ANGGOTA :
1. SINTIA WULANDARI
2. ARUM ASDARIA
3. M. NABIL
KATA PENGANTAR
Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami
masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi substansi maupun tata bahasa.
Namun kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami
harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam dan penyempurnaan pada makalah
kami berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.
Kelompok 4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….I
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………………..2
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………3
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………..………...4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
KADERISASI MUHAMMADIYAH
A. Definisi dan Posisi Kader
Kader (Perancis: cadre ) atau les cadres maksudnya adalah anggota inti yang menjadi
bagian terpilih, dalam lingkup dan lingkungan pimpinan serta mendampingi di sekitar
kepemimpinan. Kader bisa berarti pula sebagai jantung suatu organisasi. Jika kader dalam suatu
kepemimpinan lemah,maka seluruh kekuatan kepemimpinan juga akan lemah. Kader berarti pula
pasukan inti. Daya juang pasukan inti ini sangat tergantung dari nilai kadernya yang berkualitas,
berwawasan, militan, dan penuh semangat.
Dalam pengertian lain, kader (Latin: quadrum), berarti empat persegi panjang atau
kerangka. Dengan demikian kader dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang terbaik
karena terpilih, yaitu merupakan tulang punggung (kerangka) dari kelompok yang labih besar
dan terorganisasi secara permanen. Jadi, jelas bahwa orang-orang yang berkualitas itulah yang
terpilih dan berpengalaman dalam berorganisasi, taat asas dan berinisiatif, yang dapat disenut
sebagai kader.
Fungsi dan posisi kader dalam suatu organisasi, termasuk di Persyarikatan, dengan
demikian menjadi sangat penting karena kader dapat dikatakan sebagai inti pergerakan
organisasi. Di samping itu, kader juga merupakan syarat penting bagi berlangsungnya regenerasi
kepemimpinan.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Pembinaan Keislaman
a) Penanaman Nilai-nilai Islam sesuai dengan pandangan Muhammadiyah
b) Pembinaan Keislaman
c) Pembinaan Akhlak
d) Pembinaan mualamah dan duniawiyat
Kader Muhammadiyah yang ideal adalah kader yang memiliki intelektulitas yang dicirikan
dengan nilai – nilai :
1) Fathonah (kecerdasan pikiran sebagai Ulul Albab) dalam berpikir, berwawasan, dan
menghasilkan karya pemikiran.
4) Etos belajar (semangat dan kemauan keras) untuk selalu mengembangkan diri, mencari dan
memperkaya ilmu, serta mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan.
5) Moderat (arif dan mengambil posisi di tengah) dalam bersikap,berpikiran dan bertindak.
Kader Muhammadiyah yang ideal peka terhadap permasalahan sosial umat, yang dapat dicirikan
dengan nilai-nilai sebagai berikut :
Keshalehan (perilaku yang baik) dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat luas.
Kepedulian sosial (ketepanggilan dalam meringankan beban hidup orang lain).
Suka beramal (gemar melaksanakan amal shaleh untuk kemaslahatan hidup).
Keteladanan (menjadi uswah hasanah [teladan yang baik] dalam seluruh hidup dan tindakan).
Tabligh (menyampaikan kebaikan kepada orang lain, komunikatif, dan terampil membangun
jaringan).
Inovatif (menemukan hal-hal baru) dalam mengembangkan kemajuan organisasi.
Berpikiran maju dan membawa Muhammadiyah pada kemajuan di berbagai bidang yang
menjadi misi dan usaha gerakan.