𝑎=1
1
𝑟=
4
1
𝑆∞ =
1
1−4

1
𝑆∞ =
3
4
4
𝑆∞ =
3

2. Jumlah tak hingga untuk suku ganjil dan genap berturut-turut dari deret
1
geometri tak hingga 16 + 8 + 4 + 2 + 1 + 2 + ⋯ adalah

Penyelesaian:
Sebelum mencari nilai dari deret tak hingga, kit acari dulu rasionya
𝑈2 8 1
𝑟= = =
𝑈1 16 2
𝑎
𝑆∞𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙 =
1 − 𝑟2
16
𝑆∞𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙 =
1
1 − (2)2

16
𝑆∞𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙 =
1
1−4

16
𝑆∞𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙 =
3
4
4
𝑆∞𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙 = 16 ×
3

7
64
𝑆∞𝑔𝑎𝑛𝑗𝑖𝑙 =
3

𝑎𝑟
𝑆∞𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝 =
1 − 𝑟2
1
16 × 2
𝑆∞𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝 =
1
1 − (2)2

8
𝑆∞𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝 =
1
1−4

8
𝑆∞𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝 =
3
4
4
𝑆∞𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝 = 8 ×
3
32
𝑆∞𝑔𝑒𝑛𝑎𝑝 =
3
Dengan demikian jumlah tak hingga untuk suku ganjil dan genap berturut-turut dari
64 32
deret geometri tak hingga tersebut adalah dan
3 3

D. RELASI REKURENSI
Definisi Relasi Rekurensi
• Relasi rekurensi barisan (𝑎𝑛 ) adalah sebuah persamaan yang
mengekspresikan 𝑎𝑛 dalam bentuk suku-suku sebelumnya yaitu 𝑎𝑛−1 ;  𝑎𝑛−2 ; … , 𝑎1 , 𝑎0.
Suatu barisan merupakan solusi dari relasi rekurensi jika suku - suku pada barisan itu
memenuhi relasi rekurensi.
• Elemen barisan ke-n yaitu 𝑎𝑛 , ditentukan dari suatu persamaan.
• Persamaan penentuan dari 𝑎𝑛 didefinisikan secara rekursif dalam 1 atau lebih
term elemen 𝑎0 , 𝑎1 ,  𝑎2 , … , 𝑎𝑛−1.
• Dari poin 1 dan 2 kita dapat menyebutkan bahwa suatu persamaan tersebut
termasuk relasi rekuens.
• Contoh penulisan persamaan untuk 𝑎𝑛 dengan memanfaatkan term dari
elemen sebelumnya,
𝑎𝑛 = 2𝑎𝑛−1 + 1
𝑎𝑛 = 𝑎𝑛−1 + 2𝑎𝑛−2

8
𝑎𝑛 = 2𝑎𝑛−1 − 𝑎𝑛−2
• Pentingnya menentukan kondisi awal barisan dalam relasi rekurens ini, secara
spesifik menentukan elemen-elemen barisan. Kondisi awal yang tidak sama akan juga
menghasilkan elemen-elemen barisan yang berbeda dengan kondisi awal.
• Kondisi awal barisan adalah satu atau lebih nilai awal yang diperlukan untuk
memulai menghitung elemen-elemen selanjutnya.
Contoh 1 :
𝑎𝑛 = 2𝑎𝑛−1 + 1; 𝑎0 = 1
𝑎𝑛 = 𝑎𝑛−1 + 2𝑎𝑛−2 ; 𝑎0 = 1 𝑑𝑎𝑛 𝑎1 = 2

E. Barisan yang Didefinisikan Secara Rekursif


• Relasi rekurensi ini menyatakan definisi barisan secara rekursif maka kondisi
awal merupakan langkah basis atau langkah awal pada definisi rekursif.
• Perlu diingat! suatu barisan didefinisikan secara rekursif jika kondisi awal
barisan ditentukan, dan suku-suku yang barisan selanjutnya dinyatakan dalam hubungan
dengan sejumlah suku-suku yang sudah dinyatakan sebelumnya. Dan persamaan yang
menyatakan hubungan antara beberapa suku tersebut disebut Relasi Rekurensi.

• Contoh 1 :
Barisan bilangan ganjil lebih besar dari 2, yaitu 3,5,7,…
yang dapat dinyatakan dalam bentuk berikut :
Untuk semua bilangan bulat 𝑘 ≥ 1,
𝑎𝑘 = 𝑎𝑘−1 (relasi rekurensi) dan
𝑎0 = 3 (kondisi awal)

Setelah kita mengetauhi dengan relasi rekurensi dan kondisi awal, suku-suku barisan
selanjutnya dapat dihitung :
𝑎1 = 𝑎0 + 2 = 3 + 2 = 5
𝑎2 = 𝑎1 + 2 = 5 + 2 = 7
𝑎3 = 𝑎2 + 2 = 7 + 2 = 9
… dst

9
• Contoh 2 :
Misalkan f didefinikan secara rekursif sebagai berikut :

Tentukan nilai dari f(4) !


Penyelesaian :
𝑓(4) = 2𝑓(3) + 4
= 2(2𝑓(2) + 4) + 4
= 2(2(2𝑓(1) + 4) + 4) + 4
= 2(2(2(2𝑓(0) + 4) + 4) + 4) + 4
= 2(2(2(2 ∙ 3 + 4) + 4) + 4) + 4
= 2(2(2(10) + 4) + 4) + 4
= 2(2(24) + 4) + 4
= 2(52) + 4 = 108
Atau dengan cara lain:
𝑓(0) = 3
𝑓(1) = 2𝑓(0) + 4 = 2 ∙ 3 + 4 = 10
𝑓(2) = 2𝑓(1) + 4 = 2 ∙ 10 + 4 =24
𝑓(3) = 2𝑓(2) + 4 = 2 ∙ 24 + 4 = 52
𝑓(4) = 2𝑓(3) + 4 = 2 ∙ 52 + 4 = 108
Jadi, nilai dari f(4) = 108.

Permodelan
1. Bilangan Fibonacci
Relasi rekursi yang paling terkenal dan sering digunakan yaitu barisan Fibonacci.
Relasi rekursi ini merupakan salah satu relasi rekursi yang paling tua di dunia, dibahas
pada buku Liber Abbaci yang ditulis oleh Leonardo of Pisa atau yang lebih dikenal
dengan nama Fibonacci pada tahun 1202. Pada saat itu dicoba untuk menghitung jumlah
pasangan kelinci yang ada, jika setiap pasangan kelinci setiap bulan dapat menghasilkan
sepasang anak kelinci baru. 𝐻𝑛 = 2𝐻𝑛−1

Jika syarat awal diberikan dengan harga 𝑎0 = 1 dan 𝑎1 = 1, maka bilangan yang

10
diperoleh dengan rumus rekursi 𝑎𝑛 = 𝑎𝑛−1 + 𝑎𝑛−2 untuk n = 2, 3, 4, ... disebut barisan
Fibonacci dan suku 𝑎0 disebut bilangan Fibonacci.
Jadi, barisan Fibonacci sebagai berikut:
1, 1, 2, 3, 5, 8, 13, 21, 34, 55, 89, 144, 233, ...

2. Menara Hanoi
Permainan ini terdiri dari tiga tiang dan sejumlah cakram/piringan dengan ukuran
berbeda-beda yang bisa dimasukkan ke tiang manapun. Kondisi awal piringan yang
tertumpuk rapi berurutan berdasarkan ukurannya dalam salah satu tiang, piringann
terkecil diletakkan teratas, sehingga membentuk kerucut. Tujuan dari pemindahan
seluruh tumpukkan tersebut ke tiang yang lain, dengan melihat aturan :
1. Hanya satu piringan yang boleh dipindahkan dalam satu waktu.
2. Setiap perpindahan berupa pengambilan piringan teratas dari satu tiang dan
memasukkannya ke tiang lainnya, diatas piringan lain yang mungkin sudah ada di tiang
tersebut.
3. Tidak boleh meletakkan piringan diatas piringan lain yang lebih kecil.

Dikisahkan bahwa di kota Hanoi, Vietnam, terdapat tiga buah tiang tegak setinggi 5
meter dan 64 buah piringan (disk) dari berbagai ukuran. Tiap piringan mempunyai
lubang di tengahnya yang memungkinkannya untuk dimasukkan ke dalam tiang. Pada
mulanya piringan tersebut tersusun pada sebuah tiang sedemikian rupa sehingga piringan
yang di bawah mempunyai ukuran lebih besar daripada ukuran piringan di atasnya.
Pendeta Budha memberi pertanyaan kepada murid-muridnyanya: bagaimana
memindahkan seluruh piringan tersebut ke sebuah tiang yang lain; setiap kali hanya satu
piringan yang boleh dipindahkan, tetapi tidak boleh ada piringan besar di atas piringan
kecil. Tiang yang satu lagi dapat dipakai sebagai tempat peralihan dengan tetap
memegang aturan yang telah disebutkan. Menurut legenda pendeta Budha, bila
pemindahan seluruh piringan itu berhasil dilakukan, maka dunia akan kiamat!
Ilustrasi Menara Hanoi

11
PEMODELAN

• Kasus untuk n=3 piringan

• Secara umum, untuk n piringan, penyelesaian dengan cara berpikir rekursif


adalah sebagai berikut:

Kita harus memindahkan piringan paling bawah terlebih dahulu ke tiang B sebagai
alas bagi piringan yang lain. Untuk mencapai maksud demikian, berpikirlah secara
rekursif: pindahkan n – 1 piringan teratas dari A ke C, lalu pindahkan piringan paling
bawah dari A ke B, lalu pindahkan n – 1 piringan dari C ke B.
pindahkan n – 1 piringan dari A ke C
pindahkan 1 piringan terbawah dari A ke B

12
pindahkan n – 1 piringan dari C ke B

Selanjutnya dengan tetap berpikir rekursif-pekerjaan memindahkan n – 1 piringan dari


sebuah tiang ke tiang lain dapat dibayangkan sebagai memindahkan n – 2 piringan antara
kedua tiang tersebut, lalu memindahkan piringan terbawah dari sebuah tiang ke tiang
lain, begitu seterusnya.

• Misalkan 𝐻𝑛 menyatakan jumlah perpindahan piringan yang dibutuhkan untuk


memecahkan teka-teki Menara Hanoi.
pindahkan n – 1 piringan dari A ke C → 𝐻𝑛−1kali
pindahkan 1 piringan terbawah dari A ke B → 1 kali
pindahkan n – 1 piringan dari C ke B → 𝐻𝑛−1kali
Maka jumlah perpindahan yang terjadi adalah: 𝐻𝑛 = 2𝐻𝑛−1 + 1
dengan kondisi awal 𝐻1 = 1

Sehingga, penyelesaian relasi rekurens :


𝐻𝑛 = 2𝐻𝑛−1 + 1 = 2(2𝐻𝑛−2 + 1) + 1 = 22 𝐻𝑛−2 + 2 + 1
= 22 (2𝐻𝑛−3 + 1) + 2 + 1= 23 𝐻𝑛−3 + 22 + 2 + 1

= 2𝑛−1 𝐻1 + 2𝑛−2 + 2𝑛−3 +. . . +2 + 1
= 2𝑛−1 + 2𝑛−2 + 2𝑛−3 +. . . +2 + 1 → deret geometri
= 2𝑛 − 1

Untuk n =64 piringan, jumlah perpindahan piringan yang terjadi adalah


𝐻𝑛 = 2𝑛 − 1
𝐻64 = 264 − 1 = 18.446.744.073.709.551.615

Jika satu kali pemindahan piringan membutuhkan waktu 1 detik, maka waktu yang
diperlukan adalah 18.446.744.073.709.551.615 detik atau setara dengan 584.942.417.355
tahun atau sekitar 584 milyar tahun!
Karena itu, legenda yang menyatakan bahwa dunia akan kiamat bila orang berhasil
memindahkan 64 piringan di Menara Hanoi ada juga benarnya, karena 584 milyar tahun

13
tahun adalah waktu yang sangat lama, dunia semakin tua, dan akhirnya hancur.

F. PENYELESAIAN RELASI REKURENSI DENGAN ITERASI


Cara penyelesaian metode iterasi adalah menghitung suku-suku barisan secara
berurutan sehingga diperoleh suatu pola tertentu.
➢ Bilangan Bulat Ganjil

Relasi rekurensi : 𝑎𝑛 = 𝑎𝑛−1 + 2, 𝑎0 = 1


𝑎0 = 1
𝑎1 = 𝑎0 + 2 = 1 + 2
𝑎2 = 𝑎1 + 2 = (1 + 2) + 2
𝑎3 = 𝑎2 + 2 = (1 + 2 + 2) + 2
𝑎𝑛 = 1 + 2 + 2 + 2 + ⋯ + 2
𝑎𝑛 = 1 + 2𝑛
Solusi : 𝑎𝑛 𝑛 = 2𝑛 + 1

➢ Tabungan Deposito

Relasi rekurensi : 𝑃𝑛 = (1 + 𝑟)𝑃𝑛−1 , 𝑃0 = 𝑃


𝑃1 = (1 + 𝑟)𝑃0 = (1 + 𝑟)𝑃
𝑃2 = (1 + 𝑟)𝑃1 = (1 + 𝑟){(1 + 𝑟)𝑃} = (1 + 𝑟)2 𝑃
𝑃3 = (1 + 𝑟)𝑃2 = (1 + 𝑟){(1 + 𝑟)(1 + 𝑟)𝑃} = (1 + 𝑟)3 𝑃
𝑃𝑛 = (1 + 𝑟)𝑃𝑛−1 = (1 + 𝑟). (1 + 𝑟). (1 + 𝑟) … (1 + 𝑟)𝑃
𝑃𝑛 = (1 + 𝑟)𝑛 𝑃

Solusi : 𝑃𝑛 = (1 + 𝑟)𝑛 𝑃

Contoh :
Misalkan uang sebanyak Rp10.000 disimpan di bank dengan system bunga 11% per
tahun. Berapa banak uang setelah 10 tahun?
• Misal 𝑃𝑛 menyatakan nilai uang setelah n tahun
• Nilai uang setela n tahun sama dngan nilai uang tahun sebelumnya ditambah
dengan bunga uang
𝑃𝑛 = 𝑃𝑛−1 + 0,11𝑃𝑛−1 , 𝑃0 = 10.000

14
𝑃𝑛 = 𝑃𝑛−1 + 0,11𝑃𝑛−1 = 1,11𝑃𝑛−1
𝑃1 = (1,11)𝑃1−1 = 1,11𝑃0
𝑃2 = (1,11) 𝑃2−1 = (1,11) 𝑃1 = (1,11)[1,11𝑃0 ] (1,11)2 𝑃0
𝑃3 = (1,11)𝑃3−1 = (1,11)𝑃2 = (1,11)[(1,11)2 𝑃0 ] = (1,11)3 𝑃0
𝑃𝑛 = (1,11)𝑛 𝑃0
• Jadi, 𝑃𝑛 = (1,11)𝑛 𝑃0 = (1,11)𝑛 10.000 . setelah 10 tahun, banyaknya uang
adalah 𝑃10 = (1,11)10 10.000 = 𝑅𝑝28.394,2

G. PENYELESAIAN RELASI REKURENSI DENGAN PERSAMAAN


KARAKTERISTIK
➢ Penyelesaian secara sistematis digunakan untuk relasi rekurensi yang
berbentuk homogen lanjar (linear homogeneous).

Relasi rekuensi dinatakan homogen lanjar jika berbentuk


𝑎𝑛 = 𝑐1 𝑎𝑛−1 + 𝑐2 𝑎𝑛−2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑎𝑛−𝑘
Yang dalam hal ini 𝑐1 , 𝑐2 , … , 𝑐𝑘 adalah bilangan riil dan 𝑐𝑘 ≠ 0.
Solusi relasi rekurensi yang berbentuk homogen lanjar adalah mencari bentuk
𝑎𝑛 = 𝑟 𝑛
Yang dalam hal ini r adalah konstanta.
➢ Penyelesaian relasi rekurensi menggunakan persamaan karakteristik
1. Menentukan persamaan karakteristik

Substitusikan 𝑎𝑛 = 𝑟 𝑛 ke dalam relasi rekurensi homogen lanjar 𝑎𝑛 = 𝑐1 𝑎𝑛−1 +


𝑐2 𝑎𝑛−2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑎𝑛−𝑘
Menjadi
𝑟 𝑛 = 𝑐1 𝑟 𝑛−1 + 𝑐2 𝑟 𝑛−2 + ⋯ + 𝑐𝑘 𝑟 𝑛−𝑘
Bagi kedua ruas dengan 𝑟 𝑛−𝑘 , menghasilkan
𝑟 𝑘 − 𝑐1 𝑟 𝑘−1 − 𝑐2 𝑟 𝑘−2 − ⋯ − 𝑐𝑘−1 𝑟 − 𝑐𝑘 = 0
Persamaan di atas dinamakan Persamaan Karakteristik dari relasi rekurensi.
2. Mencari akar-akar persamaan karakteristik

Untuk 𝑟1 ≠ 𝑟2 (𝑟1 𝑑𝑎𝑛 𝑟2 akar-akar persamaan karakteristik), Penyelesaian awal 𝑎𝑛 =


𝑐1 𝑟1 𝑛 + 𝑐2 𝑟2 𝑛

15
Untuk 𝑟1 = 𝑟2, penyelesaian awal 𝑎𝑛 = (𝑐1 + 𝑐2 . 𝑛)𝑟 𝑛
3. Menentukan nilai-nilai koefisien 𝑐1 𝑑𝑎𝑛 𝑐2

Digunakan nilai awal yang diberikan.


Contoh :
a. 𝑎𝑛 = 3𝑎𝑛−1 + 4𝑎𝑛−2 untuk n ≥ 2 dengan kondisi awal 𝑎0 = 1 dan 𝑎1 = 3

Relasi rekurensi 𝑎𝑛 − 3𝑎𝑛−1 − 4𝑎𝑛−2 = 0 merupakan relasi rekurensi homogen linier


dengan koefisien konstan.
Substitusikan 𝑎𝑛 = 𝑟 𝑛 ke dalam relasi rekurensi 𝑎𝑛 − 3𝑎𝑛−1 − 4𝑎𝑛−2 = 0 .
n = 2 , sehingga 𝑟 2 − 3𝑟 − 4 = (𝑟 − 4)(𝑟 + 1) = 0 yang memiliki akar-akar
karakteritik yaitu 𝑟1 = 4 dan 𝑟2 = −1
karena kedua akar-akar karakteristiknya berbeda maka 𝑎𝑛 = 𝑐1 4𝑛 + 𝑐2 (−1)𝑛
untuk menemukan 𝑐1dan 𝑐2 , digunakan kondisi awal :
𝑎0 = 1 sehingga 1 = 𝑐1 40 + 𝑐2 (−1)0
1 = 𝑐1 + 𝑐2 … (1)
𝑎1 = 3 sehingga 3 = 𝑐1 41 + 𝑐2 (−1)1
3 = 4𝑐1 − 𝑐2 … (2)
4 1
Dengan mengeliminasi persamaan (1) dan (2) diperoleh 𝑐1 = 5 dan 𝑐2 = 5

Dengan demikian, penyelesaian relasi rekuensi 𝑎𝑛 − 3𝑎𝑛−1 − 4𝑎𝑛−2 = 0 adalah


4 1
𝑎𝑛 = (4)𝑛 + (−1)𝑛
5 5

16

Anda mungkin juga menyukai