Anda di halaman 1dari 21

MODUL PEMBELAJARAN BERBASIS UKBM

(UNIT KEGIATAN BELAJAR MANDIRI) 1

1. Identitas
Madrasah : MAN Insan Cendekia Kota Kendari
Nama Mata Pelajaran : Sosiologi (Peminatan)
Kelas/Semester : X/Ganjil
Kompetensi Dasar :

3.1 Memahami pengetahuan dasar Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang


berfungsi mengkaji gejala sosial di masyarakat.
3.1.1 Menjelaskan fungsi Sosiologi untuk mengenali gejala sosial di masyarakat
3.1.2 Menjelaskan sosiologi sebagai ilmu sosial
3.1.3 Menganalisis realitas sosial sebagai obyek kajian
3.1.4 Menganalisis kehidupan sosial sebagai objektivitas
3.1.5 Mengidentifikasi gejala sosial (tindakan individu, tindakan kolektif,
pengelompokkan sosial, interaksi antar individu dan kelompok sosial dalam
kehidupan masyarakat)

4.1 Menalar suatu gejala sosial di lingkungan sekitar dengan menggunakan


pengetahuan sosiologis
4.1.1 Mencatat suatu gejala sosial di lingkungan sekitar dengan menggunakan
pengetahuan sosiologis

Materi Pokok : Fungsi Sosiologi Untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat


Alokasi Waktu : 21 JP (7 x Pertemuan)
Tujuan Pembelajaran :

Melalui kegiatan pembelajaran dengan metode diskusi, tanya jawab, analisis, penugasan,
dan presentasi melalui pendekatan saintifik, peserta didik diharapkan mampu
menjelaskan pengertian sosiologi, fungsi sosiologi, konsep dasar sosiologi, dan
mendeskripsikan gejala sosial serta terampil dalam menalar suatu gejala sosial di
lingkungan sekitar dengan menggunakan pengetahuan sosiologis, sehingga peserta
didik dapat menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya melalui belajar
Sosiologi dan mampu mengembangkan sikap/karakter jujur, peduli, dan bertanggung
jawab serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi,
berkolaborasi, berkreasi (4C) dan berliterasi.

Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 1


Materi Pembelajaran :
Bacalah materi Fungsi Sosiologi Untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat pada Buku
atau sumber lain:
1. Sosiologi 1 untuk kelas X SMA/MA, Slamet Triyono & Hermanto; Penerbit: Srikandi
Empat; Bandung, 2017
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Buku siswa Mata Pelajaran Sosiologi
(Peminatan) kelas X Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
3. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X Kurikulum 2013, Kun Maryati & Juju Suryawati;
Penerbit: Erlangga,  Jakarta, 2014.
4. Buku paket Sosiologi yang Relevan (Lembar Kerja Siswa)
5. Buku lain yang relevan (majalah, jurnal, koran, hasil penelitian, gambar, diagram, grafik,
peta, audio-visual, dan masyarakat di lingkungan setempat)
6. Media internet

2. Peta Konsep

Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 2


3. Konsep Belajar

a. Pendahuluan

1. Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk proses belajar mengajar; kerapian dan
kebersihan ruang kelas, presensi (absensi, kebersihan, kelas, menyiapkan media dan alat
serta buku yang diperlukan).
2. Guru menyampaikan topik tentang “Sosiologi sebagai Ilmu Sosial”. Namun sebelum
mengkaji lebih lanjut tentang topik tersebut, secara khusus guru mengadakan sesi
perkenalan. Masing-masing peserta didik tampil untuk memperkenalkan diri (minimal sebut
nama, alamat, cita-cita), terakhir guru memperkenalkan diri.
3. Guru memberikan motivasi dan bersyukur bisa bersekolah, apalagi saat ini sudah duduk di
kelas X Madrasa Aliyah (Usahakan 15 menit pertama kegiatan 1 dan 2 sudah selesai).
4. Guru menegaskan kembali tentang topik dan menyampaikan tujuan pembelajaran dan
kompetensi yang ingin dicapai selama proses pembelajaran berlangsung.
5. Guru membagi kelas dalam 6 kelompok yang masing-masing dipimpin seorang ketua.

Sebelum mempelajari materi ini, silakan Anda membaca dan memahami teks di bawah ini.

Apersepsi

Manusia diciptakan Tuhan Ynag Maha Esa sebagai makhluk yang sadar.
Kesadaran manusia tercermin dari keduanya untuk berpikir, berkehendak, dan merasa.
Dengan pikirannya, manusia mendapatkan ilmu pengetahuan. Dengan kehendaknya,
manusia mengarahkan perilakunya, dan dengan perasaannya, manusia dapat mencapai
kesenangan. Masyarakat berkembang seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
yang diterima oleh masyarakat tersebut. Tanpa ilmu pengetahuan, manusia akan sulit
memperkirakan gejala-gejala itu sehingga tidak siap untuk mengantisipasi dampaknya.
Manusia dalam mempertahankan dan memenuhi kebutuhan hidupnya perlu
melakukan interaksi dengan manusia lainnya. Sebagai makhluk sosial, manusia
melakukan interaksi sosial dalam rangka menjaga kelangsungan hidupnya. Hampir
setiap orang melakukan kegiatan interaksi di mana saja, kapan saja, dan untuk tujuan
apa saja. Pola interaksi setiap orang pun berbeda-beda. Setiap masyarakat memiliki
pola interaksi yang berbeda yang dapat menjadi gambaran identitas dari masyarakat
tersebut.
Sejumlah ilmuwan pun berusaha menemukan suatu sistem pengetahuan yang
mampu menjelaskan adanya hubungan antarmanusia dan perilaku sosial budaya
melalui kehidupan bermasyarakat. Gambaran jelas mengenai kehidupan manusia di
dalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, budaya, dan fisik inilah
yang akan di bahas dalam ilmu sosiologi.

Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 3


Hakikat Manusia sebagai Makhluk Individual

Kata “individu” mempunyai makna yang berbeda dengan individualisme dan


individualis. Individualisme adalah paham yang mementingkan hak perseorangan di
samping kepentingan masyarakat atau negara. Individualis adalah sikap yang
mementingkan diri sendiri. Sebagai makhluk individu manusia memiliki kepribadian
yang unik. Dia memiliki penampilan fisik, kemampuan, kebutuhan, perasaan dan sikap
yang berbeda dengan sesamanya. Kata “individu” dalam konsep manusia menunjukkan
bahwa manusia adalah makhluk yang otonom. Sebagai makhluk yang otonom, manusia
memiliki kebebasan dalam menentukan pilihannya dan bertanggungjawab atas
pilihannya tersebut.

Manusia sebagai Makhluk Sosial

Menurut Aristoteles, manusia pada kodratnya adalah makhluk sosial. Dia tidak
akan memperoleh keutamaan dan tidak akan menjadi baik jika tidak mempunyai teman
dan terasing dari masyarakatnya. Demikian halnya bahwa sesungguhnya manusia tidak
akan dapat hidup sendiri tanpa kehadiran orang lain.
Secara etimologis Sosiologi berasal dari kata Latin socius yang berarti teman atau
kawan, dan logos yang berasal dari kata Yunani yang berarti ‘ilmu’. Merujuk pada arti
dua kata tersebut, maka sosiologi berarti ilmu tentang teman. Dalam arti yang lebih luas,
sosiologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi manusia dalam masyarakat.
Sosiologi bermaksud mengkaji peristiwa-peristiwa dalam kehidupan masyarakat, yaitu
persekutuan manusia yang selanjutnya berusaha untuk mendatangkan perbaikan dalam
kehidupan bersama.
Istilah sosiologi pertama kali digunakan Auguste Comte untuk mempelajari
keadaan masyarakat Eropa pada saat itu. Sosiologi sebagai ilmu mulai dikenal sejak
abad ke-19 dengan melepaskan diri dari filsafat. Sosiologi adalah ilmu yang mempelajari
hidup bersama dalam masyarakat, dan menyelidiki ikatan-ikatan antarmanusia dalam
kehidupan. Sosiologi mencoba mengerti sifat dan maksud hidup bersama, cara terbentuk,
tumbuh, dan berubahnya kumpulan-kumpulan manusia yang hidup bersama itu, serta
kepercayaan, keyakinan yang memberi sifat tersendiri kepada cara hidup bersama itu
dalam tiap persekutuan hidup manusia. Singkatnya, sosiologi merupakan ilmu
masyarakat atau ilmu kemasyarakatan yang mempelajari manusia sebagai anggota
golongan atau masyarakat (tidak sebagai individu yang terlepas dari golongan atau
masyarakat), serta ikatan-ikatan adat, kebiasaan, kepercayaan atau agama, tingkah laku,
dan kesenian, atau kebudayaan masyarakat tersebut.

Bagaimana Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan dapat berfungsi dalam mengkaji gejala
sosial di masyarakat?
Untuk dapat menyelesaikan persoalan tersebut, silakan Anda lanjutkan pada kegiatan berikut
dan ikuti petunjuk yang ada dalam UKBM berikut ini.

Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 4


b. Kegiatan Inti Intio\\

1. Petunjuk Umum UKBM (Unit Kegiatan Belajar Mandiri)


a. Baca dan pahami materi Sosiologi sebagai Ilmu Sosial pada Buku Siswa Sosiologi 1
untuk kelas X SMA/MA, Slamet triyono & Hermanto; Penerbit: Srikandi Empat;
Bandung, 2017 hal. 1 s/d 22.
b. Setelah memahami isi materi dalam bacaan tersebut, selanjutnya berlatihlah untuk
berpikir tinggi melalui tugas-tugas yang terdapat pada UKBM ini baik bekerja sendiri
maupun bersama teman sekelompoknya.
c. Kerjakan UKBM ini dibuku kerja atau langsung mengisikan pada bagian yang telah
disediakan.
d. Anda dapat belajar bertahap dan berlanjut melalui kegitan uji kompetensi, apabila
anda yakin sudah paham dan mampu menyelesaikan permasalahan-permasalahan
dalam kegiatan belajar 1 dan 2, anda boleh mengerjakan sendiri atau bersama teman
sekelompoknya untuk mengikuti tes formatif agar Anda dapat belajar ke UKBM
berikutnya.

2. Materi Belajar

BAB 1 FUNGSI SOSIOLOGI UNTUK


MENGENALI GEJALA SOSIAL DI MASYARAKAT
FUNGSI SOSIOLOGI UNTUK

A. Sosiologi sebagai Ilmu

A. Tujuan Pembelajaran
Di akhir pembelajaran, peserta didik diharapkan mampu:
1. Menjelaskan pengertian, objek, dan tujuan sosiologi
2. Mendeskripsikan teori-teori sosiologi
3. Mendeskripsikan sosiologi sebagai sebuah ilmu pengetahuan
4. Mendeskripsikan sejarah perkembangan sosiologi
5. Mendeskripsikan sosiologi sebagai metode ilmiah
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 5
6. Mendeskripsikan kedudukan sosiologi diantara ilmu-ilmu lain
7. Mendeskripsikan fungsi dan peran sosiologi
8. Mendeskripsikan gejala sosial di masyarakat
9. Menganalisis realitas sosial sebagai objek kajian sosiologi
10. Menganalisis gejala sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat

B. Alur Pemikiran

1. Sosiologi sebagai Ilmu Pengetahuan

Apakah sosiologi merupakan ilmu pengetahuan? Untuk menjawab pertanyaan tersebut,


para ahli mengemukakan syarat ilmu pengetahuan antara lain:
a. Kumpulan pengetahuan (knowledge)
b. Tersusun secara sistematis
c. Menggunakan pemikiran (logis an rasional)
d. Terbuka terhadap kritik (objektif)
Jika dilihat berdasarkan asal katanya (secara etimologis), sosiologi terdiri atas dua suku
kata, socius dan logos. Socius merupakan Bahasa Latin yang berarti teman, sedangkan logos dari
Bahasa Yunani berarti kata, perkataan, atau ilmu. Dengan demikian, secara harafiah, sosiologi
berarti memperbincangkan teman pergaulan, yang dapat diperluas menjadi ilmu pengetahuan
tentang pergaulan hidup manusia atau ilmu pengetahuan tentang masyarakat.
Suatu pengetahuan yang tersusun secara sistematis, meggunakan pemikiran, dan dapat
dikontrol secara kritis oleh orang lain disebut dengan ilmu atau ilmu penngetahuan. Menurut
Soerjono Soekanto, ilmu pengetahuan merupakan kumpulan pengetahuan yang tersusun secara
sistematis dengan menggunnakan kekuatan pemikiran (logika), pengetahuan mana haruslah
objektif, artinya selalu dapat diperiksa dan diuji secara kritis oleh orang lain. Sedangkan menurut
J. Haberer, ilmu pengetahuan adalah suatu hasil aktivitas yang merupakan kumpulan teori,
metode, dan praktik yang kemudian menjadi pranata dalam masyarakat. Oleh karena itu, tidak
semua pengetahuan dapat disebut sebagai ilmu. Ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang
tersusun secara sistematis dan dapat diuji kebenaran.
Ada tiga cabang ilmu pengetahuan, yaitu: Natural sciences (ilmu-ilmu alamiah), seperti:
Fisika, Kimia, Biologi, Botani, Astronomi, dan sebagainya. Social sciences (ilmu-ilmu sosial),
seperti: Sosiologi, Ekonomi, Politik, Sejarah, Antropologi, Psikologi Sosial, dan sebagainya.
Serta Humanities (ilmu-ilmu budaya), seperti: Bahasa, Agama, Kesusastraan, Kesenian, dan
sebagainya.
Suatu ilmu sekurang-kurangnya dapat dirumuskan dalam dua cara, yaitu:
a. Suatu ilmu adalah suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji yang diperoleh
melalui suatu penelitian ilmiah.
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 6
b. suatu ilmu adalah metode untuk menemukan suatu kerangka pengetahuan yang tersusun dan
teruji.
Dengan demikian, sosiologi adalah suatu ilmu pengetahuan, yang mengembangkan suatu
kerangka pengetahuan yang tersusun dan teruji berdasarkan pada penelitian ilmiah.

a. Pengertian Sosiologi

Istilah ‘sosiologi’ pertama kali digunakan oleh Auguste


Comte (1798-1857). Dalam bukunya yang berjudul “Cours De
Philosophie Positive”, ia memberikan penjelasan tentang
beberapa pendekatan umum yang dapat dipergunakan untuk
mengkaji kehidupan masyarakat dan pada akhirnya berkembang
menjadi metodologi yang bersifat ilmiah. Itulah sebabnya
Auguste Comte dikenal sebagai Bapak Sosiologi.
Menurut Comte bahwa sosiologi adalah ilmu tentang gejala sosial yang tunduk pada
hukum alam dan tidak berubah-ubah. Terkait dengan gejala sosial yang menjadi objek kajian
sosiologi tersebut, Manheim mengatakan ada tiga jenis sosiologi, yaitu sosiologi sistematis
atau umum, sosiologi komparatif, dan sosiologi struktural. Sosiologi struktural bertujuan
memberikan analisis semua gejala sosial struktural yang dapat didefinisikan oleh sosiolog.
Gejala-gejala sosial ini menurut Durkheim, harus dipahami sebagai fakta objektif di luar
kehidupan subjektif dari individu.
Beberapa definisi sosiologi dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut.
1. Pitirim A. Sorokin, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang:
1) Hubungan dan pengaruh timbal-balik antara berbagai macam gejala sosial, misalnya
tingkat ekonomi dengan perilaku sosial, hubungan antara pendidikan dengan
kebudayaan, pendidikan dengan ekonomi, agama dengan kehidupan sosial, dan lain
sebagainya.
2) Hubungan antara gejala sosial dengan gejala non sosial. Misalnya, hubungan antara
kondisi geografis dengan kebudayaan, iklim dengan kehidupan ekonomi, dan lain
sebagainya.
3) Ciri-ciri umum semua jenis gejala sosial.
2. Max Weber, sosiologi merupakan ilmu yang berhubungan dengan pemahaman terhadap
tindakan-tindakan sosial dan sekaligus berhubungan dengan suatu penjelasan kausal
mengenai arah, tujuan, dan konsekuensidari tindakan sosial.
3. Roucek Warren, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia
dalam kelompok.
4. Emile Durkheim, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial bukan
fakta individual.
5. Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, sosiologi merupakan
ilmu yang mempelajari struktur sosial dan proses-proses sosal,
termasuk perubahan sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur sosial yang
pokok seperti kaidah atau norma sosial, lembaga sosial kelompok,
dan laporan sosial dalam masyarakat.
Proses sosial adalah pengaruh timbal balik antara segi kehidupan ekonomi dengan
kehidupan politik, kehidupan agama dengan hukum, kehidupan ekonomi dengan hukum,
dan sebagainya. Dan perubahan sosial adalah perubahan-perubahan yang terjadi pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem
sosialnya, termasuk nilai-nilai sosial, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara
kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan sosial tersebut merupakan salah satu
wujud dari proses sosial yang terjadi dalam masyarakat.
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 7
Berdasarkan dari beberapa pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa secara umum,
sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari hubungan antarmanusia dalam
kehidupan bermasyarakat, mempelajari struktur sosial, proses sosial, dan perubahan-
perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
Sosiologi sebagai ilmu mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a. Empiris, artinya sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada observasi
terhadap kenyataan dan akal sehat yang hasilnya tidak bersifat spekulatif (menduga-
duga).
b. Teoritis, artinya sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang berusaha memberi ikhtisar
atau penjelasan berdasarkan hasil observasi dalam bentuk yang abstrak.
c. Kumulatif, artinya sosiologi disusun berdasarkan teori-teori yang sudah ada selanjutnya
diperbaiki dan diperluas untuk memperkuat serta menyempurnakan teori-teori yang
sudah ada.
d. Non etis (bukan etika), artinya sosiologi membahas suatu masalah tidak mempersoalkan
baik atau buruknya suatu masalah atau tindakan sosial, namun bertujuan menjelaskan
masalah tersebut secara mendalam. Tugas sosiolog adalah berusaha mengungkap atau
menerangkan masalah atau tindakan sosial tersebut sebagai suatu fakta sosial.
b. Hakikat Sosiologi

Sebagai ilmu pengetahuan yang objeknya masyarakat, sosiologi mempunyai sifat atau
hakikat sebagai berikut.
a. Sosiologi termasuk ilmu sosial. Artinya sosiologi bersangkut paut dengan gejala-gejala
kemasyarakatan.
b. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat kategoris. Artinya sosiologi
membatasi diri dengan apa yang sedang terjadi, bukan pada apa yang seharusnya terjadi.
c. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan murni. Artinya sosiologi bertujuan membentuk
dan mengembangkan ilmu pengetahuan secara abstrak, bukan ilmu pengetahuan terapan
atau terpakai.
d. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang bersifat abstrak. Artinya sosiologi
memperhatikan pola dan peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.
e. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang rasional, terkait dengan metode yang
dipergunakan untuk mengkaji gejala sosial di masyarakat.
f. Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan umum. Artinya sosiologi mengamati dan
mempelajari gejala-gejala umum yang ada pada setiap interaksi dalam masyarakat secara
empiris.
g. Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian-pengertian dan pola-pola secara umum.
Artinya sosiologi meneliti dan mencari apa yang menjadi prinsip atau hukum-hukum
secara umum dan interaksi antarmanusia serta perihal sifat, hakikat, isi, dan struktur
masyarakat manusia.

c. Objek Studi Sosiologi

Secara umum, sosiologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang masyarakat. Kata
masyarakat berasal dari akar kata Arab musyarak, artinya bersama-sama. Istilah masyarakat
dalam Bahasa Inggris adalah society. Kata society berasal dari Bahasa Latin socius, yang
berarti kawan. Selo Soemardjan mengatakan bahwa masyarakat adalah orang-orang yang
hidup bersama dan menghasilkan kebudayaan. J. L Gillin dan J. P Gillin mengatakan bahwa
masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar. Mereka mempunyai kebiasaan, tradisi,
sikap, dan perasaan persatuan yang sama. Sementara itu, menurut Ralf Linton, masyarakat
merupakan suatu kelompok manusia yang telah hidup dan bekerja sama dalam waktu yang
cukup lama. Sedangkan menurut Emile Durkheim (1895) dalam bukunya “The Rule of
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 8
Sociological Method” menyebutkan bahwa keseluruhan objek sosiologi adalah fakta sosial atau
social facts (realitas sosial). Fakta sosial adalah sesuatu yang berbeda dengan ide, yang terdiri
dari dua macam objek, sebagai berikut.
a. Objek material sosiologi meliputi kehidupan sosial dan gejala dari proses hubungan
antarmanusia;
b. Objek formal sosiologi lebih ditekankan pada manusia sebagai makhluk sosial atau
masyarakat.
Dalam mempelajari masyarakat sebagai objek kajian, sosiologi memfokuskan studinya
pada hal-hal berikut.
a. Hubungan timbal-balik antara manusia satu dan manusia lainnya
b. Hubungan antara individu dan kelompok
c. Hubungan antara kelompok yang satu dan kelompok lainnya
d. Proses yang timbul dari hubungan-hubungan tersebut dalam masyarakat
Ada beberapa unsur yang terkandung dalam istilah masyarakat. Unsur-unsur tersebut adalah
sebagai berikut.
a. Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama. Di dalamnya,
manusia saling mengerti, merasa, dan mempunyai harapan-harapan sebagai akibat dari
hidup bersama itu.
b. Memiliki sistem komunikasi dan peraturan yang mengatur hubungan antarmanusia dalam
masyarakat
c. Manusia yang hidup bersama merupakan suatu kesatuan
d. Manusia yang hidup bersama merupakan suatu sistem hidup bersama, yang menimbulkan
kebudayaan di mana setiap anggota masyarakat merasa dirinya masing-masing terikat
dengan kelompoknya.

2. Teori-teori Sosiologi
a. Auguste Comte
Menurut pemikirannya, sosiologi terdiri atas dua bagian penting, yaitu social statistic
dan social dynamics. Sebagai social statistic, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari hubungan timbal balik antara lembaga-lembaga sosial. Sedangkan sebagai
social dynamics, sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari perkembangan
lembaga-lembaga sosial yang ada di tengah tengah masyarakat. Comte percaya bahwa
pendekatan ilmiah untuk memahami masyarakat akan membawa pada kemajuan kehidupan
sosial yang lebih baik. Ini didasari pada gagasannya tentang Teori Tiga Tahap
Perkembangan. Perkembangan tersebut pada hakikatnya melewati tiga tahap, sesuai tahap-
tahap pemikiran manusia yaitu:

1) Tahap teologis
Pada tahap teologis ini, manusia percaya bahwa dibelakang gejala-gejala alam
terdapat kuasa-kuasa adikodrati yang mengatur fungsi dan gerak gejala-gejala alam.
Kuasa-kuasa ini dianggap sebagai makhluk yang memiliki rasio dan kehendak seperti
manusia. Tetapi orang percaya bahwa mereka berada pada tingkatan lebih tinggi dari
pada makhluk-makhluk selain insani. Pada tahap ini masyarakat mempercayai kekuatan
Tuhan, Roh, dan Dewa-Dewa Contoh: Sebagian masyarakat Indonesia masih percaya
dengan kekuatan-kakuatan ghaib. Misalnya kepercayaan masyarakat Jawa akan Nyi Roro
Kidul dan penunggu Gunung Merapi.
2) Tahap metafisis
Pada tahap ini pengetahuan manusia berdasar pada konsep-konsep dan prinsip-
prinsip abstrak yang menggantikan kedudukan kuasa-kuasa adikodrati. Tahap ini bisa
juga disebut sebagai tahap transisi dari pemikiran Comte. Tahapan ini sebenarnya hanya
merupakan varian dari cara berpikir teologis, karena di dalam tahap ini dewa-dewa hanya
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 9
diganti dengan kekuatan-kekuatan abstrak, dengan pengertian atau dengan benda-benda
lahiriah, yang kemudian dipersatukan dalam sesuatu yang bersifat umum, yang disebut
dengan alam. Terjemahan metafisis dari monoteisme itu misalnya terdapat dalam
pendapat bahwa semua kekuatan kosmis dapat disimpulkan dalam konsep “alam”,
sebagai asal mula semua gejala. Pada tahap metafisik manusia mempercayai kekuatan
alam tanpa pembuktian Ilmiah Manusia belum berusaha untuk mencari sebab dan akibat
gejala-gejala. Contoh: percaya kepada batu besar, pohon, dan lain sebagainya.
3) Tahap positif

Tahap positifis yaitu tahap dimana pengetahuan manusia berdasar atas fakta-fakta.
Pengetahuan positif adalah pengetahuan tertinggi kebenarannya yang dicapai manusia.
Pada tahap ini manusia telah sanggup untuk berfikir secara ilmiah. Pada tahap ini
berkembanglah ilmu pengetahuan.

b. Herbert Spencer
Herbert Spencer, mengetengahkan sebuah teori tentang “evolusi sosial”, yang hingga
kini masih dianut walaupun di sana-sini ada perubahan. Ia menerapkan secara analog teori
Darwin mengenai “teori evolusi” terhadap masyarakat manusia. la yakin bahwa masyarakat
mengalami evolusi dari masyarakat primitif ke masyarakat industri. Soekanto (1990: 484-
485) mendefinisikan evolusi sebagai serentetan perubahan kecil secara pelan-pelan dan
kumulatif yang terjadi dengan sendirinya dan memerlukan waktu lama. Evolusi dalam
masyarakat adalah serentetan perubahan yang  terjadi karena usaha-usaha masyarakat
tersebut untuk menyesuaikan diri dengan keperluan, keadaan, dan kondisi baru yang timbul
sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Perubahan ini tidak harus sejalan dengan rentetan 
peristiwa di dalam sejarah masyarakat yang bersangkutan. Menurut Soekanto (1990:345-
347), teori tentang evolusi dapat dikategorikan dalam  tiga kategori:

1. Unilinear theories of evolution


Teori ini berpendapat bahwa manusia  dan masyarakat (termasuk kebudayaannya)
mengalami perkembangan melalui tahapan tertentu, mulai dari bentuk sederhana menuju
ke yang lebih kompleks (madya dan modern) dan akhirnya menjadi sempurna (industrial,
sekuler). Pelopor teori ini antara lain adalah August Comte dan  Herbert Spencer. Variasi
teori ini adalah Cyclical theories yang dipelopori oleh Vilfredo Pareto dengan
mengatakan bahwa masyarakat dan kebudayaan mempunyai tahap-tahap perkembangan
yang merupakan lingkaran yang pada tahap tertentu dapat dilalui berulang-ulang.
Pendukung teori ini adalah Pitirim A. Sorokin yang mengemukakan teori dinamika sosial
dan kebudayaan.
Menurut Sorokin, masyarakat berkembang melalui tahap kepercayaan, tahap kedua
dasarnya adalah indera manusia, dan tahap terakhir dasarnya adalah kebenaran.
2. Universal theory of evolution
Teori ini menyatakan bahwa perkembangan masyarakat tidak perlu melalui tahap-
tahap perkembangan tertentu yang tetap. Kebudayaan manusia telah mengikuti suatu
garis evolusi tertentu. Spencer mengemukakan prinsip-prinsipnya yaitu antara lain
mengatakan bahwa masyarakat merupakan hasil perkembangan sifat maupun 
susunannya dari kelompok homogen ke kelompok yang heterogen.
3. Multilined theories of evolution
Teori ini lebih menekankan pada penelitian-penelitian terhadap tahap-tahap
perkembangan tertentu dalam evolusi masyarakat. Misalnya mengadakan penelitian
tentang pengaruh sistem mata pencaharian dari sistem berburu ke sistem pertanian
kekeluargaan dalam masyarakat. Tahap-tahap dalam proses evolusi sosial dengan tipe-
tipe masyarakat, dibagi oleh Spencer menjadi tiga bagian sebagai berikut.
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 10
1) Tipe Masyarakat Primitif
Pada masyarakat primitif dikatakan bahwa belum ada diferensiasi dan
spesialisasi fungsional. Pembagian kerja masih sedikit. Hubungan kekuasaan belum
jelas terlihat. Masyarakat dengan tipe ini sangat tergantung kepada lingkungan. Kerja
sama sudah terjadi dengan spontan dan didukung oleh hubungan kekeluargaan.
2) Tipe Masyarakat Militan
Pada masyarakat militan ini, heterogenitas sudah mulai meningkat karena
bertambahnya jumlah penduduk atau karena penaklukan.
Hal yang penting ialah koordinasi tugas-tugas yang dikhususkan, dilakukan dengan
paksaan. Cara ini memerlukan sistem-sistem atau bagian-bagian yang dapat mengatur
dirinya sendiri. Kerja sama yang tidak sukarela ini dijamin keberlangsungannya oleh
seorang pemimpin, kemudian oleh negara secara nasional. Pengendalian oleh negara
terbatas pada produksi, distribusi, dan pada bidang-bidang kehidupan.
3) Tipe Masyarakat Industri
Masyarakat industri bercirikan suatu tingkat kompleksitas yang sangat tinggi,
yang tidak lagi dikendalikan oleh kekuasaan negara.
Sebagai penggantinya masyarakat mengendalikan diri sendiri, seperti hak
menentukan diri sendiri, kerja sama sukarela, dan keseimbangan berbagai
kepentingan. Kondisi ini mengakibatkan individualisasi yang ditandai dengan
berkurangnya campur tangan pemerintah daerah.

c. Emile Durkheim
Menurut Durkheim, sosiologi adalah ilmu yang mempelajari fakta sosial. Fakta sosial
adalah setiap cara bertindak yang telah baku ataupun tidak, yang dapat melakukan
pemaksaan terhadap individu. Fakta sosial bersifat eksternal terhadap individu. Fakta sosial
bisa berupa cara bertindak, berpikir, dan berperasaan yang memperlihatkan ciri-ciri tertentu
yang berada di luar kesadaran individu.
Dalam mengkaji masyarakat, Durkheim lebih menekankan pada kesadaran kolektif
(collective consciousness) sebagai dasar dari suatu keteraturan sosial atau lebih menekankan
pada kerja sama yang mencerminkan konsensus moral sebagai proses sosial yang paling
mendasar. Fakta sosial adalah seluruh cara bertindak, baku maupun tidak, yang dapat
berlaku pada diri individu sebagai sebuah paksaan eksternal; atau keseluruhan cara bertindak
yang umum dipakai suatu masyarakat, dan pada saat yang sama keberadaannya terlepas dari
manifestasi-manifestasi individual.
Durkheim melihat bahwa setiap masyarakat manusia memerlukan solidaritas dengan
membedakan dua tipe utama solidaritas yaitu solidaritas mekanis yang merupakan tipe
solidaritas yang didasarkan pada persamaan dan biasanya ditemui pada masyarakat
sederhana (desa) dan solidaritas organis yang ditandai dengan adanya saling
ketergantungan antarindividu atau kelompok lain (masyarakat kota), dimana masyarakat
tidak lagi memenuhi semua kebutuhannya sendiri dan terdapat pembagian kerja di dalam
masyarakat (munculnya diferensiasi dan spesialisasi).
Pada masyarakat dengan solidaritas organis, masing-masing anggota masyarakat tidak
lagi dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh saling
ketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain. Solidaritas organis merupakan
suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian-bagian yang saling bergantung seperti bagian-
bagian suatu organisme biologis. Berbeda dengan solidaritas mekanis yang didasarkan pada
hati nurani kolektif maka solidaritas organis didasarkan pada akal dan hukum.
Teori lain yang terkenal dari Durkheim adalah mengenai bunuh diri. Emile Durkheim
memilih studi bunuh diri karena persoalan ini relative merupakan fenomena kongkrit dan
sfesifik, dimana tersedia data yang bagus cara komperatif. Durkheim membagi tipe  bunuh
diri ke dalam 4 macam:
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 11
1) Bunuh diri Egoistis
Tingginya angka bunuh diri egoitis dapat ditemukan dalam masyarakat atau
kelompok dimana individu tidak berinteraksi dengan baik dalam unit sosial yang luas.
Lemahnya integrasi ini melahirkan perasaan bahwa individu bukan bagian dari
masyarakat.
2) Bunuh Diri Altruistis
Terjadi ketika intergrasi sosial yang sangat kuat, secara harfiah dapat di katakan
individu terpaksa melakukan bunuh diri. Salah satu contohnya adalah bunuh diri massal
dari pengikut pendeta Jim Jones di jonestown, Guyana pada tahun 1978. Contoh lain
bunuh diri di jepang (harakiri).
3) Bunuh Diri Anomik
Bunuh diri ini terjadi ketika kekuatan regulasi masyarakat terganggu. Gangguan
tersebut mungkin akan membuat individu merasa tidak puas karena lemahnya kontrol
terhadap nafsu mereka, yang akan bebas berkeliaran dalam ras yang tidak pernah puas
terhadap kesenangan. Bunuh diri ini terjadi ketika menempatkan orang dalam situasi
normal lama tidak berlaku lagi sementara norma baru di kembangkan (tidak ada
pegangan hidup).
4) Bunuh Diri Fatalistis
Bunuh diri ini terjadi ketika regulasi meningkat. Durkheim menggambarkan
seseorang yang mau melakukan bunuh diri ini seperti seseorang yang masa depannya
telah tertutup dan nafsu yang tertahan oleh disiplin yang menindas. Contoh: perbudakan.

d. Max Weber
Karya penting dari Weber berjudul The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism
yang berisi hubungan antara Etika Protestan dalam hal ini Sekte Kalvinisme dengan
munculnya perkembangan kapitalisme.
Menurut Weber, ajaran Kalvinisme mengharuskan umatnya untuk bekerja keras
dengan harapan dapat menuntun mereka ke surga dengan syarat bahwa keuntungan dari
hasil kerja keras tidak boleh untuk berfoya-foya atau bentuk konsumsi lainnya. Hidup
sederhana dan melarang segala bentuk kemewahan menjadikan para penganut agama ini
semakin makmur karena keuntungan yang dihasilkan ditanamkan kembali menjadi modal.
Dari sinilah menurut Weber kapitalisme di Eropa berkembang pesat.
Selain teori etika protestan, Max Weber juga mengemukakan teori verstehen yang
sangat terkenal. Baginya, sosiologi adalah ilmu yang memiliki kelebihan dari pada ilmuan
alam. Kelebihan tersebut terletak pada kemampuan sosiolog untuk memahami fenomena
sosial, sementara ilmuan alam tidak dapat memperoleh pemahaman serupa tentang perilaku
atom atau ikatan kimia. Kata pemahaman dalam bahasa Jerman adalah verstehen.
Dengan kata lain verstehen adalah suatu metode pendekatan yang berusaha untuk
mengerti makna yang mendasari dan mengitari peristiwa sosial dan historis. Pendekatan ini
bertolak dari gagasan bahwa tiap situasi sosial didukung oleh jaringan makna yang dibuat
oleh para aktor yang terlibat di dalamnya.

e. Karl Marx
Sumbangan utama Marx bagi sosiologi terletak pada teorinya mengenai kelas sosial
yang tertuang dalam tulisannya yang berjudul The Communist Manifest yang ditulis bersama
Friedrich Engels.
Marx berpandangan bahwa sejarah masyarakat manusia merupakan sejarah
perjuangan kelas. Menurut Marx perkembangan pembagian kerja dalam kapitalisme
menumbuhkan dua kelas yang berbeda, yaitu kelas borjuis (majikan) terdiri dari orang-
orang yang menguasai alat produksi dan kelas proletar (buruh) yang tidak memiliki alat
produksi dan modal sehingga menjadi kelas yang dieksploitasi oleh kelas borjuis (majikan).
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 12
Menurut Marx, suatu saat kelas proletar akan menyadari kepentingan bersama
dengan melakukan pemberontakan dan menciptakan masyarakat tanpa kelas. Meskipun
ramalan Marx tidak pernah terwujud tetapi pemikiran tentang stratifikasi dan konflik sosial
tetap berpengaruh terhadap pemikiran perkembangan sosiologi khususnya terkait dengan
kapitalisme.
f. Ferdinand Tonnies
Ferdinand Tonnies terkenal dengan teorinya mengenai Gemeinschaft dan
Gesellschaft sebagai dua bentuk yang menyertai perkembangan kelompok-kelompok
sosial. Gemeinschaft (paguyuban) adalah bentuk kehidupan bersama dimana anggota-
anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan bersifat alamiah serta bersifat
kekal. Sedangkan Gesellschaft (patembayan) merupakan bentuk kehidupan bersama yang
merupakan ikatan lahir yang bersifat pokok dan biasanya untuk jangka waktu yang pendek.

3. Sejarah Sosiologi

Istilah sosiologi pertama kali diperkenalkan oleh Auguste Comte yang sampai saat ini
dikenal dengan Bapak Sosiologi Dunia. Aguste Comte memberikan peryataan bahwanya
objek kajian sosiologi adalah manusia atau masyarakat yang dipandang kedua hal tersebut saling
bekaitan secara keseluruhan.
Jauh sebelum Auguste Comte memberikan pandangan tentang Ilmu ini, di dalam
perkembangan yang ada di dunia Arab (Islam), Kajian masyarakat telah diperkenalkan oleh Ibnu
Khaldun pada Tahun 1332 sampai tahun 1406. Dalam buku Muqaddimah karya Ibnu Khaldun,
terdapat pemikiran sosiologis lebih terperinci dan sangat maju sehingga ia sering juga disebut
sebagai peletak batu pertama dalam sejarah kajian ilmu sosiologi sebagai ilmu.
a. Sejarah Awal Perkembangan Sosiologi
Sosiologi tumbuh dari gejolak sosial sejak terjadinya revolusi industri dan revolusi
Perancis. Revolusi ini menyebabkan terjadinya urbanisasi, pengekploitasian pekerja anak-
anak, demokratisasi dan lain sebaginya. Tradisi lama tidak mampu untuk menjawab lagi
perubahan tersebut. Saat bersamaan berkembang metode ilmiah pada bidang ilmu kimia dan
fisika. Banyak rahasia alam terungkap. Karena tradisi tidak lagi dapat menjawab persoalan
perubahan dalam kehidupan makhluk sosial, maka dicarilah metode ilmiah (seperti metode
ilmiah dalam ilmu alam) untuk memberikan jawaban atas persoalan tersebut. Dari situlah
tahap awal perkembangan lahirnya Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan.
b. Sejarah Sosiologi Abad ke-19
Atas dinamika kelompok sosial yang terjadi di Negara Prancis, Auguste Comte sebagai
cedekiawan yang lahir pada tahun 1798 memiliki kekhawatiran yang mendalam atas keadaan
negaranya, puncak kekhawatirannya saat terjadi Revolusi Prancis.  Yang banyak
menimbulkan atau menciptakan dampak negatif perubahan sosial, salah satunya terjadinya
konflik antarkelas dalam masyarakat yang seolah memberikan arah pada sikap anarkisme di
dalam kehidupan masyarakat.
Konflik ini dilatarbelakangi oleh ketidaktahuan masyarakatnya dalam mengatasi
perubahan atau hukum-hukum seperti yang dapat digunakan untuk mengatur stabilitas
masyarakat. Atas dasar ini, Comte pada abad ke- 19 melakukan instrumen pesnelitian sosial
tentang masyarakat sehingga perlu ditingkatkan menjadi sebuah ilmu yang berdiri sendiri.
Dengan penelitian sosial yang didasarkan pada metode ilmiah inilah sosiologi lahir sebagai
ilmu pengetahuan pada abad 19, dengan pendiri sekaligus pencipta namanya adalah Auguste
Comte, sebagimana hal ini tertuang dalam buku berjudul Cours de Philosophie Positive.
c. Sosiologi di Indonesia
Sebelum terjadinya gejolak pada Perang Dunia II perkembangan ilmu sosiologi yang
ada dalam kajian keilmuah hanya dianggap sebatas pembantu bagi keperluan ilmu-ilmu
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 13
pengetahuan lainnya, khususnya kejadian ini berlaku di Indonesia. Akan tetapi setelah
Indonesia merdeka, tepatnya pada saat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, Sosiologi
mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Perkembangan ini menjadi cikal bakal
adanya sejarah Ilmu Sosiologi sebagai Ilmu pengetahuan di Indonesia. Untuk pelaksanaan
materi penyampaian Ilmu Sosiologi, pertama kali dilakukan sistem perkuliahan Sosiologi,
yang diberikan oleh Soenario Kolopaking pada Tahun 1948.
Perkuliahan sosiologi pertama kali di Indonesia ini lakukan pada Akademi Ilmu Politik
Yogyakarta, yang pada saat ini Akedemi Politik berubah nama menjadi Fakultas Ilmu Sosial
dan Politik UGM (Univeritas Gajah Madah). Maka tak khayal jurusan sosiologi pertama dan
tertua di Indonesia adalah Jurusan Sosiologi di UGM.
d. Sejarah Akhir Perkembangan Sosiologi
Sejarah akhir perkembangan Ilmu Sosiologi sebagai Ilmu pengetahuan adalah
munculnya paradigma bahwa pembangunan yang ada di dalam perkembangan suatu negara,
bukan hanya di ukur dalam pembangunan infrastruktur, atau pembangunan SDA, akan tetapi
yang jauh lebih penting adalah pembangunan dalam SDM (Sumber Daya Manusia). Dengan
posisi tersebut, sosiologi sebagai ilmu pengetahuan pada akhirnya memberikan solusi atas
permasalah yang terjadi. Salah satunya dengan memberikan berbagai cabang dalam Ilmu
Pengetahuan Sosiologi.
Sosiologi yang berkembang dalam masyarakat memiliki beberapa cabang yang
disesuaikan dengan bidang keilmuannya. Berikut ini kita akan membahas beberapa cabang
sosiologi.
1) Sosiologi Pendidikan, cabang sosiologi yang diterapkan untuk memecahkan masalah-
masalah pendidikan yang fundamental. Masalah-masalah itu muncul sebagai akibat
perubahan zaman, seperti perubahan masyarakat dari pertanian menuju adanya berbagai
sarana pendidikan, seperti gedung sekolah, buku-buku pelajaran dan fasilitas lainnya.
2) Sosiologi Agama, mempelajari mengenai perilaku manusia yang berhubungan dengan
keyakinan yang dipeluknya, peranan agama sebagai pranata sosial, peranan agama dalam
perubahan masyarakat, dan peranan agama sebagai agen pengendalian sosial.
3) Sosiologi Hukum, mempelajari kaitan antara fenomena yang terjadi dalam masyarakat
dengan hukum, antara lain perilaku masyarakat dalam hubungannya dengan hukum yang
berlaku, peranan hukum dalam masyarakat, dan lembaga-lembaga yang berkaitan dengan
hukum yang ada dalam masyarakat.
4) Sosiologi Keluarga, membahas kegiatan atau interaksi antara fenomena yang terjadi
dalam masyarakat dengan keluarga, antara lain peranan keluarga dalam masyarakat,
peranan keluarga dalam perubahan sosial, dan beberapa bentuk keluarga yang ada dalam
masyarakat.
5) Sosiologi Industri, mengkaji hubungan antara fenomena sosial yang terjadi dalam
masyarakat dengan kegiatan industri. Peranan industri dalam perubahan sosial, aktivitas
yang berhubungan dengan kegiatan pokok ekonomi (produksi, distribusi, dan konsumsi),
serta hubungan industri dengan berbagai struktur yang ada dalam masyarakat.
6) Sosiologi Pembangunan, mengkaji masyarakat dan segala pola aktivitasnya di alam
pembangunan. Sosiologi menghendaki pembangunan yang dilaksanakan di masyarakat
tidak hanya mengejar aspek materiilnya saja, melainkan juga memerhatikan masyarakat
yang ada di sekitarnya. Beberapa materi yang dipelajari dalam sosiologi pembangunan
antara lain pengaruh pembangunan dalam perubahan sosial, peranan pembangunan dalam
kehidupan masyarakat, dan peranan pembangunan terhadap perekonomian masyarakat.
7) Sosiologi Politik, mempelajari tentang fenomena politik dengan mengaitkan variabel
sosial dan variabel politik dalam wujud saling keterkaitan antara struktur sosial dan
lembaga politik atau antara masyarakat dan negara. Dengan demikian sosiologi politik
bertujuan mengkaji hubungan antara fenomena sosial yang terjadi dalam masyarakat
dengan kegiatan-kegiatan politik.
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 14
8) Sosiologi Perdesaan, mempelajari masyarakat pedesaan dan segala pola interaksi yang
dilakukannya sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Materi yang dipelajari dalam
sosiologi pedesaan antara lain mata pencaharian hidup, pola hubungan, pola pemikiran,
serta sikap dan sifat masyarakat pedesaan dalam kehidupan sehari-hari.
9) Sosiologi Perkotaan, mempelajari masyarakat perkotaan dan segala pola interaksi yang
dilakukan sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Materi yang dipelajari antara lain
mata pencaharian hidup, pola hubungan dengan orang-orang yang ada di sekitarnya, dan
pola pikir dalam menyikapi suatu permasalahan.
10) Sosiologi Kesehatan, bertujuan mengkaji cara penerapan berbagai teori sosiologi dalam
menganalisis masalah-masalah yang berhubungan dengan kesehatan. Cabang sosiologi
ini berusaha untuk mengkaji perilaku sakit, perilaku sehat, peran sehat, dan peran para
anggota masyarakat.

4. Sosiologi sebagai Metode Ilmiah

Selain sebagai ilmu, sosiologi juga merupakan sebagai metode. Dengan demikian,
sosiologi setidaknya harus mencakup pengetahuan dasar tentang: (1) kedudukan dan peran
sosial individu dalam keluarga, kelompok sosial, dan masyarakat, (2) nilai-nilai dan norma-
norma sosial yang mendasari dan sekaligus memmengaruhi sikap dan perilaku hubungan-
hubungan sosial dalam masyarakat, (3) masyarakat dan kebudayaan daerah sebagai
submasyarakat dan kebudayaan nasional Indonesia, (4) perubahan sosial budaya yang terus
menerus berlangsung, baik yang disebabkan oleh faktor-faktor internal maupun faktor-faktor
eksternal, dan (5) masalah-masalah sosial budaya yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk mengkaji masalah-masalah sosial yang mendasar seperti di atas, sosiologi
mengembangkan suatu metode penelitian yang dikenal dengan istilah metode sosiologi. Metode
yang dipakai dalam penelitian sosiologi pada umumnya lebih dari satu metode keilmuan
mengingat kompleksitas fenomena masyarakat yang menjadi objek penelitian. Adapun metode
yang lazim dipakai dalam penelitian sosiologi antara lain:
a. Metode kualitatif merupakan metode sosiologi yang menekankan pengumpulan data yang
berupa kata-kata. Metode ini dipakai apabila subjek penelitian tidak dapat diukur. Terdapat
tiga macam metode kualitatif, yakni metode historis, metode komparatif, dan metode studi
kasus.
1) Metode historis adalah metode yang dipergunakan untuk mencari dan sekaligus
menganalisis data yang berupa peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa yang lampau
dalam rangka memperoleh gambaran umum tentang fenomena kehidupan masyarakat yang
terjadi pada masa silam. Contohnya adalah penelitian tentang pengaruh kolonialisme
dalam peri kehidupan masyarakat Indonesia. Masalah seperti itu dapat dikaji dengan
menggunakan metode historis.
2) Metode komparatif adalah metode sosiologi yang dikembangkan melalui kegiatan
perbandingan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi dalam suatu masyarakat. Metode
komparatif dapat bersifat horisontal meupun bersifat vertikal. Metode komparatif
horisontal dapat dilakukan dengan cara melakukan studi perbandingan terhadap fenomena
yang terjadi pada masyarakat yang satu dengan fenomena yang terjadi pada masyarakat
yang lain dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan metode komparatif vertikal dapat
dilakukan dengan cara melakukan studi perbandingan terhadap fenomena yang terjadi pada
masyarakat sekarang dengan fenomena yang terjadi pada masyarakat pada masa yang
lampau.
3) Metode studi kasus merupakan suatu penelitian yang dilakukan terhadap suatu masyarakat
tertentu dalam rangka mengkaji secara mendalam fenomena-fenomena yang terjadi dalam
kehidupan masyarakat tersebut.
b. Metode kuantitatif adalah metode penelitian yang menekankan pada pengumpulan data
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 15
dalam bentuk angka-angka. Metode ini mengutamakan keterangan berdasarkan angka-angka
atau gejala-gejala yang diukur dengan skala, indeks, tabel, atau uji statistik. Tujuan penelitian
kuantitatif adalah untuk mengukur gejala-gejala sosial dengan ukuran-ukuran yang jelas.
Terdapat dua macam metode kuantitatif, yaitu metode statistik dan metode sosiometri.
1) Metode statistik adalah metode penelitian yang bertujuan untuk mengkaji fenomena sosial
melalui data-data statistik.
2) Metode sosiometri adalah metode penilitian yang bertujuan untuk mencari hubungan-
hubungan antarmanusia dalam kehidupan masyarakat secara kuantitatif.
c. Metode induktif dan Metode deduktif. Metode induktif adalah metode penelitian yang
dipergunakan untuk mengkaji fenomena masyarakat dengan suatu proses yang dimulai dari
kajian-kajian terhadap fenomena-fenomena yang secara khusus terjadi dalam kehidupan
masyarakat untuk dipergunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil kesimpulan umum.
Sedangkan metode deduktif adalah metode penelitian yang dipergunakan untuk mengkaji
fenomena masyarakat dengan suatu proses yang dimulai dari kaidah-kaidah umum untuk
dijadikan alat dalam mengkaji fenomena-fenomena yang secara khusus terjadi dalam
kehidupan masyarakat.
d. Metode empiris adalah metode penelitian yang dilakukan dengan cara yang intensif dan
sistematis dalam rangka menggali kenyataan-kenyataan yang terjadi dalam kehidupan
masyarakat (data-data empiris). Metode empiris tersebut dipergunakan untuk memperoleh
pengetahuan yang lengkap mengenai permasalahan yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat.
Sementara itu, langkah-langkah utama dalam sebuah penelitian sosiologi adalah sebagai
berikut.
1) Mengidentifikasi masalah
2) Merumuskan masalah dan menentukan ruang lingkup penelitian
3) Merumuskan hipotesis yang relevan dengan masalah yang diajukan
4) Memilih metode pengumpulan data
5) Mengumpulkan data
6) Menafsirkan data
7) Membuat kesimpulan

5. Hubungan Sosiologi dengan Ilmu Lain

Sosiologi bukanlah merupakan ilmu yang berdiri sendiri. Dalam teori dan prakteknya,
sosialisasi juga mempunyai keterkaitan dengan ilmu-ilmu lain, seperti ilmu sejarah, ekonomi,
ilmu politik, hukum, antropologi dan psikologi.
a. Sosiologi dan Sejarah. Kedua ilmu ini termasuk dalam ruang lingkup ilmu sosial dan
menyoroti tindakan manusia dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Sejarah
meyoroti terutama pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau. Di lain pihak
sosiolog tertarik pada proses-proses sosial yang dihasilkan dari peristiwa-peristiwa yang
terjadi. Dengan kata lain sejarawan hanya menyoroti hal-hal yang unik saja yang dimiliki oleh
masing-masing peristiwa, sedangkan sosiolog menyoroti peristiwa secara menyeluruh, tetap
dan berulang. Artinya sejarah menyoroti persamaan-persamaan pada peristiwa yang ada dari
peristiwa-peristiwa yang berbeda. Contoh, sejarawan, menyoroti perang Dunia 1 dan perang
Dunia 2, dan perang lainnya yang terjadi pada waktu yang berbeda. Sosiolog dalam hal ini
menyoroti tidak pada msing-masing perang yang terjadi tetapi lebih kepada perang itu sendiri
secara keseluruhan dimana perang dianggap sebagai fenomena sosial yaitu sebagai salah satu
jenis konflik diantara kelompok sosial.
b. Ekonomi, Ilmu politik, Hukum, dan Sosiologi.
Ekonomi merupakan ilmu yang menyelidiki semua fenomena yang berhubungan
dengan usaha, produksi, konsumsi, dan distribusi sumber daya. Ekonomi mempelajari usaha-
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 16
usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dan keinginannya secara material. Sementara
sosiologi mempelajari unsur-unsur dalam masyarakat secara keseluruhan. Contoh: llmu
ekonomi memecah masalah bagaimana menaikkan nilai uang dalam negeri terhadap dolar
Amerika dengan menurunkan suku bunga bank. Sedangkan sosiologi melihat persoalan
dengan lebih luas lagi, seperti usaha kecil menengah, hukum, pemberdayaan ekonomi rakyat,
kondisi pribadi individu, dan struktur kekuasaan.
Ilmu politik meneliti tentang pemerintahan dan menjelaskan tentang kompleksitas
pemerintahan. Artinya, Ilmu politik mempelajari daya upaya untuk memperoleh,
mempertahankan, dan menggunakan kekuasaan. Sementara, sosiologi memusatkan pada
masyarakat yang bersifat umum dan berusaha untuk mendapatkan pola-pola yang umum.
Artinya sosiologi melihat bahwa upaya untuk mendapatkan kekuasaan digambarkan sebagai
salah satu bentuk persaingan, pertikaian, atau konflik.
Ilmu hukum mengkhususkan diri untuk mempelajari hukum, sifat, dasar, dan
perubahan-perubahannya. Artinya bahwa hukum mempelajari sekumpulan aturan-aturan
untuk membimbing perilaku manusia yg diterapkan dan ditegakkan di antara anggota
masyarakat sedangkan sosiologi adalah ilmu pengetahuan tentang interaksi manusia yang
berkaitan dengan hukum dalam kehidupan bermasyarakat.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu-ilmu tersebut membatasi penelitiannya hanya
pada peristiwa atau pengalaman-pengalaman tertentu, yang tidak terbatas pada satu jenis
peristiwa saja.
c. Psikologi dan Sosiologi. Psikologi merupakan ilmu tentang perilaku, terutama pada perilaku
manusia sebagai individu. Psikologi juga menyoroti kecerdasan ilmu, ingatan yang miliki
manusia, dan hal-hal penting yang berhubungan secara langsung dengan manusia sebagai
individu. Sebaliknya, sosiologi tidak menyoroti individu tetapi menyoroti kelompok dimana
individu tersebut menjadi anggotanya dan lingkungan masyarakat tempat ia tinggal. Selain itu
sosiologi, pun tidak menyoroti perilaku individu secara khusus tapi pada bentuk dan struktur
sosial di mana perilaku tersebut termasuk didalamnya.
d. Antropologi dan Sosiologi. Antropologi merupakan ilmu lain yang dekat dengan sosiologi.
Keduanya mengkhususkan dirinya pada masyrakat manusia. Tapi pada dasarnya antropologi
secara langsung memberikan perhatian terutama pada masyarakat yang belum berbudaya atau
tidak beradab yaitu anggotanya yang belum bisa membaca, menulis atau masyarakat yang
masih primitif. Antropolog meneliti bentuk-bentuk organisasi sosial dan hubungan sosial
dimana kedua hal tersebut juga merupakan  bidang yang diteliti oleh sosiolog. Antropolog
juga meneliti ekonomi, agama, pemerintahan, bahasa, legenda, adat istiadat, juga meneliti
kepribadian yang dimiliki manusia dalam masyarakat. Sedangkan sosiolog membatasi dirinya
pada masyarakat yang sudah beradab, yang sudah dapat membaca dan menulis. Sosiologi
tidak mempelajari ekonomi, agama, pemerintahan, bahasa, dan sastra yang ada di masyarakat,
tetapi lebih kepada organisasi sosial dan struktur sosial, di mana di dalamnya berbagai
fenomena sosial terjadi.

B. Fungsi dan Peran sosiologi

Alur Pemikiran

Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 17


Kehadiran sosiologi membantu masyarakat dalam memahami berbagai gejaladan fenomena
sosial yang terjadi di lingkungan sekitar. Dengan ilmu sosiologi, masyarakat lebih memahami
fenomena sosial sehingga mampu mengambil sikap terkait fenomena tersebut. Selain itu, sosiolog
atau ahli sosiologi juga memiliki peran penting dalam masyarakat.

1. Fungsi Ilmu Sosiologi

Berdasarkan fungsinya, sosiologi memiliki kegunaan dalam perencanaan sosial,


pembangunan sosial, pemecahan masalah sosial, dan penelitian sosial.

a. Fungsi Sosiologi dalam Perencanaan Sosial


Perencanaan sosial merupakan serangkaian upaya/strategi, rencana, dan tindakan yang
digunakan untuk mengatasi masalah sosial yang terjadi dalam rangka memenuhi kebutuhan
sosial masyarakat. Perencanaan sosial juga merupakan upaya untuk mempersiapkan masa depan
seseorang yang terdapat di dalam masyarakat. Salah satu tujuan dari perencanaan sosial adalah
untuk mengatasi kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul sebab masalah yang terjadi di
dalam perubahan yang terjadi pada masyarakat.
Perencanaan sosial itu lebih bersifat mencegah dan mengantisipasi serta mempersiapkan
untuk kedepannya pada sesuatu yang akan terjadi. Maka fungsi dari sosiologi pada perencanaan
sosial merupakan alat yang digunakan untuk mengetahui perkembangan dan perubahan yang
terjadi di lingkungan masyarakat. Karena sosiologi merupakan ilmu yang menjelaskan tentang
hubungan antara kelompok dengan kelompok serta individu dengan kelompok, maka
perencanaan yang dibuat harus sesuai dengan fakta-fakta yang ada.
Secara umum, beberapa kegunaan sosiologi dalm perencanaan sosial sebagai berikut.
1) Sosiologi memahami perkembangan kebudayaan masyarakat dari taraf tradisional sampai
modern.
2) Sosiologi memahami hubungan manusia dengan lingkungan alam, hubungan antargolongan,
proses perubahan, dan pengaruh penemuan baru. Dengan demikian, perencanaan pada masa
depan yang disusun atas dasar faktual dalam masyarakat dapat dipertanggungjawabkan secara
sosiologis.
3) Sosiologi memiliki disiplin ilmiah yang didasarkan atas objektivitas. Sosiologi membentuk
spekulasi-spekulasi ilmiah berdasarkan fakta-fakta yang didapatkan dari lapangan yang telah
diolah sehingga dapat dijadikan rujukan untuk pelaksanaan perencanaan sosial.
4) Sosiologi dapat digunakan untuk mengetahui batas-batas perkembangan masyarakat seperti
keterbelakangan dan kemajuan masyarakat sehingga memudahkan dalam memuat capaian-
capaian dalam perencanaan sosial.

b. Fungsi Sosiologi dalam Pembangunan


Pembangunan sosial merupakan rentetan proses setelah perencanaan sosial. Pembangunan
merupakan suatu proses perubahan di segala bidang kehidupan yang dilakukan secara sengaja
atas dasar rencana tertentu. Tujuan proses pembangunan adalah meningkatkan taraf hidup
masyarakat secara material dan spiritual. Secara umum, fungsi sosiologi dalam proses
pembangunan sebagai berikut.
1) Tahap perencanaan berguna untuk mengidentifikasi berbagai kebutuhan masyarakat
2) Tahap pelaksanaan berguna untuk mengidentifikasi kekuatan dalam masyarakat dan
pengamatan terhadap perubahan yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
3) Tahap evaluasi dilakukan dengan menganalisis dampakpembangunan. Evaluasi digunakan
untuk menulai keberhasilan pembangunan dan mengidentifikasi kekurangan atau kemunduran
pembangunan, sehingga dapat dilakukan pengadaan, penambahan, serta peningkatan kualitas
secara seimbang.
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 18
Fungsi sosiologi dalam pembangunan adalah untuk memberikan data-data sosial yang
dibutuhkan untuk tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian pembangunan. Atau
memberikan informasi terkait dampak sosial pembangunan, agar pembangunan dapat
dilaksanakan sesuai kemampuan serta memperhatikan dampak sosial seperti terjadinya
perubahan sosial.

c. Fungsi Sosiologi dalam memecahkan Masalah sosial


Masalah sosial merupakan suatu ketidaksesuaian antara unsur-unsur kebudayaan dalam
masyarakat sehingga membahayakan kehidupan masyarakat (Gillin dan Gillin dalam Soerjono S
dan Budi S., 2014: 312). Atau permasalahan merupakan suatu kesulitan yang muncul dan
membutuhkan solusi sebagai alat pemecah masalah tersebut. Namun masalah terkadang muncul
karena adanya kesenjangan yang terjadi diantara harapan dan kenyataan yang kita inginkan.
Untuk masalah-masalah sosial yang muncul pada masyarakat biasanya saling berkaitan
dengan nilai masyarakat dan lembaga masyarakat. Oleh karena itu penting untuk mencarikan
solusinya, agar tercipta kedamaian serta keharmonisan di dalam masyarakat tersebut. Maka
dengan adanya sosiologi, kita bisa mempermudah menemukan solusinya. Dan untuk
memecahkan masalah tersebut terdapat beberapa metode, seperti metode antisisatif artinya
metode bersifat mencegah dan mempersiapkan sesuatu yang sewaktu-waktu bisa terjadi. Serta
memiliki kemungkinan yang bisa mengganggu keharmonisan pada masyarakat.
Metode restitutif, merupakan metode untuk memberikan apresiasi atau penghargaan untuk
individu yang mematuhi norma dan aturan yang berlaku. Dan metode repersif, digunakan untuk
menimbulkan efek jera kepada para pelaku-pelaku pelanggaran.
Peran sosiologi dalam memecahkan masalah sosial adalah memberikan informasi penting
untuk memudahkan analisis dan menentukan pemecahan yang sesuai, sehingga upaya yang
diambil lebih terarah dan tepat untuk memecahkan masalah sosial tersebut. Secara rinci, fungsi
sosiologi dalam pemecahan masalah sebagai berikut.
1) Memberikan informasi yang berkaitan dengan masalah sosial. Contoh, fakta-fakta sosial,
gejala-gejala sosial, dan realitas masalah sosial tersebut.
2) Memberikan analisis-analisis ilmiah terkait fakta masalah sosial apabila tidak dilakukan
tindakan penanganan yang tepat.
3) Memberikan saran secara umum kepada stakeholder (pemangku kepentingan) yang berperan
dalam upaya pemecahan masalah sosial, sehingga para pemangku kepentingan dapat
menentukan tindakan-tindakan penanggulangan yang lebih terperinci untuk menyelesaikan
masalah sosial (Abdulsyani, 2012: 199-201).
Dengan demikian, sosiologi tidak berperan menetukan jenis penanganan masalah yang
digunakan namun memberikan saran kepada stakeholder yang berperan menangani masalah
seperti pemerintah daerah, polisi, TNI, LSM, atau masyarakat setempat.

4. Fungsi Sosiologi dalam penelitian sosial


Penelitian sosial dalam sosiologi merupakan penyelidikan yang bertujuan mengembangkan
teori sosiologi dan menemukan berbagai fakta sosial yang bermanfaat dalam membuat
perencanaan pembangunan ataupun pemecahan masalah sosial. Penelitian sosial tersebut harus
dilakukan dengan menggunakan metode ilmiah yang dilakukan secara sistematis. Tujuan
sosiologi pada penelitian adalah untuk bisa memberikan sebuah gambaran yang berkaitan dengan
kehidupan masyarakat dan juga kegiatan penelitiannya membahas tentang gejala-gejala yang ada
pada masyarakat.
Salah satu fungsi sosiologi dalam penelitian adalah untuk mempertimbangkan gejala-gejala
sosial yang terjadi di masyarakat. Serta untuk memahami pola-pola dari tingkah laku manusia
yang ada dalam lingkungan masyarakat.
Secara umum, metode penelitian sosiologi dibedakan menjadi kuantitatif dan kualitatif
serta memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut.
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 19
1) Mampu memahami simbol, kata-kata, kode, dan istilah yang digunakan masyarakat sebagai
objek penelitian empiris.
2) Memahami pola-pola tingkah laku manusia dalam masyarakat.
3) Mampu mempertimbangkan berbagai fenomena sosial yang muncul dalam kehidupan
bermasyarakat.
4) Mampu melihat berbagai kecenderungan arah perubahan pola tingkah laku anggota
masyarakat yang disebabkan oleh faktor-faktor tertentu.
5) Sosiologi berhati-hati dalam menjaga pemikiran yang rasional sehingga tidak terjebak pada
pola pikir irasional dan subjektif.
Melalui pembahasan fungsi sosiologi tersebut, diharapkan kita dapat mengembangkan cara
berpikir kritis mengenai gejala sosial yang terjadi di lingkungan masyarakat, sehingga dapat
menumbuhkan sikap responsif dalam menghadapi masalah sosial yang terjadi dalam masyarakat.

2. Peran Sosiolog dalam Masyarakat

Sosiolog merupakan seseorang yang memiliki pengetahuan dan pendidikan dengan latar
belakang ilmu sosiologi. Melalui pengetahuan sosiologi, sosiolog berperan sebagai berikut.

a. Peran sosiolog sebagai peneliti


Sosiolog bertugas melakukan penelitian ilmiah yang hasilnya dapat dimanfaatkan untuk
pihak-pihak yang berwenang. Sosiolog memiliki fungsi sebagai pihak yang mengkaji dan
menjelaskan berbagai fenomena atau gejala sosial yang terjadi dalam masyarakat. Misalnya,
laporan penelitian yang ditulis oleh sosiolog tentang desentralisasi pembangunan sebagai upaya
mengurangi kesenjangan sosial antara masyarakat kota dan desa. Ketika pemerintah
mengeluarkan kebijakan berdasarkan hasil laporan penelitian tersebut dan kemudian angka
kesenjangan sosial menurun, maka sosiolog tersebut telah berkontribusi melalui penelitiannya.
Adapun manfaat penelitian sosial secara khusus sebagai berikut.
1) Manfaat penelitian bagi peneliti meliputi: mengembangkan ilmu dan keterampilan yang
dimiliki; mempertanggungjawabkan hasil penelitian, baik bagi diri sendiri maupun orang lain;
dan meningkatkan karier peneliti.
2) Manfaat penelitian bagi ilmuwan meliputi: menambah khasanah ilmu pengetahuan dan
menjadi referensi penelitian yang relevan bagi ilmuwan lain.
3) Manfaat penelitian bagi pemerintah meliputi: memberikan pertimbangan dalam mengambil
kebbijakan dan memberikan solusi pemecahan masalah sosial dalam masyarakat.
4) Manfaat penelitian bagi pelajar meliputi: meningkatkan kepekaan sosial; mengembangkan
kreativitas; dan menambah pengetahuan.
b. Peran sosiolog sebagai pendidik profesional
Seorang tenaga pendidik yang memiliki latar belakang ilmu sosiologi dapat disebut sebagai
sosiolog. Melalui pendidikan yang dimilikinya, sosiolog mendorong masyarakat berpikir kritis
melalui pengajaran atau pendidikan, misalnya melalui profesi guru dan dosen. Melalui tenaga
pendidik profesional, sosiolog berperan memberikan pengetahuan kepada peserta didik
mengenai kehidupan masyarakat. Pengetahuan tersebut diharapkan menjadi bekal bagi peserta
didik untuk siap terjun dalam kehidupan sosial masyarakat. Peran sosiolog sebagai pendidik
tentu tidak sekadar menyampaikan bahan ajar, melainkan juga memberi contoh melalui
kehidupannya sebagai se orang manusia.
c. Peran sosiolog sebagai konsultan kebijakan
Melalui ilmu dan hasil penelitiannya, sosiolog mampu memberikan penjelasan atas
berbagai realitas sosial dalam kehidupan masyarakat. Sosiolog dapat memberikan saran terkait
pengambilan kebijakan sosial bagi pemerintah ataupun pihak-pihak terkait yang membutuhkan
Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 20
saran dalam perencanaan sosial. Sosiolog yang berperan sebagai konsultan bertugas
mengarahkan, memandu, dan memberi nasehat kepada para eksekutor. Eksekutor ini bisa siapa
saja yang memiliki kewenangan. Sebagai contoh, pengusaha kelapa sawit ingin merelokasi
sebagain warga ke tempat lain secara layak karena kampungnya akan dibeli untuk industri sawit.
Sosiolog sebagai konsultan dapat mengarahkan pengusaha tersebut untuk melakukanya atau
tidak melakukannya. Jika melakukan relokasi, bagaimana caranya dan apa saja resiko yang siap
ditanggung.
d. Peran sosiolog sebagai teknisi
Teknisi merupakan orang-orang yang memberikan metode atau cara dalam bidang
pekerjaan tertentu. Para teknisi biasanya dilibatkan dalam perencanaan suatu mekanisme kerja.
Teknisi tidak hanya terbatas dalam satu pengertian ahli bidang permesinan, tetapi juga
merupakan orang-orang yang memiliki keahlian dalam bidang tertentu yang sering diminta ikut
andil dalam suatu perencanaan pekerjaan.
Sebagai ilmu yang mempelajari perilaku masyarakat, perubahan sosial, struktur sosial, dan
lembaga sosial, sosiolog sering dimanfaatkan oleh pihak tertentu. Misalnya, pemerintah memiliki
program transmigrasi dalam rangka menunjang pemerataan pembangunan dan mengurangi
angka kemiskinan di desa. Sosiolog yang berperan sebagai teknisi diberi tugas melakukan
sosialisasi program agar calon transmigran paham dan merasa logowo pindah rumah. Peran
tersebut dimainkan sebagai bagian dari eksekusi kebijakan.
Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagai sebuah ilmu, sosiologi
memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat, sosiologi dapat menjadi
jalan dalam memahami kondisi sosial. Bagi pemerintah, sosiologi dapat memberikan gambaran
dalam merancang kebijakan. Dan bagi akademisi, sosiologi dapat meningkatkan keilmuan
mengenai masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
Elisanti dan Tintin Rostini. 2009. Sosiologi 1; untuk SMA / MA Kelas X. Pusat Perbukuan,
Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Maryati, Kun dan Juju Suryawati. 2016. Sosiologi; Kelompok Peminatan Ilmu Pengetahuan Sosial;
untuk SMA/MA Kelas X. Esis Erlangga. Jakarta.
Wida Widianti. 2009. Sosiologi 1; untuk SMA dan MA Kelas X. Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional. Jakarta.
http://blog.unnes.ac.id/ardhinoorkhansy03/2017/10/20/sosiologi-sebagai-ilmu-sosial/. Akses, Juni
2020.
https://www.kajianpustaka.com/2020/03/mobilitas-sosial.html. Akses, Juni 2020.
https://www.romadecade.org/pengertian-sosiologi/#!. Akses, Juni 2020.
https://elib.unikom.ac.id/files/disk1/466/jbptunikompp-gdl-sangrajuli-23259-2-02.babi-i.pdf. Akses,
Juni 2020.
https://www.academia.edu/8452325/BAB._II_TEORI-TEORI_SOSIOLOGI_2.1._Tokoh-
tokoh_yang_Mempengaruhi_Perkembangan_Sosiologi. Akses, Juni 2020.

Sumber-sumber lain yang relevan.

Asni, S. Sos.,M. Pd/MAN IC Kendari 21

Anda mungkin juga menyukai