Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN DAN ANALISIS JURNAL

KEPERAWATAN JIWA TENTANG KDRT


(KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA)

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II


Dosen : Hj.Ns.Rosmiati, S.Kep.,M.Pd

Disusun Oleh : Kelompok 3


1. Amelia Puspita Sukmana (2003277051)
2. Dede Suhendi (2003277057)
3. Elia Mahamanah (2003277060)
4. Muhammad Fikri Robbani (2003277074)
5. Reval Al Attaya (2003277081)
6. Silvia Yusantari (2003277087)
7. Susi Susilawati (2003277089)
8. Yusrival Fauzan Connery (2003277096)

S1 Keperawatan/3B

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


STIKes MUHAMMADIYAH CIAMIS
Jl.KH. Ahmad Dahlan No.20 Ciamis
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, Inayah,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini.
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah keperawatan
jiwa II . Makalah ini berisikan tentang ” KDRT”.

Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua. Kami
menyadari, sebagai seorang mahasiswa yang pengetahuannya belum seberapa dan masih
banyak belajar dalam membuat makalah. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan adanya
kritik dan saran yang positif agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna. Harapan
kami, mudah-mudahan makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Demikian
yang dapat kami sampaikan, apabila ada kesalahan atau kekurangan kami mohon maaf.

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................2
DAFTAR ISI........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN................................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................................5
BAB II..................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Pengertian................................................................................................................................6
B. Bentuk-Bentuk KDRT.............................................................................................................6
C. Karakteristik Kekerasan Dalam Keluarga............................................................................7
D. Faktor Presdiposisi..................................................................................................................8
E. Etiologi......................................................................................................................................9
F. Strategi Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga.......................................................9
G. Peran Perawat....................................................................................................................10
H. Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa Pada Korban Kekerasan dalam Rumah Tangga
(KDRT)...........................................................................................................................................11
A. Pengkajian..........................................................................................................................11
B. Diagnosa keperawatan.......................................................................................................14
C. Intervensi keperawatan.....................................................................................................14
I. Analisis Jurnal.......................................................................................................................20
BAB III...............................................................................................................................................24
PENUTUP..........................................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................25
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan kebudayaan masyarakat, membawa banyak perubahan dalam
segala segi kehidupan manusia. Setiap perubahan situasi kehidupan individu baik
yang sifatnya positif ataupun yang negative dapat mempengaruhi keseimbangan fisik,
mental, dan sosial. Manusia selalu berusaha untuk mempertahankan keseimbangan
agar selalu sehatbaik fisik, mental ataupun sosial. Manusia sebagai makhluk biologi-
psikologi-sosial-cultural mempunyai sejumlah kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
dan apabila mengalami kegagalan dalam mendapatakan keutuhan tersebut, maka akan
terjadi ketidakseimbangan (Stuart and Sunnden, 1991).

Salah satu tanda dan gejala gangguan jiwa adalah ungkapan marah yang mal
adaptif yang dilakukan seseorang karena gagal dalam beradaptasi dan tidak punya
mekanisme penanganan yang adekuat. Ungkapan marah yang mal adaptif, salah
satunya adalah agresif, yang akan membahyakan karena dapat tibul dorongan untuk
bertindak baik secara konstruktif maupun destruktif dan masih terkontrol. Pasien
dengan marah agresif akan bersifat menentang, suka membantah, bersikap kasar,
kecenderungan menuntut secara terus-menerus, bertingkah laku kasar disertai
kekerasan (Stuart and Sunen,1991).

Permasalahan yang dihadapi dalam perawatan pasien dengan marah agresif


adalah sikap pasien yang tidak kooperatif, membahayakan dirinya sendiri dan
lingkungan serta masalah pasien yang dapat menimbulkan dorongan agresifnya.

Umumnya klien dengan perilaku kekerasan dibawa dengan paksa ke rumah


sakit jiwa. Seirng tampak klien diikat secara tidak manusiawi disertai bentakan dan
“pengawalan” oleh sejumlah anggota keluarga bahkan polisis. Perulaku kekerasan
seperti memukul anggota keluarga/orang lain, merusak alat rumah tangga dan marah-
amarah merupakan alas an utama yang paling banyak dikemukakan oleh keluarga.
Penanganan yang dilakukan oleh keluarga belum memadai sehingga selama
perawatan klien setidaknya sekeluarga mendapat pendidikan kesehatan tentang cara
merawat klien (manajemen perilaku kekerasan). Asuhan keperawatan yng diberikan
di rmah sakit jiwa terhadap perilaku kekerasan perlu ditingkatkan serta dengan
perawatan intensif di rumah sakit umum. Asuhan keperawatan perilaku kekerasan
(MPK) yaitu asuhan keperawatan yang bertujuan melatih klien mengontrol perilaku
kekerasannya dan pendidikan kesehatan tentang MPK pada keluarga. Seluruh asuahan
keperawatan ini dapat dituangkan menjadi pendekatan proses keperawatan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)?
2. Apa saja bentuk-bentuk darikekerasan dalam rumah tangga?
3. Bagaimana karakteristik kekerasan dalam keluarga?
4. Apa saja faktor predisposisi kekerasan dalam rumah tangga?
5. Bagaimana etiologi kekerasan dalam rumah tangga?
6. Bagaimana strategi pencegahan kekerasan dalam rumah tangga?
7. Bagaimana asuhan keperawatan gangguan jiwa pada korban kekerasan dalam
rumah tangga?
8. Bagaimana analisis jurnal keperawatan tentang kekerasan dalam rumah tangga?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).
2. Untuk mengetahui bentuk-bentuk darikekerasan dalam rumah tangga.
3. Untuk mengetahui karakteristik kekerasan dalam keluarga.
4. Untuk mengetahui faktor predisposisi kekerasan dalam rumah tangga.
5. Untuk mengetahui etiologi kekerasan dalam rumah tangga.
6. Untuk mengetahui strategi pencegahan kekerasan dalam rumah tangga.
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan gangguan jiwa pada korban kekerasan
dalam rumah tangga.
8. Untuk mengetahui analisis jurnal keperawatan tentang kekerasan dalam rumah
tangga.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Perilaku kekerasan dalam keluarga adalah suatu keadaan dimana sesorang
melakukan tindakan yang dapat menyebabkan perasaan kesal atau marah yang tidak
konstruktif.

Undang-undang PKDRT ini menyebutkan bahwa Kekerasan dalam Rumah


Tangga adalah setiap perbuatan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk anacman untuk melakukan perbuatan,
pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga (Pasal 1 ayat 1).

Kekerasan dalam keluarga mencakup penganiayaan fisik, emosional dan


seksual pada anak-anak pengabaian anak, pemukulan pasangan, pemerkosaan
terhadap suami atau istri dan penganiayaan lansia. Perilaku penganiayaan dan perilaku
kekerasan yang tidak akan dapat diterima bila dilakukan orang yang tidak dikenal
sering kali di toleransi selama bertahun-tahun dalam keluarga. Dalam kekerasan
keluarga, keluarga yang normalnya merupakan tempat yang aman dan anggotanya
merasa dicintai dan terlindungi, dapat menjadi tempat paling berbahaya bagi korban.

B. Bentuk-Bentuk KDRT
1. Kekerasan fisik
Kekerasan fisik adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit
atau luka berat.
2. Kekerasan psikis
Kekerasan psikis adalah perbuatan yang mengakibatkan ketakutan, hilangnya
rasa percaya diri, hilangnya kemampuan untuk bertindak, rasa tidak berdaya,
dan/atau penderitaan psikis berat pada seseorang.
3. Kekerasan seksual
Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan
seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak
disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial
dan/atau tujuan tertentu.
4. Penelantaran Rumah Tangga
Penelantaran rumah tangga adalah seseorang yang menelantarkan orang
dalam lingkup rumah tangganya, padahal menurut hokum yang berlaku baginya
atau karena persetujuan atau perjamjian ia wajib memberikan kehidupan,
perawatan, atau pemeliharaan kepada orang tersebut. Selain itu penelantaran juga
berlaku bagi setiap orang yang mengakibatkan kergantungan ekonomi dengan
cara membatasi atau melarang untuk bekerja yang layak di dalam atau di luar
rumah tangga sehingga korban berada di bawah kebdali orang tersebut.

C. Karakteristik Kekerasan Dalam Keluarga


1. Isolasi sosial
Anggota keluarga merahasiakan kekerasan dan sering kali tidak mengundang
orang lain datang ke rumah mereka atau tidak mengatakan kepada orang lain apa
yang terjadi. Anak dan wanita yang mengalami penganiayaan sering kali diancam
oleh penganiaya bahwa mereka akan lebih disakiti jika mengungkapkan rahasia
tersebut. Anak-anak mungkin diancam bahwa ibu, saudara kandung atau hewan
peliharaan mereka akan dibunuh jika orang diluar keluarga mengetahui
penganiayaan tersebut. Mereka ditakuti agar mereka menyimpan rahasia atau
mencegah orang lain mencampuri “urusan keluarga yang pribadi”.
2. Kekerasan dan control
Anggota keluarga yang mengalami penganiayaan hampir selalu berada dalam
posisi berkuasa dan memiliki kendali terhadap korban, baik korban adalah anak,
pasangan, atau lansia. Penganiaya bukan hanya menggunakan kekuatan fisik
terhadap korban, tetapi juga kontrol ekonomi dan sosial. Penganiaya sering kali
adalah satu-satunya anggota keluarga yang membuat keputusan, mengeluarkan
uang, atau diijinkan untuk meluangkan waktu diluar rumah dengan orang lain.
Penganiaya melakukan penganiayaan emosional dengan meremehkan atau
menyalahkan korban dan sering mengancam korban. Setiap indikasi kemandirian
atau ketidakpatuhan anggota keluarga, baik yang nyata atau dibayangkan,
biasnaya menyebabkan peningkatan perilaku kekerasaan (Singet at al, 1995).
3. Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan yang lain
Ada hubungan antara penyalahgunaan zat, alkohol, dengan kekerasan dalam
keluarga. Hal ini tidak menunjukkan sebab dan akibat-akibat tidak menyebabkan
individu menjadi penganiaya sebalik, penganiaya juga cenderung menggunakan
alcohol atau obat-obatan lain. 50-90% pria yang memukul pasangannya dalam
rumah tangga juga memiliki riwayat penyalahgunaan zat. Jumlah wanita yang
mengalami penganiayaan dan mencari pelarian dengan menggunakan alkohol
mencapai 50%.
4. Proses transmisi antargenerasi
Berarti bahwa pola perilaku kekerasan diteruskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya melalui model peran dan pembelajaran sosial. Transmisi
antargenerasi menunjukkan bahwa kekerasan dalam rumah tangga merupakan
suatu pola yang dipelajari. Misalnya, anak-anak yang menyaksikan kekerasan
dalam keluarga akan belajar dari melihat orang tua mereka bahwa kekerasan ialah
cara menyelesaikan konflik dan bagian integral dalam suatu hubungan dekat.
Akan tetapi tidak semua orang menyaksikan kekerasan dalam keluarga menjadi
penganiaya tau pelaku kekerasan ketika dewasa sehingga faktor tunggal ini saja
tidak menjelaskan perilaku kekerasan yang terus ada.

D. Faktor Presdiposisi
1. Faktor Psikologis
Psychoanalytical Theory : Teori ini mendukung bahwa perilaku agresif
merupakan akibat dari instinctual drives. Freud berpendapat bahwa perilaku
manusia di pengaruhi oleh dua insting. Pertama insting hidup yang dapat di
ekspresikan dengan seksualitas; dan kedua, insting kematian yang diekspesikan
dengan agresivitas.
Frustration aggression theory : teori yang dikembangkan oleh Freud ini
berawal dari asumsi, bahwa bila usaha seseorang untuk mencapai suatu tujuan
mengalami hambatan makan akan timbul dorongan agresif yang pada gilirannya
akan memotivasi perilaku yang dirancang untuk melukai orang lain atau objek
yang menyebabkan frustasi. Jadi hampir semua orang melakukan tindakan agresif
mempunyai perilaku agresif.
2. Faktor Sosial Budaya
Sosial kultural dapat mempengaruhi perilaku kekerasan. Adanya norma dapat
membantu mendefinisikan ekspresi agresif mana yang dapat diterima atau tidak
dapat diterima. Sehingga dapat membantu individu untuk mengekspresikan
marah dengan cara asertif.
3. Faktor presipitasi
Secara umum, seseorang akan berespon dengan marah apabila merasa dirinya
terancam. Ancaman tersebut dapat berupa injury secara psikis, atau lebih dikenal
dengan adanya ancaman terhadap konsep diri seseorang. Ketika seseorang merasa
ternacam, mungkin dia tidak menyadari sama sekali apa yang menjadi sumber
kemarahannya. Oleh karena itu baik perawat maupun klien harus bersama-sama
mengidentifikasikannya.

E. Etiologi
Menurut Stearen kemarahan adalah kombinasi dari segala sesuatu yang tidak
enak, cemas, tegang, dendam, sakit hati, dan frustasi. Beberapa faktor yang
mempengaruhi terjadinya kemarahan yaitu frustasi, hilangnya harga diri, kebutuhan
akan status dan prestise yang tidak terpenuhi.
Frustasi, seseorang yang mengalami hambatan dalam mencapai tujuan / keinginan
yang diharapkannya menyebabkan ia menjadi frustasi. Ia merasa terancam dan cemas.
Hilangnya harga diri : pada dasarnya manusia itu mempeunyai kebutuhan yang
sama untuk dihargai. Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi akibatnya individu tersebut
mungkin akan merasa rendah diri, tidak berani bertindak, lekas tersinggung, lekas
marah, dan sebagainya.
Kebutuhan akan status dan prestise : manusia pada umumnya mempunyai
keinginan untuk mengaktualisasikan dirinya, ingin dihargai dan diakui statusnya.
Beberapa faktor penyebab lain terjadi kekerasan dalam rumah tangga, yaitu faktor
individu (seperti korban penelantaran anak, penyimpngan psikologis, penyalahgunan
alkohol, dan riwayat kekerasan di masa lalu), faktor keluarga (seperti pola pengasuhan
yang buruk, konflik dalam pernikahan, kekerasan oleh pasangan, rendahnya status
sosial ekonomi, keterlibatan orang lain dalam masalah kekerasan), faktor komunitas
(seperti kemiskinan, angka kriminalitas tinggi, mobilitas penduduk tinggi, banyaknya
pengangguran perdagangan obat terlarang lemahnya kebijakan intsitusi, kurangnya
sarana pelayanan korban, faktor situasional), dan faktor lingkungan sosial (seperti
perubahan lingkungan sosial yang cepat, kesenjangan ekonomi, kesenjangan gender,
kemiskinan, lemahnya jejaring ekonomi, lemahnya penegakan hukum, budaya yang
mendukung kekerasan, tingginya penggunaan senjata api illegal, massa konflik atau
pasca konfik)

F. Strategi Pencegahan Kekerasan dalam Rumah Tangga


1. Pendidik
Instansi pendidikan dari jenjang SD sampai SMA memiliki andil yang penting
dalam usaha pencegahan terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
2. Penegak hukum dan keamanan
Pemerintah bersama penegak hukum juga memiliki peran yang lebih kuat
melalui UU No. 4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak, BAB II Pasal 2 yang
menyatakan “anak berhak atas perlindungan terhadap lingkungan yang dapat
membahayakan atau menghambat pertumbuhan dan perkembangan secara wajar”.
Selain itu, UU No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga. Oleh karenanya, tidak ada alas an bagi siapapun untuk boleh melakukan
kekerasan dalam rumah tangga.
3. Media massa
Media massa sebaiknya menampilkan berita kekerasan yang diimbangi dengan
artikel pencegahan dan penanggulangan dampak kekerasan yang diterima korban
jangka panjang atau pendek, sehingga masyarkat tidak menjadikan berita
kekerasan sebagai inspirasi untuk melakukan kekerasan.
4. Pelayanan kesehatan
a. Prevensi primer, yaitu promosi orang tua dan keluarga sejahtera
b. Prevensi sekunder, yaitu diagnosis dan tindakan bagi keluarga yang stress
c. Prevensi tersier, yaitu edukasi ulang dan rehabilitasi keluarga.

G. Peran Perawat
1. Peran sebagai pendidik (educator). Meningkatkan pengetahuan ibu dan
keluarga mengenai kekerasan dalam rumah tangga khususnya mengenai
pengertian, jenis, serta dampak.
2. Peran sebagai pemberi konseling (counsellor). Disini perawat maternitas
dapat berperandengan fokus meningkatkan harga diri korban, memfasilitasi
ekspresi perasaan korban dan terutama untuk memberikan informasi dan
dukungan agar korban korban dapat mengambil langkah pengamanan.
konseling tidak hanya ditujukan untuk perempuan korban kekerasan dalam
rumah tangga. tetapi juga untuk pelaku. Tujuannya adalah untuk mendorong
pelaku untuk mengambil tanggung jawab dalam menghentikan tindak
kekerasan dan meningkatkan kualitas hidupnya sendiri.
3. Peran sebagai pemberi pelayanan keperawatan (caregiver). Peran perawat
maternitas sebagai pemberi pelayanan keperawatan adalah memberikan
asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga pemberian inteervensi
dan evaluasi.perawat harus meningkatkan kepekaan dengan tidak
mengabaikan tanda- tanda bekas perlakuan kekerasan, secara cepat dan
dapat mengidentifikasikan masalah, menentukan apakah wanuta terebut
membutuhkan penanganan medis ataupun terapi khusus.
4. Peran sebagai penemu kasus dan peneliti (case finder researcher).
Meningkatkan riset dan pendalaman dalam aspek prevensi, promosi dan
deteksi dini.
5. Peran sebagai pembela (advokat). Berperan sebagai advokat, perawat harus
senantiasa terbuka untuk suatu kerja sama yang baik dengan lembaga
penyedia layanan pendampingan dan bantuan hukum, mengadakan
pelatihan mengenai perlindungan pada korban tindak kekerasan dalam
rumah tangga, melatih kader- kader (LSM) untuk mampu menjadi
pendampingan korban kekerasan.
6. Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesi (anjurkan segera
lakukan pemeriksaan visum).
7. Memberikan informasi mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan
perlindungan dari kepolisian dan penetapan perintah perlindungan dari
pengadilan.
8. Mengantarkan korban ke rumah aman atau tempat tinggal alternatif (Ruang
Pelayanan Khusus).
9. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada
korban dengan pihak kepolisian, dinas sosial, serta lembaga sosoal yang
dibutuhkan korban
10. Sosialisasi Undang-Undang KDRT kepada keluarga dan masyarakat.

H. Asuhan Keperawatan Gangguan Jiwa Pada Korban Kekerasan dalam Rumah


Tangga (KDRT)
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
a. Aspek biologis
Respon fisiologis timbul karena kegiatan sistem syaraf otonom
bereaksi terhadap sekresi epinepria sehingga tekanan darah meningkat,
takikardia, muka merah, pupil melebar, pengeluaran urine meningkat.
Ada gejala kecemasan yang sama dengan kecemasan seperti
meningkatnya kewaspadaan, ketegangan otot seperti rahang terkatup,
tangan dikepal, tubuh kaku, dan reflex cepat. Hal ini disebabkan oleh
energi yang dikeluarkan saat marah bertambah.
b. Aspek emosional
Salah satu anggota yang marah merasa tidak nyaman, merasa tidak
berdaya, jengkel, frustasi, dendam, ingin memukul anggota yang lain,
mengamuk, bermusuhan dan sakit hati, menyalahkan dan menuntut.
c. Aspek intelektual
Sebagian besar pengalaman hidup individu didapatkan melalui
proses intelektual, peran panca indera sangat penting untuk beradaptasi
dengan lingkungan yang selanjutnya diolah dalam proses intelektual
sebagai suatu pengalaman. Perawat perlu megkaji cara klien marah,
mengidentifikasi penyebab kemarahan, bagaimana informasi diproses,
diklarifikasi, dan diintegrasikan.
d. Aspek sosial
Meliputi interaksi sosial, budaya, konseprasa percayadan
ketergantugan. Emosi marah sering merangsang kemarahan anggota
keluarga yang lain-lain. Individu seringkali menyalurkan kemarahan
dengan mengkritik tingkah laku yang lain sehingga anggota keluarga
yang lain merasa sakit hati dengan mengucapkan kata-kata kasar yang
berlebihan disertai suara keras. Proses tersebut dapat mengasingkan
individu sendiri, menjauhkan diri dari orang lain, menolak mengikuti
aturan.
e. Aspek spiritual
Kepercayaan, nilai dan moral mempengaruhi hubungan individu
dengan lingkungan. Hal ini yang bertentangan dengan norma yang
dimiliki dapat menimbulkan kemarahan yang dimanifestasikan dengan
moral dan rasa tidak berdosa. Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa
perawat perlu mengkaji individu secara komprehensif meliputiaspek
fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual yang secara singkat dapat
dilukiskan sebagai berikut : aspek fisik, terdiri dari muka merah,
pandangan tajam, nafas pendek dan cepat, berkeringat, sakit fisik,
penyalahgunaan zat, tekanan darah meningkat. Aspek emosi : tidak
adekuat, tidak aman, dendam, jengkel, aspek intelektual : mendominasi,
bawel, sarkasme,berdebat, meremehakn. Aspek sosial : menarik diri,
penolakan kekerasan, ejekan, humor.
2. Klasifikasi data
Data yang didapat pada pengumpulan data dikelompokkan menjadi 2
macam yaitu ata subyektif dan data obyektif. Data subyektif adalah data yang
disampaikan secara lisan oleh klien dan keluarga. Data ini didapatkan
melalui wawancaraperawat dengan klien dan keluarga. Sedangkan data
obyektif yang ditemukan secara nyata. Data ini didapatkan melalui observasi
atau pemeriksaan langsung oleh perawat.
3. Analisa data
Dengan melihat data obyektif dan subyektif dapat menentukan masalah
yang dihadapi keluarga dan dengan memperlihatkan pohon masalah dapat
diketahui penyebab sampai pada efek dari masalah tersebut. Dari hasil
analisa data inilah dapat ditentukan diagnosa keperawatan.
4. Aspek fisik
Aspek fisik terdiri dari : muka merah,pandangan tajam, nafas pendek
dan cepat, berkeringat sakit fisik, penalahgunaan zat, tekanan darah
meningkat. Aspek emosi: tidak adekuat, tidak aman, dendam, jengkel. Aspek
intelektual : mendominasi, bawel, sarkasme, berdebat, meremehkan. Aspek
sosial : menarik diri, penolakan, kekerasan, ejekan, humor.
5. Pohon Masalah
resiko mencederai diri sendiri, o
Efek lain dan lingkungan : resiko per
kekerasan

Core perilaku kekerasan

Causa HDR

ping individu tidak efektif

marah, frustasi, cemas, dendam,


hati, tidak enak

B. Diagnosa keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan

C. Intervensi keperawatan
Tgl No. Diagnosa Intervensi
dx keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Risiko a. Tujuan umum : 1. Bina hubungan saling Hubungan saling
perilaku Klien dapat mengontrol percaya. Salam terapeutik, percaya
kekerasan perilaku kekerasan pada saat perkenalkan diri, beritahu memungkinkan
berhubungan dengan orang tujuan interaksi, kontrak terbuka pada
lain waktu yang tepat, ciptakan perawat dan
b. Tujuan khusus : waktu yang aman dan sebagai dasar untuk
1) Klien dapat membina tenang, observasi respon intervensi
hubungan saling percaya verbal dan non verbal, selanjutnya.
2) Klien dapat bersikap empati.
mengidentifikasi penyebab 2. Klien dapat Informasi bagi
perilaku kekerasan mengidentifikasi klien penting bagi
3) Klien dapat penyebab perilaku perawat untuk
mengdentifikasi tanda- kekerasan. Beri membantu klien
tanda perilaku kekerasan kesempatan pada klien dalam
4) Klien dapat untuk mengungkpkan menyelesaikan
mengidentifikasi perilaku perasaannya. Bantu untuk masalah yang
kekeerasan yang biasa mengungkapkan penyebab konstruktif
dilakukan perasaan jengkel kesal
5) Klien dapat 3. Klien dapat Pengungkapan
mengidentifikasi akibat mengidentifikasi tanda- perasaan masalah
perilaku kekerasan tanda perilaku kekerasan. dalam suatu
6) Klien dapat melakukan cara Anjurkan klien lingkungan yang
berespon terhadap mengungkapkan dilema tidak mengancam
kemarahan secara yang dirasakan saat akan menolong
konstruktif jengkel. pasien untuk
7) Klien dapat Observasi tanda perilaku sampai kepada
mendemonstrasikan sikap kekerasan pada klien. akhir penyelesaian
perilaku kekerasan Simpulkan bersama tanda- persoalan.
8) Klien mendapat dukungan tanda jengkel/kesal yang
keluarga dalam mengontrol dialami klien. Pengungkapan

perilaku kekerasan 4. Klien dapat kekesalan secara

9) Klien dapat menggunakan mengidentifikasi perilaku konstruktif untuk

obat yang benar kekerasan yang biasa mencari


dilakukan. Anjurkan klien penyelesaian
untuk mengungkapkan masalah yang

perilaku kekrasan yang kostruktif pula.

biasa dilakukan. Bantu Mengetahui


klien bermain peran sesuai perilaku yang

dengan perilaku kekerasan dilakukan klien

yang dilakukan. sehingga


biasa
Bicarakan dengan klien memudahkan untuk
apakah dengan cara yang intervensi.
klien lakukan masalahnya Memudahkan klien
selesai. dalam mengontrol

5. Klien dapat perilaku kekerasan.


mengidetifikasi perilaku
kekerasan. Bicarakan Memudahkan
akibat/kerugian dari dalam pemberian
perilaku kekekrasan yang tindakan kepada
dilakukan klien. Bersama klien.
klien menyimpulkan Mengetahui
akibat dari perilaku bagaimana cara
kekerasanyang dilakukan klien
6. Klien dapat melakukan melakukannya.
caraberespon terhadap Membantu klien
kemarahan secara dalam memberikan
kondtruktif. Tanyakan motivasi untuk
pada klien apakah ingin menyelesaikan
mempelajari cara baru masalahnya.
yang sehat. Berikan pujian Mencari metode
jika klien mengetahui cara koping yang tepat
yang sehat. Diskusikan dan konstruktif.
dengan klien caralain yang Mengerti cara yang
sehat. benar dalam
– secara fisik : tarik nafas mengalihkan
dalam/memukul perasaan marah.
kasur/memukul
botol/olahraga yang Menambah
memerlukan tenaga pengetahuan klien
- Secara verbal : katakan tentang koping
bahwa Anda sering yang konstruktif.
kesal/jengkel Mendorong
- Secara sosial : lakukan pengulangan
dalam kelompok cara-cara perilaku yang
marah yang sehat, latihan positif,
asertif, latihan manajemen meningkatkan
perilaku kekerasan harga diri klien.
- Secara spiritual: Dengan cara sehat
anjurkan klien berdoa, dapat dengan
sembahyang, meminta mudah mengontrol
pada Tuhan agar diberi kemarahan klien.
kesababran Memotivasi klien
7. Klien dapat dalam
mendemonstrasikan sikap menemonstrasikan
perilaku kekerasan. Bantu cara mengontrol
klien memilih cara yang perilaku kekerasan.
paling tepat untuk klien. Mengetahui respon
Bantu klien klien terhadap cara
mengidentifikasi manfaat yang diberikan
yang telah dipilih. Bantu Mengetahui
klien untuk kemampuan klien
menstimulasikan cara melakukan cara
tersebut. Beri reinforcement yang sehat
positif atas keberhasilan Meningkatkan
klien menstimulasi cara harga diri klien
tersebut. Anjurkan klien Mengetahui
untuk menggunakan cara kemajuan klien
yang telah dipelajari saat selama intervensi
jengkel/marah.
8. Klien dapat dukunga Memotivasi
keluarga dalama keluarga dalam
mengontrol perilaku memberikan
kekerasan. Identifikasi perawatan kepada
kemampuan keluarga dalam klien
merawat klien dan sikap Menambah
apa yang telah dilakukan pengetahuan bahwa
keluarga terhadap klien keluarga sangat
selama ini. Jelaskan peran berperan dalam
serta keluarga dalam perubahan perilaku
merawat klien. Jelaskan klien.
cara-cara merawat klien: Meningkatkan
-terkait cara-cara merawat pengetahuan
klien keluarga dalam
-terkait dengan car merawat klien
mengontrol perilaku secara bersama.
kekekrasan secara Mengetahui sejauh
konstruktif mana keluarga
-sikap tenan, bicara tenang menggunakan cara
dan jelas yang dianjurkan.
-bantu keluarga mengenal Mengetahui
penyebab marah responkeliarga
-bantu keluarga dalam merawat
mendemonstrasikan cara klien.
merawat klien
-bantu keluarga
mengungkapkan persaannya Menambah
setelah melakukan pengetahuan klien
demonstrasi. dan keluarga

9. Klien dapat meggunakan tentang obat dan


obat yang benar fungsinya.

Jelaskan pada klien dan Memberikan


kelaurga jenis-jenis obat informasi
yang diminum klien pentingnya minum

Diskusikan manfaat minum obat dalam proses


obat dan kerugian berhenti penyembuhan.
minum obat tanpa seizin
dokter

A. Strategi Pelaksanaan

Harga diri rendah Pasien : Keluarga :


Sp I P SP I K
Mengidentifikasi penyebab PK Mendiskusikan masalah yang
Mengidentifikasi tanda dan gejala PK dorasakan keluarga dalam
Mengidentifikasi PK yang dilakukan merawat pasien
Mengidentifikasi akibat PK Menjelaskan pengertian PK,
Menyebutkan cara mengontrol PK tandagejala, serta proses
Membantu pasien mempraktekkan terjadinya PK
latihan cara mengontrol fisik I Menjelaskan cara merawat pasien
Meganjurkan pasien memasukkan dengan PK
dalam kegiatan harian
SP II K
Sp II P Melatih keluarga mempraktekkan
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian cara merawat pasien dengan PK
pasien Melatih keluarga melakukan cara
Melatih pasien mwngontrol PK merawat langsung kepada pasien
dengan cara fisik II PK
Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian SP III K
Membantu keluarga membuat
SP III P jadwal aktivitas di ruma termasuk
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian minum obat (discharge planning)
pasien Menjelaskan follow u pasien
Melatih pasien mengontrol PK dengan setelah pulang.
cara verbal
Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jadwal kegiatan harian

SP IV P
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
Melatih pasien mengontrol PK dengan
cara spiritual
Menganjurkan pasien memasukkan
dalam jaddwal kegiatan harian

SP V P
Mengevaluasi jadwal kegiatan harian
pasien
Menjelaskan cara mengontrol PK
dengan minum obat
Menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian

I. Analisis Jurnal
1. Jurnal tentang “ANALISIS UPAYA PERLINDUNGAN DAN PEMULIHAN
TERHADAP KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)
KHUSUSNYA ANAK-ANAK DAN PEREMPUAN”
 Penulis : Ayu Setyaningrum, Ridwan Arifin
 Volume :3
 Tahun : 2019
 Halaman :-
 Abstrak : kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu bentuk
tindak pidana yang dapat dikenakan sanksi berupa hukuman penjara
maupun kurungan serta dampak yang ditimbulkan kepada korban. Dampak
yang ditimbulkan akibat kekerasan tidak hanya berdampak pada jangka
pendek akan tetapi juga jangka panjang.
 Pendahuluan : kekerasan menjadi salah satu kasus dengan angka yang
tinggi di Indonesia yang memang perlu mendapat perhatian khusus dari
pemerintah. Kekerasan merupakan suatu tindakan menyakiti seseorang
yang dapat membahayakan orang tersebut bahkan mengancam nyawanya.
Kekerasan sering terjadi pada anak-anak dan perempuan. Dalam hal ini
diperlukan dukungan penuh baik dari luar maupun dari dalam.
 Pembahasan : kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dapat disebut
kekerasan pasangan dimana tindakannya meliputi emosional fisik.
Kekerasan dalam rumah tangga dapat terjadi ke semua jenis kelamin atau
gender, ras, dan usia. Kekerasan yang terjadi dapat menyebabkan sejumlah
dampak negatif seperti masalah kesehatan fisik dan mental jangka panjang
terhadap korban yang umumnya anak-anak dan perempuan.
 Kesimpulan : kekerasan dalam rumah tangga termasuk dalam tindakan
kejahatan yang dapat menimbulkan dampak buruk bagi korban, baik
dampak secara fisik, mental, maupun psikis.
2. Jurnal tentang “KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT)
TERHADAP PEREMPUAN: PERSPEKTIF PEKERJAAN SOSIAL”
 Penulis : Agung Budi Santoso
 Volume : Vol. 10 No. 1
 Tahun : 2019
 Halaman :-
 Abstrak : Bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga meliputi
kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual dan penelantaran
rumah tangga; sedangkan faktor utama adalah kurangnya komunikasi dan
ketidakharmonisan antar anggota keluarga. Dampak dalam jangka pendek
biasanya seperti cedera fisik, cacat, kehamilan, kehilangan pekerjaan, dan
lain sebagainya; Sedangkan efek jangka panjangnya adalah gangguan
psikologis (psikiatri), kehilangan kepercayaan diri, menjaga diri, trauma
dan munculnya ketakutan hingga depresi.
 Pendahuluan : Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah setiap
perbuatan terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis,
dan/atau penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan
perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan secara melawan
hukum dalam lingkup rumah tangga.
 Pembahasan : Kasus tindak kekerasan merupakan masalah serius. Menurut
hemat penulis, bahwa dampak KDRT terhadap perempuan dapat dibedakan
menjadi 2 yakni, dampak jangka pendek dan dampak jangka panjang.
Pertama, dampak jangka pendek biasanya berdampak secara langsung
seperti luka fisik, cacat, kehamilan, hilangnya pekerjaan, dan lain
sebagainya. Kedua, dampak jangka panjang biasanya berdampak
dikemudian hari bahkan berlangsung seumur hidup. Biasanya korban
mengalami gangguan psikis (kejiwaan), hilangnya rasa percaya diri,
mengurung diri, trauma dan muncul rasa takut hingga depresi.
 Kesimpulan : Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga
merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat
kemanusiaan serta merupakan bentuk diskriminasi.
3. Jurnal tentang “PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG
KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (KDRT) TERHADAP
PENGETAHUAN KELUARGA TENTANG KDRT”
 Penulis : Tina Yuli Fatmawati, Mila Triana Sari
 Volume :3
 Tahun : 2018
 Halaman :-
 Abstrak : Komnas Perempuan (2001) menyatakan bahwa kekerasan
terhadap perempuan adalah segala tindakan kekerasan yang dilakukan
terhadap perempuan yang berakibat atau kecenderungan untuk
mengakibatkan kerugian dan penderitaan fisik, seksual, maupun psikologis
terhadap perempuan, baik perempuan dewasa atau anak perempuan dan
remaja. Termasuk didalamnya ancaman, pemaksaan maupun secara sengaja
meng-kungkung kebebasan perempuan. Dampak kekerasan terhadap istri
yang bersangkutan adalah: mengalami sakit fisik, tekanan mental,
menurunnya rasa percaya diri dan harga diri, mengalami rasa tidak berdaya,
mengalami ketergantungan pada suami yang sudah menyiksa dirinya,
mengalami stress pasca trauma, mengalami depresi, dan keinginan untuk
bunuh diri. Menurut Suryakusuma (1995) efek psikologis penganiayaan
bagi banyak perempuan lebih parah dibanding efek fisiknya. Rasa takut,
cemas, letih, kelainan stress post traumatic, serta gangguan makan dan tidur
merupakan reaksi panjang dari tindak kekerasan.
 Pendahuluan : Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah suatu bentuk
Tindakan perilaku menyimpang yang dilakukan didalam rumah tangga baik
oleh suami, isteri maupun anak dan mengakibatkan timbulnya dominasi dan
diskriminasi terhadap salah satu anggota keluarga yang berdampak buruk
terhadap keutuhan psikis, keharmonisan dan hubungan fisik (Soeroso,
2010). Berbagai bentuk kekerasan fisik kepada isteri tidak hanya bersifat
fisik seperti melempar sesuatu, memukul, menampar, sampai membunuh.
Namun juga bersifat non fisik seperti menghina, berbicara kasar, ancaman.
kekerasan seperti ini adalah dalam bentuk psikologis (Arfa, 2014).
 Pembahasan : Komnas Perempuan (2001) dalam Sutrisminah, 2012
menyatakan bahwa kekerasan terhadap perempuan adalah segala tindakan
kekerasan yang dilakukan terhadap perempuan yang berakibat atau
kecenderungan untuk mengakibatkan kerugian dan penderitaan fisik,
seksual, maupun psikologis terhadap perempuan, baik perempuan dewasa
atau anak perempuan dan remaja. Termasuk didalamnya ancaman,
pemaksaan maupun secara sengaja meng-kungkung kebebasan
perempuan.
Menurut Lawrance Green (1980), ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi perilaku seseorang, salah satunya adalah pengetahuan
(Firmana, 2017). Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau
hasil tahu seorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata,
hidung, telinga dan sebagainya) dengan sendirinya pada waktu
pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek
(Notoatmodjo 2014).
 Kesimpulan : Berdasarkan hasil penelitian diatas diperoleh Ada pengaruh
Pendidikan kesehatan tentang kekerasan dalam rumah tangga (KDRT)
terhadap pengetahuan keluarga tentang KDRT.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
Perilaku kekerasan dalam keluarga adalah suatu keadaan dimana sesorang melakukan
tindakan yang dapat menyebabkan perasaan kesal atau marah yang tidak konstruktif.

Kekerasan dalam keluarga mencakup penganiayaan fisik, emosional dan seksual pada
anak-anak pengabaian anak, pemukulan pasangan, pemerkosaan terhadap suami atau istri dan
penganiayaan lansia. Perilaku penganiayaan dan perilaku kekerasan yang tidak akan dapat
diterima bila dilakukan orang yang tidak dikenal sering kali di toleransi selama bertahun-
tahun dalam keluarga. Dalam kekerasan keluarga, keluarga yang normalnya merupakan
tempat yang aman dan anggotanya merasa dicintai dan terlindungi, dapat menjadi tempat
paling berbahaya bagi korban.
DAFTAR PUSTAKA

Mery Ramadani, dkk. 2015. Jurnal Kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT) Sebagai Salah
Satu Isu Kesehatan Masyarakat Secara Global. Padang : Program Studi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Andalas.

Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang : Rsud Dr. Amino
Gonohutomo,

Rochmat Wahab (2010), Jurnal Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Perspektif Psikologis dan
Edukatif.

http://jurnal.um-tapsel.ac.id/index.php/muqoddimah/article/view/677/pdf
https://journal.uinmataram.ac.id/index.php/komunitas/article/download/1072/631
http://ejournal.lldikti10.id/index.php/endurance/article/download/3322/1135

Anda mungkin juga menyukai