Anda di halaman 1dari 7

OLEH KELOMPOK 4

ANGGOTA :
1. SINTIA WULANDARI
2. ARUM ASDARIA
3. M. NABIL

KELAS : XII TKJ I

SMK MUHAMMADIYAH PANGKALAN BALAI


TAHUN AJARAN 2021-2022

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Puji Syukur Kami Panjatkan atas Kehadirat Tuhan YME yang telah
memberikan kesehatan dan rahmatnya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya. Makalah tentang” Kaderisasi
Muhammadiyah” ini disusun sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas
Kemuhammadiyahan.

Demikian pula kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini kami
masih banyak kekurangan dan kesalahan baik dari segi substansi maupun tata bahasa.
Namun kami tetap berharap agar makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca. Oleh karena itu, kritik dan saran dari penulisan makalah ini sangat kami
harapkan dengan harapan sebagai masukan dalam dan penyempurnaan pada makalah
kami berikutnya. Untuk itu kami ucapkan terima kasih.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pangkalan Balai, 22 Agustus 2022

Kelompok 4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………….I
BAB II LANDASAN TEORI…………………………………………………………..2
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………3
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………..………...4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kader Muhammadiyah adalah tenaga inti penggerak persyarikatan yang


memiliki totalitas jiwa, sikap, pemikiran, wawasan, kepribadian ,dan keahlian
sebagai pelaku atau subjek dakwah Muhammadiyah disegala lapang kehidupan.
Karena itu Kader Muhammadiyah harus senantiasa teruji dan terdidik dalam
keseluruhan dimensi kemanusiaannya itu, sehingga mampu mengembangkan misi
Muhammadiyah kini dan masa mendatang dalam berbagai tantangan zaman.

Muhammadiyah Tidak menunggu Kader-kadernya lahir tanpa diusahakan sejak


KH. Ahmad Dahlan sampai sekarang. Kader Muhammadiyah diusahakan kelahiran
bahwa usaha itu masih belum optimal dan tidak sepenuhnya selalu berhasil.Karena
masih banyak factor yang mempengaruhinya. Usaha Kaderisasi itu dilakukan melalui
3 jalur yakni :

1) Jalur Pendidikan Muhammadiyah, melalui sekolah-sekolah khusus kader seperti


Muallimin, Muallimat, dan Sekolah Muhammadiyah yang bersifat Umum
2) Jalur Informal di Keluarga, dimana para keluarga muhammadiyah yang mendidik
putra-putrinya
3) Program Khusus MPK beserta organisasi-organisasi otonom Muhammadiyah yang
telah berlangsung lama sesuai dengan keberadaan dan kelembagaannya.
BAB II
LANDASAN TEORI

Kaderisasi merupakan bagian penting dalam persyarikatan Muhammadiyah. Upaya ini


harus dilakukan untuk menciptakan para mujahid yang berkualitas di Muhammadiyah. Banyak
cara yang dapat dilakukan dalam pengkaderan, misalnya melalui pendekatan ranah pendidikan.
Kaderisasi bertujuan untuk menciptakan kader-kader terbaik yang mampu meneruskan
estafet perjuangan dakwah Muhammadiyah.

KADERISASI MUHAMMADIYAH
A. Definisi dan Posisi Kader
Kader (Perancis: cadre ) atau les cadres maksudnya adalah anggota inti yang menjadi
bagian terpilih, dalam lingkup dan lingkungan pimpinan serta mendampingi di sekitar
kepemimpinan. Kader bisa berarti pula sebagai jantung suatu organisasi. Jika kader dalam suatu
kepemimpinan lemah,maka seluruh kekuatan kepemimpinan juga akan lemah. Kader berarti pula
pasukan inti. Daya juang pasukan inti ini sangat tergantung dari nilai kadernya yang berkualitas,
berwawasan, militan, dan penuh semangat.
Dalam pengertian lain, kader (Latin: quadrum), berarti empat persegi panjang atau
kerangka. Dengan demikian kader dapat didefinisikan sebagai kelompok manusia yang terbaik
karena terpilih, yaitu merupakan tulang punggung (kerangka) dari kelompok yang labih besar
dan terorganisasi secara permanen. Jadi, jelas bahwa orang-orang yang berkualitas itulah yang
terpilih dan berpengalaman dalam berorganisasi, taat asas dan berinisiatif, yang dapat disenut
sebagai kader.
Fungsi dan posisi kader dalam suatu organisasi, termasuk di Persyarikatan, dengan
demikian menjadi sangat penting karena kader dapat dikatakan sebagai inti pergerakan
organisasi. Di samping itu, kader juga merupakan syarat penting bagi berlangsungnya regenerasi
kepemimpinan.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Arah Kaderisasi Muhammadiyah


Perkaderan Muhammadiyah menjadi upaya penanaman nilai, sikap dan cara berpikir,
serta peningkatan kompetensi dan integritas terutama aspek, kualitas kepemimpinan ilmu
pengetahuan dan wawasan beberapa hal merupakan arah yang dituju proses perkaderan di
Muhammadiyah.

1. Pembinaan Keislaman
a) Penanaman Nilai-nilai Islam sesuai dengan pandangan Muhammadiyah
b) Pembinaan Keislaman
c) Pembinaan Akhlak
d) Pembinaan mualamah dan duniawiyat

2. Pembinaan Jiwa Persyarikatan


a) Pemahaman Sejarah dan dinamika gerakan pembaharuan dan pemikiran islam dalam
konteks memahami muhammadiyah dalam gerakan Islam
b) Meneguhkan ideology gerakan Muhammadiyah.
c) Penguatan etika dan kultur bermuhammadiyah.
d) Penguasaan strategi perjuangan Muhammadiyah.

3. Pembinaan keilmuan dan kewawasan.


a) Pengembangan penguasaan metodelogi keilmuaan dan berpikir ilmiah.
b) Penguasaan disiplin ilmu dan aplikasi teknologi sesuai bidang keahlian masing-masing.
c) Pengembangan wawasan kemasyarakatan, kebangsaan dan berkenegaraan.
d) Pemahaman dinamika dan petah perjuangan umat Islam.

4. Pembinaan Kepemimpinan dan Manajemen.


a) Kemampuan leader ship.
b) Pemahaman kemampuan manajemen organisasi.
c) Penguasann manajemen gerakan, manajemen ide, kemampuan advokasi dan kemampuan
pengambilan keputusan/kebijakan.

5. Pembinaan penguasaan keterampilan, informasi dan keilmuan.


a) Pengembangan potensi diri kader sesuai minat dan bakatnya.
b) Pengembangan kecakapan/keahlian dan profesi tertentu.
c) Pengembangan kemampuan penguasaan dan pemanfaatan teknologi informasi.

B. Profil Kader Muhammadiyah


Kader Muhammadiyah adalah tenaga inti penggerak persyarikatan yang memiliki
totalitas jiwa, sikap, pemikiran, wawasan, kepribadian, dan keahlian sebagai pelaku atau subyek
dakwah Muhammadiyah di segala lapangan kehidupan.
Profil kader Muhammadiyah yang ideal minimal memiliki 4 (empat) kompetensi yaitu :
(1) Kompetensi keberagamaan
(2) Kompetensi akademis dan istelektual
(3).Kompetensi sosial kemanusiaan dan kepeloporan
(4) Kompetensi keorganisasian dan kepemimpinan
1. Kompetensi keberagamaan
Kader Muhammadiyah membekali diri dengan pemahaman keagamaan yang lebih baik,
dengan ciri-ciri sebagai berikut :
 Kemurnian aqidah (keyakinan berbasis tauhid yang bersumber pada ajaran Al-Qur’an
dan Sunnah Nabi yang shahih dan maqbullah) yang membentuk keshalehan dalam
kehidupan.
 Ketaatan beribadah (senantiasa menjalankan ibadah mahdhah, baik yang wajib maupun
yang sunnat tathawwu’ sesuai tuntunan Rasulullah) yang tahsinah (kemanfaatan dan
fungsi) dari ibadah itu terpantul dalam kehidupan sehari-hari.
 Keiklasan (melakukan sesuatu semata-mata karena Allah SWT) dalam hidup dan
berjuang menegakkan ajaran Islam melalui Muhammadiyah.
 Shiddiq (jujur dan dapat dipercaya) dalam hati, kata, dan tindakan.
 Amanah (komitmen dan tanggung jawab moral yang tinggi) dalam mengemban tugas
organisasi.
 Berjiwa gerakan (semangat untuk aktif dalam Muhammadiyah sebagai panggilan jihad
di jalan Allah)

2. Kompetensi akademis dan intelektual.

Kader Muhammadiyah yang ideal adalah kader yang memiliki intelektulitas yang dicirikan
dengan nilai – nilai :

1) Fathonah (kecerdasan pikiran sebagai Ulul Albab) dalam berpikir, berwawasan, dan
menghasilkan karya pemikiran.

2) Tajdid (pembaruan dan berpikiran maju) dalam mengembangkan kehidupan dan


menggerakkan Persyarikatan sesuai jiwa ajaran Islam.

3) Istiqamah (konsisten) dalam lisan, pikiran, dan tindakan.

4) Etos belajar (semangat dan kemauan keras) untuk selalu mengembangkan diri, mencari dan
memperkaya ilmu, serta mengamalkan ilmu pengetahuan dalam kehidupan.

5) Moderat (arif dan mengambil posisi di tengah) dalam bersikap,berpikiran dan bertindak.

C. Kompetensi social kemanusiaan dan kepeloporan.

Kader Muhammadiyah yang ideal peka terhadap permasalahan sosial umat, yang dapat dicirikan
dengan nilai-nilai sebagai berikut :

Keshalehan (perilaku yang baik) dalam kehidupan pribadi, keluarga dan masyarakat luas.
Kepedulian sosial (ketepanggilan dalam meringankan beban hidup orang lain).
Suka beramal (gemar melaksanakan amal shaleh untuk kemaslahatan hidup).
Keteladanan (menjadi uswah hasanah [teladan yang baik] dalam seluruh hidup dan tindakan).
Tabligh (menyampaikan kebaikan kepada orang lain, komunikatif, dan terampil membangun
jaringan).
Inovatif (menemukan hal-hal baru) dalam mengembangkan kemajuan organisasi.
Berpikiran maju dan membawa Muhammadiyah pada kemajuan di berbagai bidang yang
menjadi misi dan usaha gerakan.

Anda mungkin juga menyukai