Anda di halaman 1dari 9

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

BERKEBUN SEBAGAI STIMULASI PERKEMBANGAN


MASA KANAK-KANAK AWAL

Dosen Pengampu Mata Kuliah: Rini Ariani, M.Psi

Di susun oleh;
(Kelompok 7)
Shindi Khoirunnisa 121207056
Syafa Athya Rita Syarbini 121107055
Wiji Hermani Wijaya 121107095
Xqlima Talenta 121207024
Yohanna Gloria 121107066

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS FALSAFAH DAN PERADABAN
UNIVERSITAS PARAMADINA
2022
ABSTRACT

Stimulasi adalah rangsangan yang dilakukan sejak bayi baru lahir (bahkan sebaiknya
sejak di dalam kandungan) dilakukan setiap hari, untuk merangsang semua sistem indera
manusia (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Seperti yang kita ketahui
bahwa kepribadian dibangun saat 5 tahun pertama manusia hidup, artinya stimulasi pada masa
kanak-kanak sangatlah berperan dalam pembentukan karakter seseorang. Semakin optimal
stimulasi yang diberikan orang tua kepada anaknya pada masa kanak-kanak akan membuat
anaknya tumbuh optimal secara fisiologi dan psikologisnya, namun akan terjadi sebaliknya jika
stimulasi tidak diberikan secara optimal pada masa keemas an manusia yaitu masa kanak-kanak.
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh kembang anak.

Menurut (Dinkes,2009), Orang tua harus selalu memberikan rangsang / stimulasi kepada
anak dalam semua aspek perkembangan baik motorik kasar maupun halus, bahasa dan personal
sosial. Stimulasi ini harus di berikan secara rutin dan berkesinambungan dengan kasih sayang,
metode bermain dan lain-lain. Sehingga perkembangan anak akan berjalan optimal. Kurangnya
stimulasi dari orang tua dapat mengakibatkan keterlambatan perkembangan anak, karena itu para
orang tua atau pengasuh harus diberi penjelasan cara-cara melakukan stimulasi kepada anak-
anak. Ada banyak sekali bentuk stimulasi yang dapat kita berikan kepada anak. Tapi tiap
stimulasi juga harus tepat dan sesuai dengan usia dan keadaan psikologis anak. Seiring zaman
bentuk stimulasi juga sudah banyak di modifikasi dengan lebih moderen, bahkan ada yang bisa
melalui gadget, hal ini dilakukan guna menyesuaikan kondisi anak dengan perkembangan
teknologi. Namun stimulus yang baik bukan hanya stimulus yang modern saja, kita juga bisa
melakukan stimulasi tradisional berupa kegiatan sehari-hari yang mengoptimalkan penggunaan
sistem indera anak (pendengaran, penglihatan, perabaan, pembauan, pengecapan). Dalam tulisan
ini, kami akan mengalisa aktivitas stimulasi berupa kegiatan Berkebun, namun jurnal yang
menjadi acuan tugas kami adalah berusia 4 - 6 tahun serta membahas bagaimana kaitannya
aktivitas tersebut dengan tumbuh kembang anak.

A. BERKEBUN DENGAN ANAK

Berkebun adalah kegiatan yang menyenangkan, apalagi jika dilakukan bersama anak. Namun
seringkali anak menganggap berkebun membosankan dan kotor, sehingga para orang tua perlu
memutar otak untuk mencari cara atau tips mengajak anak berkebun bersama dengan
menyenangkan. Pengenalan aktivitas berkebun pada anak usia dini sangat penting bagi
pertumbuhan dan perkembangan anak. Kegiatan ini menstimulasi kemampuan motorik, sensorik,
perkembangan kognitif dan mengajarkan bekerja kelompok (perkembangan sosial).

Mikroba yang terdapat pada tanah dapat meningkatkan produksi serotonin dalam otak yang
dapat menimbulkan rasa senang dan bahagia. Mencium wangi tanah sehabis hujan juga bisa
mempengaruhi otak dan meningkatkan mood.Menyediakan lahan untuk anak dapat berkebun
sendiri menjadi salah satu cara mengenalkan dunia berkebun dengan si anak, Jika tidak memiliki
tanah dapat menggunakan metode hidroponik. Bisa mulai menghias pot dengan cat atau warna
kesukaan mereka, menggambarkan bunga dan karakter yang cheerful.Membiarkan anak memilih
apa yang ingin di tanam, banyak jenis yang bisa di pakai untuk mulai berkebun di rumah.
contohnya :
• Bunga Matahari
• Cabai
• Tomat Ceri
• Buncis
• Mentimun
• Bayam
• Sawi

Membuat perlengkapan khusus untuk anak berkebun. di era digital ini banyak di e-
commerce menjual perlatan berkebun untuk si anak. Menyiapkan Pot atau botol bekas yang
sudah di lubangi. Ajari anak cara berkebun dengan baik, mulai dari menyirami tanaman setiap
hari, menempatkan di ruangan yang cukup udara dan cahaya. Jangan lupa untuk di abadikan atau
bisa untuk di jadikan jurnal perjalanan dalam berkebun. Terakhir mengajak anak mengolah
panen. Contohnya menarik wortel dari dalam tanah, memetik tomat ceri, memetik cabai dan lain
lain.

B. ANALISIS KAJIAN LITERASI MANFAAT AKTIVITAS BERKEBUN BAGI


PERKEMBANGAN MASA KANAK-KANAK AWAL
Berkebun sebagai salah satu aktivitas yang membantu meningkatkan kecerdasan naturalis
anak Menurut Armstrong (2013:7), kecerdasan naturalis adalah keahlian dalam mengenali dan
mengklasifikasikan berbagai spesies flora dan fauna, dari sebuah lingkungan individu. Hal ini
juga mencakup kepekaan terhadap fenomena alam lainnya. Yaumi (2013:11) menyatakan
kecerdasan naturalis adalah kemampuan dalam melakukan kategorisasi dan membuat hierarki
terhadap keadaan organisme seperti tumbuh-tumbuhan, binatang, dan alam. Annie R. Hoekstra-
de Roos menyatakan Naturalistic intelligence is define as having sensitivity to nature and all it’s
details intricacies. Artinya kecerdasan naturalis adalah seseorang yang mempunyai sensitivitas
terhadap alam dan semua detail dan seluk beluknya.

Mike Fleetham (2006:30) menyatakan Naturalistic inttelegence is the ability to recognize


and classify plants and animals and other aspecr of your environtment. Artinya, kecerdasan
naturalis adalah kemampuan untuk mengenali dan mengklasifikasikan tumbuh-tumbuhan dan
binatang dan aspek lainnya di lingkungan sekitar.Howard Gardner dalam K. Tirri and P.
Nokalainen (2011:38) menyatakan Naturalistic intelligence is the ability to understand and work
effectively in the narutal world - just as biologists, ornithologists, farmer, and even chefs do.
Artinya, kemampuan untuk memahami dan bekerja secara efektif di dunia alam, seperti menjadi
ahli biologi, ornitologis, petani, dan koki.

Mengutip dari jurnal penelitian Meningkatkan Kecerdasan Naturalis Anak Melalui


Kegiatan Berkebun dapat disimpulkan bahwa kecerdasan naturalis anak usia dini adalah
pengetahuan anak dalam (1) mengenali lingkungan sekitar baik tumbuhan dan aspek lain
dilingkungan sekitar anak; dan (2) memelihara lingkungan sekitar baik tumbuh-tumbuhan dan
aspek lain dilingkungan sekitar anak.
C. KEGIATAN BERKEBUN
Gladys Kubitz (2006:6) menyatakan gardening allows children to play in the dirt and to
explore how the smallest forms of life around us – seeds, insects, water and other nutrients – all
work together to sustain life. Artinya, berkebun mengizinkan anak-anak untuk bermain ditempat
kotor dan mengeksplorasi bagaimana formula tekecil dari kehidupan disekita kita – seperti biji-
bijian, serangga, air dan nutrisi lainnya – semua bekerja sama untuk kelangsungan hidup.

California Department of Education (2002: xix) menyatakan the garden experience


transforms students form observers to participants in one of life’s important cycles as they plant,
harvest, prepare, cook, eat, and compost food. Artinya, pengalaman berkebun mengubah anak-
anak dari pengamat menjadi ikut serta dalam salah satu siklus penting kehidupan seperti,
menanam, merawat, merencanakan, memasak, memakan, mengkombinasikan makanan.

FAO of United Nation (2010:17) menyatakan the core of sequence of gardening


activities consists of preparing the ground, growing and using the produce, evaluating the
achievement, celebrating and planning the next round. Urutan inti dari berkebun terdiri dari
menyiapkan tanah, memelihara dan mengambil hasil berkebun tersebut. Mengevaluasi hasil,
merayakan dan merencanakan untuk tahap selanjutnya.

Roger Ulrich dalam Annalisa Gartman Vapaa (2002:5) menyatakan A garden should
content prominent amounts nature content such as green vegetation, flowers, and water. Artinya,
sebuah kebun harus berisi sebuah konten yang umumnya diketahui di alam seperti tumbuhan
hijau, bunga dan air. Durkin & Perez dalam Hilda L. Jackman (2009:194) menyatakan berkebun
merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak saat mereka merencanakan menanam dan
merawat tanaman mereka belajar konsep dan keahlian yang berharga yang akan membantu
mereka hidup dikemudian hari.

Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan Kegiatan berkebun merupakan


kegitan yang menyenangkan bagi anak, dimana anak diberikan kesempatan untuk belajar konsep
dan keahlian, mengeksplorasi kehidupan di sekitar seperti biji-bijian, serangga, air dan nutrisi
lainnya dan bermain di tempat kotor, mengamati dan ikut serta dalam siklus penting kehidupan
tanaman seperti menanam, merawat, dan memanen hasil kebun.

Kegiatan Pengabdian Masyarakat Melalui Pengenalan Aktivitas Berkebun Sebagai Media


Pembelajaran Terhadap Perkembangan Kognitif (Pengenalan sains) pada anak di Yayasan
Hadharah Islam Mustanir juga membuktikan bahwa pengenalan aktivitas berkebun sangat
penting bagi anak untuk menstimulasi kemampuan, motorik, sensorik perkembangan kognitif
anak.

Beetlestone (2012) menyatakan bahwa kegiatan berkebun memberikan kesempatan


kepada anak untuk melakukan aktivitas fisik, pelepasan energi fisik serta lebih menonjolkan
Gerakan-gerakan fisik. Kegiatan berkebun memberikan kesempatan kepada anak untuk
mengeksplorasi dan mengamati lingkungan sekitar serta diberi kebebasan untuk
mengembangkan imajinasi dan dijadikan sarana untuk belajar sambil bermain (Sutrisno &
Harjono, 2005). Hal itu didukung dengan penelitian bahwa kegiatan berkebun dapat dijadikan
sarana untuk bermain yang dapat mengembangkan kecerdasan naturalistic serta memupuk rasa
tanggung jawab dan melatih kesabaran anak (Herdianing, 2014).

Sutrisno & Harjono (2005) berpendapat bahwa kegiatan berkebun adalah kegiatan
menanam tumbuhan yang sekaligus dapat secara langsung memperoleh pengetahuan tentang
kehidupan tumbuhan dan keterampilan psikomotorik dalam menanam tumbuhan. Tanggung
jawab dalam merawat tanaman, menyiram tanaman setiap hari, serta mengamati
perkembangantanaman juga merupakan bagian dari kegiatan berkebun.

Beetlestone (2012) menyatakan bahwa berkebun memiliki manfaat yang nyata bagi
perkembangan fisik, yang pada gilirannya akan mempengaruhi perkembangan kreatif. Saat
berkebun anak-anak akan memiliki banyak ruang untuk bergerakdan melatih tubuh mereka
dengan gerakan-gerakan skala besar seperti menggali, menggaruk, berlari,dan membungkuk.
Manfaat kegiatan berkebun selain berpengaruh terhadap fisik motoric anak, juga dapat
meningkatkankecerdasan naturalistic anak, melatih kesabaran, memupuk tanggung jawab, serta
membangun emosi, dan empati (Herdianing, 2014). Sutrisno & Harjono (2005) berpendapat,
berkebun dapat bermanfaat terhadap aspek lain, yaitu memberikan kesempatan kepada anak
untuk bereksplorasi dan mengenali lingkungan sekitar.

D. TEORI PERKEMBANGAN YANG BERKAITAN DENGAN KEGIATAN


BERKEBUN

1. Teori Perkembangan Kognitif (Jean Piaget)

Perkembangan kognitif menurut Piaget merupakan perubahan- perubahan yang terkait


usia yang terjadi dalam aktifitas mental. Ia juga menyebutkan bahwa kesuksesan perkembangan
kognitif mengikuti proses yang urutannya melewati empat fase yaitu :

● fase sensorimotorik (0-2 tahun)


● fase pra-operasional (2-7 tahun)
● fase operasional (7-11 tahun)
● fase operasional formal (>11 tahun)
(Wong, 2008, hlm. 118)

Dari pengalaman berkebun ini, diharapkan bisa mengubah pola pikir anak-anak dari
pengamat menjadi ikut serta dalam salah satu siklus penting kehidupan seperti, menanam,
merawat, merencanakan, memasak, memakan, mengkombinasikan makanan. berkebun memiliki
manfaat yang nyata bagi perkembangan fisik, yang pada gilirannya akan mempengaruhi
perkembangan kreatif. Saat berkebun anak-anak akan memiliki banyak ruang untuk bergerakdan
melatih tubuh mereka dengan gerakan-gerakan skala besar seperti menggali, menggaruk,
berlari,dan membungkuk.

Manfaat kegiatan berkebun selain berpengaruh terhadap fisik motorik anak, juga dapat
meningkatkan kecerdasan naturalistik anak, melatih kesabaran, memupuk tanggung jawab, serta
membangun emosi.
2. Teori Perkembangan Psikososial (Erikson)
Menurut Santrock (2011), Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Erikson yang
mengemukakan bahwa perkembangan anak selalu dipengaruhi oleh motivasi sosial dan
mencerminkan suatu keinginan untuk berhubungan dengan orang lain. Untuk mencapai
kematangan kepribadian psikososial anak harus melewati beberapa tahap yaitu:

● Tahap percaya dan tidak percaya (1-3 tahun)


● Tahap kemandirian versus malu-malu (2-4 tahun)
● Tahap inisiatif versus rasa bersalah (3-6 tahun)
● Tahap terampil versus minder (6- 12 tahun)
● Tahap identidas versus kebingungan peran (12-18 tahun)
(Wong, 2008, hlm 117).
Dalam kegiatan berkebun, anak-anak diharapkan juga membangun Kerjasama dengan
teman-teman sepermainan atau bahkan dengan pendamping. Bersama-sama memikirkan
bagaimana cara cepat dan baik agar tanaman tersebut tumbuh dengan maksimal, membangun
karakteristik yang baik antar teman sepermainan dengan berinteraksi saat mencangkul tanah,
memilih bibit tanaman, menyiram tanaman.

Kegiatan berkebun memberikan kesempatan kepada anak untuk mengeksplorasi dan


mengamati lingkungan sekitar serta diberi kebebasan untuk mengembangkan imajinasi dan
dijadikan sarana untuk belajar sambil bermain (Sutrisno & Harjono, 2005). Hal itu didukung
dengan penelitian bahwa kegiatan berkebun dapat dijadikan sarana untuk bermain yang dapat
mengembangkan kecerdasan naturalistik serta memupuk rasa tanggungjawab dan melatih
kesabaran anak (Herdianing, 2014)

3. Teori Perkembangan Moral (Kolhberg)


Teori perkembangan moral dikemukakan oleh Kohlberg dengan memandang tumbuh
kembang anak ditinjau dari segi moralitas anak dalam menghadapi kehidupan, tahapan
perkembangan moral yaitu: tahap prakonvensional (orientasi pada hukum dan kepatuhan), tahap
prakonvensional (orientasi instrumental bijak), tahap konvensional, tahap pasca konvensional
(orientasi kontak sosial) (Wong, 2008, hlm 119).

Dalam teori perkembangan moral anak usia 3-5 tahun termasuk dalam tahap
prakonvensional, dalam tahap perkembangan ini anak terorientasi secara budaya dengan label
baik atau buruk, anak-anak menetapkan baik atau buruknya suatu tindakan dari konsekuensi
tindakan tersebut. Dalam tahap ini anak tidak memiliki konsep tatanan moral, mereka
menentukan prilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan mereka sendiri
meskipun terkadang kebutuhan orang lain. Hal tersebut diinterprestasikan dengan cara yang
sangat konkrit tanpa kesetiaan, rasa terimakasih atau keadilan (Wong, 2008, hlm 120).

Teori ini bisa dipresentasikan dalam berkebun pada situasi tanaman yang sudah ditanam
ada beberapa yang tidak tumbuh dengan baik, dalam tahap ini anak-anak akan belajar untuk
tidak malu dan berusaha lebih baik lagi. Sedangkan teman-teman yang lain diharapkan
bertumbuhnya proses empati disini. Belajar untuk sabar menunggu pertumbuhan tanaman yang
mereka tanam sendiri juga akan menjadi pelajaran yang baik bagi tumbuh kembang anak.

4. Teori Vygotsky’s
Teori ini jugs berfokus kepada perkembangan kognisi anak-anak. Vygotsky menekankan
bahwa anak-anak secara aktif membangun pengetahuan dan pemahamannya, anak-anak lebih
dideskripsikan sebagai mahluk sosial daripada dalam teori Piaget.

Gagasan dasar teori Vygotsky:


1. Zona Perkembangan Proksimal, istilah untuk rentang tugas-tugas yang terlalu
sulit bagi anak untuk dikuasai sendiri namun dapat dipelajari dengan bimbingan
dan bantuan orang dewasa atau anak-anak yang lebih terampil. Berkebun bisa
termasuk kegiatan dalam zona perkembangan proksimal menurut kami.
2. Scaffolding, mengubah level dukungan. Guru atau siswa yang lebih terampil bisa
menyesuaikan bimbingan yang diberikan (Daniel,2007), menggunakan instruksi
langsung. Seiring meningkatnya kompetensi siswa dalam berkebun, bisa memilih
bibit mana yang baik untuk ditanam, tanah dan pupuk mana yang baik untuk
menyuburkan tanaman, dan setelah meningkat kompetensi siswa, bimbingan yang
diberikan dapat dikurangi.
3. Bahasa dan Pemikiran, anak-anak harus menggunakan Bahasa untuk
berkomunikasi dengan oranglain sebelum mereka dapat berfokus ke dalam
pikiran-pikiran mereka sendiri. Private speech merepresentasikan sebuah transisi
awal dalam proses untuk lebih komunikatif secara sosial. Saat berkebun, anak-
anak bisa berbicara kepada dirinya sendiri, mereka sebetulnya sedang
menggunakan bahasa untuk memerintahkan perilakunya sendiri dan
mengaarahkan dirinya.
4. Strategi Pengajaran. Teori Vygotsky dianut oleh banyak pendidik dan telah
berhasil diterapkan (Daniels, 2007) ada beberapa cara:
1) Menilai ZPD. Diterapkan dalam kegiatan berkebun bukan dengan cara
memberikan tes formal, tetapi langsung nyajikan tugas-tugas dengan
tingkat kesulitan bervariasi untuk menentukan level yang terbaik dalam
memulai instruksi.
2) Menggunakan zona perkembangan proksimal dalam mengajar.
Menawarkan bantuan secukupnya atau hanya observasi usaha anak.
Apabila ada anak yang ragu-ragu mengerjakan instruksi, besarkan hatinya.
Dorong juga anak melatih keterampilan tersebut.
3) Menggunakan kawan-kawan sebaya yang lebih terampil daripada guru.
Anak-anak juga bisa memperoleh keuntungan melalui dukungan dan
bimbingan yang diberikan oleh teman sebaya.
4) Tempatkan instruksi di dalam konteks yang bermakna. Anak-anak diajak
langsung turun ke lapangan untuk berkebun daripada mempelajarinya dari
buku di kelas.
5) Mengubah ruang kelas dengan ide-ide Vygotsky. Anak-anak dapat
membaca suatu cerita tentang berkebun kemudian mengintrepretasikan
artinya kepada teman-teman sebayanya yang dilakukan dalam kelompok
kecil.

KESIMPULAN

Berdasarkan Analisa yang kami lakukan terhadap aktivitas berkebun sebagai stimulasi
bagi perkembangan masa kanak-kanak awal, dapat disimpulkan bahwa, kegiatan berkebun
sebagai salah satu aktivitas yang membantu meningkatkan kecerdasan naturalis, selain itu
kegiatan berkebun merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak, dimana anak diberikan
kesempatan untuk belajar konsep dan keahlian, mengeksplorasi kehidupan di sekitar. Kegiatan
berkebun selain berpengaruh terhadap fisik motorik anak, juga dapat meningkatkan kecerdasan
naturalistik anak, melatih kesabaran, memupuk tanggung jawab, serta membangun emosi. Teori-
teori ilmiah juga mendasari bahwa kegiatan berkebun memang memberi peranan yang besar
dalam menstimulasi perkembangan masa kanak-kanak awal.
DAFTAR PUSTAKA

LIFE-SPAN DEVELOPMENT, John W. Santrock

“DESAIN SARANA BERKEBUN DAN BERMAIN UNTUK ANAK USIA 4 – 6 TAHUN DI


TAMAN KANAK-KANAK.” Neliti, https://media.neliti.com/media/publications/162119-ID-
desain-sarana-berkebun-dan-bermain-untuk.pdf. Accessed 18 October 2022.

“MENINGKATKAN KECERDASAN NATURALIS ANAK MELALUI KEGIATAN


BERKEBUN (Penelitian Tindakan di TK B Embun Pagi Islamic School Kalimalang.” ejournal
UNSRI, https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/tumbuhkembang/article/download/8202/4197.
Accessed 18 October 2022.

“PENGARUH PENERAPAN KEGIATAN BERKEBUN TERHADAP PERKEMBANGAN


FISIK MOTORIK ANAK | Ratnasari | Kumara Cendekia.” Jurnal Universitas Sebelas Maret,
https://jurnal.uns.ac.id/kumara/article/view/35108. Accessed 18 October 2022.

“PENGARUH PENERAPAN KEGIATAN BERKEBUN TERHADAP PERKEMBANGAN


FISIK MOTORIK ANAK | Ratnasari | Kumara Cendekia.” Jurnal Universitas Sebelas Maret,
https://jurnal.uns.ac.id/kumara/article/view/35108. Accessed 18 October 2022.

“PENGENALAN AKTIVITAS BERKEBUN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN


TERHADAP PERKEMBANGAN KOGNITIF (PENGENALAN SAINS) PADA ANAK |
Fitriah | Prosiding Seminar Nasional Pengabdian Masyarakat LPPM UMJ.” Jurnal UMJ,
https://jurnal.umj.ac.id/index.php/semnaskat/article/view/10677. Accessed 18 October 2022.

Pertiwi, Annisa. “7 Tips Berkebun Bersama Anak Jadi Lebih Menyenangkan.” theAsianparent,
https://id.theasianparent.com/tips-berkebun-bersama-anak/amp. Accessed 18 October 2022.

“STIMULASI PSIKOSOSIAL PADA ANAK KELOMPOK BERMAIN DAN


PENGARUHNYA PADA PERKEMBANGAN MOTORIK, KOGNITIF, SOSIAL EMOSI,
DAN MORAL/KARAKTER ANAK | Jurnal Ilmu Keluarga & Konsumen.” Journal IPB, 1
January 2009, https://journal.ipb.ac.id/index.php/jikk/article/view/5163. Accessed 18 October
2022.

Anda mungkin juga menyukai