Anda di halaman 1dari 55

ASPEK AL QURAN DAN HADIST

Berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja


KELAS X

Judul Elemen Berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja

Deskripsi Menganalisis QS. al-Maidah : 48; dan QS. at-Taubah : 105, serta
Hadis tentang kompetisi dalam kebaikan dan etos kerja serta
meyakini bahwa sikap kompetitif dalam kebaikan dan etos kerja
adalah perintah agama; serta membiasakan sikap kompetitif
dalam kebaikan dan etos kerja.

Kelas 10 ( sepuluh )
Alokasi Waktu 405 menit
Jumlah Pertemuan 3
Fase Capaian E
Profil Pelajar Pancasila Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif

Model Pembelajaran Dicovery Learning


Moda Pembelajaran Daring / Kombinasi
Metode Pembelajaran Diskusi, presentasi, demonstrasi, simulasi praktik

Bentuk Penilaian Asesmen Non Kognitif dan Kognitif


Sumbar Pembelajaran Buku Paket, Modul, Internet dan Lainnya
Bahan Pembelajaran Power point, Video
Alat Praktik PC/Laptop dengan aplikasi IDE (integrated development
Pembelajaran environment) untuk bahasa pemrograman JAVA
Media Pembelajaran LCD Projector, PPT, Video Pembelajaran, Internet
PERTEMUAN 1 DARING/LURING (135 MENIT)

Kegiatan Awal ( 20 Menit) Kegiatan Inti (100 Menit)

1. Peserta didik dan Guru memulai 1. Peserta didik mendapatkan


dengan berdoa bersama. pemaparan secara umum tentang
2. Peserta didik disapa dan melakukan pengetahuan berkompetisi dalam
pemeriksaan kehadiran bersama dengan kebaikan.
guru. 2. Peserta didik diminta mengamati
3. Peserta didik bersama dengan guru sebuah gambar / video tentang
membaca beberapa ayat Al Quran berkompetisi dalam kebaikan
4. Peserta didik dan guru berdiskusi 3. Dengan metode tanya jawab guru
melalui pertanyaan pemantik: memberikan pertanyaan mengenai:
a. Pernahkah kamu mendengar a. Menurut pendapatmu apa yang
kata berkompetisi ? dimaksud berkompetisi dalam
b. Apa yang kamu bayangkan kebaikan ?
tentang berkompetisi? b. Menurut pendapatmu bolehkah
berkompetisi dalam hal negative ?
c. Coba sebutkan contoh perilaku
berkompetisi dalam kebaikan ?
4. Peserta didik diberikan kesempatan
untuk melakukan studi pustaka
(browsing dan/atau mengunjungi
perpustakaan) guna mengeksplorasi
materi berkompetisi dalam kebaikan.

5. Peserta didik diminta melaporkan


hasil studinya dan kemudian bersama-
sama dengan dibimbing oleh guru
mendiskusikan hasil laporannya ( di
depan kelas )
6. Peserta didik yang lain
diminta menanggapi hasil
kerjaan temannya.

Kegiatan Penutup (15 Menit) Referensi

1. Peserta didik dapat menanyakan hal https://kumparan.com/berita-hari-


yang tidak dipahami pada guru ini/fastabiqul-khairat-berlomba-
2. Peserta didik mengomunikasikan dalam-kebaikan-dan-manfaatnya-
kendala yang dihadapi selama bagi-umat-muslim-1v2t9tkigyR/full
mengerjakan tugas dari guru
3. Peserta didik menerima apresiasi dan
motivasi dari guru.
Refleksi Lembar Kegiatan

1. Apakah ada kendala pada kegiatan 1. Praktik kolaboratif


pembelajaran? 2. Soal-soal Latihan Pertemuan 1
2. Apakah semua siswa aktif dalam
kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat
diidentifikasi pada kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki
kesulitan ketika berkegiatan dapat
teratasi dengan baik?
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa
dalam kegiatan pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap
tuntas dalam pelaksanaan
pembelajaran?
7. Apa strategi agar seluruh siswa
dapat menuntaskan kompetensi?
PERTEMUAN 2 DARING/LURING (135 MENIT)

Kegiatan Awal ( 20 Menit) Kegiatan Inti (100 Menit)

1. Peserta didik dan Guru memulai 1. Peserta didik mendapatkan


dengan berdoa bersama. pemaparan secara umum tentang
2. Peserta didik disapa dan melakukan pengetahuan tentang etos kerja
pemeriksaan kehadiran bersama dengan
guru. 2. Peserta didik diminta mengamati
3. Peserta didik bersama dengan guru sebuah gambar / video tentang etos
membaca beberapa ayat Al Quran kerja
4. Peserta didik dan guru berdiskusi 3. Dengan metode tanya jawab guru
melalui pertanyaan pemantik: memberikan pertanyaan mengenai:
a. Pernahkah kamu mendengar a. Menurut pendapatmu apa yang
kata etos kerja ? dimaksud etos kerja ?
b. Apa yang kamu bayangkan b. Bagaimana pandangan Islam
tentang pekerjaan ? tentang bekerja ?
c. Coba sebutkan hal-hal yang harus
dilakukan dalam bekerja ?

4. Peserta didik diberikan kesempatan


untuk melakukan studi pustaka
(browsing dan/atau mengunjungi
perpustakaan) guna mengeksplorasi
materi etos kerja.

5. Peserta didik diminta melaporkan


hasil studinya dan kemudian bersama-
sama dengan dibimbing oleh guru
mendiskusikan hasil laporannya ( di
depan kelas )
6. Peserta didik yang lain
diminta menanggapi hasil
kerjaan temannya.

Kegiatan Penutup (15 Menit) Referensi

1. Peserta didik dapat menanyakan hal Etos Kerja Dalam Perspektif Islam
yang tidak dipahami pada guru https://garuda.ristekbrin.go.id/docu
2. Peserta didik mengomunikasikan ments/detail/97155
kendala yang dihadapi selama
mengerjakan tugas dari guru
3. Peserta didik menerima apresiasi dan
motivasi dari guru.
Refleksi Lembar Kegiatan

1. Apakah ada kendala pada kegiatan 1. Praktik kolaboratif


pembelajaran? 2. Soal-soal Latihan Pertemuan 2
2. Apakah semua siswa aktif dalam
kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat
diidentifikasi pada kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki
kesulitan ketika berkegiatan dapat
teratasi dengan baik?
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa
dalam kegiatan pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap
tuntas dalam pelaksanaan
pembelajaran?
7. Apa strategi agar seluruh siswa
dapat menuntaskan kompetensi?
PERTEMUAN 3 DARING/LURING (135 MENIT)

Kegiatan Awal ( 30 Menit) Kegiatan Inti (90 Menit)

1. Peserta didik dan Guru memulai 1. Peserta didik dan guru berdiskusi
dengan berdoa bersama. melalui pertanyaan pemantik:
2. Peserta didik disapa dan melakukan a. Sudah sejauh mana kalian
pemeriksaan kehadiran bersama dengan melakukan kompetisi dalam
guru. kebaikan ?
3. Peserta didik bersama dengan guru b. Bagaimana pendapatmu
membaca beberapa ayat Al Quran tentang bekerja sebagai
ibadah ?
4. Peserta didik diminta untuk
mengiform asesmen diagnostik untuk 2. Peserta didik diberikan kesempatan
mengetahui masalah-masalah yang untuk melakukan studi pustaka
diderita atau mengganggu peserta (browsing dan/atau mengunjungi
didik, sehingga peserta didik perpustakaan) guna mengeksplorasi
mengalami kesulitan, hambatan, atau materi etos kerja.
gangguan ketika mengikuti program
pembelajaran 3. Peserta didik diminta melaporkan
hasil studinya dan kemudian bersama-
sama dengan dibimbing oleh guru
mendiskusikan hasil laporannya ( di
depan kelas )

4. Peserta didik yang lain


diminta menanggapi hasil
kerjaan temannya.

5. Peserta didik diminta untuk


mengerjakan soal latihan

Kegiatan Penutup (15 Menit) Referensi

1. Peserta didik dapat menanyakan hal Kompetitif Dalam Kebaikan


yang tidak dipahami pada guru https://www.materipelajaran.web.id/
2. Peserta didik mengomunikasikan 2014/12/kompetitif-dalam-
kendala yang dihadapi selama kebaikan.html
mengerjakan tugas dari guru
3. Peserta didik menerima apresiasi dan Etos Kerja Dalam Perspektif Islam
motivasi dari guru. https://garuda.ristekbrin.go.id/docu
ments/detail/97155
Refleksi Lembar Kegiatan

1. Apakah ada kendala pada kegiatan 1. Praktik kolaboratif


pembelajaran? 2. Soal-soal Latihan Pertemuan 3
2. Apakah semua siswa aktif dalam
kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat
diidentifikasi pada kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki
kesulitan ketika berkegiatan dapat
teratasi dengan baik?
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa
dalam kegiatan pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap
tuntas dalam pelaksanaan
pembelajaran?
7. Apa strategi agar seluruh siswa
dapat menuntaskan kompetensi?
LAMPIRAN
Ringkasan Materi
Berkompetisi dalam kebaikan dan etos kerja

KOMPETISI DALAM KEBAIKAN


Hidup adalah kompetisi. Bukan hanya untuk menjadi yang terbaik, tetapi
juga kompetisi untuk meraih cita-cita yang diinginkan. Namun sayang,
banyak orang terjebak pada kompetisi semu yang hanya memperturutkan
syahwat hawa nafsu duniawi dan jauh dari suasana robbani.

Kompetisi harta-kekayaan, kompetisi usahapekerjaan, kompetisi jabatan,


kedudukan dan kompetisi lainnya, yang semuanya bak fatamorgana. Indah
menggoda, tetapi sesungguhnya tiada. Itulah kompetisi yang menipu.
Bahkan, hal yang sangat memilukan ialah tak jarang dalam kompetisi selalu
diiringi “suuẓan” buruk sangka, bukan hanya kepada manusia, tetapi juga
kepada Allah Swt. Lebih merugi lagi jika rasa iri dan riya ikut bermain dalam
kompetisi tersebut.

Lalu, bagaimanakah selayaknya kompetisi bagi orang-orang yang beriman?


Allah Swt. telah memberikan pengarahan bahkan penekanan kepada orang-
orang beriman untuk berkompetisi dalam kebaikan sebagaimana firman-Nya:

Dalil Kompetisi
‫َبة إِىَْْيلَْ َٗأَ ّْضَ ْىَْب‬ َْ ‫ق ْاى ِنز‬ ِّْ ‫ص ِذّقًب ثِ ْبى َح‬
َ ٍُ ‫ة ٍَِِْ يَذَ ْي ِْٔ ثَيَِْْ ِى ََب‬ ِْ ‫ه ثِ ََب ثَ ْيَْ ُٖ ٌْْ فَبحْ ُن ٌْْ ْۖ َعيَ ْي ِْٔ َٗ ٍُ َٖي ًَِْْب ْاى ِنزَب‬َْ َ‫ّللاُ أ َ ّْض‬
َْ ْۖ
ْ َ َٗ ‫ق ٍَِِْ َجب َءكَْ َع ََب أَ ْٕ َ٘ا َء ُٕ ٌْْ رَزَ ِج ْْع‬
‫ل‬ ِّْ ‫و ْۖ ْاى َح‬ ٍّْ ‫ّللاُ شَب َْء َٗىَ ْْ٘ ْۖ َٗ ٍِ ْْ َٖب ًجب ِش ْش َع ْخً ٍِ ْْ ُن ٌْْ َج َع ْيَْب ِى ُن‬ َْ ٌْْ ‫أ ُ ٍَ ْخً ىَ َج َعيَ ُن‬
ً‫احذَْح‬
ِ َٗ ِ ْْ ‫د فَب ْعز َ ِجقُ٘ا ْۖ آرَب ُم ٌْْ ٍَب ِفي ِى َي ْجيُ َ٘ ُم ٌْْ َٗ َٰىَ ِن‬ ِْ ‫ ْۖ ْاى َخي َْشا‬َٚ‫ّللاِ ِإى‬ َْ ٌْْ ‫ِفي ِْٔ ُم ْْز ُ ٌْْ ِث ََب فَيَُْ ِجّئ ُ ُن ٌْْ َج َِي ًعب ٍَ ْش ِجعُ ُن‬
َُُْ٘‫ر َْخز َ ِيف‬

Artinya: “Dan Kami telah menurunkan Kitab (al-Qur‟an) kepadamu


(Muhammad) dengan membawa kebenaran, yang membenarkan kitab-kitab
yang diturunkan sebelumnya dan menjaganya maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau mengikuti
keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang
kepadamu. Untuk setiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan
yang terang. Kalau Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap karunia yang telah
diberikan-Nya kepadamu, maka berlombalombalah berbuat kebajikan. Hanya
kepada Allah kamu semua kembali, lalu diberitahukan-Nya kepadamu
terhadap apa yang dahulu kamu perselisihkan.” (Q.S. al-Māidah/5: 48)

Pada Q.S. al-Māidah/5:48 Allah Swt. menjelaskan bahwa setiap kaum


diberikan aturan atau syariat. Syariat setiap kaum berbeda-beda sesuai
dengan waktu dan keadaan hidupnya.

Meskipun mereka berbeda-beda, yang terpenting adalah semuanya beribadah


dalam rangka mencari riḍa Allah Swt., atau berlomba-lomba dalam kebaikan.

Allah Swt. mengutus para nabi dan menurunkan syariat kepadanya untuk
memberi petunjuk kepada manusia agar berjalan pada rel yang benar dan
lurus. Sayangnya, sebagian dari ajaran-ajaran mereka disembunyikan atau
diselewengkan. Sebagai ganti ajaran para nabi, manusia membuat ajaran
sendiri yang bersifat khurafat dan takhayul.

Ayat ini membicarakan bahwa al-Qur‟ān memiliki kedudukan yang sangat


tinggi; al-Qur‟ān sebagai pembenar kitab-kitab sebelumnya; juga sebagai
penjaga kitab-kitab tersebut. Dengan menekankan terhadap dasar-dasar
ajaran para nabi terdahulu, al-Qur‟ān juga sepenuhnya memelihara keaslian
ajaran itu dan menyempurnakannya.

Akhir ayat ini juga mengatakan, perbedaan syariat tersebut seperti layaknya
perbedaan manusia dalam penciptaannya, bersuku-suku, berbangsa-bangsa.

Semua perbedaan itu adalah rahmat dan untuk ajang saling mengenal. Ayat
ini juga mendorong pengembangan berbagai macam kemampuan yang
dimiliki oleh manusia, bukan malah menjadi ajang perdebatan. Semua orang
dengan potensi dan kadar kemampuan masing-masing, harus berlomba-
lomba dalam melaksanakan kebaikan. Allah Swt. senantiasa melihat dan
memantau perbuatan manusia dan bagi-Nya tidak ada sesuatu yang
tersembunyi.

Mengapa kita diperintahkan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan? Paling


tidak ada beberapa alasan, antara lain sebagai berikut. Pertama, bahwa
melakukan kebaikan tidak bisa ditunda-tunda, melainkan harus segera
dikerjakan. Sebab kesempatan hidup sangat terbatas, begitu juga kesempatan
berbuat baik belum tentu setiap saat kita dapatkan. Kematian bisa datang
secara tiba-tiba tanpa diketahui sebabnya. Oleh karena itu, begitu ada
kesempatan untuk berbuat baik, jangan ditunda-tunda lagi, tetapi segera
dikerjakan.

Kedua, bahwa untuk berbuat baik hendaknya saling memotivasi dan saling
tolong-menolang, di sinilah perlunya kolaborasi atau kerja sama. Lingkungan
yang baik adalah lingkungan yang membuat kita terdorong untuk berbuat
baik. Tidak sedikit seorang yang tadinya baik menjadi rusak karena
lingkungan. Lingkungan yang saling mendukung kebaikan akan tercipta
kebiasaan berbuat baik secara istiqamah (konsisten).

Ketiga, bahwa kesigapan melakukan kebaikan harus didukung dengan


kesungguhan. Allah Swt. bersabda:

‫ َٗرَعَ َبُّٗ٘ا‬َٚ‫ ْاىجِ ِ ّْش َعي‬ٙ ْ َ َٗ ‫ رَعَ َبُّْٗ٘ا‬َٚ‫اْلثْ ٌِْ َعي‬


َْٰ َ٘ ‫ل ْۖ َٗاىزَ ْق‬ ِْ َْٗ ‫َٗ ْاىعُذ‬
ِ ْ ُ‫ا‬

Artinya: “…Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan


dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan…” (Q.S. al-Māidah/5: 2)

Langkah awal untuk menciptakan lingkungan yang baik adalah dengan


memulai dari diri sendiri, dari yang terkecil, dan dari sekarang. Mengapa?
Sebab inilah jalan terbaik dan praktis untuk memperbaiki sebuah bangsa.
Kita harus memulai dari diri sendiri dan keluarga.

Sebuah bangsa, apa pun hebatnya secara teknologi, tidak akan pernah bisa
tegak dengan kokoh jika pribadi dan keluarga yang ada di dalamnya sangat
rapuh.

PERILAKU ETOS KERJA


Sudah menjadi kewajiban manusia sebagai makhluk yang memiliki banyak
kebutuhan dan kepentingan dalam kehidupannya untuk berusaha
memenuhinya. Seorang muslim haruslah menyeimbangkan antara
kepentingan dunia dan akhirat. Tidaklah semata hanya berorientasi pada
kehidupan akhirat saja, melainkan harus memikirkan kepentingan
kehidupannya di dunia.

Untuk menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat, wajiblah


seorang muslim untuk bekerja. Bekerja adalah kodrat hidup, baik kehidupan
spiritual, intelektual, fisik biologis, maupun kehidupan individual dan sosial
dalam berbagai bidang.

Seseorang layak untuk mendapatkan predikat yang terpuji, seperti potensial,


aktif, dinamis, produktif atau profesional, semata-mata karena prestasi
kerjanya. Karena itu, agar manusia benar-benar “hidup”, dalam kehidupan
ini, ia memerlukan ruh (spirit). Untuk ini, al-Qur‟an diturunkan sebagai spirit
hidup, sekaligus sebagai nur (cahaya) yang tak kunjung padam agar aktivitas
hidup manusia tidak tersesat.
Dalam al-Qur‟an maupun hadis, banyak ditemukan literatur yang
memerintahkan seorang muslim untuk bekerja dalam rangka memenuhi dan
melengkapi kebutuhan duniawi. Salah satu perintah Allah kepada umat-Nya
untuk bekerja termaktub dalam Q.S. at-Taubah/9:105 berikut ini.

Dalil tentang perilaku etos kerja


ِْ ُ‫ ا ْع ََيُ٘ا َٗق‬ٙ‫غيَ َش‬
‫و‬ َ َ‫ّللاُ ف‬ ُ ‫عز ُ َشدَُُّْٗ ْۖ َٗ ْاى َُؤْ ٍَُُِْْ٘ َٗ َس‬
َْ ٌْْ ‫ع٘ىُ ْٔ ُ َع ََيَ ُن‬ ِْ ‫ش َٖبدَحِْ ْاىغَ ْي‬
َْٰ َ‫ت َعب ِى ٌِْ إِى‬
َ َٗ ٚ َ ‫ثِ ََب فَيَُْجِّئ ُ ُن ٌْْ َٗاى‬
ٌْْ ُ ‫ر َ ْع ََيَُُْ٘ ُم ْْز‬

Artinya: “Dan katakanlah, “Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat


pekerjaanmu, begitu juga rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan
kamu akan dikembalikan kepada (Allah) yang maha mengetahui yang gaib
dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (Q.S. at-Taubah/9: 105)

Q.S. at-Taubah/9: 105 menjelaskan, bahwa Allah Swt. memerintahkan


kepada kita untuk semangat dalam melakukan amal saleh sebanyak-
banyaknya. Allah Swt. akan melihat dan menilai amal-amal tersebut. Pada
akhirnya, seluruh manusia akan dikembalikan kepada Allah Swt. dengan
membawa amal perbuatannya masing-masing. Mereka yang berbuat baik
akan diberi pahala atas perbuatannya itu. Mereka yang berbuat jahat akan
diberi siksaan atas perbuatan yang telah mereka lakukan selama hidup di
dunia.

Sebutan lain dari ganjaran adalah imbalan atau upah atau compensation.
Imbalan dalam konsep Islam menekankan pada dua aspek, yaitu dunia dan
akhirat. Namun, penekanan kepada akhirat itu lebih penting daripada
penekanan kepada dunia (dalam hal ini materi).

Ayat di atas juga menjelaskan bahwa Allah Swt. memerintahkan kita untuk
bekerja, dan Allah Swt. pasti membalas semua yang telah
kita kerjakan. Hal yang perlu diperhatikan dalam ayat ini adalah penegasan
Allah Swt. bahwa motivasi atau niat bekerja itu mestilah benar.

Umat Islam dianjurkan agar tidak hanya merasa cukup dengan melakukan
“tobat” saja, tetapi harus dibarengi dengan usaha-usaha untuk melakukan
perbuatan terpuji yang lainnya, seperti menunaikan zakat, membantu orang-
orang yang membutuhkan pertolongan, menyegerakan untuk mengerjakan
ṡalat, saling menasihati teman dalam hal kebenaran dan kesabaran, dan masih
banyak lagi usaha-usaha lain yang sangat terpuji. Semua itu dilakukan atas
dasar taat dan patuh kepada perintah Allah Swt. dan yakin bahwa Allah Swt.
pasti menyaksikan itu.

Ayat ini pun berisi peringatan bahwa perbuatan mereka itu pun nantinya akan
diperlihatkan pula kepada rasul dan kaum muslimin lainnya kelak di hari
kiamat. Dengan demikian, akan terlihatlah kebajikan dan kejahatan yang
mereka lakukan sesuai amal perbuatannya. Bahkan, di dunia ini pun sudah
sering kita saksikan, bagaimana gambaran orang-orang yang berbuat jahat
seperti pencuri, penipu, pemerkosa, koruptor, dan lain sebagainya.

Banyaknya berita tentang korupsi, bagaimana koruptor dipertontonkan di


ruang publik. Ini menandakan bahwa di dunia pun perbuatan kita sudah bisa
dipertontonkan. Apalagi kelak di akhirat yang pasti sangat nyata dan tidak
bisa ditutup-tutupi.

Artinya: “Dari Miqdam ra. dari Nabi saw. beliau bersabda: “Tidak seorang
pun yang makan lebih baik daripada makan hasil usahanya sendiri. Sungguh
Nabi Daud as. makan hasil usahanya.” (HR. Bukhari)

PERILAKU MULIA (KOMPETISI DALAM KEBAIKAN) YANG


PERLU DILESTARIKAN
1. Meyakini bahwa hidup itu perjuangan dan di dalam perjuangan ada
kompetisi.

2. Berkolaborasi dalam melakukan kompetisi agar pekerjaan menjadi ringan,


mudah, dan hasilnya maksimal.

3. Dalam berkolaborasi, semuanya diniatkan ibadah, semata-mata mengharap


riḍa Allah Swt.

4. Selalu melihat sesatu dari sisi positif, tidak memperbesar masalah


perbedaan, tetapi mencari titik persamaan.

5. Ketika mendapatkan keberhasilan, tidak tinggi hati; ketika mendapatkan


kekalahan, ia selalu sportif dan berserah diri kepada Allah Swt. (tawakkal).

Perilaku mulia (etos kerja) yang perlu dilestarikan


1. Meyakini bahwa dengan kerja keras, pasti ia akan mendapatkan sesuatu
yang diinginkan (“man jada wa jada” – Siapa yang giat, pasti dapat).

2. Melakukan sesuatu dengan prinsip: “Mulai dari diri sendiri, mulai dari
yang terkecil, dan mulai dari sekarang.”
3. Pantang menyerah dalam melakukan suatu pekerjaan.
AQIDAH KELAS X
SYU’ABUL ISLAM

Judul Elemen Syu‟abul Iman

Deskripsi Menganalisis makna syu‟abul iman (cabang-cabang iman)


pengertian,dalil,macam dan manfaatnya; dapat
mempresentasikan makna syu‟abul iman (cabang-cabang
iman),pengertian,dalil,macam dan manfaatnya; sehingga
meyakini bahwa dalam iman terdapat banyak cabang-
cabangnya; serta membiasakan sikap disiplin,jujur dan
bertanggung jawab yang merupakan cabang iman dalam
kehidupan
Kelas 10
Alokasi Waktu 540 menit
Jumlah Pertemuan 3-4
Fase Capaian E
Profil Pelajar Pancasila Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif

Model Pembelajaran Dicovery Learning


Moda Pembelajaran Daring / Kombinasi
Metode Pembelajaran Diskusi, presentasi, demonstrasi, simulasi praktik

Bentuk Penilaian Asesmen Non Kognitif dan Kognitif


Sumbar Pembelajaran Buku Paket, Modul, Internet dan Lainnya
Bahan Pembelajaran -
Alat Praktik PC/Laptop
Pembelajaran
Media Pembelajaran LCD Projector, PPT, Video Pembelajaran, Internet
PERTEMUAN 1 DARING/LURING (135 MENIT)

Kegiatan Awal ( 20 Menit) Kegiatan Inti (145 Menit)

1. Peserta didik dan Guru memulai 1. Peserta didik mendapatkan


dengan berdoa,m embaca pemaparan secara umum tentang
Asmaul husna dan beberapa syuabul iman
surat pendek bersama. 2. Dengan metode tanya jawab guru
2. Peserta didik disapa dan melakukan memberikan pertanyaan mengenai:
pemeriksaan kehadiran bersama dengan a. Menurut pendapatmu apa yang
guru. dimaksud dengan iman?
3. Peserta didik bersama dengan guru b. Coba sebutkan contoh cabang-
membahas tentang kesepakatan yang cabang iman yang kamu ketahui?
akan diterapkan dalam pembelajaran c. Bagaimana hadis nabi yang
4. Peserta didik dan guru berdiskusi berkaitan dengan cabang-
melalui pertanyaan pemantik: cabang keimanan?
a. Pernahkah kamu mendengar d. Dari hadis diatas apa cabang iman
istilah syu‟abul Iman tertinggi dan terendah?
b. Apa yang kamu ketahui 3. Secara kolaborasi (bergantian di
tentang iman kelas) peserta didik menuliskan
jawaban di papan tulis atau media
lain
4. Peserta didik secara berkelompok
menganalisis jawaban temannya
5. Peserta didik secara berkelompok
mempresentasikan hasil analisanya
6. Peserta didik diminta untuk
mengerjakan soal Latihan

Kegiatan Penutup (15 Menit) Referensi

1. Peserta didik dapat menanyakan hal Buku PAI dan BP kelas X


yang tidak dipahami pada guru
2. Peserta didik mengomunikasikan
kendala yang dihadapi selama
mengerjakan
3. Peserta didik menerima apresiasi dan
motivasi dari guru.
Refleksi Lembar Kegiatan

1. Apakah ada kendala pada kegiatan 1. Praktik kolaboratif


pembelajaran? 2. Lembar Aktivitas praktik 1
2. Apakah semua siswa aktif dalam 3. Soal-soal Latihan Pertemuan 1
kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat
diidentifikasi pada kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki
kesulitan ketika berkegiatan dapat
teratasi dengan baik?
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa
dalam kegiatan pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap
tuntas dalam pelaksanaan
pembelajaran?
7. Apa strategi agar seluruh siswa
dapat menuntaskan kompetensi?
LAMPIRAN
RINGKASAN MATERI

A. Definisi Syu’abul Iman


Cabang-cabang iman, atau lebih dikenal dengan sebutan “Syu‟ab Al Iman” dalam istilah
agama, mungkin sudah tidak asing lagi bagi kita. Istilah ini kita kenal dari sabda Nabi
shalallahu alihi wa salam „‟Iman memiliki tujuh puluh lebih cabang, dan yang paling tinggi
adalah kalimat laa ilaaha illallaah, sedangkan yang paling rendah adalah menyingkirkan
gangguan dari jalan. Malu adalah bagian dari iman.‟‟ (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Sabda Nabi Shallallahu „alaihi wa sallam : ً‫ش ْعجَ ْخ‬


ُ ْ َُْ٘ ُّ ‫ْٗ ِعز‬ ْ ‫ع ْجعُ َُْ٘ ْأ َ ْٗ ِث‬
َ ‫ض ٌع‬ َ ْٗ ْ ‫ ا َ ْ ِْل ْي ََبُُ ْ ِث‬Iman itu ada tujuh
َ ‫ض ٌع‬
puluh cabang lebih , atau enam puluh cabang lebih Definisi iman menurut Ahlussunnah wal
Jama‟ah bahwa dien dan iman adalah ucapan dan perbuatan; perkataan hati dan lisan, amalan
hati, lisan dan anggota tubuh. Iman itu bertambah dengan sebab ketaatan dan bisa berkurang
dengan sebab perbuatan dosa dan maksiat. Prinsip Ahlus Sunnah tentang iman adalah sebagai
berikut:[2] Iman adalah meyakini dengan hati, mengucapkannya dengan lisan dan
mengamalkannya dengan anggota badan. Seluruh amal perbuatan, yang meliputi amalan hati
dan anggota badan adalah termasuk hakikat iman. Ahlussunnah tidak mengeluarkan amalan
sekecil apa pun dari hakekat iman ini, apalagi amalan-amalan besar dan agung. Bukan
termasuk pemahaman Ahlussunnah yaitu yang menyatakan bahwa iman itu hanya pembenaran
dengan hati saja! Atau pembenaran dengan pengucapan lisan saja! Tanpa amalan anggota
badan! Barangsiapa berpendapat demikian, maka ia telah sesat dan menyesatkan.
Soal Latihan

1. Definisikan pengertian syu‟abul iman !


2. Apa yang dimaksud dengan iman !
3. Ada berapakah cabang iman berdasarkan hadis nabi SAW!
4. Apakah cabang iman yang tertinggi menurut hadis tsb?
5. Apakah cabang iman yang terendah menurut hadis?

Kunci jawaban
1. Cabang-cabang keimanan
2. Meyakini dengan hati,mengucapkan dengan lisan,mengamalkan dengan perbuatan
3. Ada 70 lebih
4. Kalimat laailaha illallah
5. Menyingkirkan gangguan dijalan
MANFAAT MENGHINDARI SIKAP TEMPERAMENTAL (GHADHAB),
MENUMBUHKAN SIKAP KONTROL DIRI DAN BERANI
KELAS X

Judul Elemen Manfaat Menghindari Sikap temperamental (ghadhab),


menumbuhkan sikap kontrol diri dan berani dalam
kehidupan sehari-hari
Deskripsi Meliputi pemahaman peserta didik terkait manfaat menghindari
sikap temperamental (ghadhab), menumbuhkan sikap kontrol diri
dan berani dalam kehidupan sehari-hari membuat karya yang
mengandung konten manfaat menghindari sikap hidup
temperamental (ghadhab), menumbuhkan sikap kontrol diri dan
berani dalam kehidupan sehari-hari lalu mempublikasikan dan
membagikannya di media sosial
Kelas 10
Alokasi Waktu 405 menit
Jumlah Pertemuan 3
Fase Capaian E
Profil Pelajar Pancasila Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan
berakhlak Mulia, Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif

Model Pembelajaran Dicovery Learning


Moda Pembelajaran Daring / Kombinasi
Metode Pembelajaran Diskusi, presentasi, demonstrasi, simulasi praktik,

Bentuk Penilaian Asesmen Non Kognitif dan Kognitif


Sumber Pembelajaran Buku Paket, Modul, Alquran terjemah, Internet dan Lainnya
Bahan Pembelajaran Artikel dari internet, power point
Alat Praktik PC/Laptop dengan aplikasi IDE (integrated development
Pembelajaran environment) untuk bahasa pemrograman JAVA
Media Pembelajaran LCD Projector, PPT, Video Pembelajaran, Internet
PERTEMUAN 1 DARING/LURING (135 MENIT)

Kegiatan Awal ( 30 Menit) Kegiatan Inti (90 Menit)

1. Peserta didik dan Guru memulai c. Peserta didik mendapatkan


dengan berdoa bersama. pemaparan secara umum
2. Peserta didik disapa dan melakukan tentang manfaat menghindari
pemeriksaan kehadiran bersama dengan sikap temperamental
guru. (ghadhab), menumbuhkan
3. Peserta didik bersama dengan guru sikap kontrol diri dan berani
Membaca ayat quran dan Asmaul d. Peserta didik diminta
Husna mengamati video tentang
4. Peserta didik bersama dengan guru manfaat menghindari sikap
membahas tentang kesepakatan yang temperamental (ghadhab),
akan diterapkan dalam pembelajaran menumbuhkan sikap kontrol
5. Peserta didik dan guru berdiskusi diri dan berani
melalui pertanyaan pemantik: 1. Dengan metode tanya jawab guru
a. Pernahkah kamu mendengar memberikan pertanyaan mengenai:
kata temperamental (ghadhab), a. Menurut pendapatmu
menumbuhkan sikap kontrol tentang manfaat
diri dan berani menghindari sikap
b. Apa yang kamu bayangkan temperamental (ghadhab),
tentang temperamental menumbuhkan sikap kontrol
(ghadhab), menumbuhkan diri dan berani
sikap kontrol diri dan berani b. Coba sebutkan contoh akibat
manfaat menghindari
temperamental (ghadhab),
menumbuhkan sikap kontrol
diri dan berani
2. Peserta didik mengidentifikasi
masalah dengan bimbingan guru dan
masalah tersebut ditulis di kertas
plano (opinion making)
3. Peserta didik diberi kesempatan
untuk curah pendapat dalam
membentuk hipotesis /
pernyataan/pertanyaan (decision
making)
4. Setiap kelompok memilih satu
hipotesa/pernyataan/pertanyaan
terbaik (action)
5. Guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk
menentukan langkah-langkah yang
sesuai dengan masalah yang akan
didiskusikan di kelompok masing-
masing
e. Membagi peserta didik
menjadi 3 kelompok dan
masing-masing melalui
tutor sebaya untuk
menelaah manfaat
menghindari sikap
temperamental (ghadhab),
menumbuhkan sikap kontrol
diri dan berani
6. Perwakilan kelompok
mempresentasikan hasil diskusi
Kelompok lain memberi tanggapan
(kritik dan saran)

Kegiatan Penutup (15 Menit) Referensi

1. Peserta didik dapat menanyakan hal Artikel dari Internet


yang tidak dipahami pada guru
2. Peserta didik mengomunikasikan
kendala yang dihadapi selama
mengerjakan
3. Peserta didik menerima apresiasi dan
motivasi dari guru.
Refleksi Lembar Kegiatan

1. Apakah ada kendala pada kegiatan 1. Praktik kolaboratif


pembelajaran? 2. Soal-soal Latihan Pertemuan 1
2. Apakah semua siswa aktif dalam
kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat
diidentifikasi pada kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki
kesulitan ketika berkegiatan dapat
teratasi dengan baik?
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa
dalam kegiatan pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap
tuntas dalam pelaksanaan
pembelajaran?
7. Apa strategi agar seluruh siswa
dapat menuntaskan kompetensi?
PERTEMUAN 2 DARING/LURING (135 MENIT)

Kegiatan Awal ( 30 Menit) Kegiatan Inti (90 Menit)

1. Peserta didik dan Guru memulai 1. Peserta didik dan guru


dengan berdoa bersama. mereview pembelajaran minggu
2. Peserta didik disapa dan sebelumnya yaitu tentang
melakukan pemeriksaan kehadiran manfaat menghindari sikap
bersama dengan guru. temperamental (ghadhab),
3. Peserta didik bersama dengan guru menumbuhkan sikap kontrol diri
Membaca ayat quran dan Asmaul dan berani
Husna 2. Peserta didik diminta diminta
4. Peserta didik bersama dengan guru kembali ke kelompok diskusi yang
membahas tentang kesepakatan telah disepakati sebelumnya
yang akan diterapkan dalam 3. Guru membagi tema kepada masing-
pembelajaran masing kelompok
4. Guru menginstruksikan kelompok
untuk membuat video tentang tema
yang sudah ditentukan
5. Peserta didik berdiskusi dengan
kelompok tentang teknis pembuatan
video (waktu, tempat, dan teks
scenario video yang akan dibuat)
6. Masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil diskusi
teknis pembuatan video (waktu,
tempat, dan teks scenario video yang
akan dibuat)

Kegiatan Penutup (15 Menit) Referensi

1. Peserta didik dapat menanyakan hal Artikel dari Internet


yang tidak dipahami pada guru
2. Peserta didik mengomunikasikan
kendala yang dihadapi selama
mengerjakan
3. Peserta didik menerima apresiasi dan
motivasi dari guru.
Refleksi Lembar Kegiatan

1. Apakah ada kendala pada kegiatan 1. Praktik kolaboratif


pembelajaran? 2. Soal-soal Latihan Pertemuan 2
2. Apakah semua siswa aktif dalam
kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat
diidentifikasi pada kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan
ketika berkegiatan dapat teratasi
dengan baik?
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa
dalam kegiatan pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap
tuntas dalam pelaksanaan
pembelajaran?
7. Apa strategi agar seluruh siswa dapat
menuntaskan kompetensi?
PERTEMUAN 2 DARING/LURING (135 MENIT)

Kegiatan Awal ( 30 Menit) Kegiatan Inti (90 Menit)

1. Peserta didik dan Guru memulai 7. Peserta didik dan guru mereview
dengan berdoa bersama. pembelajaran minggu
2. Peserta didik disapa dan sebelumnya yaitu tentang
melakukan pemeriksaan kehadiran membuat karya (video) yang
bersama dengan guru. mengandung konten manfaat
3. Peserta didik bersama dengan guru menghindari temperamental
Membaca ayat quran dan Asmaul (ghadhab), menumbuhkan sikap
Husna kontrol diri dan berani
4. Peserta didik bersama dengan guru 8. Guru menginstruksikan kelompok
membahas tentang kesepakatan untuk menyiapkan karya videoyang
yang akan diterapkan dalam telah dibuat
pembelajaran 9. Masing-masing kelompok
menampilkan hasil karya video
yang telah dibuat menggunakan
LCD Proyektor didepan kelas
10. Masing-masing kelompok
mengunggah hasil karya (video)
yang mengandung konten
manfaat menghindari sikap
temperamental (ghadhab),
menumbuhkan sikap kontrol diri
dan berani
ke media social (youtube, instagram,
tiktok dll)

Kegiatan Penutup (15 Menit) Referensi

1. Peserta didik dapat menanyakan hal Artikel dari Internet


yang tidak dipahami pada guru
2. Peserta didik mengomunikasikan
kendala yang dihadapi selama
mengerjakan
3. Peserta didik menerima apresiasi dan
motivasi dari guru.
Refleksi Lembar Kegiatan
1. Apakah ada kendala pada kegiatan
pembelajaran? 1. Praktik kolaboratif
2. Apakah semua siswa aktif dalam
kegiatan pembelajaran?
3. Apa saja kesulitan siswa yang dapat
diidentifikasi pada kegiatan
pembelajaran?
4. Apakah siswa yang memiliki kesulitan
ketika berkegiatan dapat teratasi
dengan baik?
5. Apa level pencapaian rata-rata siswa
dalam kegiatan pembelajaran ini?
6. Apakah seluruh siswa dapat dianggap
tuntas dalam pelaksanaan
pembelajaran?
7. Apa strategi agar seluruh siswa dapat
menuntaskan kompetensi?

LAMPIRAN

RINGKASAN MATERI
A. Definisi Sikap temperamental (ghadhab), menumbuhkan sikap kontrol diri dan
berani
B. Manfaat Menghindari Sikap temperamental (ghadhab), menumbuhkan sikap
kontrol diri dan berani
C. Alur Pembuatan hasil karya video Manfaat Menghindari temperamental (ghadhab),
menumbuhkan sikap kontrol diri dan berani
D. Tata cara mengunggah hasil karya video Manfaat Menghindari Sikap
temperamental (ghadhab), menumbuhkan sikap kontrol diri dan berani kea kun
media social (youtube, instagram, tiktok
FIQIH MU’ĀMALAH: ASURANSI, BANK DAN KOPERASI SYARI’AH
KELAS X

Nama : Mustofa Achmad Nur Huda, S.Pd.I


Asal Sekolah : SMK Negeri 6 Semarang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Jumlah Peserta Didik : 34 Orang
Kelas : X (Sepuluh)
Alokasi Waktu : 270 Menit

Judul Elemen Fase : Fiqih


Capaian Pembelajaran :E
: Pada akhir Fase E, peserta didik Menganalisis implementasi fiqih
mu‟āmalah asuransi, bank dan koperasi syari‟ah di masyarakat; mampu
menyajikan paparan tentang fikih mu‟āmalah: asuransi, bank dan koperasi
syari‟ah; sehingga mampu meyakini bahwa ketentuan fikih muamalah
adalah ajaran agama; dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan dan
Profil Pelajar Panasila kepedulian sosial.
: Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak Mulia,
Model Pembelajaran Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif.
Mode Pembelajaran : Dicovery Learning
Metode Pembelajaran : Daring / Luring
Bentuk Penilaian Sumber : Ceramah, tanya jawab, diskusi, presentasi Asesmen non kognitif dan
Belajar kognitif
Alat dan Bahan Media : Buku Paket, Modul, Internet, dll
: LCD Projector, Laptop yang telah terinstal Ms. Office LCD Projector,
Pembelajaran Tujuan PPT, Video Pembelajaran, Internet
Pembelajaran : Melalui kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran discovery
learning, peserta didik dapat :
10.1 peserta didik menemukan ide pokok dalam materi fiqih mu‟āmalah:
asuransi, bank dan koperasi syari‟a dan memaparkan kembali informasi
dengan kata-kata sendiri
10.2 peserta didik memiliki keyakinan dengan kesungguhan hati bahwa
fiqih muamalah adalah salah satu ajaran di dalam agama islam
10.3 menumbuhkan keinginan bagi peserta didik dalam kewirausahaan
dan kepedulian sosial dengan menerapkan ilmu fiqih dalam kegiatannya

Pertemuan 1 Daring / Luring


A. Kegiatan Pembelajaran
 Kegiatan awal
1. Melakukan salam pembuka, mengecek 30 1. Checking peserta didik untuk 30
kesiapan belajar peserta didik, berdoa, menit memastikan peserta didik yang menit
serta mengecek kehadiran peserta didik datang ke sekolah sudah mematuhi
melalui google form yang dibagikan Protokol Kesehatan dan dalam
melalui WA group kelas kondisi sehat, :
2. Peserta didik mendapatkan arahan dan a. Memakai Masker
petunjuk dari guru tentang b. Cek Suhu
pembelajaran yang akan dilaksanakan c. Cuci Tangan
baik sumber belajar yang digunakan, d. Memakai Hand Sanitizer
media, hingga penugasan (evaluasi
e. Memakai hand glove
pembelajaran) melalui WhatsApp
2. Mempersilakan siswa duduk pada
Group / Zoom Meeting
tempat yang sudah ditentukan dan
3. Peserta didik mendapatkan penjelasan
tidak berpindah- pindah dan
mengenai tujuan pembelajaran serta
berkerumun.
kegiatan yang akan dilakukan selama
3. Membuka kelas dengan salam dan
proses pembelajaran online/ daring
berdoa (Religius), memeriksa
berlangsung
kehadiran peserta didik sebagai
4. Apersepsi : Peserta didik mendapat
penerapan sikap disiplin.
pertanyaan-pertanyaan untuk
4. Meneriakkan Yel-yel SMK bisa
mengingatkan kembali materi
(Nasionalisme, kerjasama)
Motivasi : Peserta didik mendapat motivasi
5. Mengaitkan
mengenai fiqih mu’āmalah: asuransi,
materi/tema/kegiatan pembelajaran
bank dan koperasi
yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik,
6. Memberi motivasi tentang apa
yang dapat diperoleh
(tujuan&manfaat) dengan
mempelajari materi fiqih
mu’āmalah: asuransi, bank dan
koperasi syari’ah
 Kegitan inti 
1. Peserta didik mengakses link Zoom a. Guru menjelaskan garis besar materi
Meeting dan menggunakan ussername siswa menyimak dengan seksama
dan pasword masing-masing yang b. Guru membagi siswa menjadi beberapa
dibagikan digroup WhatsApp kelas, kelompok aktif dua sampai tiga orang
kemudian peserta didik mengamati c. Peserta didik diberikan kesempatan
tayangan modul, dan tugas tersebut di melakukan investigasi secara
rumah peserta didik masing- masing. menyeluruh terhadap materi dengan
2. Peserta didik melakukan pengamatan berbagai sumber belajar
dengan cara membaca dan menyimak d. Hasil investigasi siswa didiskusikan
dari kajian literatur/media tentang bersama teman kelompok
fiqih mu’āmalah: asuransi, bank e. Setiap kelompok menyimpulkan
dan koperasi syari’ah melalui link bahasan materi
Zoom Meeting (stimulation/ creative/ f. Diskusi antar kelompok,tanya jawab
mengamati) tentang informasi yang di dapat masing
3. Peserta didik menyampaikan hasil masing kelompok
pengamatannya setelah membaca g. Menarik kesimpulan hasil diskusi dan
modul/ materi belajarnya melalui di paparkan di depan kelas
melaui link fresto atau di email guru.
Peserta didik juga dapat penyampaikan
pendapatnya
4. Peserta mendapat umpan balik dari
guru melalui WhatsApp Group kelas
 Kegiatan Penutup
1. Peserta didik mempresentasikan hasil 1. Guru bersama peserta didik
jawabannya melalui media WhatsApp mengevaluasi kegiatan belajar
Group kelas (generalization /critical hari ini
thinking, creative/ communication) 2. Guru memberikan apresiasi
2. Guru melakukan koreksi dengan kepada peserta didik atas dedikasi
peserta didik dan menyimpulkan dan semangatnya dalam belajar
pengalaman selama mengikuti 3. Guru mengingatkan peserta didik
pembelajaran tentang fiqih untuk senantiasa menjaga
mu’āmalah: asuransi, bank dan kesehatan dan memakai masker (
koperasi syari’ah 5 M ) – Protokol Covid
3. Guru Memberikan gambaran umum
materi berupa ppt dari Zoom Meeting
atau sumber yang relevan lainnya yang
akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya
4. Peserta didik secara mandiri menjawab
latihan melalui
https://smkn6smg.fresto.top sebagai
evaluasi.
LAMPIRAN

MATERI
FIQIH MUAMALAH: ASURANSI, BANK DAN KOPERASI SYARIAH

A. Pengertian Asuransi
Istilah asuransi, berasal dari bahasa inggris insurance, yang berarti jaminan, atau
dalam bahasa arab disebut al-ta‟min. „Abd al-sami‟ al-Mishri mengemukakan definisi al-
ta‟min, yakni akad yang mewajibkan penanggung menjamin tertanggung atau menunaikan
manfaat seperti yang tersebut dalam pertanggungan dengan menyerahkan uang atau
pengganti harta benda, pada saat terjadinya peristiwa sebagaimana yang tertera dalam akad.
Hal itu dilakukan karena tertanggung menunaikan pembayaran secara berangsur atau
sekaligus kepada penanggung.[1]
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa asuransi mempunyai tiga unsur pokok:
1. Penanggung (perusahaan), yang bersedia menjamin sejumlah uang atau barang
berdasarkan perjanjian.
2. Tertanggung, yang bersedia membayar premi setiap waktu tertentu, sesuai dengan
perjanjian.
3. Adanya peristiwa, yang merupakan syarat untuk pembayaran ganti rugi sesuai dengan
perjanjian, seperti kebakaran, kecurian dan sebagainya.
Secara umum, dikenal dua macam asuransi:[2]
1. Asuransi ganti rugi, yakni perusahaan memberi ganti rugi kepada yang menderita
kerugian barang, misalnya asuransi kebakaran, pengangkutan, pencurian.
2. Asuransi sejumlah uang, yakni perusahaan membayar sejumlah uanng tertentu kepada
nasabah yang terkena musibah, misalnya asuransi kecelakaan, jiwa, dwiguna, dan
sebagainya.
Adapun proses pelaksanaannya, para petugas dari perusahaan, diberi wewenang
untuk mengajak seseorang nasabah. Jika seseorang itu tidak setuju, dalam arti tidak rela
dengan syarat-syarat perjanjian yang diajukan, maka dia tidak akan dicatat sebagai nasabah.
Dalam hal ini tidak ada paksaan, melainkan atas dasar persepakatan bersama.[3]
B. Hukum Asuransi
Maksud dan tujuan diadakannya asuransi adalah untuk menjaga agar suatu usaha
tidak mengalami atau menderita kerugian dan untuk memberi ganti rugi kepada pihak yang
bersangkutan, yakni nasabah yang mengalami kerugian.
Dengan memperhatikan tujuan asuransi tersebut, dapat dipahami bahwa asuransi
tidak hanya bertujuan mengeruk keuntungan dari nasabah, tetapi yang terpenting ialah
berusaha membantu masyarakat untuk mengurangi beban yang mungkin dideritanya, baik
terhadap harta bendanya maupun terhadap jiwanya.
Asuransi sebagai salah satu praktek muamalah masa kini tidak dikenal pada masa
Nabi Muhammad SAW, sehingga dasar hukumnya secara tekstual tidak ditemukan dalam
al-Qur‟an, hadits Nabi SAW, maupun hasil ijtihad ulama terdahulu. Untuk menemukan
dasar hukumnya, para ulama berusaha menggalinya sendiri, dengan berdasar pada maqashid
al-syari‟ah, sebagaimana yang dipahami dari al-Qur‟an dan hadits Nabi SAW.[4]
Keberadaan asuransi yang bersifat ijtihad menyebabkan timbulnya perbedaan
pendapat ulama tentang dasar hukumnya. Sebagian mereka membenarkannya, dengan
argumentasi masing-masing. Ulama yang tidak membenarkan keberadaan asuransi
mengemukakan argumentasi sebagai berikut:[5]
1. Asuransi pada hakekatnya sama dengan judi
2. Di dalamnya terdapat unsur riba
3. Di dalamnya terdapat unsur syubhat
4. Mengandung unsur eksploitasi, yakni pemegang polis (nasabah) dapat dikurangi
jumlahnya, jika mereka tidak mampu melanjutkan pembayaran preminya.
5. Perjanjian asuransi termasuk akad sharf, yakni jual beli tidak dengan tunai (cash and
carry)
6. Kerusakan dan kehilangan barang serta hidup dan matinyya manusia dijadikan obyek
bisnis, padahal kesemuanya telah diatur dalam takdir Allah.
Adapun ulama yang membenarkan asuransi mengemukakan argumentasi sebagai
berikut:[6]
1. Tidak terdapat nas yang menyinggungnya
2. Ada unsur kerelaan kedua belah pihak
3. Saling menguntungkan kedua belah pihak
4. Terkandung unsur kepentingan umum (mashlahah „ammah) yakni premi yang terkumpul
diinvestasikan untuk pembangunan
5. Perjanjian asuransi termasuk hukum akad mudharabah, yakni kerja sama antara
perusahaan dengan nasabah, atas dasar profit loss sharing.
6. Kediatan asuransi sama dengan koperasi (syirkah ta‟awuniyah)
7. Asuransi dapat dikiaskan dengan gaji pensiun.
Sebagian ulama mengambil jalan tengah, yakni membolehkan asuransi di satu sisi
dan melarangnya di sisi lain. Mereka membolehkan asuransi yang bersifat sosial dan
mengharamkan yang bersifat komersial semata.
Perbedaan pendapat ulama tentang hukum asuransi adalah wajar, sebab asuransi
merupakan ijtihad. Untuk menentukan pendapat yang akan dianut, diserahkan sepenuhnya
kepada masyarakat. Dengan ketentuan, mereka harus toleran terhadap pendapat lain, sebab
setiap persoalan yang tidak memiliki nas memungkinkan setiap pendapat untuk mendukung
kebenarannya.
Dengan memperhatikan beberapa pendapat ulama dan mengaitkan dengan
kebutuhan manusia masa kini, terutama kebutuhan finansial dalam menunjang
pembangunan, maka penulis cenderung kepada pendapat yang membolehkan asuransi,
karena di samping alasannya kuat dan aktual, juga karena pendapat yang menolaknya tidak
tegas. Pandangan terhadap asuransi sama dengan judi misalnya, adalah kurang tepat, sebab
judi adalah permainan adu nasib yang bisa menguntungkan pihak yang tidak terlibat di
dalamnya. Sedangkan asuransi merupakan kerja sama yang memiliki keguanaan sosial, dan
memberikan dorongan pada kegiatan-kegiatan yang mutlak bagi pertumbuhan peradaban.
Selain itu, judi menimbulkan resiko (malapetaka), sedangkan asuransi mengurangi resiko
pada masyarakat.[7]

C. Kaidah Asuransi
Dalam urusan mu‟amalah terdapat kaidah;
‫لّ ٍب يَْعٔ اىششيع‬
ْ ‫األصو في اىَعبٍيخ اْلثبحخ إ‬
Artinya: “hukum asal dalam mu‟amalah adalah diperbolehkan, kecuali mu‟amalah yang
dicegah/dilarang oleh syari‟at”.
Mu‟amalat yang dicegah oleh syari‟at adalah mu‟amalat yang di dalamnya terdapat
7 unsur atau pantangan dalam mu‟amalat, yaitu: Pertama, maysir yaitu segala bentuk
spekulasi judi (gambling) yang mematikan sector riil dan tidak produktif.
Kedua, asusila yaitu praktik usaha yang melanggar kesusilaan dan norma social.
Ketiga, gharar yaitu segala transaksi yang tidak transparan dan tidak jelas sehingga
berpotensi merugikan salah satu pihak. Keempat, haram yaitu objek transaksi dan proyek
usaha yang diharamkan syari‟ah. Kelima, riba yaitu segala bentuk distorsi mata uang
menjadi komoditas dengan mengenakan tambahan (bunga) pada transaksi kredit atau
pinjaman dan pertukaran/barter lebih antar barang ribawi sejenis. Pelarangan riba ini
mendorong usaha yang berbasis kemitraan yang saling menguntungkan dan kenormalan
(sunnatullah) bisnis, disamping menghindari praktik pemerasan, eksploitasi dan pen-dzalim-
an oleh pihak yang memiliki posisi tawar tinggi terhadap pihak yang berposisi tawar rendah.
Keenam, ihtikar yaitu penimbunan dan monopoli barang dan jasa untuk tujuan permainan
harga. Ketujuh, berbahaya yaitu segala bentuk transaksi dan usaha yang membayakan
individu maupun masyarakat serta bertentangan dengan mashlahat dalam Maqashid
Syari‟ah.[8]
Ketujuh pantangan dalam mu‟amalah di atas berdasarkan dari dalil-dalil berikut,
yaitu:
Firman Allah SWT Surat Al-Maidah ayat 3:
َ
ْ‫غْجُ ُعْإِل‬ َ ‫ْٗ ٍَبْأَ َموَ ْاى‬ َ ُ‫ْٗاىَْ ِِي َحخ‬ َ ُ‫ْٗ ْاى َُز ََش ِدّيَخ‬
َ ُ ‫ْٗ ْاى ََْ ْ٘قُ٘رَح‬
َ ُ‫ْٗ ْاى َُ ْْ َخِْقَخ‬ َ ‫ْٗ ٍَبْأ ُ ِٕ َوْ ِىغَي ِْش‬
َ ِٔ ِ‫ّْللاِْث‬ َ ‫يش‬ ْ ٌُ ْ‫ْٗىَح‬
ِ ‫ْاى ِخ ْْ ِض‬ َ ًُ َ‫ْٗاىذ‬ ْ ٌُ ‫ذْ َعيَ ْي ُن‬
َ ُ‫ْاى ََ ْيزَخ‬ ْ ٍَ ‫ُح ِ ّش‬
َ ْ َٰ َ ْ ْ َ َ ُ
ُ
ٌْْ ُٕ َْ٘ ‫ٍْ ِْ ْدِيِْن ٌْ ْفَ ََل ْر َْخش‬ ِ ‫ظ ْاىزِيَِ ْ َمفَ ُشٗا‬ َ ِ‫ْقْْْۖاىيَ ْ٘ ًَ ْيَئ‬ ُ َ
ٌْ ‫ْٗأ ُْ ْر َ ْغزَق ِغ َُ٘ا ْثِبأل ْص َل ًِْْْْۖر ِىن ٌْ ْفِغ‬ َ ‫ت‬ ِ ‫ص‬ ُ ُّْ‫ ْاى‬ٚ‫ْٗ ٍَب ْرثِ َح ْ َعي‬ َ ٌْ ‫ٍَب ْرَ َم ْيز‬
ُ
ْ‫ص ٍخ ْ َغي َْش‬ َ ََ ‫ِ َش ْفِي ْ ٍَ ْخ‬ ُ ‫ض‬ ْ ‫ْاْلع ََْل ًَ ْدِيًْبْْْۖفَ ََ ِِ ْا‬ ِ ْ ٌُ ‫ضيذُ ْىَ ُن‬ ِ ‫ْٗ َس‬ َ ‫ْٗأَرْ ََ َْذُ ْ َعيَ ْي ُْن ٌْ ِّْ ْع ََزِي‬ َ ٌْ ‫ُْْْۖ ْاىيَ ْ٘ ًَ ْأ َ ْم ََ ْيذُ ْىَ ُن ٌْ ْدِي َْ ُن‬ ِْ َْ٘ ‫اخش‬ْ َٗ
ٌٌْ ‫ْس ِحي‬َ ‫٘س‬ ُ
ٌ ‫ّْللاَْ َغف‬ َ َُ ِ‫ْْلث ٌٍْْْْۖفَئ‬ ْ ِ ِ ٍ‫ٍُزَ َجبِّف‬
Artinya: “diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan)
yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang
ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan
(diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. dan (diharamkan juga) mengundi
nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. pada
hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu
janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan
telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan
tanpa sengaja berbuat dosa, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Surat al Baqarah ayat 278-279:
ِْٔ ‫ع٘ ِى‬ ُ ‫ْٗ َس‬ َ ٍَِْ
َ ِ‫ّْللا‬ ِ ‫ة‬ ٍ ‫)ْفَئ ِ ُْ ْىَ ٌْ ْر َ ْف َعيُ٘اْفَأْرَُّ٘اْ ِث َح ْش‬872(ْ َِ‫ْاىش َثبْ ِإ ُْ ْ ُم ْْز ُ ٌْ ْ ٍُؤْ ٍِِْي‬ ّ ِ ٍَِْ ِ ‫ي‬ َ ‫ْٗرَ ُسٗاْ ٍَبْ َث ِق‬ َ
َ َ‫٘اّْللا‬ ُ‫َيبْأَيُّ َٖبْاىَزِيَِ ْآ َ ٍَُْ٘اْارَق‬
872ْ ََُُ٘ َ‫ظي‬ ْ ُ ‫ْٗ َلْر‬ َ ََُُ٘ ‫َظ ِي‬ ْ ‫ٗطْأَ ٍْ َ٘ا ِى ُن ٌْ َْلْر‬ ُ ‫ْس ُء‬ ُ ٌْ ‫َٗ ِإ ُْْر ُ ْجز ُ ٌْْفَيَ ُن‬
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa
Riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman. 279. Maka jika kamu
tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), Maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya
akan memerangimu. dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), Maka bagimu pokok
hartamu; kamu tidak Menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.
Surat al-Maidah ayat 90:
ُْٓ ُْ٘ ‫ِ فَبجْ زَِْج‬ ِْ َِْٰ ‫شي‬ َ ‫و اى‬ ِْ ََ ‫ِ َع‬ ْْ ٍّ ِ ُْ‫صبة‬ َ ّْ ‫ال‬ َ ْ َ٘ ٍُ ‫ىَ َعيَ ُن ٌْْ ر ُ ْف ِي ُح َُْْ٘ َْٰۤيبَيُّ َٖب ْاىخ ََْ ُشاَِّ ََ َٰبا ٍَُْ ْۤ ْ٘ااىَ ِزيَِْْ َٗ ْاى ََ ْي ِغ ُْش ِسجْ غ ٌَ٘ ْالَ ْص َل‬
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi,
(berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah[434], adalah Termasuk perbuatan
syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Surat al-Baqoroh ayat 188:
ِْ ‫ِ اَ ٍْ َ٘ا‬
‫ه‬ ْْ ٍّ ِ ‫بً ِىزَأ ْ ُکيُ ْ٘ا فَ ِش ْيقًب‬ ِْ ‫ ْاى ُحـ َک‬َٚ‫و َٗرُذْىُ ْ٘ا ثِ َٖبْ اِى‬ ِ َ‫ل ر َأ ْ ُميُ ْ٘ا ثَ ْي َْ ُن َْب َ ٍْ َ٘اىَـ ُن ٌْْ ثِ ْبىج‬
ِْ ‫بط‬ ْ َ َٗ
ْ
َُْْ٘ َُ َ‫بلث ٌِْ َٗاَ ّْـز ُ ٌْْ ر َ ْعي‬ ْ
ِ ِْ‫بط ث‬ ْ ِ َْ‫اى‬
Artinya: dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu dengan
(jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui.
Sabda Nabi SAW: “Sesungguhnya yang halal telah jelas dan yang haram telah jelas
serta diantara keduanya terdapat yang samar (musytabihat). Sebagian besar manusia tidak
dapat mengenalinya, maka siapa saja yang menjaga diri dari yang musytabihat itu berarti
dia telah menjaga agama dan dirinya. Dan siapa saja yang terjatuh ke dalam musytabihat itu
maka ia telah terjerumus kepada yang haram, sebagaimana seseorang yang
menggembalakan ternaknya di sekeliling batas untuk menjaga diri dari melintasi batas itu.
Ketahuilah bahwa sesungguhnya setiap raja memiliki batasan-batasan, dan ketahuilah
bahwa batasan Allah ialah hal-hal yang diharamkan-Nya. Ketahuilah bahwa pada tubuh
terdapat segumpal daging yang jika dia baik maka baiklah seluruh tubuh itu, dan jika dia
rusak maka rusaklah tubuh itu. Ketahuilah bahwa dia adalah kalbu.” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Menurut ulama di Indonesia, hukum asuransi, baik asuransi jiwa maupun umum,
terbagi menjadi dua pendapat. Pendapat pertama diwakili oleh para ulama dari ormas Islam
terbesar di Indonesia atau NU yang berpendapat bahwa hukum asuransi adalah haram secara
mutlak. Mereka berpendapat bahwa asuransi identik dengan judi, yang tegas diharamkan
atas dasar al-Qur‟an dan Sunnah, dengan alasan karena bentuk transaksi perusahaan
asuransi menyerupai kupon judi. Para nasabah yang melakukan transaksi itu dijanjikan
memperoleh sejumlah uang jaminan yang telah ditetapkan jika rumahnya terbakar misalnya,
dengan syarat nasabah itu harus membayar premi selama menempati rumahnya. Dengan
demikian itu jelas merupakan judi murni, karena kedua belah pihak tidak mengetahui siapa
diantara mereka yang memperoleh keuntungan, sampai uang yang disepakati oleh keduanya
diberikan.[9]
Sedangkan pendapat kedua, diwakili oleh para ulama dari Muhammadiyah, yang
berpendapat bahwa hukum asuransi adalah syubhat (samar-samar), karena tidak ada dalil
syar‟i yang secara jelas mengharamkan atau menghalalkan asuransi, baik asuransi umum
atau asuransi jiwa. Konsekuensinya adalah bahwa umat Islam harus berhati-hati
menghadapi asuransi dan baru diperbolehkan mengambil dan menggunakan asuransi dalam
keadaan darurat (emergency) atau hajat (necessity)Sementara di dunia Islam, khususnya
ulama Timur Tengah, ada tiga perbedaan pendapat tentang hukum asuransi.
Perbedaan pendapat itu terlihat pada uraian berikut : Pertama, mereka yang
berpendapat bahwa asuransi itu haram dalam segala macam bentuknya temasuk asuransi
jiwa.
Pendapat ini dikemukakan oleh beberapa ulama, diantaranya: Sayyid Sabiq,
Abdullah al-Qalqili, Yusuf Qardhawi dan Muhammad Bakhit al-Muth‟i . Alasan-alasan
yang mereka kemukakan ialah:
1. Asuransi sama dengan judi
2. Asuransi mengandung ungur-unsur tidak pasti.
3. Asuransi mengandung unsur riba.
4. Asuransi mengandung unsur pemerasan karena pemegang polis apabila tidak bisa
melanjutkan pembayaran preminya akan hilang premi yang sudah dibayar atau dikurangi.
5. Premi-premi yg sudah dibayar akan diputar dalam praktek-praktek riba (kredit berbunga)
di bank konvensional.
6. Asuransi termasuk jual beli atau tukar menukar mata uang tidak tunai.
7. Hidup dan mati manusia dijadikan objek bisnis dan sama halnya dengan mendahului takdir
Allah.
Kedua, mereka yang berpendapat bahwa asuransi diperbolehkan dalam praktek
seperti sekarang baik asuransi umum maupun jiwa. Pendapat kedua ini dikemukakan oleh
Abd. Wahab Khalaf, Mustafa Akhmad Zarqa, Muhammad Yusuf Musa dan Abd. Rakhman
Isa . Mereka beralasan :
1. Tidak ada nash yang melarang asuransi.
2. Ada kesepakatan dan kerelaan kedua belah pihak.
3. Saling menguntungkan kedua belah pihak.
4. Asuransi dapat menanggulangi kepentingan umum atau mengandung maslahah ‟ammah,
sebab premi-premi yang terkumpul dapat diinvestasikan untuk proyek-proyek yang
produktif dan pembangunan.
5. Asuransi termasuk akad mudharabah, artinya akad kerjasama bagi hasil antara pemegang
polis (pemilik modal) dengan pihak perusahaan asuransi yang memutar modal atas dasar
profit and loss sharing (PLS).
6. Asuransi termasuk koperasi (syirkah ta‟awuniyah).
7. Asuransi dianalogikan dengan sistem pensiun seperti taspen.
Ketiga, mereka yang berpendapat bahwa asuransi yang bersifat sosial diperbolehkan
dan yang bersifat komersial diharamkan. Pendapat ketiga ini dianut antara lain oleh
Muhammad Abdu Zahrah. Alasan kelompok ketiga ini sama dengan kelompok pertama
dalam asuransi yang bersifatkomersial dan sama pula dengan alasan kelompok kedua dalam
asuransi yang bersifat sosial.
Dengan demikian, hukum asuransi menurut fiqih Islam pada dasarnya adalah mubah
(boleh), selama tidak terdapat unsur-unsur yang dilarang oleh syariat Islam, seperti riba,
gharar, spekulasi dan kecurangan atau ketidakadilan dsb.

B. BANK

1. Pengertian Bank
Kata bank berasal dari bahasa Italia, banca yang berarti meja. Menurut UU Nomor 10
Tahun 1998 tentang Perbankan, yang dimaksud bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kembali kepada
masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Fungsi bank adalah sebagai berikut: a.
Menyimpan dana masyarakat. b. Menyalurkan dana masyarakat ke publik. c.
Memperdagangkan utang piutang. d. Mengatur dan menjaga stabilitas peredaran uang. e.
Tempat menyimpan hata kekayaan uang dan surat berharga yang terbaik dan aman. f.
Menolong manusia dalam mengatasi kesulitan ekonomi keuangan.Tujuan bank di antaranya
yaitu : 1. Menolong manusia dalam banyak kesulitan, peminjaman uang tunai atau kredit. 2.
Meringankan hubungan antara para pedagang dan pengusaha dengan memperlancar
pemindahan uang money-transfer. 3. Bagi hartawan adalah untuk menjaga keamanan dan
memberi perlindungan dari penjahat dan pencuri dengan menyimpan di tempat yang aman.
4. Untuk kepentingan dan perkembangan kepentingan, baik nasional maupun internasional
dalam seluruh bidang kehidupan.
2. Jenis-jenis Bank
Jenis perbankan dewasa ini dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu segi fungsi, kepemilikan,
status, dan cara menentukan harga atau bunga. a. Dilihat dari Segi Fungsi Menurut UU
Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998, jenis bank menurut fungsinya adalah sebagai
berikut. 1 Bank umum, yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas
pembayaran. 2 Bank Perkreditan Rakyat, adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha
secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. b. Dilihat dari Segi Kepemilikan Jenis bank
berdasarkan kepemilikannya dapat dibedakan sebagai berikut: 1 Bank milik pemerintah
Bank milik pemerintah merupakan bank yang akte pendiriannya maupun 162 B u k u S i s w
a K e l a s X 162 Di unduh dari : Bukupaket.com modal bank ini sepenuhnya dimiliki oleh
pemerintah, sehingga keuntungannya dimiliki oleh pemerintah pula. Contoh bank milik
pemerintah adalah Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia BNI, Bank Rakyat Indonesia
BRI, dan Bank Tabungan Negara BTN. Contoh bank milik pemerintah daerah antara lain
Bank DKI, Bank Jabar, Bank Jateng, Bank Jatim, Bank DIY, Bank Riau, Bank Sulawesi
Selatan, dan Bank Nusa Tenggara Barat. 2 Bank milik swasta nasional Bank milik swasta
nasional merupakan bank yang seluruh atau sebagian besar sahamnya dimiliki oleh swasta
nasional, sehingga keuntungannya menjadi milik swasta pula. Contoh bank milik swasta
nasional antara lain Bank Central Asia, Bank Lippo, Bank Mega, Bank Danamon, Bank
Bumi Putra, Bank Internasional Indonesia, Bank Niaga, dan Bank Universal. 3 Bank milik
koperasi Bank milik koperasi merupakan bank yang kepemilikan saham- sahamnya oleh
perusahaan yang berbadan hukum koperasi. Contoh bank milik koperasi adalah Bank
Umum Koperasi Indonesia Bukopin. 4 Bank milik asing Bank milik asing merupakan
cabang dari bank yang ada di luar negeri, atau seluruh sahamnya dimiliki oleh pihak asing
luar negeri. Contoh bank milik asing antara lain ABN AMRO Bank, American Express
Bank, Bank of America, Bank of Tokyo, Bangkok Bank, City Bank, Hongkong Bank, dan
Deutsche Bank. 5 Bank milik campuran Bank milik campuran merupakan bank yang
sahamnya dimiliki oleh pihak asing dan pihak swasta nasional dan secara mayoritas
sahamnya dipegang oleh warga Negara Indonesia. Contoh bank campuran adalah Bank
Finconesia, Bank Merincorp, Bank PDFCI, Bank Sakura Swadarma, Ing Bank, Inter Paciik
Bank, dan Mitsubishi Buana Bank. Adapun dalam pengaturan dan pengawasan Bank
seacara umum terdapat Bank sentral di Indonesia yang dipegang oleh Bank Indonesia BI.
Menurut UU Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia, Bank Indonesia merupakan
lembaga negara yang independen bebas dari campur tangan pemerintah dan atau pihak-
pihak lainnya, kecuali untuk hal-hal yang secara tegas diatur dalam undang-undang tersebut.
Fungsi bank sentral adalah sebagai bank dari pemerintah dan bank dari bank umum
banker‟s bank, sekaligus untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Sementara
tugas bank sentral antara lain sebagai berikut: 1 Menetapkan dan melaksanakan kebijakan
moneter. 2 Mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran. 163 Fikih - Ushul Fikih
Kurikulum 2013 Di unduh dari : Bukupaket.com 3 Mengatur dan mengawasi bank 4
Sebagai penyedia dana terakhir last lending resort bagi bank umum dalam bentuk Bantuan
Likuiditas Bank Indonesia BLBI. c. Berdasarkan jenis atau sistem pengelolaannya, bank
dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu: 1 Bank Konvensional dengan sistem bunga Bank
dengan sistem bunga Konvensional ada dua jenis, yaitu bank umum dan bank perkreditan
rakyat. 2 Bank Syariah Bank dengan prinsip Bagi Hasil Karena belum ada kata sepakat dari
para ulama tetang hukum bank konvensional sementara umat Islam harus mengikuti
perkembangan ekonomi sehingga perlu jalan keluar, maka lahirlah bank syariah dengan
prinsip bagi hasil. Bank Syariah Bank syariah adalah suatu bank yang dalam aktivitasnya;
baik dalam penghimpunan dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan
dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah.
a. Konsep Dasar Transaksi
1 Eisiensi, mengacu pada prinsip saling menolong untuk berikhtiar, dengan tujuan mencapai
laba sebesar mungkin dan biaya yang dikeluarkan selayaknya. 2 Keadilan, mengacu pada
hubungan yang tidak menzalimi menganiaya, saling mengikhlaskan antar pihak-pihak yang
terlibat dengan persetujuan yang adil tentang proporsi bagi hasil, baik untung maupun rugi.
3 Kebenaran, mengacu pada prinsip saling menawarkan bantuan dan nasehat untuk saling
meningkatkan produktivitas.
b. Produk Perbankan Syariah 1. Produk penyaluran dana
▪ Prinsip Jual Beli Bai‟ Transaksi jual beli dibedakan berdasarkan bentuk pembayarannya
dan waktu penyerahan barang, seperti: - Pembiayaan Murabāah Murabāah adalah transaksi
jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual,
sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok
ditambah keuntungan. Kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waktu
pembayaran. 164 B u k u S i s w a K e l a s X 164 Di unduh dari : Bukupaket.com Harga
jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama
berlakunya akad. Dalam perbankan, murabahah lazimnya dilakukan dengan cara
pembayaran cicilan bi ṡ aman ājil. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah
akad, sedangkan pembayaran dilakukan secara tangguh. - Salam Salam adalah transaksi jual
beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Dalam praktik perbankan, ketika
barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada nasabah itu
sendiri secara tunai atau secara angsuran. Umumnya transaksi ini diterapkan dalam
pembiayaan barang yang belum ada, seperti pembelian komoditi dijual kembali secara tunai
atau secara cicilan. - Istiṣna Produk istiṣna menyerupai produk salam, namun dalam istiṣna
pembayarannya dapat dilakukan oleh bank dalam beberapa kali termin pembayaran. Skim
istiṣna dalam bank syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan
kontruksi. ▪ Prinsip Sewa Ijārah Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat.
Jadi pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, namun perbedaanya
terletak pada objek transaksinya. Bila pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka
pada ijarah objek transaksinya adalah jasa. Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual
barang yang disewakan kepada nasabah. Karena itu dalam perbankan syariah dikenal
dengan ijarah muntahiya an at-tamlik sewa yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan.
Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal perjanjian. ▪ Prinsip Bagi Hasil Syirkah
Produk pembiayaan syariah yang didasarkan pada prinsip bagi hasil adalah: - Musyārakah
Musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana
secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun
tidak berwujud. Bentuk kontribusi dari pihaki yang bekerja sama dapat berupa dana, barang
perdagangan trading asset, kewiraswastaan entrepreneurship, keahlian skill, kepemilikan
property, peralatan equipment, atau intangible asset seperti hak paten atau goodwill,
kepercayaan reputasi credit worthiness dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan
uang. Dengan merangkum seluruh kombinasi dari bentu kontribusi masing-masing pihak
dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini 165 Fikih - Ushul Fikih Kurikulum
2013 Di unduh dari : Bukupaket.com sangat leksibel. - Mudharabah Mudharabah adalah
bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal mempercayakan
sejumlah modal kepada pengelola dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk
ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100 modal dari pemilik modal dan keahlian
dari pengelola.

C. KOPERASI SYARIAH
1. Pengertian
Koperasi syariah adalah bentuk koperasi yang memiliki prinsip, tujuan dan kegiatan
usahanya berdasarkan syariah Islam, yaitu Al-Quran dan Assunah. Dan secara umum,
koperasi ini merupakan badan usaha koperasi yang menjalankan aktivitas usahanya
berdasarkan pada prinsip-prinsip syariah. Semua unit usaha, produk dan operasional
koperasi ini dilakukan sesuai dengan fatwa Dewan Syariah Nasional “DSN” Majelis Ulama
Indonesia. Yang dengan begitu, didalam operasional koperasi ini tidak akan ditemukan
unsur-unsur riba, masyir dan ghara. Dan selain itu badan usaha ini juga tidak diperkenankan
untuk melakukan berbagai transaksi derivatif seperti halnya lembaga keuangan syariah
lainnya.
Pengertian Koperasi Syariah Menurut Para Ahli
Agar lebih memahami apa itu koperasi syariah, maka kita dapat merujuk pada pendapat
beberapa ahli berikut ini:

1. Menurut Ahmad Ifham


Ahmad Ifham “2010” pengertian koperasi syariah ialah usaha koperasi yang meliputi semua
kegiatan usaha yang halan, baik, bermanfaat, serta menguntungkan dengan sistem bagi hasil
dan tidak mengandung riba.
2. Menurut Soemitra
Menurut Soemitra “2009” arti koperasi syariah adalah suatu lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan sistem bagi hasil, guna menumbuh-kembangkan usaha mikro dan kecil
anggotanya sehingga mampu mengangkat derajat dan martabat serta membela kepentingan
kaum fakir miskin.
3. Menurut Nur S. Buchori
Menurut Nur S. Buchori “2008” pengertian koperasi syariah adalah jenis koperasi yang
mensejahterakan ekonomi para anggotanya sesuai norma dan moral Islam dan berguna
untuk menciptakan persaudaraan dan keadilan yang sesuai dengan prinsip-prinsip
4. Menurut Kementrian Koperasi UKM
Menurut Kementrian Koperasi UKM RI tahun 2009 pasal 1, koperasi syariah adalah suatu
bentuk koperasi yang segala kegiatan usahanya bergerak di bidang pembiayaan, simpanan,
sesuai dengan pola bagi hasil “Syariah” dan investasi.

2. Tujuan Koperasi Syariah


Tujuan koperasi syariah adalah untuk membantu meningkatkan para anggotanya dan juga
kesejahteraan masyarakat secara umum, serta membangun perekonomian Indonesia sesuai
prinsip-prinsip Islam.

3. Fungsi Koperasi Syariah


Jenis koperasi ini memiliki fungsi tertentu yang tidak ditemukan pada jenis koperasi
lainnya, adapun beberapa fungsi koperasi syariah ialah sebagai berikut:
 Membangun dan mengembangkan segala potensi yang ada pada setiap anggotanya
secara khusus, serta meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat secara
umum.
 Memperbaiki atau meningkatkan kualitas sumber daya manusia para anggota agar
lebih amanah, profesional, konsisten dan konsekuen dalam menjalankan prinsip-
prinsip ekonomi dan syarat Islam.
 Berupaya mewujudkan dan meningkatkan perekonomian nasional yang merupakan
usaha bersama berdasarkan azas demokrasi dan kekeluargaan.
 Menjadi sebuah wadah atau mediator yang menghubungkan penyandang dana
dengan pengguna dana sehingga pemanfaatan harta lebih optimal.
 Berusaha untuk memperkuat setiap anggota koperasi sehingga saling bekerjasama
dalam melakukan kontrol terhadap operasional koperasi.
 Membuka dan memperluas lapangan pekerjaan bagi para anggota dan masyarakat
luas.
 Membantu menumbuhkan dan mengembangkan berbagai usaha produktif para
anggota koperasi.
4. Nilai-Nilai Koperasi Syariah
Pemerintah dan swasta, meliputi individu maupun masyarakat, wajib mentransformasikan
nilai-nilai syari‟ah dalam nilai-nilai koperasi, dengan mengadopsi 7 nilai syariah dalam
bisnis yaitu :
1. Shiddiq yang mencerminkan kejujuran, akurasi dan akuntabilitas.
2. Istiqamah yang mencerminkan konsistensi, komitmen dan loyalitas.
3. Tabligh yang mencerminkan transparansi, kontrol, edukatif, dan komunikatif
4. Amanah yang mencerminkan kepercayaan, integritas, reputasi, dan kredibelitas.
5. Fathanah yang mencerminkan etos profesional, kompeten, kreatif, inovatif.
6. Ri‟ayah yang mencerminkan semangat solidaritas, empati, kepedulian, awareness.
7. Mas‟uliyah yang mencerminkan responsibilitas.
5. Prinsip Koperasi Syariah
Dalam menjalankan usahanya, koperasi ini memiliki beberapa prinsip yang sesuai dengan
konsep syariah, adapun beberapa prinsip koperasi syariah ialah sebagai berikut:
 Kekayaan merupakan amanah dari Allah SWT dan tidak bisa dimiliki sepenuhnya
oleh siapapun secara mutlak.
 Setiap manusia berhak dan diberi kebebasan untuk bermu‟amalah selama hal
tersebut sesuai dengan ketentuan syariah.
 Setiap manusia berhak dan diberi kebebasan untuk bermu‟amalah selama hal
tersebut sesuai dengan ketentuan syariah.
 Umat manusia ialah khalifah Allah dan pemakmur di muka bumi ini.
 Menjunjung tinggi keadilan, secara menolak semua yang berhubungan dengan
ribawi dan pemusatan sumber ekonomi pada sekelompok orang.
6. Landasan Koperasi Syariah
Koperasi ini memiliki landasan tertentu dalam melakukan kegiatan usahanya yaitu:
1. Berlandaskan syariah Islam yaitu Al-Quran dan Assunah secara tolong-menolong
“ta‟wun” dan saling menguatkan “takaful”.
2. Berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.
3. Berlandaskan azas kekeluargaan dan kepentingan bersama.
7. Usaha- Usaha Koperasi Syariah
Berikut ini terdapat beberapa usaha-usaha koperasi syariah, terdiri atas:
 Semua kegiatan di dalam koperasi ini merupakan kegiatan usaha yang halal, baik,
bermanfaat dan menguntungkan dengan sistem bagi hasil.
 Koperasi ini harus menjalankan fungsi dan perannya sebagai badan usaha
sebagaimana disebutkan dalam sertifikasi usaha koperasi.
 Setiap usaha yang dijalankan oleh koperasi ini harus mengacu pada fatwa dan
ketentuan Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia.
 Setiap usaha yang dijalankan oleh koperasi ini tidak boleh bertentangan dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia.
Untuk mengembangkan usaha Koperasi Syariah, maka para pengurus harus memiliki
strategi pencarian dana, sumber dana dapat diperoleh dari anggota, pinjaman atau dana-dana
yang bersifat hibah atau sumbangan. Semua jenis sumber dana tersebut dapat di
klasifikasikan sifatnya saja yang komersial, hibah atau sumbangan sekedar titipan saja.
Secara umum, sumber dana koperasi diklasifikasikan sebgai berikut:
1. Simpanan pokok
Simpanan pokok merupakan modal awal anggota yang disetorkan dimana besar simpanan
pokok tersebut sama dan tidak boleh dibedakan antara anggota. Akad syariah simpanan
pokok tersebut masuk katagori akad Musyarakah. Tepatnya syirkah Mufawadhah yakni
sebuah usaha yang didirikan secara bersama-sama dua orang atau lebih, masing-masing
memberikan dana dalam porsi yang sama dan berpartisipasi dalam kerja dengan bobot yang
sama pula.
2. Simpanan wajib
Simpanan wajib masuk dalam katagori modal koperasi sebagaimana simpanan pokok
dimana besar kewajibannya diputuskan berdasarkan hasil Musyawarah anggota serta
penyetorannya dilakukan secara kontinu setiap bulannya sampai seseorang dinyatakan
keluar dari keanggotaan koperasi Syariah.
3. Simpanan sukarela
Simpanan anggota merupakan bentuk investasi dari anggota atau calon anggota yang
memiliki kelebihan dana kemudian menyimpanannya di Koperasi Syariah.

Bentuk simpanan sukarela ini memiliki dua jenis karakter antara lain:
 Karakter pertama bersifat dana titipan yang disebut (Wadi‟ah) dan diambil setiap
saat. Titipan (wadi‟ah) terbagi atas dua macam yaitu titipan (wadi‟ah) Amanah dan
titipan (wadi‟ah) Yad dhomamah.
 Karakter kedua bersifat Investasi, yang memang ditujukan untuk kepentingan usaha
dengan mekanisme bagi hasil (Mudharabah) baik Revenue Sharing, Profit
Sharing maupun profit and loss sharing.
4. Investasi pihak lain
Dalam melakukan operasionalnya lembaga Koperasi syariah sebagaimana Koperasi
konvensional pada ummnya, biasanya selalu membutuhkan suntikan dana segar agar dapat
mengembangkan usahanya secara maksimal, prospek pasar Koperasi syariah teramat besar
sementara simpanan anggotanya masih sedikit dan terbatas.

Oleh karenanya, diharapkan dapat bekerja sama dengan pihak-pihak lain seperti Bank
Syariah maupun program-program pemerintah. Investasi pihak lain ini dapat dilakukan
dengan menggunakan prinsip Mudharabah maupun prinsip Musyarakah.
8. Penyaluran Dana
Sesuai dengan sifat koperasi dan fungsinya, maka sumber dana yang diperoleh haruslah
disalurkan kepada anggota maupun calon anggota. Dengan menggunakan Bagi Hasil
(Mudharabah atau Musyarakah) dan juga dengan jual Beli (Piutang Mudharabah, Piutang
salam, piutang Istishna‟ dan sejenisnya), bahkan ada juga yang bersifat jasa umum,
misalnya pengalihan piutang (Hiwalah), sewa menyewa barang (ijarah) atau pemberian
manfaat berupa pendidikan dan sebagainya.

9. Investasi/Kerjasama
Kerjasama dapat dilakukan dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah. Dalam penyaluran
dana dalam bentuk Mudharabah dan Musyarakah Koperasi syariah berlaku sebagai pemilik
dana (Shahibul maal) sedangkan pengguna dana adalah pengusaha (Mudharib), kerja sama
dapat dilakukan dengan mendanai sebuah usaha yang dinyatakan layak untuk diberi modal.
Contohnya: untuk pendirian klinik, kantin, toserba dan usaha lainnya.

SOAL LATIHAN:

1. Jelaskan pengertian Asuransi dalam islam !


2. Sebutkan hukum asuransi !
3. Sebutkan jenis-jenis bank !
4. Jelaskan tujuan koperasi syariah !
5. Sebutkan prinsip-prinsip koperasi syariah !
Pedoman Penskoran :
Nomor Skor
Soal
1 5
2 5
3 5
4 5
5 5
TOTAL 25

Rumus Nilai :
N = Jumlah skor x

LEMBAR AKTIVITAS PRAKTIK

Instruksi Tugas :
1. Jelaskan pengertian Asuransi, Bank dan Koperasi Syariah!
2. Analisislah mengapa konsep syariah harus di terapkan dalam perekonomian
islam, kemudian buatlah dalam laporan tertulis!

Nama Siswa : ............................

Hasil Analisis

1)
.................................................................................................................................................................................
.
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
2)
.................................................................................................................................................................................
.
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
Kelas : ............................
RUBRIK ASESMEN PRESENTASI HASIL AKTIVITAS PRAKTIK
INSTRUMEN PENILAIAN : PROSES DAN PRODUK
ASPEK BELUM CUKUP KOMPETEN KOMPETEN (8-9) SANGAT
KOMPETEN (0-6) (6-7) KOMPETEN (10)
Hasil Peserta didik (tidak Peserta didik (melakukan Peserta didik Peserta didik mampu
Pencarian melakukan pencarian) tidak mampu mampu mendapat mendapat informasi
Informasi pencarian) tidak mendapat informasi terkait informasi dari salah Asuransi, Bank dan
terkait mampu mendapat pengertian Asuransi, Bank satu pengertian Koperasi Syariah
pengertian informasi terkait dan Koperasi Syariah Asuransi, Bank dan
Asuransi, Bank pengertian Koperasi Syariah
dan Koperasi Asuransi, Bank dan
Syariah Koperasi Syariah
Proses Peserta didik tidak Peserta didik mampu Peserta didik Peserta didik mampu
Presentasi mampu mempresentasikan hasil mampu mempresentasikan hasil
Hasil mempresentasikan observasi mempresentasikan observasi
hasil observasi namun dengan sikap hasil observasi dengan sikap yang
yang kurang baik dengan sikap yang baik dan mampu
baik namun tidak berdiskusi
mampu berdiskusi
LEMBAR
ASESMEN
DIAGNOSTIK

A. Asesmen Non Kognitif


1. Coba amati lingkungan rumahmu saat ini, lalu pilih emoji berikut yang mewakili
perasaanmu.

A B C

2. Berikan pendapatmu tentang bagaimana kondisi lingkungan akan berdampak


pada semangat belajarmu?
3. Apa saja yang dapat kamu lakukan untuk menciptakan kenyamanan lingkungan
belajar di rumah?
4. Apa yang kamu rasakan saat mengunjungi salon kecantikan lalu melihat kondisi
yang tidak nyaman, misalnya dari segi ventilasi ataupun kebersihan
lingkungannya?
5. Apa harapanmu saat kamu mempelajari tentang Fiqih Muamalah: Asuransi, Bank
dan Koperasi syariah?

B. Asesmen Kognitif
Identifikasi
Pertanyaan Kemungkinan jawaban Skor Rencana tindak lanjut
materi yang
akan
diajukan
Peserta didik Jelaskan  Asuransi adalah akad yang  Paham utuh  Pembelajaran dapat
mampu pengertia mewajibkan penanggung  Paham dilakukan pada unit
membedakan n dari menjamin tertanggung sebagian selanjutnya
pengertian Fiqih Fiqih atau menunaikan manfaat  Tidak paham  Mengamati dan
Muamalah: Muamala seperti yang tersebut memberikan
Asuransi, Bank h: dalam pertanggungan pertanyaan
dan Koperasi Asuransi, dengan menyerahkan uang pada saat
syariah Bank dan atau pengganti harta presentasi. Jika
Koperasi benda, pada saat terjadinya peserta didik
syariah peristiwa sebagaimana tidak mampu
yang tertera dalam akad. menjawab maka
 Bank adalah badan usaha guru
yang menghimpun dana memberikan
dari masyarakat dalam pembelajaran
bentuk simpanan dan remedial
menyalurkannya kembali  Mengamati dan
kepada masyarakat dalam memberikan
bentuk kredit dan atau pertanyaan
bentuk-bentuk lainnya pada saat
dalam rangka presentasi. Jika
meningkatkan taraf hidup peserta didik
rakyat banyak tidak mampu
 Koperasi syariah adalah menjawab maka
bentuk koperasi yang
memiliki prinsip, tujuan guru
dan kegiatan usahanya memberikan
berdasarkan syariah Islam, pembelajaran
yaitu Al-Quran dan remedial
Assunah
FIQIH AL-KULLIYATU AL-KHAMSAH (LIMA PRINSIP DASAR HUKUM
ISLAM)
KELAS X

Nama : Mustofa Achmad Nur Huda, S.Pd.I


Asal Sekolah : SMK Negeri 6 Semarang
Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Jumlah Peserta Didik : 34 Orang
Kelas : X (Sepuluh)
Alokasi Waktu : 270 Menit

Judul Elemen Fase : Fiqih


Capaian Pembelajaran :E
: Pada akhir Fase E, peserta didik Menjelaskan pengertian dan macam-
macam al-kulliyatu al-khamsah (lima prinsip dasar hukum Islam) serta
menganalisis implementasinya; menyajikan paparan tentang al-kulliyatu al-
khamsah; sehingga dapat mempengaruhi sikap dalam memecahkan masa‟il
al-diniyah (masalah-masalah keagamaan); dan menumbuhkan sikap
kepekaan sosial di masyarakat.
Profil Pelajar Panasila : Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berakhlak Mulia,
Mandiri, Bernalar Kritis, dan Kreatif.
Model Pembelajaran : Dicovery Learning
Mode Pembelajaran : Daring / Luring
Metode Pembelajaran : Ceramah, tanya jawab, diskusi, presentasi Asesmen non kognitif dan
Bentuk Penilaian Sumber kognitif
Belajar : Buku Paket, Modul, Internet, dll
Alat dan Bahan Media : LCD Projector, Laptop yang telah terinstal Ms. Office LCD Projector,
PPT, Video Pembelajaran, Internet
Pembelajaran Tujuan : Melalui kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran discovery
Pembelajaran learning, peserta didik dapat :
11.1 peserta didik mampu menjelaskan pengertian dan macam-macam al-
kulliyatu al-khamsah (lima prinsip dasar hukum Islam)
11.2 peserta didik mampu menganalisis implementasi pengertian dan
macam-macam al-kulliyatu al-khamsah (lima prinsip dasar hukum
Islam)
11.3 peserta didik mampu menyajikan paparan tentang al-kulliyatu al-
khamsah; sehingga dapat mempengaruhi sikap dalam memecahkan
masa‟il al-diniyah (masalah-masalah keagamaan)
11.4 peserta didik mampu menumbuhkan dan menunjukan sikap kepekaan
sosial di masyarakat

Pertemuan 1 Daring / Luring


D. Kegiatan Pembelajaran
 Kegiatan awal
5. Melakukan salam pembuka, mengecek 30 7. Checking peserta didik untuk 30
kesiapan belajar peserta didik, berdoa, menit memastikan peserta didik yang menit
serta mengecek kehadiran peserta didik datang ke sekolah sudah mematuhi
melalui google form yang dibagikan Protokol Kesehatan dan dalam
melalui WA group kelas kondisi sehat, :
6. Peserta didik mendapatkan arahan dan a. Memakai Masker
petunjuk dari guru tentang b. Cek Suhu
pembelajaran yang akan dilaksanakan c. Cuci Tangan
baik sumber belajar yang digunakan, d. Memakai Hand Sanitizer
media, hingga penugasan (evaluasi
e. Memakai hand glove
pembelajaran) melalui WhatsApp
8. Mempersilakan siswa duduk pada
Group / Zoom Meeting
tempat yang sudah ditentukan dan
7. Peserta didik mendapatkan penjelasan
tidak berpindah- pindah dan
mengenai tujuan pembelajaran serta
berkerumun.
kegiatan yang akan dilakukan selama
9. Membuka kelas dengan salam dan
proses pembelajaran online/ daring
berdoa (Religius), memeriksa
berlangsung
kehadiran peserta didik sebagai
8. Apersepsi : Peserta didik mendapat
penerapan sikap disiplin.
pertanyaan-pertanyaan untuk
10. Meneriakkan Yel-yel SMK bisa
mengingatkan kembali materi
(Nasionalisme, kerjasama)
Motivasi : Peserta didik mendapat motivasi
11. Mengaitkan
mengenai al-kulliyatu al-khamsah (lima
materi/tema/kegiatan pembelajaran
prinsip dasar hukum Islam)
yang akan dilakukan dengan
pengalaman peserta didik,
12. Memberi motivasi tentang apa
yang dapat diperoleh
(tujuan&manfaat) dengan
mempelajari materi al-kulliyatu
al-khamsah (lima prinsip dasar
hukum Islam)
 Kegitan inti 
5. Peserta didik mengakses link Zoom 11.4.1.1.1.1.1.1 Guru menjelaskan garis besar
Meeting dan menggunakan ussername materi siswa menyimak dengan
dan pasword masing-masing yang seksama
dibagikan digroup WhatsApp kelas, 11.4.1.1.1.1.1.2 Guru membagi siswa menjadi
kemudian peserta didik mengamati beberapa kelompok aktif dua sampai
tayangan modul, dan tugas tersebut di tiga orang
rumah peserta didik masing- masing. 11.4.1.1.1.1.1.3 Peserta didik diberikan kesempatan
6. Peserta didik melakukan pengamatan melakukan investigasi secara
dengan cara membaca dan menyimak menyeluruh terhadap materi dengan
dari kajian literatur/media tentang berbagai sumber belajar
fiqih mu’āmalah: asuransi, bank 11.4.1.1.1.1.1.4 Hasil investigasi siswa didiskusikan
dan koperasi syari’ah melalui link bersama teman kelompok
Zoom Meeting (stimulation/ creative/ 11.4.1.1.1.1.1.5 Setiap kelompok menyimpulkan
mengamati) bahasan materi
7. Peserta didik menyampaikan hasil 11.4.1.1.1.1.1.6 Diskusi antar kelompok,tanya
pengamatannya setelah membaca jawab tentang informasi yang di dapat
modul/ materi belajarnya melalui masing masing kelompok
melaui link fresto atau di email guru. 11.4.1.1.1.1.1.7 Menarik kesimpulan hasil diskusi
Peserta didik juga dapat penyampaikan dan di paparkan di depan kelas
pendapatnya
8. Peserta mendapat umpan balik dari
guru melalui WhatsApp Group kelas
 Kegiatan Penutup
5. Peserta didik mempresentasikan hasil 4. Guru bersama peserta didik
jawabannya melalui media WhatsApp mengevaluasi kegiatan belajar
Group kelas (generalization /critical hari ini
thinking, creative/ communication) 5. Guru memberikan apresiasi
6. Guru melakukan koreksi dengan kepada peserta didik atas dedikasi
peserta didik dan menyimpulkan dan semangatnya dalam belajar
pengalaman selama mengikuti 6. Guru mengingatkan peserta didik
pembelajaran tentang al-kulliyatu al- untuk senantiasa menjaga
khamsah (lima prinsip dasar hukum kesehatan dan memakai masker (
Islam) 5 M ) – Protokol Covid
7. Guru Memberikan gambaran umum
materi berupa ppt dari Zoom Meeting
atau sumber yang relevan lainnya yang
akan dibahas pada pertemuan
selanjutnya
8. Peserta didik secara mandiri menjawab
latihan melalui
https://smkn6smg.fresto.top sebagai
evaluasi.
LAMPIRAN

MATERI
A. PENGERTIAN AL-KULLIYATU AL-KHAMSAH

Dianggap salah satu pembahasan yang bersifat permulaan, yang biasanya


dibawakan oleh mantiqiyun adalah kulliyat al-khamsah. Pembahasan kulliyaat al-
khamsah sebenarnya berhubungan dengan Filsafat bukan Mantiq, para filosof
membahasnya dengan rinci dalam masalah mahiyyah (esensi).
Akan tetapi dengan memperhatikan bahwa pembahasan hudud dan ta‟rifat,
bergantung pada pengenalan terhadap kulliyat al-khamsah, maka mantiqiyun menjadikan
pembahasan ini sebagai pendahuluan bagi hudud, dan terkadang kulliyat al-khamsah juga
dinamakan dengan madkhal atau mukaddimah
Kulliyatul khamsah atau Term Universal merupakan salah satu pembahasan dari
lafaz/kata, pembahasan lafaz ini terdiri dari pengertian, pembagian lafaz, dan Kulliyatul
khamsah. Kulliyatul khamsah terdiri dari lima macam. Diantaranya kulli dzati (zat) dan
kulli „irdhi (sifat) yang masing-masingnya mempunyai cabang yaitu kulli dzati terdiri dari
tiga bagian dan kulli „irdhi terdiri dari dua bagian, jadi yang kelima cabang inilah yang
disebut dengan “Kulliyatul khamsah”. Untuk memudahkan dalam memahaminya akan
dijelaskan sebagaimana berikut ini.
Kulliyatul khamsah adalah pengertian-pengertian yang dinyatakan oleh prediket
mengenai subjek atau cara menerangkan sesuatu. Kulliyatul khamsah disebut juga
dengan Term, Term yaitu kata atau susunan kata yang berfungsi sebagai subyek atau
prediket.[2]
Seperti yang disebutkan dalam kitab Assullamul Munauroq yang berbunyi :
)‫اص (السلم المنورق‬ْ ‫ ِج ْنس َوفَصْل ع ََرض نَ ْوع َو َخ‬، ‫اص‬ َ ‫ال ُك ِلّيَّاتُ َخ ْم‬
ْ ‫سة د ُْونَ ا ْنتِ َق‬

“Kulliyat ada lima tanpa dikurangi, yaitu : jinsy, fashl, „arodh, nau‟ dan khosh”.
(Assulamul Munauroq)[3]

Kulliyyat khamsah merupakan unsur-unsur yang merangkai sebuah ta‟rif, atau al-Qaul
al-Syarih. Secara kebahasaan, kulliyat adalah bentuk jamak dari kata kulliy,
sedangkan khamsah artinya lima. Dengan demikian, kulliyat khamsah artinya
ialah kulliy yang lima.
B. Macam-Macam Predicable (al-Kulliyatul Khamsah)
Sebagaimana yang telah dijabarkan diatas tadi bahwa al-kulliyatul khamsah secara
umum terbagi kepada 2 bagian yaitu kulli dzati (zat/substansi) dan kulli ‘irdhi
(sifat/aksidensi). Yang mana masing-masing pembagian itu mempunyai cabangnya
masing-masing, yaitu : kulli dzati terdiri dari tiga bagian yaitu : Jins (genus, jenis), Nau’
(kelas , spesies), Fashl (differentia, sifat pembeda). Kulli ‘irdhi terdiri dari dua bagian
yaitu : khassah (propia/proprium, sifat khusus), ‘Ammah/’Aradhul ‘am (aksidentia,
sifat umum).[4]
Berikut ini penjelasan lebih rinci dari masing- masing bagian:
1. Lafaz kulli dzati (zat/substansi)
Lafaz kulli dzati adalah lafaz yang menunjukkan kepada mahiyah (hakekat) sepenuhnya,
dan kepada nya diajuka pertanyaan ” apa dia”.
a. Jins / jenis (Genus)
Jins atau jenis adalah lafaz kulli yang mempunyai beberapa jenis, substansi-substansi
(hakikat) yang berbeda, dan terdapat persamaan, kulli itu patut digunakan sebagai jawaban
pertanyaan, atau lafaz kulli yang dibawahnya terdapat lafaz-lafaz kulli yang mempunyai
makna yang lebih khusus. Dengan kata lain jenis adalah term yang menyatakan hakikat
suatu barang tetapi sebagian saja, belum melukiskan hakikat yang sempurna.
Contoh : kerbau, kuda, gajah, kera dan burung adalah berbeda tetapi kesemuanya
mempunyai sifat persamaaan yang tidak bisa dilepaskan dari masing-masing nama itu, yaitu
sifat kebinatangan. Jadi kata binatang adalah jenis.
Contoh lain yaitu polowijo, dengan memakai polowijo dapat kita memaksudkan
(dengan perkataan kita) beberapa jenis yang berbeda-beda hakikatnya, yakni : jagung,
kacang, ketela, kedelai dll. Hakekat jagung bukan hakikat dari kacang, hakikat kacanh
berbeda dengan hakikat ketela dsb.[5]
Dalam buku Al-Sullam al-Munauroq terdapat petunjuk bahwa jins (jenis) adalah:
Jauhar, Jism, Nami, hayawan, Nau‟, adalah insan, hindun, zaid, mustafa.

Jenis terbagi kepada 3 bagian :


1. Jenis jauh (‘ali atau ba’id)
Jenis „ali atau ba‟id yaitu jenis yang tidak ada lapisan di atasnya, hanya ada lapisan-lapisan
jenis di bawahnya.
Contoh : jauhar, di atas lafaz kulli jauhar tidak ada lagi jenis, tetapi dibawahnya
terdapat beberapa jenis, yaitu jims, hayawan.
2. Jenis tengahan (wasath/mutawasith)
Jenis wasath/mutawasith atau jenis antara yaitu lafaz kulli yang diatas nya terdapat jenis dan
di bawah nya terdapat jenis.
Contoh : an-nami tubuh (yang berkembang). Di bawah nama ada jenis yaitu hewan, dan di
atasnya ada pula jenis yaitu jisim.
3. Jenis dekat (safil/qorib)
Jenis safil/qorib yaitu lafaz kulli yang tidak ada jenis di bawah nya, tetapi di atas nya
terdapat beberapa jenis. Contoh : hewan, di bawah hewan sudah tidak ada jenis lagi, yang
ada hanyalah “nau‟” yang ada hanyalah manusia, kambing, kerbau, lembu dll.
Kesemuannya itu hanyalah bagian dari hewan (nau‟ minal hayawan).

b. Nau’ (Species)
Nau‟ menurut bahasa adalah macam(jenis).Secara mantiki lafaz kulli yang
mashadaqnya terdiri dari hakekat-hakekat yang sama.[6]
Nau‟/ species adalah lafaz kulli yang mempunyai cakupan terbatas, yaitu afrad yang
bersamaan hakikatnya. Seperti lafaz insane yang mashadaqnya : ali, Mustafa, dan amin.

c. Fashl (differentia/sifat pembeda)


Fashl adalah term yang membedakan satu hakikat dengan hakikat yang lain yang
sama-sama terikat dalam satu jenis.
Contoh: manusia adalah binatang. Binatang adalah jenis, manusia adalah spesia dari
binatang, yang membedakan manusia dari binatang (kuda, kerbau, kucing) adalah sifat
berfikir. Sifat berfikir inilah yang dinamakan dengan fashl/differentia.
Fashl terbagi 2 macam:
1. Fashl qarib.
Fashl qarib adalah ciri yang membedakan sesuatu dari sesuatu yang menyamainya dalam
jenis yang dekat. Contoh: dapat berfikir, adalah fashl qarib bagi manusia yang membedakan
nya dari yang menyamainya dalam satu jenis yaitu hayawan.
2. Fashl ba’id.
Fashl ba‟id adalah ciri yang membedakan sesuatu dari sesuatu yang menyamainya dalam
jenisnya yang jauh (bai‟id) contoh: merasakan (perasaan) adalah fashl ba‟id bagi manusia
yang mebedakan nya dari hewan.
2. Lafaz kulli irdi (sifat/aksidensi)
Lafaz kulli irdi ini terbagi 2 macam yaitu :
a. Irdhi khas (khassah/proprium)
Irdhi khas adalah sifat tambahan yang hanya berlaku satu dzat tertentu atau term yang
menyamakan sifat hakikat dari suatu spesia sebagai akibat dari sifat pembeda yang
dimilikinya.Contoh: sifat pembeda yang dimiliki manusia adalah berfikir.dari sifat berfikir
ini timbul sifat khusus, seperti: kawin, membentuk pemerintah, adanya peradaban, pakaian,
dan mengembangkan kebudayaan.
Irdhi khas (sifat khusus) adalah sifat atau sejumlah sifat yang dimiliki secra khusus
oleh hakekat-hakekat (mahiyah)yang sama.bariyah, bakar, usman, mustafa adalah hakekat-
hakekat mahiyah yang sama.contoh:mampu berbahasa/belajar satu bahasa/beberapa
bahasa. Adalah irdhi khas (sifat khusus) bagi manusia.[7]
b. Irdhi ’am (‘aradhul ‘am/aksidentia)
Irdhi ‟am adalah sifat tambahan yang dapat ditemukan pada beberapa zat atau
golongan. Contoh: sifat melihat pada manusia.meliahat ini juga dimiliki oleh hewan yang
lain.

SOAL LATIHAN:

1. Jelaskan pengertian al-kulliyatu al-khamsah !


2. Sebutkan macam-macam al-kulliyatu al-khamsah !
3. Jelaskan pengertian Lafaz kulli dzati !
4. Lafaz kulli irdi ini terbagi dua macam, Sebutkan!
5. Jelaskan pengertian Irdhi ‟am !

Pedoman Penskoran :
Nomor Skor
Soal
1 5
2 5
3 5
4 5
5 5
TOTAL 25

Rumus Nilai :
N = Jumlah skor x
LEMBAR AKTIVITAS PRAKTIK

Instruksi Tugas :
3. Jelaskan pengertian Asuransi, Bank dan Koperasi Syariah!
4. Analisislah mengapa konsep syariah harus di terapkan dalam perekonomian
islam, kemudian buatlah dalam laporan tertulis!

Nama Siswa : ............................

Hasil Analisis

1)
.................................................................................................................................................................................
.
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
2)
.................................................................................................................................................................................
.
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
..................................................................................................................................................................................
Kelas : ............................
RUBRIK ASESMEN PRESENTASI HASIL AKTIVITAS PRAKTIK
INSTRUMEN PENILAIAN : PROSES DAN PRODUK
ASPEK BELUM CUKUP KOMPETEN KOMPETEN (8-9) SANGAT
KOMPETEN (0-6) (6-7) KOMPETEN (10)
Hasil Peserta didik (tidak Peserta didik (melakukan Peserta didik Peserta didik mampu
Pencarian melakukan pencarian) pencarian) tidak mampu mampu mendapat mendapat informasi
Informasi tidak mampu mendapat mendapat informasi terkait informasi dari salah al-kulliyatu al-
terkait informasi terkait pengertian al-kulliyatu al- satu pengertian al- khamsah
pengertian al- pengertian al-kulliyatu khamsah kulliyatu al-
kulliyatu al- al-khamsah khamsah
khamsah
Proses Peserta didik tidak Peserta didik mampu Peserta didik Peserta didik mampu
Presentasi mampu mempresentasikan hasil mampu mempresentasikan hasil
Hasil mempresentasikan observasi mempresentasikan observasi
hasil observasi namun dengan sikap hasil observasi dengan sikap yang
yang kurang baik dengan sikap yang baik dan mampu
baik namun tidak berdiskusi
mampu berdiskusi
LEMBAR ASESMEN DIAGNOSTIK

C. Asesmen Non Kognitif


1. Coba amati lingkungan rumahmu saat ini, lalu pilih emoji berikut yang mewakili
perasaanmu.

A B C

2. Berikan pendapatmu tentang bagaimana kondisi lingkungan akan berdampak


pada semangat belajarmu?
3. Apa saja yang dapat kamu lakukan untuk menciptakan kenyamanan lingkungan
belajar di rumah?
4. Apa yang kamu rasakan saat mengunjungi salon kecantikan lalu melihat kondisi
yang tidak nyaman, misalnya dari segi ventilasi ataupun kebersihan
lingkungannya?
5. Apa harapanmu saat kamu mempelajari tentang al-kulliyatu al-khamsah?

D. Asesmen Kognitif
Identifikasi
Pertanyaan Kemungkinan jawaban Skor Rencana tindak lanjut
materi yang
akan
diajukan
Peserta didik Jelaskan  Kulliyyat  Paham utuh  Pembelajaran dapat
mampu pengertia khamsah merupakan  Paham dilakukan pada unit
membedakan n dari al- unsur-unsur yang sebagian selanjutnya
pengertian al- kulliyatu merangkai sebuah ta‟rif,  Tidak paham  Mengamati dan
kulliyatu al- al- atau al-Qaul al-Syarih. memberikan
khamsah khamsah Secara pertanyaan
kebahasaan, kulliyat adala pada saat
h bentuk jamak dari presentasi. Jika
kata kulliy, peserta didik
sedangkan khamsah artiny tidak mampu
a lima. Dengan menjawab maka
demikian, kulliyat guru
khamsah artinya memberikan
ialah kulliy yang lima. pembelajaran
remedial
 Mengamati dan
memberikan
pertanyaan
pada saat
presentasi. Jika
peserta didik
tidak mampu
menjawab maka
guru
memberikan
pembelajaran
remedial

Anda mungkin juga menyukai