misi dakwah. Ada satu kisah yang cukup pahit bagi beliau yaitu ketika beliau menjalankan misi dakwahnya di kota thaif. Pada awalnya beliau berangkat ke Tha’if secara diam-diam bersama Zaid bin Haritsah untuk menemui suku Tsaqif dengan harapan penuh, bahwa mereka akan dapat melindunginya dan menerima dakwahnya. Beliau menemui tiga orang dari pemuka suku kaum Tsaqif, yaitu: Ibnu Abdi Yalil, Kbubaib dan Mas’ud. Tapi mereka bertiga menolak dakwah beliau dengan menghina bahkan mengusir beliau dari Thaif. Rasulullah mencoba berdakwah di kalangan rakyat biasa. Tetapi beliau malah disambut dengan perlakuan buruk. Penduduk Thaif melempari beliau dengan batu hingga kakinya berdarah, zaid yang mencoba melindungi beliau pun mengalami luka yang lebih parah. Rasulullah lalu pergi dari pusat kota dan sampailah di sebuah kebun anggur milik rabi’ah. Beliau berteduh di bawah pohon anggur sambil membersihkan luka-luka di tubuhnya. Beliau juga berdo’a kepada allah mengenai peristiwa yang menimpanya hari itu. Di kebun itulah, rasulullah dilihat oleh Utbah dan syaibah putra rabi’ah. Mereka menyuruh budaknya bernama Addas untuk menyajikan kepada beliau setandan anggur. Ketika Ingin menyantap anggur tersebut Rasulullah mengucapkan bismillah. Addas yang mendengar hal itu merasa terkesan. Lalu Rasulullah bertanya,”dari mana asalnya dan apa agamanya?” Addas menjawab bahwa ia berasal dari ninawa dan beragama Nasrani. Rasulullah berkata, “Kau berasal dari negerinya laki-laki shaleh yang bernama Yunus Ibn Matta. Ia adalah saudaraku. Ia seorang nabi sebagaimana pun aku juga seorang nabi.” Mendegar ucapan beliau Addas mendukkan kepalanya lalu mencium tangan, kaki serta kening beliau. Ia menyatakan kenabian rasulullah saw. Ketika tiba di Qornul Manazil, Malaikat jibril datang dan menyatakan bahwa ia siap menghancurkan penduduk Thaif dengan mengangkat gunung lalu ditimpakannya kepada penduduk thaif. Rasulullah menolaknya dan beliau berkata, “Bahkan aku menginginkan semoga Allah berkenan mennjadikan dari anak keturunan mereka generasi yang menyembah Allah semata, tidak menyekutukan-Nya, dengan sesuatu pun.“ Harapan beliau tersebut dikabulkan oleh Alloh. Sebelum beliau wafat, kota Thaif telah ditundukkan serta mayoritas penduduknya memeluk Islam. Beliau tidak mengeluh. Beliau tidak mencaci kaumnya. Beliau tidak menyalahkan siapapun. Beliau hanya mengadukan kepada Allah bahwa dirinya lemah dan upayanya kurang maksimal, makanya penduduk Thaif tidak mau beriman. Namun, dakwah nabi Muhammad tidak pernah sia-sia. Kesabaran Rosululloh dan kelapang-dadaannya membuahkan hasil berupa lahirnya generasi yang beriman dan berjihad di jalan Alloh.