Dosen Pengampuh
Disusun Oleh:
Ade Azizah Irawan Ritonga
220600026
1. Pengantar ISBD
9. Dll
Ilmu ini adalah sebagai solusi tentang problem social budaya (masalah social). Ilmu ini
memberikan dasar-dasar pengetahuan social dan budaya. Budaya sehingga mampu mengkaji
masalah social dan budaya secara arif. Sebagai mahasiswa peka, tanggap, kritis serta
bersimpati atas solusi pemecahan dan masalah masalah social
1.1. Hakikat
ISBD adalah gabungan bahan ajar antar ilmu social dasar (ISD) dan
ilmu budaya dasar (IBD). Ilmu sosial budaya dasar ini memberikan dasar-
dasar pengertian sosial dan konsep-konsep budaya. ilmu sosial dan
budaya dasar merupakan mata kuliah kehidupan bermasyarakar (MBB)
1.2. Tujuan dan manfaat
Dalam mempelajari ilmu sosial dan ilmu budaya dasar (ISBD)
memiliki tujuan yang diharapkan kepada mahasiswa. Adapun tujuan dari
ilmu sosial dan budaya dasar adalah sebagai berikut.
1. Menjadikan mahasiswa memiliki kepribadian yang peka terhadap
kehidupan masyarakat
2. Membuat mahsiswa lebih kreatif dan inovatif dalam mengembangkan
kepribadiannya.
Adapun manfaat dalam belajar ilmu social dan ilmu budaya dasar
(ISBD) ini adlah membua mahasiswa menjadi generasi yang
bertanggungjawab dan toleransi pada diri sendiri dan masyarakat
1.3. Visi
Berkembangnya mahasiswa sebagai manusia yang mempunyai akal
dan terpelajar, harus peka, kritis, kreatif, inovatif dan arif dalam
memahami sesama manusia yang saling berinteraksi dalam keberagaman,
kesetaraan dan martabat yang dilandasi oleh nilai-nilai etetika, etika dan
moral dalam kehidupan bermasyarakat
1.4. Misi
Memberikan landasan dan wawasan yang luas serta menubuhkan
sikap peka,kritis, kreatif, inovatif dan arif kepada masyarakat untuk
memahami keberagaman. Kesetaraan dan bermartabar manusia dalam
kehidupan manuia sehari-hari bermasyarakat, selaku makshluk individu
dan makluk social yang berakal dan beradab dan berakal sebagai beriut.
1. Berpikir kritis dalam memahami setiap masalah-masalah social dan
budaya yang ada dalam kehidupan sehari-hari
2. Bersikap toleransi terhadap keberagaman dalam masyaraka majemuk
di kehidupan sehari-hari
3. Memahami kehidupan yang harmonis didalam kehidupan sebagai
makhluk individu dan makluk social
1.5. Ruang Lingkup Ilmu Sosial dan Budaya Dasar
Dalam SK Dirjen, No.44/2006 pengorganisasian materi maupun
Teknik penyajian digabungkan menjadi ISBD. Dengan demikian, ilmu
social dan ilmu budaya dasar dapat dikatakan sebagai panduan atau
intergrasi dari kajian ISD dan IBD. Sebagai intergrasi, ISBD memiliki
kompetensi dasar menjadi ilmuwan yang professional yang berfikir
kritis,inovatif,kreatif sistematik dan ilmiah, berwawasan luas, etis
memiliki kepekaan dan empati, social, bersikap demokratis, berkeadaban
serta dapat ikut berperan mencari solusi pemecahan masalah social dan
budaya secara arif
Ruang lingkup ISBD mencakup hal-hal berikut
- Manusia dan pandangan hidup
- Manusia dan keadilan
- Manusia dan cinta kasih
- Manusiandan tanggung jawab
- Manusia dan kegelisahan
- Manusia dan harapan
BAB I
MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INDIVIDU, MAKHLUK
SOSIAL DAN MASYARAKAT
A. Hakikat manusia
Manusia tidak mempunyai dunia keliling yang terbatas seperti dunia hewan (Max
Scheler 1874-1928, seorang filsuf Jerman,)"Umwelt", manusia mempunyai dunia dan bagi
manusia dunia ini terbuka adanya. Manusia tidak mempunyai insting insting dan organ-organ
yang terbatas pada satu millieu saja. Dunia manusia luas dan terbuka. Hal ini disebabkan
karena manusia mempunyai kemampuan untuk menangkap sesuatu yang bernama "objek". Ia
mampu untuk mengambil jarak dari barang sesuatu. Ia mampu memisahkan antara objek dan
subjek. Bagi seekor singa, seekor kambing adalah mangsa yang nikmat, titik. Singa tidak
mempunyai objek lain, kecuali mangsa, musuh atau teman singa. Sebab ia terkurung di dalam
dunia sekeliling singa, yang terbatas itu. Sedangkan manusia mampu menyatakan kata
"tidak", dan dengan menyatakan "tidak" ini dunia terbuka baginya, ia dapat memilih. Ia tidak
terkurung dalam dunia sekeliling yang sempit dan terbatas seperti dunia hewan. Notonagoro
mensifatkan manusia sebagai makhluk yang monopluralistik, dalam arti ia tersusun atas jiwa
dan raga, bersifat perorangan dan sosial, serta berkedudukan kodrat berdiri sendiri dan pada
saat yang sama ia adalah makhluk Tuhan.
Manusia adalah makhluk yang paling sempurna di antara makhluk ciptaan Tuhan
(Hartomo dan Arnicun Aziz, 2008:60). Kesempurnaannya tersebut ditandai dengan akal yang
dimilikinya. Dengan akalnya manusia dapat menamai, mendefenisikan, maupun
mengklasifikasikan sesuatu, benda-benda, dan mahkluk-makhluk yang ada di alam semesta.
Dengan kata lain, manusia dapat membuat konsep berkenaan dengan sesuatu yang dipikirkan,
dirasakan, maupun yang dilihatnya. Dengan akalnya, manusia memiliki kemampuan berpikir.
Berpikir merupakan perbuatan operasional dari akal yang mendorong untuk aktif berbuat
untuk pemenuhan kepentingan manusia di dalam kehidupannya.
Secara umum, manusia dapat dikelompokkan ke dalam beberapa tipe. Mengutip
pendapat Gerardus Heymans (1857-1930) dan Galenus, Sumaryoto (2000:15) menjelaskan
tipe-tipe manusia atas dasar kejiwaan, yaitu:
1. Tipe Amorf (a berarti tidak, morphe artinya bentuk)
sifatnya datar, aktivitasnya rendah, suka menunda pekerjaan, ceroboh, tidak idealis, rasa
sosialnya rendah, egois, tidak jujur, dan mudah terpengaruh.
2. Tipe Apathikus (pathos atau phate berarti perasaan)
Sifatnya lamban, menyukai cara yang mudah, suka berpikir panjang, sosiabilitasnya
rendah, acuh tak acuh terhadap pendapat orang lain, kaku, dan bersifat tertutup.
3. Tipe Nervous (selalu gugup)
Sifatnya kurang dapat menguasai diri, mudah tersinggung, kurang peka, kurang objektif.
4. Tipe Sentimental (terlalu perasa)
Ciri-cirinya: perasa, pemalu, tertutup, memandang sesuatu dengan serius, selalu ragu-ragu,
gemar hal-hal yang bersifat spiritual, dan mudah menyerah.
5. Tipe Sanguinikus
Memiliki ciri-ciri positif: riang dan optimis, percaya diri, tdak takut menghadapi hari
depan, meudah menyesuaikan diri, gerak dan bicaranya banyak, dan mudah mengambil
prakarsa.
Memiliki ciri-ciri negatif: perasaan tidak stabil, kurang konsekuen, hidup kurang teratur,
dan cepat memberi reaksi dengan tidak dipikirkan secara mendalam.
6. Tipe Flegmatikus
Memiliki ciri-ciri positif: orangnya tenang, tidak banyak ketegangan, memiliki harapan
yang hebat, tidak emosional, bersifat tertib dan teratur, dan mudah mengampuni.
Memiliki ciri-ciri negatif: tidak peka, dingin, kurang cepat menyesuaikan diri, pasif,
menjemukan, dan agak konservatif.
7. Tipe Kholerikus
Memiliki ciri-ciri positif: mengatasi kesukaran dengan energi yg berlebihan, dan banyak
inisiatif.
Memiliki ciri-ciri negatif: selalu merasa kurang puas, selalu gelisah, eksplosif, emosional,
mau menang sendiri, objektivitasnya kurang, kurang rasional, dan mudah tersinggung,
8. Tipe Gepassioneerd (passio atau passie artinya derita atau hawa nafsu)
Memiliki ciri-ciri: selalu sibuk, rajin, jangkauan jauh ke depan, hidup teratur, penuh-cia-
cita besar, perasaan keterikatannya sangat kuat, terikat kepada pengalaman lama, amat
religious, sosiabilitasnya tinggi, percaya diri, gembira, peramah, penuh cinta kasih, akurat,
jujur, dan baik hati.
BAB II
MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
BAB III
PERUBAHAN KEBUDAYAAN DAN SOSIAL
E. Pola-pola Perubahan
Evolusi, dalam hal ini memiliki asumsi. pertama, masyarakat dan kebudayaan akan
berevolusi dan berkembang. Kedua, perkembangan terjadi secara lambat dalam waktu relatif
lama. Ketiga, perkembangannya bertingkat dan bertahap.
Difusi, terdapat 3 proses difusi:
1. symbiotic, artinya adanya pertemuan antara individu dari suatu masyarakat dengan
individu dari masyarakat atau kebudayaan lainnya tanpa mengubah kebudayaan
masing-masing.
2. Penetration pasifique, artinya masuknya kebudayaan asing dengan tidak disengaja
dan tanpa terpaksa
3. Penetration violent, artinya adanya kebudayaan asing yang masuk secara terpaksa
Akulturasi, diartikan sebagai adanya pengaruh satu kebudayaan terhadap kebudayaan
lain atau saling mempengaruhi sehingga mengakibatkan perubahan kebudayaan.
Asimilasi, diartikan sebagai percampuran dari dua budaya atau lebih yang berbeda yang
kebudayaan. Yang menghilangkan kebudayaan asli dan menciptakan kebudayaan baru.
BAB IV
KEBERAGAMAN DAN KESETARAAN SOSIAL BUDAYA