LP Fraktur Femur
LP Fraktur Femur
PENDAHULUAN
1.1 Definisi
Menurut Hastriati, 2019 memberi penjelasan bahwa fraktur tulang ialah suatu
kondisi dimana terputusnya kontinuitas struktur dari tulang sehingga menyebabkan
hilangnya integritas atau keutuhan dari tulang tersebut. Hal ini dikarenakan oleh
trauma akibat dari paparan stress fisik yang melebihi ambang batas absorbs dari
tulang tersebut yang seperti pukulan, benturan dengan benda tumpul, meremuk,
kontaksi otot ekstern dan kesalahan saat gerak reflek tubuh yang terlalu mendadak.
Selain itu, faktor resiko terjadinya fraktur dapat berupa penyakit degeneratif seperti
osteoporosis dan keadaan patologis lainnya (Ramadhani, 2019)
Secara umum fraktur terbagi berdasarkan hubungan tulang dengan jaringan
sekitarnya yang meliputi fraktur terbuka maupun tertutup. Selain itu untuk
menentukan cara penatalaksanaannya, fraktur juga dibagi berdasarkan lokasi dimana
bagian tubuh yang terdampak salah satunya yang sering terjadi yaitu fraktur
ekstermitas bawah yang meliputi femur, tibia serta fibula (Ramadhani, 2019).
Berdasarkan hal tersebut fraktur ekstermitas bawah menduduki angka kejadian
fraktur tertinggi yang dijumpai dibidang orthopedi dengan prosentase sebanyak
46,2% (Martiana, 2019).
1.2 Epidemiologi
Berdasarkan data di dalam penelitian (Humaryanto, 2019), angka terjadinya
fraktur yang diakibatkan oleh kecelakaan lalu lintas dengan presentase sebanyak 1,3
juta kasus dari penyebab kematian di dunia dengan fraktur ekstremitas bawah
merupakan prevalensi paling tinggi dari kejadian fraktur tersebut yaitu sebanyak
46,2%. Provinsi Bali merupakan daerah yang terus menerus mengalami peningkatan
kecelakaan lalu lintas sepanjang tahun 2009 sampai dengan tahun 2011, kasus fraktur
femur merupakan yang paling tinggi angka kejadiannya dengan presentase sebanyak
39% kemudian fraktur humerus dengan presentase sebanyak 15%, disusul dengan
fraktur tibia dan fibula sebanyak 11% (Desiartama, 2017).
1.3 Etiologi
Fraktur diakibatkan oleh adanya trauma/cedera fisik maupun kondisi patologis
lainnya yang dapat memicu terjadinya kecacatan hingga kematian pada individu yang
terdampak. Penyebab trauma fisik pada pasien fraktur dapat dikelopokkan sebagai
kecelakaan lalu lintas (37,5%) dan kecelakaan non lalu lintas (62,5%). Penyebab
fraktur dari kecelakaan non lalu lintas dapat berupa tusukan benda tajam, pukulan
benda tumpul, kecelakaan kerja, kecelakaan olahraga, terjatuh dan kecelakaan rumah
tangga lainnya. Selain itu penyebab degeneratif atau patologis pada pasien fraktur
yang paling sering terjadi adalah osteoporosis. Berikut merupakan klasifikasi frakur
berdasarkan penyebabnya:
1. Trauma Langsung
Trauma terjadi secara langsung pada tulang mengenai kaki seperti
pukulan, benturan, dll
2. Trauma Tidak Langsung
Misalnya peristiwa jatuh ketika kaki pada keadaan ekstensi
3. Kekerasan akibat trauma otot
Beberapa kejadian yang menyebabkan pemuntiran, penekukan dan
penekanan.
4. Trauma Patologis
Secara patologis merupakan suatu kerusakan tulang yang terjadi akibat
proses penyakit dimana dengan trauma dapat mengakibatkan fraktur, hal
ini dapat terjadi pada berbagai keadaan(Ramadhani, 2019
1.4 Klasifikasi
Menurut Smeltzer (2013), fraktur dibagi menjadi beberapa tipe, antara lain:
a. Fraktur Komplet
Fraktur komplet merupakan patah diseluruh penampang lintang tulang
yang sering kali tergeser.
b. Inkomplet (Fraktur greenstick)
Fraktur Inkomplet merupakan patah yang terjadi hanya pada sebagain dari
penampang lintang tulang.
c. Fraktur Remuk (comminuted)
Fraktur Remuk merupakan patah dengan beberapa fragmen tulang.
d. Fraktur Tertutup
Fraktur Tertutup merupakan fraktur sederhana dan tidak menyebabkan
infeksi
e. Fraktur Terbuka
Fraktur Terbuka atau fraktur campuran/kompleks merupakan patah dengan
luka pada kulit atau membran mukosa meluas ke tulang yang fraktur.
Fraktur terbuka dikelasifikasikan menjadi tiga derajat, yaitu:
1) Derajat I: Luka bersih, panjang < 1 cm
2) Derajat II: Luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang luas
3) Derajat III: Luka sangat terkontaminasi dan menyebabkan kerusakan
jaringan lunak yang luas (tipe paling berat).
1.5 Patofisiologis
Pada kejadian fraktur atau patah tulang, terdapat cedera pada periosteum,dan
pembuluh darah di bagian korteks, sumsum tulang dan jaringan lunak di dekatnya.
Keadaan tersebut merupakan indikasi pembedahan karena dapat mengakibatkan syok
hipovolemik. Perdarahan yang terakumulasi menimbulkan pembengkakan jaringan
sekitar daerah cidera yang apabila ditekan atau digerakkan dapat timbul rasa nyeri
yang hebat sehingga mengakibatkan syok neurogenik (Arafah dan Martiana, 2019).
Sedangkan kerusakan pada sistem persarafan akan menimbulkan kehilangan
sensasi yang dapat berakibat paralysis yang menetap pada fraktur hingga terjadi
keterbatasan gerak pada area yang terdampak. Akibat patah tulang tersebut
perdarahan dapat terjadi pada jaringan disekitar area cedera sehingga menyebabkan
kerusakan (Arafah dan Martiana, 2019). Sel darah putih dan sel mast akan
terakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke tempat tersebut.
Fagositosis dan pembersihan sel – sel mati dimulai. Pada area yang patah terdapat
fibrin hematoma fraktur dan berfungsi sebagai jala – jala untuk pembentukan sel – sel
baru yang disebut callus. Bekuan fibrin di reabsorbsi dan sel – sel tulang baru
mengalami remodeling untuk membentuk tulang sejati (Arafah dan Martiana, 2019).
Tulang bersifat rapuh namun memiliki kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan. Tapi apabila tekanan eksternl yang datang lebih besar dari yang dapat
diseraptulang maka terjadilah trauma pada tulang yang mengakibatkan usak hingga
terputusnya kontinuitas tulang. Setelah terjadi fraktur,maka terjadilah kerusakan
periosteum dan pembuluh darah serta saraf daam korteks dan jaringan lunak yang
membungkus tulang. Akibat dari perdarahan maka terjadilah hematoma di rogga
medulla tulang. Jaringan tulang segera berdekaan ke bagian tulang yang patah.
Jaringan yang mengalami nekrosis menstimulasi terjadinya respon inflamasi yang
ditandai dengan vasodilatasi , eksudasi plasma dan leukosit, dan infiltrasi sel darah
putih. Kejadian inilah yang merupakan dasar dari proses penyembuhan tulang
(Arafah dan Martiana, 2019).
Trauma tidak
Trauma Langsung Trauma Patologis
Langsung
Fraktur
Kerusakan
Kerusakan Pergeseran Nyeri
integritas Laserasi Kulit Spasme otot
fragmen tulang fragmen tulang Akut
Kulit
Penekanan
hipovolemia Edema
pembuluh darah
BAB 3. KOSNSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pre-Operasi
a. Nyeri akut b.d pergeseran fragmen tulang
b. Hipovolemia b.d terputusnya vena/arteri
c. Perfusi perifer tidak efektif b.d trombosis arteri
d. Kerusakan integritas kulit b.d trauma
e. Ansietas b.d persiapan operasi
2. Post-Operasi
a. Nyeri akut b.d pergeseran fragmen tulang
b. Gangguan mobilitas fisik b.d imobilisasi area fraktur
c. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh
d. Defisiensi pengetahuan b.d ketidaktahuan terkait perawatan post
3.3 Intervensi keperawatan
1. Pre Operasi
Edukasi :
1. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
2. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Hipovolemia b.d Setelah dilakukan Manajemen Perdarahan
terputusnya tindakan keperawatan (I.02040)
vena/arteri 1x24 jam keutuhan O :
(D.0023) kulit dermis/epidermis - Monitor terjadinya
dan jaringan otot perdarahan (sifat dan
tendon meningkat jumlah)
dengan kriteria hasil: - Monitor nilai hb dan
-Elastisitas kulit hematocrit sebelum dan
meningkat setelah kehilangan darah
- Perfusi jaringan - Monitor tekanan darah dan
meningkat premeter hemodinamik
- Perdarahan menurun -Monitor intake dan output
- Kerusakan jaringan cairan
menurun T:
- Berikan kompres dingin,
jika perlu
- Lakukan penekanan/balut
tekan
- Pertahankan akses IV
E:
-Anjurkan membatasi
aktivitas
- Anjurkan melapor jika ada
tanda-tanda perdarahan
K:
-Pemberian tranfusi darah,
jika perlu
Balut Tekan (I.02028)
O:
-Monitor perban untuk
memantau drainase luka
- Monitor jumlah dan warna
cairan drainase dari luka
T:
-Pasang sarung tangan
- Tutup luka dengan kassa
tebal
- Fiksasi kassa dengan
plester setelah perdarahan
berhenti
E:
-Jelaskan tujuan dan
prosedur balut tekan
- Anjurkan membatasi gerak
pada area yang cedera
-
:3. Perfusi perifer Setelah dilakukan Perawatan sirkulasi
tidak efktif b.d tindakan keperawatan (I.02079)
trombosis arteri 2x24 jam tingkat O:
(D.0009) keparahan dari cidera -Periksa sirkulasi perifer
dapat menurun dengan secara menyeluruh (pulsasi
kriteria hasil: perifer,edema, pengisian
-Toleransi aktivitas kapiler)
meningkat - Monitor ekstermitas yang
-Ketegangan otot panas, kemerahan, nyeri
menurun atau bengkak
- Fraktur menurun T:
-Gangguan mobilitas -Hindari memasang infus
menurun dan mengambil darah pada
area yang cidera
- Hindari pengukuran
tekanan darah pada
ekstermitas dengan
keterbatasan perfusi
- Lakukan pencegahan
infeksi
- Lakukan perawatan kaki
E:
-Anjurkan minum obat
pengontrol tekanan darah.
Jika perlu
-
2. Post Operasi
Edukasi :
3. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
2. Gangguan Setelah dilakukannya Pengaturan posisi (I.01019)
mobilitas fisik b.d asuhan keperawatan 1. Monitor status
imobilisasi area diharapkan gangguan oksigenasi sebelum dan
fraktur (D.0054) mobilitas pasien sesudah mengubah posisi
menurun dengan 2. Monitor alat traksi agar
kriteria hasil: selalu tetap
Mobilitas fisik 3. Tempatkan pada posisi
(L.05042) terapeutik
1. Pergerakan 4. Atur posisi tidur yang
ekstremitas yang disukai
tidak terdampak 5. Tinggikan tempat tidur
fraktur meningkat bagian kepala
2. Kekuatan otot Perawatan tirah baring (I.
meningkat 14572)
3. Rentang gerak 1. Monitor kondisi kulit
(ROM) meningkat 2. Posisikan senyaman
4. Kaku sendi menurun mungkin
3. Pertahankan seprai tetap
kering, bersih, dan tidak
kusut
4. Berikan latihan gerak
aktfi dan pasif
5. Pertahankan kebersihan
pasien
3. Gangguan citra Setelah dilakukan Manajemen stress
tubuh b.d tindakan keperawatan (I.09293)
perubahan fungsi 2x24 jam persepsi O:
tubuh (D.0083) tentang penampilan, -Identifikasi tingkat stress
struktur dan fungsi fisik - Identifikasi stressor
meningkat dengan T:
kriteria hasil: -Lakukan manajemen
-Verbalisasi perasaan pengendalian marah, jika
negative menurun perlu
-Verbalisasi - Bicarakan perasaan marah
kekhawatiran pada - Berikan kesempatan untuk
penolakan/reaksi orang menenangkan diri
lain menurun - Berikan waktu istirahat
- dan tidur yang cukup
E:
Abjurkan mengatur waktu
untuk mengurangi kejadian
stress
- Anjurkan mengendalikan
tuntutan orang lain dengan
negosiasi
- Anjurkan teknik dalam
menurunkan stress (latihan
pernafasan, relaksasi
progresif)
1 Perawatan evaluasi
2 Modifikasi diet
a. Karbohidrat :
tinggi
b. Lemak :
4) Lemak tidak jenuh ganda <10% selebihnya dari lemak tidak jenuh
tunggal
5) Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak
mengandung lemak jenuh dan lemak trans, seperti daging berlemak
c. Protein :
2) Sumber protein yang baik ialah seafood, daging tanpa lemak, ayam
tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang – kacangan, tahu
dan tempe
DAFTAR PUSTAKA
Arafah, M. dan Martiana. 2019. Fraktur Tibial Plateau Posterior ; Klaifikasi Three
Column Concept dan Tantangan Approach Operasi. Jurnal Saintika
Medika. 15(1): 41 – 49.
Desiartama, A., I.G.N.W.Aryana. 2017. Gambaran Karakteristik Pasien Fraktur
Femur Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Pada Orang Dewasa Di Rumah
Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar Tahun 2013. E-Jurnal Medika. 6(5):
1 – 4.
Humaryanto., O, Firmansyah. 2019. Pengaruh Faktor Status Sosioekonomi Terhadap
Pemilihan Penanganan Pasien Patah Tulang Tertutup Komplit di RSUD
Raden Matteher Jambi. JMJ . 7(2): 215 – 224.
Hastriati, A.Y. 2019. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Cara Perawatan Pasien
Fraktur Di RSUD Arifin Achmad. Jurnal Keperawatan Abdurrab. 3(1): 25
– 33.
Ramadhani, R.P., N. Romadhona., M.A. Djojosugito., Dyana., D. Rukanta. 2019.
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains. 1(1): 32 – 35.
Sembiring, S. 2018. Diagnosis Diferensial Nyeri Otot. Medan : Samuel Karta
Smeltzer., dan Bare. 2013. Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah Bruner dan
Suddarth Edisi 8. Jakarta : EGC.
Wahyuningsih, S. P., dan Kusmiyati Y. 2017. Buku ajar Kebidanan Anatomi
Fisiologi. Jakarta : BPPSDM Kemenkes RI