Anda di halaman 1dari 3

Review Naratif Film Dokumenter Lewa di Lembata

Mengenai Pertukaran Dalam Sistem Ekonomi

Oleh:
Syafa Athya Rita Syarbini
Fakultas Falsafah dan Peradaban Program Studi Psikologi
Universitas Paramadina

Jl. Gatot Subroto No. Kav 97, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Indonesia

Email: athasyafa@gmail.com

Abstrak
Sistem pertukaran mempunyai peranan yang penting dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat terhadap barang dan jasa. Kesejahteraan hidup warga masyarakat
disamping dipengaruhi oleh sistem produksi yang dipakai juga sistem pertukaran
yang berlaku. Sistem Pertukaran dalam Antropologi ekonomi mempunyai
kecenderungan yang khas dalam mengkaji masalah perekonomian yaitu banyak
menaruh perhatian terhadap berbagai gejala pertukaran yang tidak melibatkan
penggunaan uang sebagai mekanisme pertukaran. Kehidupan masyarakat Desa
Lamalera, pulau Lembata (NTT) dan sistem ekonomi barter yang masih dijalankan
di zaman di mana uang telah ditempatkan di puncak sistem ekonomi. Semua ikan
dan mamalia laut yang dilindungi, justru diburu disini. Uang yang menjadi alat tukar
utama dalam sistem ekonomi, justru dihindari. Hasil tangkapan dibagikan ke semua
warga desa. Para janda, lansia, dan yatim-piatu diprioritaskan untuk memperoleh
hasil tangakapan. Manusia dinilai dari ketekunannya memproduksi dan
mengusahakan bahan pangan agar dapat ditukar dengan bahan pangan lain. Bukan
dari kehebatannya mengelola investasi sektor keuangan (fund managing).
Pertukaran dalam sistem ekonomi masyarakat Desa Lamalera, Lembata
menggunakan sistem barter dalam melakukan kegiatan perdagangan. Dalam
menjalankan pasar barter, terdapat barang yang dijual dan dibeli dengan uang yang
dalam kebiasaan masyarakat menyebutnya Du Hope. Namun kebiasaan Du Hope ini
dijalankan hanya untuk mendapat sedikit uang, selebihnya masyarakat lebih
menjalankan kegiatan pasar barter. Adapun sistem, jadwal pelaksanaan dan alokasi
waktu kegiatan barter berdasarkan dengan aturan dan ketentuan yang telah
disepakati bersama. Biasanya dilakukan dengan datang bersama-sama dari kampung
asal mereka masing-masing dan sampai ditempat untuk berpasar, sambil menunggu
waktu yang telah ditetapkan, semua yang ingin berpasar menyiapkan hasil-hasil
bumi yang akan dipasarkan. Biasanya pasar akan dimulai dengan tanda tiupan pluit
yang dibunyikan oleh mandor pasar. Jadwal pelaksanaan dari pasar barter biasa
dilakukan setiap hari Jumat pada pukul 11 WITA. Ketika peluit ditiup pada waktu
tersebut, uang tidak lagi laku. Itulah saat mereka merasakan betapa pangan sangat
esensial dalam hidup manusia. Uang tak lagi berkuasa.

Kata Kunci: barter, masyarakat Desa Lamalera, pertukaran dalam sistem ekonomi

1
Pendahuluan
Barter merupakan sesuatu yang tabu dalam globalisasi pasar di Indonesia.
Globalisasi cenderung dilekatkan pada aktivitas ekonomi yang hakikat tujuannya
untuk mengakumulasi modal ekonomi sebanyak banyaknya tanpa mengenal batas
dan wilayah (Waters, 1995; Yuniarto, 2016:79). Pasar barter masih masuk kategori
sistem tradisional. Dalam hal ini barter merupakan sistem perekonomian dan
kebutuhan yang tidak menggunakan alat tukar berupa uang. Lasar barter sendiri
adalah salah satu kebutuhan dasar ekonomi masyarakat , dari sinilah bertemu penjual
dan pembeli, melangsungkan gerak lutar ekonominya. Barter merupakan awal dari
cara transaksi perdagangan. Pertukaran dalam sistem ekonomi masyarakat Desa
Lamalera, Lembata masih menggunakan sistem ekonomi tradisional yaitu sistem
barter atau tukar menukar barang. Lamera tidak hanya terdapat pasar barter saja,
akan tetapi ada juga pasar tradisional yang memiliki kesamaan dengan pasar modern.
Dimana dalam pasar tersebut terdapat berbagai macam barang dagangan, seperti
pakaian, alat elektronik, perabotan dapur, sembako dan lain-lain, serta transaksi jual-
beli didalam pasar ini menggunakan uang sebagai sebagai alat tukar-menukar. Uang
hanya digunakan oleh para PNS saat mendatangi pasar. Sedangkan bagi mereka yang
bukan PNS dan notaben profesinya adalah nelayan, peternak, petani menggunakan
ikan sebagai alat tukar.
Saran
Saran saya teruntuk para penonton video dokumenter “Lewa di Lembata” simaklah
dan pahami dengan teliti dan seksama, nikmati keindahan dan kekayaan alam
Indonesia pada tiap-tiap bagian video dokumenter agar dapat menambah
pemahaman untuk mempelajari pertukaran dalam sistem ekonomi berdasarkan ilmu
Antropologi.
Kritik
Video dokumenter “Lewa di Lembata” karya seorang jurnalis Dwi Laksono dalam
Ekspedisi Indonesia Biru bersama Watchdoc memberikan insight bahwa pertukaran
dan sistem Ekonomi khususnya pada masyarakat Desa Lamalera, Lembata masih
adanya kesenjangan. Sistem barter menjadi prioritas. Pangan memiliki nilai esensial
dalam sistem barter masyarakat Desa Lamalera. Disamping itu hewan yang
dilindungi menjadi sumber pencaharian utama masih menjadi hal yang umum. Video
dokumenter ini sangat direkomendasikan untuk menambah bahan pembelajaran
khususnya pada Antropologi ekonomi.
Kesimpulan
Pertukaran dalam sistem ekonomi masyarakat Desa Lamalera, Lewalata menjadi hal
yang umum dan merupakan sistem utama dalam pelaksanaan jual-beli. Sistem barter
dilakukan pada pukul 11 WITA ditandai dengan bunyi peluit yang dilakukan oleh
mandor pasar. Sistem pungutan pajak pun masih dilakukan dengan memberi berupa
barang. Latar belakang profesi menjadi faktor yang berpengaruh dalam menganut
sistem barter masyarakat Desa Lamalera, Lewata dimana yang memiliki latar
belakang profesi PNS menjadikan uang sebagai alat tukar, sedangkan yang latar
belakang profesinya sebagai nelayan, peternak masih menggunakan barang sebagai
alat tukar. Walaupun masyarakat Desa Lamalera, Lewata menjadikan hewan yang
dilindungi sebagai sumber pencaharian tetapi mereka tetap membatasi jumlah
perburuan demi ketersediaan bagi generasi selanjutnya.

2
Sumber Referensi
Laksono, D. D., & Panca, A. (Directors). (2015). Lewa di Lembata [Video].
https://youtu.be/HkdcZQUcH1k

Robot, M., Jehamat, L., & Keon, Y. F. (2021). Literasi Wisata Lamalera dalam Upaya
Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Lembata, Nusa Tenggara Timur. Jurnal
PKS, Vol 20 (1) 51-62.
Hudayana, B. 2013. Konsep Resiprositas dalam Antropologi Ekonomi. Jurnal
Humaniora.

Anda mungkin juga menyukai