Anda di halaman 1dari 14

RESUME MATERI

“ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR (ISBD)”

Dosen Pengampuh

Dra. Sabariah Bangun M.Soc.Sc

Roy Fachraby Ginting,SH.,M.Kn

Disusun Oleh:
Ade Azizah Irawan Ritonga

220600026

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2022
PENGANTAR MODUL
Kajian ISBD berdasarkan ketentuan dalam keputusan Dirjen Dikti No.30/Kep/2003
tentang rambu-rambu pelaksanaan kelompok mata kuliah berkehidupan bermasyarakat di
Perguruan Tinggi Indonesia, mencakup pokok-pokok kajian sebagai berikut.

1. Pengantar ISBD

2. Manusia sebagai mahkluk budaya

3. Manusia dan peradaban

4. Manusia sebagai makhluk individu dan social

5. Manusia, keragaman dan kesejahteraan

6. Moralitas dan huku,

7. Manusia, sains dan teknologi

8. Manusia dan lingkungan

9. Dll

1.1. Tujuan Terminal Modul


Pada akhir modul ini, mahasiswa mampu bersikap sebagai ilmuwan dan
professional yang berfikir kritis,inovatif,kreatif sistematik dan ilmiah,
berwawasan luas, etis memiliki kepekaan dan empati, social, bersikap
demokratis, berkeadaban serta dapat ikut berperan mencari solusi
pemecahan masalah social dan budaya secara arif

1.2. Tujuan Khusus Modul


- Menjelaskan hakikat,visi, misi dan ruang lingkup ISBD
- Menjelaskan ISBD sebagai modul kuliah dalam Blok I Kepribadian
yang merupakan kelompok mata kuliah MPK di dalam KBK
- Menjelaskan tujuan, dan manfaat serta landasan hukum ISBD
- Menjelaskan ISBD sebagai alternatif pemecahan masalah-masalah
manusia,social dan budaya
HAKEKAT DAN RUANG LINGKUP ISBD TUJUAN DAN
MANFAAT ISBD

ISBD : gabungan mata kuliah ilmu social dan budaya dasar

Ilmu ini adalah sebagai solusi tentang problem social budaya (masalah social). Ilmu ini
memberikan dasar-dasar pengetahuan social dan budaya. Budaya sehingga mampu mengkaji
masalah social dan budaya secara arif. Sebagai mahasiswa peka, tanggap, kritis serta
bersimpati atas solusi pemecahan dan masalah masalah social

1.1. Hakikat
ISBD adalah gabungan bahan ajar antar ilmu social dasar (ISD) dan
ilmu budaya dasar (IBD). Ilmu sosial budaya dasar ini memberikan dasar-
dasar pengertian sosial dan konsep-konsep budaya. ilmu sosial dan
budaya dasar merupakan mata kuliah kehidupan bermasyarakar (MBB)
1.2. Tujuan dan manfaat
Dalam mempelajari ilmu sosial dan ilmu budaya dasar (ISBD)
memiliki tujuan yang diharapkan kepada mahasiswa. Adapun tujuan dari
ilmu sosial dan budaya dasar adalah sebagai berikut.
1. Menjadikan mahasiswa memiliki kepribadian yang peka terhadap
kehidupan masyarakat
2. Membuat mahsiswa lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan
kepribadiannya.
Adapun manfaat dalam belajar ilmu social dan ilmu budaya dasar
(ISBD) ini adlah membua mahasiswa menjadi generasi yang
bertanggungjawab dan toleransi pada diri sendiri dan masyarakat
1.3. Visi
Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia yang mempunyai akal
dan terpelajar, harus peka, kritis, kreatif, inovatif dan arif dalam
memahami sesama manusia yang saling berinteraksi dalam keberagaman,
kesetaraan dan martabat yang dilandasi oleh nilai-nilai etetika, etika dan
moral dalam kehidupan bermasyarakat
1.4. Misi
Memberikan landasan dan wawasan yang luas serta menubuhkan
sikap peka,kritis, kreatif, inovatif dan arif kepada masyarakat untuk
memahami keberagaman. Kesetaraan dan bermartabar manusia dalam
kehidupan manuia sehari-hari bermasyarakat, selaku makshluk individu
dan makluk social yang berakal dan beradab dan berakal sebagai beriut.
1. Berpikir kritis dalam memahami setiap masalah-masalah social dan
budaya yang ada dalam kehidupan sehari-hari
2. Bersikap toleransi terhadap keberagaman dalam masyaraka majemuk
di kehidupan sehari-hari
3. Memahami kehidupan yang harmonis didalam kehidupan sebagai
makhluk individu dan makluk social
1.5. Ruang Lingkup Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
Dalam SK Dirjen, No.44/2006 pengorganisasian materi maupun
Teknik penyajian digabungkan menjadi ISBD. Dengan demikian, ilmu
social dan ilmu budaya dasar dapat dikatakan sebagai panduan atau
intergrasi dari kajian ISD dan IBD. Sebagai intergrasi, ISBD memiliki
kompetensi dasar menjadi ilmuwan yang professional yang berfikir
kritis,inovatif,kreatif sistematik dan ilmiah, berwawasan luas, etis
memiliki kepekaan dan empati, social, bersikap demokratis, berkeadaban
serta dapat ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah social dan
budaya secara arif
Ruang lingkup ISBD mencakup hal-hal berikut
- Manusia dan pandangan hidup
- Manusia dan keadilan
- Manusia dan cinta kasih
- Manusiandan tanggung jawab
- Manusia dan kegelisahan
- Manusia dan harapan
BAB I
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU, MAKHLUK
SOSIAL DAN MASYARAKAT

A. Hakikat manusia
Manusia tidak mempunyai dunia keliling yang terbatas seperti dunia hewan (Max
Scheler 1874-1928, seorang filsuf Jerman,)"Umwelt", manusia mempunyai dunia dan bagi
manusia dunia ini terbuka adanya. Manusia tidak mempunyai insting insting dan organ-organ
yang terbatas pada satu millieu saja. Dunia manusia luas dan terbuka. Hal ini disebabkan
karena manusia mempunyai kemampuan untuk menangkap sesuatu yang bernama "objek". Ia
mampu untuk mengambil jarak dari barang sesuatu. Ia mampu memisahkan antara objek dan
subjek. Bagi seekor singa, seekor kambing adalah mangsa yang nikmat, titik. Singa tidak
mempunyai objek lain, kecuali mangsa, musuh atau teman singa. Sebab ia terkurung di dalam
dunia sekeliling singa, yang terbatas itu. Sedangkan manusia mampu menyatakan kata
"tidak", dan dengan menyatakan "tidak" ini dunia terbuka baginya, ia dapat memilih. Ia tidak
terkurung dalam dunia sekeliling yang sempit dan terbatas seperti dunia hewan. Notonagoro
mensifatkan manusia sebagai makhluk yang monopluralistik, dalam arti ia tersusun atas jiwa
dan raga, bersifat perorangan dan sosial, serta berkedudukan kodrat berdiri sendiri dan pada
saat yang sama ia adalah makhluk Tuhan.

Manusia adalah makhluk yang paling sempurna di antara makhluk ciptaan Tuhan
(Hartomo dan Arnicun Aziz, 2008:60). Kesempurnaannya tersebut ditandai dengan akal yang
dimilikinya. Dengan akalnya manusia dapat menamai, mendefenisikan, maupun
mengklasifikasikan sesuatu, benda-benda, dan mahkluk-makhluk yang ada di alam semesta.
Dengan kata lain, manusia dapat membuat konsep berkenaan dengan sesuatu yang dipikirkan,
dirasakan, maupun yang dilihatnya. Dengan akalnya, manusia memiliki kemampuan berpikir.
Berpikir merupakan perbuatan operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat
untuk pemenuhan kepentingan manusia di dalam kehidupannya.
Secara umum, manusia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tipe. Mengutip
pendapat Gerardus Heymans (1857-1930) dan Galenus, Sumaryoto (2000:15) menjelaskan
tipe-tipe manusia atas dasar kejiwaan, yaitu:
1. Tipe Amorf (a berarti tidak, morphe artinya bentuk)
sifatnya datar, aktivitasnya rendah, suka menunda pekerjaan, ceroboh, tidak idealis, rasa
sosialnya rendah, egois, tidak jujur, dan mudah terpengaruh.
2. Tipe Apathikus (pathos atau phate berarti perasaan)
Sifatnya lamban, menyukai cara yang mudah, suka berpikir panjang, sosiabilitasnya
rendah, acuh tak acuh terhadap pendapat orang lain, kaku, dan bersifat tertutup.
3. Tipe Nervous (selalu gugup)
Sifatnya kurang dapat menguasai diri, mudah tersinggung, kurang peka, kurang objektif.
4. Tipe Sentimental (terlalu perasa)
Ciri-cirinya: perasa, pemalu, tertutup, memandang sesuatu dengan serius, selalu ragu-ragu,
gemar hal-hal yang bersifat spiritual, dan mudah menyerah.
5. Tipe Sanguinikus
Memiliki ciri-ciri positif: riang dan optimis, percaya diri, tdak takut menghadapi hari
depan, meudah menyesuaikan diri, gerak dan bicaranya banyak, dan mudah mengambil
prakarsa.
Memiliki ciri-ciri negatif: perasaan tidak stabil, kurang konsekuen, hidup kurang teratur,
dan cepat memberi reaksi dengan tidak dipikirkan secara mendalam.
6. Tipe Flegmatikus
Memiliki ciri-ciri positif: orangnya tenang, tidak banyak ketegangan, memiliki harapan
yang hebat, tidak emosional, bersifat tertib dan teratur, dan mudah mengampuni.
Memiliki ciri-ciri negatif: tidak peka, dingin, kurang cepat menyesuaikan diri, pasif,
menjemukan, dan agak konservatif.
7. Tipe Kholerikus
Memiliki ciri-ciri positif: mengatasi kesukaran dengan energi yg berlebihan, dan banyak
inisiatif.
Memiliki ciri-ciri negatif: selalu merasa kurang puas, selalu gelisah, eksplosif, emosional,
mau menang sendiri, objektivitasnya kurang, kurang rasional, dan mudah tersinggung,
8. Tipe Gepassioneerd (passio atau passie artinya derita atau hawa nafsu)
Memiliki ciri-ciri: selalu sibuk, rajin, jangkauan jauh ke depan, hidup teratur, penuh-cia-
cita besar, perasaan keterikatannya sangat kuat, terikat kepada pengalaman lama, amat
religious, sosiabilitasnya tinggi, percaya diri, gembira, peramah, penuh cinta kasih, akurat,
jujur, dan baik hati.

B. Manusia sebagai Individu , Makhluk Sosial dan Masyarakat


Di dalam diri manusia terdapat dua kepentingan, yakni kepentingan individu dan
kepentingan bersama (Tumanggor dkk, 2012:53).
Secara umum, ada dua kebutuhan nusia di dalam kehidupannya (Herimanto dan
Winarno, 2010:19). Dua kebutuhan tersebut yakni: 1) kebutuhan yang bersifat kebendaan
(sarana-prasarana), atau badan/ragawi, atau jasmani/biologis misalnya makan, minum,
bernafas, rumah untuk tempat istirahat dan lainnya; 2) Kebutuhan yang bersifat rohani, atau
mental, atau psikologi misalnya kasih sayang, pujian, rasa aman, kebebasan, dan sebagainya.
Abraham Maslow, seorang ahli psikologi, berpendapat bahwa kebutuhan manusia dalam
hidup dibagi 5 (lima) tingkatan, yakni
1. Kebutuhan Fisiologi.
2. Kebutuhan rasa aman, dan perlindungan.
3. Kebutuhan sosial
4. Kebutuhan akan penghargaan
5. Kebutuhan akan aktualisasi diri
Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga masyarakat, bersama-
sama dengan manusia lainnya. Dalam kehidupannya sehari-hari, sebagai individu manusia
tidak mampu hidup sendiri. Ia akan selalu tergantung dan bekerja sama dengan manusia
lainnya. Seperti halnya dalam pemenuhan kebutuhannya. Meskipun ia mempunyai
kedudukan dan kekayaan, seorang individu akan selalu membutuhkan bantuan individu
lainnya di dalam masyarakat. Untuk itu ia akan bergabung dengan manusia lainnya
membentuk kelompok atau masyarakat dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan tujuan
hidupnya tersebut. Ditegaskan oleh Herimanto dan Winarno (2010:45), ada 3 (tiga) dorongan
kesatuan biologis yang terdapat dalam naluri manusia, sehingga menjadikannya selalu hidup
bermasyarakat. Ketiga dorongan kesatuan biologis tersebut yakni:
a. Hasrat untuk memenuhi keperluan makan dan minum
b. Hasrat untuk membela diri
c. Hasrat untuk mengadakan keturunan.
Di samping itu, manusia juga tidak terlepas dari pengaruh masyarakat itu sendiri.
Setiap orang tidak bisa seenaknya berpakaian menurut kehendak sendiri, jika bepergian ke
suatu tempat. Setiap orang harus tampil menurut yang dianggap pantas, serta sesuai dengan
nilai dan norma yang hidup dalam masyarakat dimana ia berada. Sebagaimana juga
ditegaskan Setiadi dkk (2012:67) bahwa perilaku manusia dipengaruhi orang lain. Ia
melakukan sesuatu dipengaruhi faktor dari luar dirinya seperti tunduk pada aturan, dan
norma, Ia juga berperilaku untuk mendapatkan respon positif dari orang lain, seperti pujian
dan pengakuan orang lain atas keberadaannya.

BAB II
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN

1.1. PENGERTIAN KEBUDAYAAN


Secara harafiah, jika dilihat dari asal kata, istilah kebudayaan berasal dari bahasa
Sansekerta yakni dari kata buddhayah (Koentjaraningrat, 2002:181). Lebih lanjut dijelaskan
Kontjaraningrat bahwa kata buddhayah tersebut merupakan bentuk jamak dari kata buddhi
yang berarti “akal”. Berdasarkan hal tersebut maka ke-budaya-an dapat diartikan sebagai hal-
hal yang bersangkutan dengan akal. Sarjana lain menjelaskan bahwa kata “budaya” sebagai
perkembangan dari kata “budi” dan “daya” atau budi-daya yang berarti “daya dari budi”,
sehingga dibedakan antara budaya yang “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa,
dengan “kebudayaan” yang berarti hasil dari cipta, karsa, dan rasa tersebut. Namun dalam
antropologi, khususnya antropologi budaya, perbedaan tersebut ditiadakan. Kata “budaya”
dipakai sebagai singkatan dari kata “kebudayaan” dengan arti yang sama. Adapun kata kultur
atau culture yang bersumber dari bahasa Inggris yang sama artinya dengan kebudayaan
berasal dari kata Latin yakni colere yang berarti mengolah atau mengerjakan, terutama
mengolah tanah atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya upaya
serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam
Menurut E.B. Tylor (seorang tokoh klasik antropologi), sebagaimana yang dikutip
oleh Lawang (1984), kebudayaan adalah keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan,
kepercayaan, seni, moral, hukum, tata cara dan kemampuan-kemampuan apa saja lainnya,
kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Defenisi ini menjelaskan
bahwa kebudayaan menunjuk kepada segala sesuatu yang dimiliki seorang individu dari dan
sebagai anggota masyarakat.
Mengutip Selo Soemarjan dan Soelaeman, Soekanto (2003:173) menegaskan bahwa
kebudayaan merupakan semua hasil karya, rasa (jiwa manusia, mewujudkan segala kaidah-
kaidah dan nilai-nilai sosial yang perlu untuk mengatur masalah-masalah kemasyarakatan
dalam arti luas.), dan cipta masyarakat (kemampuan mental, kemampuan berpikir orang-
orang yang hidup bermasyarakat dan yang antara lain menghasilkan filsafat, serta ilmu
pengetahuan (Badrujaman, 2010:19)). Lebih lanjut dijelaskan bahwa karya masyarakat
menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (budaya
material) yang diperlukan manusia untuk menguasai alam sekitarnya, agar kekuatan serta
hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Sebagai contoh: suku bangsa di Papua
yang membuat panah (busur dan anak panahnya) untuk keperluan berburu binatang untuk
memenuhi kebutuhanakan makanan; masyarakat petani yang membuat cangkul dan alat-alat
pertanian lainnya untuk mengolah lahan pertanian dalam rangka mata pencahariannya.

1.2. Sifat Hakekat Kebudayaan


Suatu kebudayaan mempunyai sifat hakekat yang berlaku umum, dan sekaligus
menjadi ciri setiap kebudayaan. Bagi Soekanto (2003:182) sifat hakekat kebudayaan tersebut,
yakni
1. Kebudayaan terwujud dan tersalurkan lewat perilaku.
2. Kebudayaan telah ada terlebih dahulu mendahului lahirnya suatu generasi tertentu, dan
tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang bersangkutan.
3. Kebudayaan diperlukan oleh manusia dan diwujudkan tingkah lakunya.
4. Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban

1.3. Hakekat Peradaban Manusia


Koentjaraningrat berpendapat bahwa kata peradaban diistilahkan dengan civilization,
yang biasanya dipakai untuk menyebut unsur-unsur kebudayaan yang dianggap halus,
maju dan indah, misalnya
- Religi dan upacara keagamaan,
- Organisasi kemasyarakatan,
- Ilmu pengetahuan
- Bahasa
- Kesenian
- Mata pencaharian hidup
- Teknologi dan peralatan
No. Unsur Universal Kebudayaan Contoh Respon Budaya
1 Sistem religi dan upacara keagamaan Upacara yang dilakukan untuk
mengusir roh jahat yang
menyebabkan penyakit
2 Sistem dan organisasi Rumah sakit, posyandu,
kemasyarakatan puskesmas
3 Sistem pengetahuan Ilmu kedokteran, ramuan, jamu
4 Bahasa Bahasa khusus/istilah kedokteran
yakni: alergi, virus, intervensi,
antibiotic
5 Kesenian Olahraga, senam, aerobic
6 Sistem mata pencaharian hidup Tabib, dukun, perawat, dokter,
bidan, farmakolog
7 Sistem teknologi dan peralatan Pengasapan, operasi, pijat
refleksi, jarum suntik, infus, alat
tensi
Tumanggor dkk,mengatakan 3 inti peradaban,yaitu
- Nilai
- Kelompok tertentu
- Tantangan zaman
Artinya bahwa jika tantangan zaman yang berbeda maka nilai yang dipakai juga
berbeda
1.4. Manusia sebagai makhluk yang beradab dan masyarakat beradab
Manusia sebagai makhluk yang beradab dimaksudkan pribadi manusia itu memiliki
potensi:
- berlaku sopan
- berakhlak
- berbudi pekerti luhur
1.5. Dinamika peradaban global dan problematikanya dalam kehidupan manusia
Globalisasi berasal dari kata global yang bermakna universal, terdapat pandangan
bahwa globalisasi sebagai proses sosial, proses sejarah, atau proses alamiah yang akan
membawa seluruh bangsa semakin terikat satu sama lain dengan menyingkirkan batas
geografi, ekonomi, dan budaya masyarakat.
Problematika peradaban yg terpenting adalah adanya kemungkinan punahnya
suatu bahasa didaerah tertentu disebabkan penutur bahasanya telah terkontaminasi' oleh
pengaruh globalisasi. Sebagai contoh kasus, adanya percampuran bahasa yg biasa
dituturkan anak muda di Sumatera Barat, seperti bahasa minang dan betawi dalam
percakapan sehari-hari. Erat hubungannya dengan moral,norma,etika,dan estetika.

BAB III
PERUBAHAN KEBUDAYAAN DAN SOSIAL

A. Konsep perubahan kebudayaan dan sosial


Suatu kebudayaan bersifat dinamis, artinya selalu mengalami perubahan.
Parsudi Suparlan menjelaskan bahwa perubahan kebudayaan adalah perubahan yang
terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama oleh para warga atau oleh sejumlah warga
masyarakat yang bersangkutan yang antara lain mencakup aturan-aturan atau norma-norma
yang digunakan sebagai pegangan dalam kehidupan warga masyarakat, nilai-nilai, teknologi,
selera, dan rasa keindahan atau kesenian dan bahasa. Sebagai contoh pada masyarakat petani
yang memiliki kebudayaan. Para petani tersebut memiliki pengetahuan tentang kondisi tanah
atau lingkungan alamnya, sehingga ia memilih tanaman padi atau tanaman keras, serta
menyesuaikan teknologi atau peralatan yang digunakan untuk mengolah lahan pertaniannya.
Martono (2011:12) bahwa perubahan sosial merupakan bagian perubahan
kebudayaan. Sukar sekali membayangkan terjadinya perubahan sosial tanpa didahului
perubahan kebudayaan (Setiadi dan Usman Kolip, 2011:643). Kingsley Davis, Setiadi dan
Usman Kolip (2011:642) menjelaskan perubahan kebudayaan lebih luas ruang lingkupnya
dibandingkan perubahan sosial, dan bisa saja terjadi perubahan kebudayaan tetapi tidak
berkaitan dengan perubahan sosial, misalnya terjadinya perubahan bahasa Melayu menjadi
bahasa Indonesia tidak memengaruhi organisasi sosial dari masyarakat yang menggunakan
bahasa tersebut.
Koentjaraningrat berpendapat bahwa kebudayaan meliputi 3 wujud, yakni
- Ide
- aktivitas
- benda.
Herper mendefinisikan perubahan sosial sebagai perubahan yg signifikan mengenai struktur
sosial.
Terdapat 5 tipe perubahan sosial
- perubahan dalam personal
cth: perubahan peran dan fungsi perempuan dalam masyarakat.
- perubahan dalam cara bagian-bagian struktur sosial berhubungan
cth:perubahan alur kerja birokrasi dari yg manual menjadi online.
- Perubahan- dalam fungsi struktur
cth: perubahan peran keluarga sebagai pusat pendidikan yg digantikan oleh
sekolah.
- Perubahan dalam hubungan struktur yang berbeda
cth: lembaga pendidikan saat ini lebih menyiapkan sebagai tenaga kerja.
- Kemunculan struktur baru menggantikan struktur sebelumnya
cth:munculnya KPK menggantikan peran kepolisian dlm masalah korupsi.

B. Faktor-faktor Penyebab Perubahan


- Bertambah dan berkurangnya penduduk
- Inovasi, dlm hal ini diartikan sebagai penggunaan hal-hal baru, seperti alam,
energi dan modal.
Menurut koentjaraningrat ada 3 faktor pendorong mengembangkan penemuan baru yakni
1. kesadaran individu akan kekurangan dalam kebudayaan.
2. Mutu dari keahlian dalam kebudayaan.
3. Sistem perangsang bagi aktivitas mencipta dalam masyarakat.
4. Pertentangan atau konflik dalam masyarakat.
5. Terjadinya pemberontakan atau revolusi dlm masyarakat.
6. Terjadinya bencana alam atau kondisi lingkungan fisik.
7. Peperangan.
8. Adanya pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

C. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Atau Mempercepat Proses Perubahan


1. Kontak dengan budaya lain.
2. Sistem pendidikan formal yang baru.
3. Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju.
4. Toleransi terhadap perilaku menyimpang.
5. Sistem stratifikasi masyarakat yg terbuka.
6. Penduduk yang heterogen
7. Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang kehidupan tertentu.
8. Adanya orientasi masa depan.
9. Adanya nilai bahwa manusia harus selalu berusaha untuk memperbaiki kehidupannya.

D. Faktor-faktor Yang Menghambat Proses Perubahan


- Kurangnya kontak sosial.
- Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat.
- Sikap masyarakat yang tradisional.
- Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuat.
- Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan.
- Prasangka terhadap hal-hal yang baru atau asing maupun
- sikap tertutup masyarakat.
- Hambatan-hambatan yang bersifat ideologis.
- Adat atau kebiasaan masyarakat.
- Adanya nilai bahwa hidup ini pada hakekatnya buruk dan tidak mungkin
diperbaiki.

E. Pola-pola Perubahan
Evolusi, dalam hal ini memiliki asumsi. pertama, masyarakat dan kebudayaan akan
berevolusi dan berkembang. Kedua, perkembangan terjadi secara lambat dalam waktu relatif
lama. Ketiga, perkembangannya bertingkat dan bertahap.
Difusi, terdapat 3 proses difusi:
1. symbiotic, artinya adanya pertemuan antara individu dari suatu masyarakat dengan
individu dari masyarakat atau kebudayaan lainnya tanpa mengubah kebudayaan
masing-masing.
2. Penetration pasifique, artinya masuknya kebudayaan asing dengan tidak disengaja
dan tanpa terpaksa
3. Penetration violent, artinya adanya kebudayaan asing yang masuk secara terpaksa
Akulturasi, diartikan sebagai adanya pengaruh satu kebudayaan terhadap kebudayaan
lain atau saling mempengaruhi sehingga mengakibatkan perubahan kebudayaan.
Asimilasi, diartikan sebagai percampuran dari dua budaya atau lebih yang berbeda yang
kebudayaan. Yang menghilangkan kebudayaan asli dan menciptakan kebudayaan baru.
BAB IV
KEBERAGAMAN DAN KESETARAAN SOSIAL BUDAYA

Anda mungkin juga menyukai