Anda di halaman 1dari 26

Kasus Transkultural Nursing

Kasus Transkultural Nursing...

Klien nama Ny.W,30 tahun,Islam,SMP,petani,suku jawa,diagnosis medis abortus.Klien hamil 12


minggu,klien sangat mengharapkan memiliki anak.Klien mengeluh mengalami pendarahan dan
perut mulas-mulas selama 3 hari.Klien dianjurkan untuk kuratase.Klien memeriksakan
kehamilannya di dukun dan berencana akan melahirkan si sana.Klien mendapati informasi
tentang kehamilan dari mertua.Klien masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib,mereka percaya
banyak anak banyak rejeki dan percaya bahwa abortus merupakan perbuatan dosa.Setelah di
diagnosis abortus,klien tidak menerima dan merencanakan akan berobat kedukun.Mereka
menganggap hal itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam menyediakan sesaji.Hubungan
kekerabatan yang lebih dominan adalah pihak laki-laki,pola pengambilan keputusan di pihak
laki-laki.Pantangan makanan jantung pisang,gurita,dan air kelapa sedangkan suaminya pantang
memanjat pohon kelapa atau pohon yang tinggi.Aturan dan kebijakan di atur oleh pemuka agama
dan para santri.Ada tabungan yang sudah di persiapkan oleh keluarga untuk persalinan ini.

2.1 Jelaskan masing-masing komponen di atas,mana saja yang termasuk 7 sub sistem pengkajian
menurut model sunrise leininger?
1. Faktor teknologi
Dari kasus di atas,faktor teknologinya yaitu Ny W di anjurkan untuk kuratase.Alasannya yaitu
karna merupakan salah satu pilihan Ny W dalam memecahkan masalah kesehatannya.
2. Faktor sosial dan ketertarikan keluarga
Dari kasus di atas,klien yang bernama Ny W,berumur 30 tahun,tipe keluarganya hubungan
kekerabatan yang lebih dominan pihak laki-laki,hubungan Ny W dengan kepala keluarga adalah
suami istri,pola pengambilan keputusan di pihak laki-laki,Ny W mendapat informasi tentang
kehamilan dari mertua.
3. Faktor agama dan falsafah hidup
Adapun agama yang di anut Ny W adalah islam,status pernikahannya resmi,cara pandang Ny W
terhadap penyakit yaitu di sebabkan oleh sihir dan hal-hal gaib,Ny W percaya bahwa abortus
yang dideritanya itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam menyediakan sesaji,dan Ny W
berobat rencananya ke dukun.
4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
Pantangan Ny W yaitu memakan makanan jantung pisang,gurita dan air kelapa sedangkan
suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau pohon yang tinggi,alasannya yaitu jika memakan
jantung pisang dapat membahayakan tinggi kehamilannya,dan jika memakan gurita mungkin
dapat menggugurkan kehamilannya karna gurita itu licin,sedangkan air kelapa memang
kehamilan usia muda tidak di perbolehkan meminum air kelapa.Dan pada suami di larang
memanjat pohon yang tinggi karna takut kehamilannya gugur karna di ibaratkan jatuh dari
pohon.
5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku
Aturan dan kebijakan disana diatur oleh pemuka agama dan para santri.Alasannya karna di sana
memang budayanya seperti itu,agamanya kental sehingga aturan dan kebijakan di atur oleh
pemuka agama dan para santri.
6. Faktor ekonomi
Pekerjaan Ny W adalah petani,serta ada tabungan yang sudah dipersiapkan oleh keluarga untuk
persalinan ini.Karna ada tabungan yang telah di persiapkan oleh keluarga sehingga Ny W sudah
agak lega dan senang untuk persiapan kelahirannya.
7. Faktor pendidikan
Tingkat pendidikan Ny W adalah SMP.Dan karna tingkat SMP itu di negara kita di bawah rata-
rata pendidikan yang seharusnya jadi pandangan Ny W terhadap kesehatan pun tidak sama
dengan orang yang berpendidikan tinggi sehingga dia cendrung lebih memilih berobat ke dukun
dari pada ke medis.
2.2 Analisis data dan diagnosis
keperawatannya a.Analisis data
Data
Masalah
Penyebab
Data subyektif
· Keluarga mengatakan Ny W sejak 3 hari lalu mengalami pendarahan dan perut mulas-mulas.
· Keluarga mengatakan bahwa Ny W di diagnosis medis abortus.
Data obyektif
· 3 hari lalu Ny W mengalami pendarahan dan perut mulas-mulas.
· Hasil pemeriksaan medis,Ny W di diagnosis abortus.
Data subyektif
· Keluarga mengatakan Ny W di bawa ke dukun dulu.
· Keluarga mengatakan bahwa Ny W akan di rencanakan melahirkan di sana.
1. Resiko terjadinya abortus.
2. Resiko terjadinya kesalahan dalam pengobatan di
sana. 3.Perubahan pemeliharaan kesehatan Ny W.
4.Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.
5.Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
b.Daftar diagnosis keperawatan
1. Resiko terjadinya abortus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat keluarga
yang sakit.
2. Resiko terjadinya kesalahan dalam pengobatan di sana berhubungan dengan ketidakmampuan
keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.
3. Perubahan pemeliharaan kesehatan Ny W berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Diagnosis keperawatan:
1. Mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatannya,dari kasus di atas yang bisa di
pertahankan adalah aturan dan kebijakan diatur oleh pemuka agama dan para santri.
2. Membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan,dari kasus di atas pantangan makanan
jantung pisang,gurita dan air kelapa bisa di ganti dengan yang lain,mungkin bisa dengan sayur
yang lain dan juga air kelapa bisa di ganti dengan air biasa.
3. Mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya yang baru.Dari kasus di
atas mungkin budaya berobat ke dukun bisa di ganti dengan berobat ke medis/dokter.

2.3 Rencana keperawatan


A. Cultural care preservation/maintenance
· Identifikasi perbedaan konsep antara perawat dan Ny W tersebut
Perbedaan konsep perawat dan Ny W terletak pada kepercayaan Ny W yang masih percaya pada
sihir dan hal-hal gaib.
· Perawat harus tenang dan tidak terburu-buru berinteraksi dengan Ny W.Perawat bisa
perlahan-lahan untuk berkomunikasi dengan Ny W.
· Lalu perawat bisa mendiskusikan perbedaan budaya yang dimilikinya dengan Ny W yang
masih percaya kepada dukun serta sihir dan hal-hal gaib.
B. Cultural care accomodation/negotiation
· Perawat bisa menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh Ny W seperti bahasa sehari-
harinya.
· Kemudian dalam perencanaan perawatan perawat bisa melibatkan keluarga Ny W seperti
suami,ibunya atau mertua Ny W.
· Jika konflik tidak terselesaikan,lakukanlah negosiasi dengan Ny W berdasarkan pengetahuan
biomedis perawat tersebut.
C. Cultural care repartening/reconstruction
· Selanjutnya perawat bisa memberikan kesempatan pada Ny W untuk memahami informasi
yang telah diberikan dan melakukannya.
· Lalu tentukan tingkat perbedaan Ny W melihat dirinya dari budaya kelompoknya sendiri.
· Kemudian gunakan pihak ketiga bila perlu,seperti tetangga atau kerabat dekat Ny W.
· Dan terjemahkan terminologi gejala Ny W tersebut ke dalam bahasa kesehatan yang mudah
dipahami Ny W dan orang tuanya.
· Terakhir berikan informasi pada Ny W tentang sistem pelayanan kesehatan.
Diposting 23rd November 2013 oleh Be Happy
0

Tambahkan komentar

Be Happy

 Klasik
 Kartu Lipat
 Majalah
 Mozaik
 Bilah Sisi
 Cuplikan
 Kronologis

1.

Nov

23
Konsep Dasar Etika Keperawatan

KONSEP DASAR ETIKA KEPERAWATAN

A. Pengertian etika dan profesi

Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi
perilaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang merupakan
suatu kewajiban dan tanggung jawab moral.

Etika atau Ethics berasal dari kata yunani, yaitu etos yang artinya adat, kebiasaan,
perilaku atau karakter. Menurut kamus webster, Etik adalah suatu ilmu yang mempelajari
tentang apa yang baik dan buruk secara moral.

Etika berasal dari bahasa Yunani ethikos yang berarti adat istiadat atau kebiasaan.
Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yang menentukan bagaiman sepatutnya manusia
hidup didalam masyarakat yang menyangkut aturan-aturan atau prinsip-prinsip yang
menentukan tingkah laku yang benar, yaitu baik buruk, kewajiban, dan tanggung jawab.

Moral, berasal dari kata latin yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Moral
adalah perilaku yang diharapkan oleh masyarakat yang merupakan “standar prilaku” dan
“nilai-nilai” yang harus diperhatikan bila seseorang menjadi anggota masyarakat dimana
ia tinggal.

Sumber yang lain menyatakan bahwa moral mempunyai arti tentang perilaku dan
keharusan masyarakat, sedangkan etika mempunyai arti prinsip-prinsip dibelakan
keharusan tersebut.

² Etiket atau adat merupakan suatu yang dikenal, diketahui, diulang, serta menjadi suatu
kebiasaan didalam suatu masyarakat, baik berupa kata-kata atau suatu bentuk perbuatan
yang nyata.

² Etika kesehatan merupkan penerapan nilai etika terhadap bidang pemeliharaan/pelayanan


kesehatan masyarakat.

² Etika keperawatan dapat diartikan sebagai filsafat yang mengarahkan tanggung jawab moral
yang mendasari pelaksanaan praktek keperawatan

² Inti falsafah keperawatan adalah hak dan martabat manusia, sedangkan fokus etika
keperawatan adalah sifat manusia yang unik

B. Konsep moral dalam praktek keperawatan


1. Advokasi

Arti advokasi menurutu ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat
terhadap pelayanan kesehatah dan keselamatan praktek tidak sah yang tidak kompeten
dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun”. Advokasi merupakan dasar falsafah
dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawatan secara aktif kepada individu
untuk secara bebas menentukan nasibnya sendiri

Pada dasarnya peran perawat sebagai advokat pasien adalah memberi informasi
dan memberi bantuan kepada pasien atas keputusan apapun yang dibuat pasien. Memberi
informasi berarti menyediakan penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan pasien.
Memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan non aksi.

2. Akuntabilitas

Akuntabilitas mengandung arti dapat mempertanggung jawabkan suatu tindakan


yang dilakukan dan dapat menerima konsekuensi dari tindakan tersebut.

Akuntabilitas mengandung dua komponen utama, yaitu tanggung jawab dan


tanggung gugat. Ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktek
keperawatan, kode etik dan undang-undang dibenarkan atau absah.

3. Loyalitas

Merupakan suatu konsep dengan berbagai segi, meliputi simpati, peduli, dan
hubungan timbal-balik terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan
perawat. Ini berarti ada pertimbangan tentang nilai dan tujuan orang lain secara nilai dan
tujuan sendiri. Hubungan profesional dipertahankan dengan cara menyusun tujuan
bersama, menepati janji, menentukan masalah dan prioritas, serta mengupayakan
pencapaian kepuasan bersama.

Untuk mencapai kualitas asuhan keperawatan yang tinggi dan hubungan dengan
pihak yang harmonis, maka aspek loyalitas harus dipertahankan oleh setiap perawat baik
loyalitas kepada pasien, teman sejawat, rumah sakit maupun profesi. Untuk mewujudkan
hal tersebut, beberapa argumentasi yang perlu diperhatikan sebagai berikut :

o Masalah pasien tidak boleh didiskusikan dengan pasien lain dan perawat harus bijaksana
bila informasi dari pasien harus didiskusikan secara profesional

o Perawat harus menghindari pembicaraan yang tidak bermanfaat, dan berbagai persoalan
yang berkaitan dengan pasien, rumah sakit atau pekerja rumah sakit harus didiskusikan
dengan umum.

o Perawat harus menghargai dan memberi bantuan kepada teman sejawat. Kegagalan dalam
melakukan hal ini dapat menurunkan penghargaan dan kepercayaan masyarakat kepada
tenaga kesehatan.
o Pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan ditentukan oleh kelakuan anggota
profesi. Perawat harus menunjukkan loyalitasnya kepada profesi dengan berperilaku
secara tepat pada saat bertugas

C. Permasalahan dasar etika keperawatan

Bandman dan bandman (1990) secara umum menjelaskan bahwa permasalahan


etika keperawatan pada dasarnya terdiri dari lima jenis, yaitu :

² Kuantitas Melawan Kuantitas Hidup

Contoh Masalahnya : seorang ibu minta perawat untuk melepas semua selang
yang dipasang pada anaknya yang berusia 14 tahun, yang telah koma selama 8 hari.
Dalam keadaan seperti ini, perawat menghadapi permasalahan tentang posisi apakah
yang dimilikinya dalam menentukan keputusan secara moral. Sebenarnya perawat berada
pada posisi permasalahan kuantitas melawan kuantitas hidup, karena keluaga pasien
menanyakan apakah selang-selang yang dipasang hampir pada semua bagian tubuh dapat
mempertahankan pasien untuk tetap hidup.

² Kebebasan Melawan Penanganan dan Pencegahan Bahaya.

Contoh masalahnya : seorang pasien berusia lanjut yang menolak untuk


mengenakan sabuk pengaman sewaktu berjalan. Ia ingin berjalan dengan bebas. Pada
situasi ini, perawat pada permasalahan upaya menjaga keselamatan pasien yang
bertentangan dengan kebebasan pasien.

² Berkata secara jujur melawan berkata bohong

Contoh masalahnya : seorang perawat yang mendapati teman kerjanya


menggunakan narkotika. Dalam posisi ini, perawat tersebut berada pada masalah apakah
ia akan mengatakan hal ini secara terbuka atau diam, karena diancam akan dibuka rahasia
yang dimilikinya bila melaporkan hal tersebut pada orang lain.

² Keinginan terhadap pengetahuan yang bertentangan dengan falsafah agama, politik,


ekonomi dan ideologi

Contoh masalahnya : seorang pasien yang memilih penghapusan dosa daripada


berobat kedokter.

² Terapi ilmiah konvensional melawan terapi tidak ilmiah dan coba-coba


Contoh masalahnya : di Irian Jaya, sebagian masyarakat melakukan tindakan
untuk mengatasi nyeri dengan daun-daun yang sifatnya gatal. Mereka percaya bahwa
pada daun tersebut terdapat miang yang dapat melekat dan menghilangkan rasa nyeri bila
dipukul-pukulkan dibagian tubuh yang sakit.

Konsep Profesi Keperawatan

a. Etika hubungan tim keperawatan

Tim keperawatan terdiri dari semua individu yang terlibat dalam pemberian
asuhan keperawatan kepada pasien. Komposisi anggota tim keperawatan bervariasi,
tergantung pada tenaga keperawatan yang ada, sensus pasien, jenis unit keperawatan, dan
program pendidikan keperawatan yang berafiliasi/kerjasama

Faktor-faktor tim keperawatan yang diarahkan terhadap kualitas


asuhan keperawatan :

Dalam kerjasama dengan sesama tim, semua perawat harus berprinsip dan ingat
bahwa fokus dan semua upaya yang dilakukan adalah mengutamakan kepentingan pasien
serta kualitas asuhan keperawatan dan semua perawat harus mampu mengadakan
komunikasi secara efektif.

Latar belakang pendidikan, jenis pekerjaan maupun kemampuan bervariasi, maka


dalam pemberian tugas asuhan keperawatan, perawatan dibagi dalam berbagai kategori,
misalnya perawat pelaksana, kepala bangsal, kepala unit perawat, kepala seksi perawatan
(supervisor), dan kepala bidang keperawatan (direktor president of nursing). Dalam
memberikan asuhan keperawatan, setiap anggota harus mampu mengkomunikasikan
dengan perawat anggota lain, dimana permasalahan etis dapat didiskusikan dengan
sesama perawat atau atasannya.

b. Hubungan perawat-pasien-dokter

Perawat, pasien, dan dokter adalah tiga unsur manusia yang saling berhubungan
selama mereka masih terkait dalam suatu hubungan timbal balik pelayanan kesehatan.

Hubungan perawat dengan dokter telah terjalin seiring dengan perkembangan


kedua profesi ini, tidak terlepas dari sejarah, sifat ilmu/pendidikan, latar belakang
personal dan lain-lain.

Berbagai model hubungan perawat-pasien-dokter telah dikembangkan,


diantaranya adalah model yang dikembangkan oleh Szasz dan hollander, mereka
mengembangkan tiga model hubungan dokter-perawat di mana model ini terjadi pada
semua hubungan antar manusia, termasuk hubungan antara perawat dan dokter
Model Yang Dikembangka Szasz dan hollander :

1. Model Aktivitas – Pasivitas

Suatu model dimana dokter berperan aktif dan pasien berperan pasif. Model ini
tepat untuk bayi, pasien koma, pasien bius, dan pasien dalam keadaan darurat. Dokter
berada pada posisi mengatur semuanya, merasa mempunyai kekuasaan, dan identitas
pasien kurang diperhatikan. Model ini bersifat otoriter dan paternalistic.

2. Model Hubungan Membantu

Merupakan dasar untuk sebagian besar dari praktek kedokteran. Model ini terdiri
dari pasien yang mempunyai gejala mencari bantuan dan dokter yang mempunyai
pengetahuan terkait dengan kebutuhan pasien. Dokter memberikan bantuan dalam bentuk
perlakuan/pengobatan. Timbal baliknya, pasien diharapkan bekerja sama dengan mentaati
anjuran dokter. Dalam model ini, dokter mengetahui apa yang terbaik bagi pasien,
memegang apa yang diminati pasien dan bebas dari prioritas yang lain. Model ini bersifat
paternalistic atau sedikit lebih rendah.

3. Model Partisipasi Mutual

Model ini berdasarkan pada anggapan bahwa hak yang sama/kesejajaran antara
umat manusia merupakan nilai yang tinggi. Model ini mencerminkan asumsi dasar dari
proses demokrasi. Interaksi, menurut model ini, menyebutkn bahwa pihaknya yang saling
berinteraksi mempunyai kekuasaan yang sama, saling membutuhkan, dan aktivitas yang
dilakukan akan memberikan kepuasaan kedua pihak.

Robert Veatch mengembangkan empat model hubungan dokter – pasien meliputi :

1. The Engineering Model

Dalam model ini veatch menolak sikap kemungkinan nilai bebas murni dari ilmu
atau kedokteran pilihan-pilihan dibuat secara terus menerus terhadap fakta, observasi,
desain penelitian, dan tingkatan statistik signifikasi dalam suatu kerangka nilai-nilia
dengan praduga menurut ilmu-ilmu murni.

Sejumlah besar piliha-pilihan nilai dan signifikasi harus dibuat oleh orang-orang
terhadap ilmu terapan seperti kedokteran, yang mana tidak seperti ilmu teknik, nilai-nilai
tidak dapat ditiadakan dari nasehat teknis terhadap

2. The Pristly Model

Dalam model ini dokter memegang vigure seorang ahli moral yang dapat
memberi tahu pasien apa yang harus dikerjakan pasien pada situasi tertentu. Tradisi ini
berdasarkan prinsip etis jangan kerjakan ketidak baikan. Ini mencerminkan pelaksanaan
prinsip paternalistic dengan tidak memberitahukan berita buruk kepada pasien, tetapi
memberikan suatu pemantapan yang tidak nyata. Model ini tidak menyertakan pasien
dalam membuat keputusan, tetapi menyerahkan kebebasan kepada dokter, misalnya,
pasien tidak diizinkan menolak transfusi darah yang menurut agamanya tidak
diperbolehkan. Prinsip paternalime mengurangi takdir pasien dengan mengurangi
pengendalian pasien terhadap tubuh dan kehidupan.

3. The Collegial Model

Dalam model ini, dokter dan perawat merupakan mitra dalam mencapai tujuan
untuk menyembuhkan penyakit dan mempertahankan kesehatan pasien. Saling percaya
dan percaya diri merupakan hal utama. Kedua belah pihak mempunyai kedudukan yang
sama. Namun pada kenyataannya, veatch berpendapat bahwa sebenarnya tidak ada dasar
untuk persamaan kedudukan dalam hubungan pasien-dokter karna perbedaan kelas sosial,
status ekonomi, pendidikan dan sistem nilai menimbulkan asumsi tentang rasa tertarik
yang lazim terhadap ilusi.

4. The Contractual Model

Dalam model ini, peserta yang mengadakan hubungan/interaksi berharap untuk


memegang ketaatan terhadap anjuran dan manfaat untuk kedua belah pihak. Kesepakatan
terhadap prinsip moral merupakan hal yang penting. Lebih lanjut dalam kesepakatan
hubungan, pasien berhak menentukan nasib mereka. Dalam model ini terjadi curah
pendapat tentang tanggung jawab dan kewajiban etis.

Dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien, serta hubungan dengan


dokter, dikenal beberapa peran perawat, yaitu :

1. Peran independen ( Mandiri )

Peran mandiri merupakan peran perawat dalam memberikan asuhan keperawatan


yang dapat dipertanggung jawabkan oleh perawat secara mandiri

2. Peran dependen ( Tergantung Pada Dokter )

Peran tergantung merupakan peran perawat dalam melaksanakan program


kesehatan dimana pertanggung jawaban dipegang oleh dokter.

3. Peran inter dependen ( Kolaborasi )

Peran kolaborasi merupakan peran perawat dalam mengatasi permasalahan secara


team work dengan tim kesehatan lain.

c. Hubungan perawat-pasien dalam koteks etis


Peran perawat secara umum dapat digunakan kerangka yang mengacu pada
pandangan dasar hildegard E.peplav, tentang hubungan perawat-pasien, yang merupakan
suatu teori yang mendasari nilai dan martabat manusia, pengembangan rasa percaya,
pengukuran pemecahan masalah, dan kolaborasi.

Dalam konteks hubungan perawat-pasien, perawat dapat berperan sebagai


konselor pada saat pasien mengungkapkan kejadian dan perasaan tentang penyakitnya.
Dapat pula berperan sebagai pengganti orang tua (terutama pada pasien anak), saudara
kandung, atau teman bagi pasien dalam mengungkapkan perasaannya.

Pada dasarnya hubungan antara perawat-pasien berdasarkan pada sifat alamiah


perawat dan pasien dalam berinteraksi perawat-pasien, peran yang dimiliki masing-
masing membentuk suatu kesepakatan atau persetujuan dimana pasien mempunyai peran
dan hak sebagai pasien dan perawat mempunyai peran dan hak sebagai perawat. Dan
dalam hubungan perawat-pasien maka setiap hubungan harus didahului dengan kontrak
dan kesepakatan bersama, dimana pasien mempunyai peran sebagai pasien dan perawat
sebagai perawat. Kesepakatan ini menjadi parameter bagi perawat dalam memutuskan
setiap tindakan etis.

Kode Etik Profesi Keperawatan

A. Pengertian Kode Etik Keperawatan

Kode Etik Keperawatan merupakan bagian dari etika kesehatan yang menerapkan
nilai etika terhadap bidang pemeliharaan atau pelayanan kesehatan masyarakat.

Kode etik merupakan salah satu ciri/persyaratan profesi, yang memberikan arti
penting dalam penentuan, pemertahanan dan peningkatan standar profesi. Kode etik
menunjukkan bahwa tanggung jawab dan kepercayaan dari masyarakat telah diterima
oleh profesi.

1. Kode etik keperawatan menurut ICN

a) Tanggung jawab utama perawat

Tanggung jawab utama perawat adalah meningkatkan kesehatan, mencegah


timbulnya penyakit, memelihara kesehatan, dan mengurangi penderitaan.

Untuk melaksanakan tanggung jawab utama tersebut perawat harus meyakini


bahwa :

· Kebutuhan terhadap pelayanan keperawatan diberbagai tempat adalah sama


· Pelaksanaan praktek keperawatan dititik beratkan pada penghargaan terhadap kehidupan
yang bermartabat dan menjunjung tinggi hak asasi manusia;

· Dalam melaksanakan pelayanan dan atau keperawatan kepada individu, keluarga,


kelompok, dan masyarakat, perawat mengikut sertakan kelompok dan instansi terkait.

b) Perawat, Individu, dan Anggota Kelompok Masyarakat

Tanggung jawab utama perawat adalah melaksanakan asuhan keperawatan sesuai


dengan kebutuhan masyarakat.

c) Perawat dan Pelaksanaan Praktek Keperawatan

Perawat memegan peranan penting dalam menentukan dan melaksanakan standar


praktek keperawatan untuk mencapai kemampuan yang sesuai dengan standar pendidikan
keperawatan.

d) Perawat dan Lingkungan Masyarakat

Perawat dapat memprakarsasi pembaharuan, tanggap, mempunyai inisiatif, dan


dapat berperan serta secara aktif dalam menemukan masalah kesehatan dan masalah
sosial yang terjadi dimasyarakat.

e) Perawat dan Sejawat

Perawat dapat menopang hubungan kerja sama dengan teman sekerja. Baik tenaga
keperawatan maupun tenaga profesi lain diluar keperawatan. Perawat dapat melindungi
dan menjamin seseorang, bila pada masa perawatannya merasa terancam.

f) Perawat dan Profesi keperawatan

Perawat memainkan peran yang besar dalam menentukan pelaksanaan standar


praktek keperawatan dan pindidikan keperawatan. Perawat diharapkan ikut aktif dalam
mengembangkan pengetahuandalam menopang pelaksanaan perawatan secara
profesional.

2. Kode etik keperawatan menurut ANA

Kode etik keperawatan menurut American Nurses Association adalah sebagai


berikut :

a) Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan
keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan-pertimbangan status sosial atau
ekonomi, atribut personal, atau corak masalah kesehatan.
b) Perawat melingdungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang
bersifat rahasia.

c) Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh
praktek seseorang yang tidak berkompeten, tidak etis atau illegal.

d) Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang
dijalankan masing-masing individu.

e) Perawat memelihara kompetensi keperawatan.

f) Perawat melaksanakan pertimbangan ayng beralasan dan menggunakan kompetensi dan


kualitafikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima
tanggung jawab, dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.

g) Perawat turut serta bertivitas dalam membantu pengembngan pengetahuan profesi

h) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan
standar keperawatan.

i) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi
kerja yang mendukun pelayanan keperawatn yang berkualis.

j) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap informasi
dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat.

k) Perawat bekerjasama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya
dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan publik.

3. Kode etik keperawatan menurut PPNI

Kode etik keperawatan di indonesia telah disusun oleh dewan pimpinan pusat
PPNI melalui Musyawara Nasional PPNI dijakarta pada tanggal 29 November 1989.

BAB I

Tanggung jawab perawat terhadap masyarakat kelurga dan penderita

1. Perawat dalam rangka pengabdiannya senantiasa berpedoman kepada tanggung


jawab yang pangkal tolaknya bersumber dari adanya kebutuhan akan perawat
untuk orang seorang, keluarga dan masyarakat.

2. Perawat dalam melaksanakan pengabdiannya dalam bidang perawat senantiasa


memelihara suasana lingkungan yang menghomati nilai-nilai budaya, adat istiadat
dan kelangsungan hidup beragama dari orang seorang, keluarga atau penderita,
keluarganya dan masyarakat.

BAB II

Tanggung jawab perawat tehadap tugas

1. Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disetai


kejujuran profesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
perawatan sesuai dengan kebutuhan orang seorang atau penderita, keluarga dan
masyarakat.
2. Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya sehubungan
dengan tugas yang dipercayakan kepadanya.
3. Perawat tidak akan menggunakan pengetahuan dan ketermpilan perawatan untuk
tujuan yang bertentangan dengan norma-norma kemanusiaan.
4. Perawat dalam menunaikan tugas dan kewajibannya senantiasa berusaha dengan
penuh kesadaran agar tidak terpengaruh oleh pertimbangan kebangsaan,
kesukuan, keagamaan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik yang dianut
serta kedudukan sosial.
5. Perawat senantiasa mengutamakan perlindunagan-perlindungan dan keselamatan
penderita dalam melaksanakan tugas keperawatan, serta dengan matang
mempetimbangkan kemampuan jika menerima dan mengalihtugaskan tanggung
jawab yang ada hubungannya dengan perawatan

BAB III

Tanggung jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesional kesehatan lain

Ø Perawat senantiasa memelihara hubungan baik antara sesama perawat dengan tenaga
kesehatan lainnya baik dalam memelihara keserasian suasana lingkungan kerja maupun
dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

Ø Perawat senantiasa menyebar luaskan pengetahuan, keterampilan dan pengalamanya


kepada sesama perawat serta menerima pengetahuan dan pengalamanya kepada sesama
perawat serta menerima pengetahuan dan pengalaman dari profesi bidang perawatan.

BAB 1V

Tanggung jawab perawat terhadap profesi perawatan

Ø Perawat selalu berusaha meningkatkan pengetahuan profesional secara sendiri-sendiri dan


atau bersama-bersama dengan jalan menambah ilmu pengetahuan,keterapilan dan
pengalam yang bermanfaat bagi pengembangan perawatan.

Ø Perawat selalu menjunjung tinggi nama baik profesi perawatan dengan menunjukkan
peri/tingka laku dan sifat-sifat pribadi yang tinggi.
Ø Perawat senantiasa berperan dalam menentukan pembakuan pendidikan dan pelanyanan
perawat an serta menerapkanya dalam kegiatan-kegiatan pelayanan danpendidikan
perawatan.

Ø Perawatan secara bersama-sama membina dan memelihara mutu organisasi profesi


perawatan sebagai sarana pengabdian.

BAB V

Tanggung jawab perawat terhadap pemerintah,banggsa dan tanah air

Ø Perawat senantiasa melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai kebijaksanaan yang di


gariskan oleh perintah dalam bidang kesehatan dan perawatan.

Ø Perawat senantiasa berperan secara aktif dalam menyumbangkan pikiran kepada


pemerintah dalam rangka meningkatkan pelayanan kesehatan dan perawatan kepada
masyarakat.

Tujuan etika keperawatan

· Menciptakan dan mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan


diantara sesama perawat dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan

· Menurut American Ethich Commision Bureau On Teaching, tujuan etika profesi


keperawatan adalah mampu :

a. Mengenal dan mengedintisifikasi unsur moral dalam praktek keperawatan


b. Membentuk strategi atau cara menganalisis masalah moral yang terjadi dalam
praktek keperawatan
c. Menghubungkan praktek moral / pelajaran yang baik dan dipertanggung
jawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, dan kepada tuhan, sesuai
dengan kepercayaannya.

· Menurut Natonal League For Nursing (NLN) pusat pendidikan keperawatan milik
perhimpunan perawat amerika, pendidikan etika keperawatan bertujuan :

a. Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar profesi kesehatan


lain dan mengerti tentang peran dan fungsi anggota tim
b. Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat moralitas,
keputusan tentang baik dan buruk yang akan dipertanggung jawabkan kepda
tuhan sesuai dengan kepercayaannya.
c. Mengembangkan sifat pribadi dan sikap professional peserta didik
d. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting untuk dasar praktek
keperawatan professional
e. Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu dan prinsip etika
keperawatandalam praktek dan dalam situasi nyata.
Diposting 23rd November 2013 oleh Be Happy

Tambahkan komentar

2.

Nov

23

Kasus Transkultural Nursing

Kasus Transkultural Nursing...

Klien nama Ny.W,30 tahun,Islam,SMP,petani,suku jawa,diagnosis medis abortus.Klien


hamil 12 minggu,klien sangat mengharapkan memiliki anak.Klien mengeluh mengalami
pendarahan dan perut mulas-mulas selama 3 hari.Klien dianjurkan untuk kuratase.Klien
memeriksakan kehamilannya di dukun dan berencana akan melahirkan si sana.Klien
mendapati informasi tentang kehamilan dari mertua.Klien masih percaya pada sihir dan
hal-hal gaib,mereka percaya banyak anak banyak rejeki dan percaya bahwa abortus
merupakan perbuatan dosa.Setelah di diagnosis abortus,klien tidak menerima dan
merencanakan akan berobat kedukun.Mereka menganggap hal itu akibat ibunya
melanggar pantangan dalam menyediakan sesaji.Hubungan kekerabatan yang lebih
dominan adalah pihak laki-laki,pola pengambilan keputusan di pihak laki-laki.Pantangan
makanan jantung pisang,gurita,dan air kelapa sedangkan suaminya pantang memanjat
pohon kelapa atau pohon yang tinggi.Aturan dan kebijakan di atur oleh pemuka agama
dan para santri.Ada tabungan yang sudah di persiapkan oleh keluarga untuk persalinan
ini.

2.1 Jelaskan masing-masing komponen di atas,mana saja yang termasuk 7 sub sistem
pengkajian menurut model sunrise leininger?

1. Faktor teknologi

Dari kasus di atas,faktor teknologinya yaitu Ny W di anjurkan untuk kuratase.Alasannya


yaitu karna merupakan salah satu pilihan Ny W dalam memecahkan masalah
kesehatannya.

2. Faktor sosial dan ketertarikan keluarga

Dari kasus di atas,klien yang bernama Ny W,berumur 30 tahun,tipe keluarganya


hubungan kekerabatan yang lebih dominan pihak laki-laki,hubungan Ny W dengan
kepala keluarga adalah suami istri,pola pengambilan keputusan di pihak laki-laki,Ny W
mendapat informasi tentang kehamilan dari mertua.

3. Faktor agama dan falsafah hidup

Adapun agama yang di anut Ny W adalah islam,status pernikahannya resmi,cara pandang


Ny W terhadap penyakit yaitu di sebabkan oleh sihir dan hal-hal gaib,Ny W percaya
bahwa abortus yang dideritanya itu akibat ibunya melanggar pantangan dalam
menyediakan sesaji,dan Ny W berobat rencananya ke dukun.

4. Faktor nilai-nilai budaya dan gaya hidup

Pantangan Ny W yaitu memakan makanan jantung pisang,gurita dan air kelapa


sedangkan suaminya pantang memanjat pohon kelapa atau pohon yang tinggi,alasannya
yaitu jika memakan jantung pisang dapat membahayakan tinggi kehamilannya,dan jika
memakan gurita mungkin dapat menggugurkan kehamilannya karna gurita itu
licin,sedangkan air kelapa memang kehamilan usia muda tidak di perbolehkan meminum
air kelapa.Dan pada suami di larang memanjat pohon yang tinggi karna takut
kehamilannya gugur karna di ibaratkan jatuh dari pohon.

5. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku

Aturan dan kebijakan disana diatur oleh pemuka agama dan para santri.Alasannya karna
di sana memang budayanya seperti itu,agamanya kental sehingga aturan dan kebijakan di
atur oleh pemuka agama dan para santri.

6. Faktor ekonomi

Pekerjaan Ny W adalah petani,serta ada tabungan yang sudah dipersiapkan oleh keluarga
untuk persalinan ini.Karna ada tabungan yang telah di persiapkan oleh keluarga sehingga
Ny W sudah agak lega dan senang untuk persiapan kelahirannya.

7. Faktor pendidikan

Tingkat pendidikan Ny W adalah SMP.Dan karna tingkat SMP itu di negara kita di
bawah rata-rata pendidikan yang seharusnya jadi pandangan Ny W terhadap kesehatan
pun tidak sama dengan orang yang berpendidikan tinggi sehingga dia cendrung lebih
memilih berobat ke dukun dari pada ke medis.

2.2 Analisis data dan diagnosis

keperawatannya a.Analisis data

Data

Masalah
Penyebab

Data subyektif

· Keluarga mengatakan Ny W sejak 3 hari lalu mengalami pendarahan dan perut mulas-
mulas.

· Keluarga mengatakan bahwa Ny W di diagnosis medis abortus.

Data obyektif

· 3 hari lalu Ny W mengalami pendarahan dan perut mulas-mulas.

· Hasil pemeriksaan medis,Ny W di diagnosis abortus.

Data subyektif

· Keluarga mengatakan Ny W di bawa ke dukun dulu.

· Keluarga mengatakan bahwa Ny W akan di rencanakan melahirkan di sana.

1. Resiko terjadinya abortus.

2. Resiko terjadinya kesalahan dalam pengobatan di sana.

3.Perubahan pemeliharaan kesehatan Ny W.

4.Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit.

5.Ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

b.Daftar diagnosis keperawatan

1. Resiko terjadinya abortus berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat


keluarga yang sakit.

2. Resiko terjadinya kesalahan dalam pengobatan di sana berhubungan dengan


ketidakmampuan keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

3. Perubahan pemeliharaan kesehatan Ny W berhubungan dengan ketidakmampuan


keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan.

Diagnosis keperawatan:

1. Mempertahankan budaya yang sesuai dengan kesehatannya,dari kasus di atas yang bisa
di pertahankan adalah aturan dan kebijakan diatur oleh pemuka agama dan para santri.
2. Membentuk budaya baru yang sesuai dengan kesehatan,dari kasus di atas pantangan
makanan jantung pisang,gurita dan air kelapa bisa di ganti dengan yang lain,mungkin
bisa dengan sayur yang lain dan juga air kelapa bisa di ganti dengan air biasa.

3. Mengganti budaya yang tidak sesuai dengan kesehatan dengan budaya yang baru.Dari
kasus di atas mungkin budaya berobat ke dukun bisa di ganti dengan berobat ke
medis/dokter.

2.3 Rencana keperawatan

A. Cultural care preservation/maintenance

· Identifikasi perbedaan konsep antara perawat dan Ny W tersebut


Perbedaan konsep perawat dan Ny W terletak pada kepercayaan Ny W yang
masih percaya pada sihir dan hal-hal gaib.
· Perawat harus tenang dan tidak terburu-buru berinteraksi dengan Ny
W.Perawat bisa perlahan-lahan untuk berkomunikasi dengan Ny W.
· Lalu perawat bisa mendiskusikan perbedaan budaya yang dimilikinya dengan
Ny W yang masih percaya kepada dukun serta sihir dan hal-hal gaib.
B. Cultural care accomodation/negotiation

· Perawat bisa menggunakan bahasa yang mudah di pahami oleh Ny W seperti bahasa
sehari-harinya.

· Kemudian dalam perencanaan perawatan perawat bisa melibatkan keluarga Ny W


seperti suami,ibunya atau mertua Ny W.

· Jika konflik tidak terselesaikan,lakukanlah negosiasi dengan Ny W berdasarkan


pengetahuan biomedis perawat tersebut.

C. Cultural care repartening/reconstruction

· Selanjutnya perawat bisa memberikan kesempatan pada Ny W untuk memahami


informasi yang telah diberikan dan melakukannya.

· Lalu tentukan tingkat perbedaan Ny W melihat dirinya dari budaya kelompoknya


sendiri.

· Kemudian gunakan pihak ketiga bila perlu,seperti tetangga atau kerabat dekat Ny W.

· Dan terjemahkan terminologi gejala Ny W tersebut ke dalam bahasa kesehatan yang


mudah dipahami Ny W dan orang tuanya.

· Terakhir berikan informasi pada Ny W tentang sistem pelayanan kesehatan.


Diposting 23rd November 2013 oleh Be Happy

Tambahkan komentar

3.

Nov

23

Pengertian Transkultural Nursing

TRANSKULTURAL NURSING Latar Belakang Teori keperawatan atau konsep model


dalam keperawatan merupakan teori yang mendasari bagaimana seorang perawat dalam
mengaplikasikan praktik keperawatan, beberapa teori diantaranya adalah teori adaptasi
dari roy, teori komunikasi terapeutik dari peplau, teorigoal atteccment dari bety newman
dan sebagainya. Leininger’s konsep model yang dikenal dengan sunrise modelnya
merupakan salah satu teori yang diap;ikasikan dalam praktik keperawatan. Teori
leininger berasal dari ilmu antropologi, tapi konsep ini relevan untuk keperawatan.
Leininger mendefinisikan “Transkultural nursing” sebagai area yang luas dalam
keperawatan yang mana berfokus dalam komparatif studi dan analisis perbedaan kultur
dan subkultur dengan menghargai perilaku caring, nursing care, dan nilai sehat sakit,
kepercayaan dan pola tingkah laku dengan tujuan perkembangan ilmu dan humanistic
body of knowledge untuk kultur yang universal dalam keperawatan. Aplikasi teori dalam
transkultural dalam keperawatan diharapkan adanya kesadaran dan apresiasi terhadap
perbeaan kultur. Hal ini berarti perawat yang professional memiliki pengetahuan dan
praktek yang berdasarkan kultur secara konsep petencanaan dan untuk praktik
keperawatn. Tujuan penggunaan keperawatan transkultural adalah untuk
mengembangkan sains dan pohon keilmuan yang humanis sehingga tercipta praktik
keperawatan pada kultur yang spesifik dan universal kultur yang spesifik adalah kultur
dengan nilai-nilai dan norma spesifik yang dimiliki oleh kelompok laen. Kultur yang
universal adalah nilai-nilai dan norma – norma yang diyakini dan dilakukan hamper
semua kultur seperti budaya minum the dapat membuat tubuh sehat (leininger, 2002).
Leininger mengembangkan dteorinya dari perbadaan kultur dan universal berdasarkan
kepercayaan bahwa masyarakat dengan perbedaan kultur dapat menjadi sumber informasi
dan menentuan jenis perawatan yang diinginkan dari pemberian peleyanan yang
professional, karena kultur adalah pola kehidupan masyarakat yang berpengaruh terhadap
keputusan dan tindakan. Culture care adalah teori yang holistic karena meletakan di
dalam nya ukuran dari totalitas kehidupan manusia dan berada selamanya, termasuk
social struktur, pandangan dunia, nilai cultural, konteks lingkungan, ekspresi bahasa dan
etnik serta system professional. B. Idenfikasi masalah 1. Pengertian transkultural 2.
Konsep transkultural 3. Peran dan fungsi transkultural 4. Kepercayaan Kuno dan Praktik
Pengobatan BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Transkultural Bila ditinjau dari
makna kata , transkultural berasal dari kata trans dan culture, Trans berarti aluar
perpindahan , jalan lintas atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia;
trans berarti melintang , melintas , menembus , melalui. Culture berarti budaya . Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia kultur berarti : - kebudayaan , cara pemeliharaan ,
pembudidayaan. - Kepercayaan , nilai – nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi
suatu kelompok dan diteruskan pada generasi berikutnya , sedangkan cultural berarti :
Sesuatu yang berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti : akal budi , hasil dan
adat istiadat. Dan kebudayaan berarti : - Hasil kegiatan dan penciptaan batin ( akal budi )
manusia seperti kepercayaan , kesenian dan adat istiadat. - Keseluruhan pengetahuan
manusia sebagai makhluk sosial yang digunakan untuk menjadi pedoman tingkah
lakunya Jadi , transkultural dapat diartikan sebagai : - Lintas budaya yang mempunyai
efek bahwa budaya yang satu mempengaruhi budaya yang lain - Pertemuan kedua nilai –
nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial - Transcultural Nursing
merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan
nilai– nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda , ras , yang mempengaruhi pada seorang
perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada klien / pasien ). Menurut Leininger (
1991 ). 2. Konsep Transkultural Kazier Barabara ( 1983 ) dalam bukuya yang berjudul
Fundamentals of Nursing Concept and Procedures mengatakan bahwa konsep
keperawatan adalah tindakan perawatan yang merupakan konfigurasi dari ilmu kesehatan
dan seni merawat yang meliputi pengetahuan ilmu humanistic , philosopi perawatan,
praktik klinis keperawatan , komunikasi dan ilmu sosial . Konsep ini ingin memberikan
penegasan bahwa sifat seorang manusia yang menjadi target pelayanan dalam perawatan
adalah bersifat bio – psycho – social – spiritual . Oleh karenanya , tindakan perawatan
harus didasarkan pada tindakan yang komperhensif sekaligus holistik. Budaya merupakan
salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai manusia yang
bersifat sosial. Budaya yang berupa norma , adat istiadat menjadi acuan perilaku manusia
dalam kehidupan dengan yang lain . Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam suatu
tempat , selalu diulangi , membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya .
Keberlangsungaan terus – menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu
nilai – nilai yang mempengaruhi pembentukan karakter , pola pikir , pola interaksi
perilaku yang kesemuanya itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi
keperawatan ( cultural nursing approach ) 2.1 Peran dan Fungsi Transkultural Budaya
mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu . Oleh sebab itu , penting bagi
perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat ( Pasien ) . Misalnya
kebiasaan hidup sehari – hari , seperti tidur , makan , kebersihan diri , pekerjaan ,
pergaulan social , praktik kesehatan , pendidikan anak , ekspresi perasaan , hubungan
kekeluargaaan , peranan masing – masing orang menurut umur . Kultur juga terbagi
dalam sub – kultur . Subkultur adalah kelompok pada suatu kultur yang tidak seluruhnya
mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih besar atau member makna yang
berbeda . Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan kebiasaan cultural. Nilai – nilai
budaya Timur , menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan dari
dokter pria . Dalam beberapa setting , lebih mudah menerima pelayanan kesehatan pre-
natal dari dokter wanita dan bidan . Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih
kental dengan hal – hal yang dianggap tabu. Dalam tahun – tahun terakhir ini , makin
ditekankan pentingknya pengaruh kultur terhadap pelayanan perawatan . Perawatan
Transkultural merupakan bidang yang relative baru ; ia berfokus pada studi perbandingan
nilai – nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan hubungannya dengan
perawatannya . Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transcultural nursing merupakan
suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun kesamaan nilai – nilai
budaya ( nilai budaya yang berbeda ras , yang mempengaruhi pada seseorang perawat
saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien. Perawatan transkultural adalah
berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan pengobatan rakyat
(tradisional) . Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan yang berkaitan
dengan kesehatan. Menurut Dr. Madelini Leininger , studi praktik pelayanan kesehatan
transkultural adalah berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku
manusia dalam kaitan dengan kesehatannya . Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan
dalam berbagai budaya ( kultur ) , baik di masa lampau maupun zaman sekarang akan
terkumpul persamaan – persamaan . Lininger berpendapat , kombinasi pengetahuan
tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan teknologi dapat menyebabkan makin
sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang banyak dan berbagai kultur. 3.
Kepercayaan Kuno dan Praktik Pengobatan Sistem pengobatan tradisional merupakan
sub unsur kebudayaan masyarakat sederhana , pengetahuan tradisional . Dalam
masyarakat tradisional , sistem pengobatan tradisional ini adalah pranata sosial yang
harus dipelajari dengan cara yang sama seperti mempelajari pranata social umumnya dan
bahwa praktek pengobatan asli ( tradisional ) adalah rasional dilihat dari sudut
kepercayaan yang berlaku mengenai sebab akibat. Beberapa hal yang berhubungan
dengan kesehatan (sehat – sakit) menurut budaya – budaya yang ada di Indonesia
diantaranya adalah : 3.1 Budaya Jawa Menurut orang Jawa , “sehat “ adalah keadaan
yang seimbang dunia fisik dan batin . Bahkan , semua itu berakar pada batin . Jika “ batin
karep ragu nututi “ , artinya batin berkehendak , raga / badan akan mengikuti . Sehat
dalam konteks raga berarti “ waras “ . Apabila seseorang tetap mampu menjalankan
peranan sosialnya sehari – hari , misalnya bekerja di ladang , sawah , selalu gairah
bekerja , gairah hidup , kondisii inilah yang dikatakan sehat . Dan ukuran sehat untuk
anak – anak adalah apabila kemauannya untuk makan tetap banyak dan selalu bergairah
main . Untuk menentukan sebab – sebab suatu penyakit ada dua konsep , yaitu konsep
personalistik dan konsep naluralistik . Dalam konsep personalistik , penyakit disebabkan
oleh makhluk supernatural ( makhluk gaib , dewa ) , makhluk yang bukan manusia (
hantu , roh leluhur , roh jahat ) dan manusia ( tukang sihir , tukang tenung ) . Penyakit ini
disebut “ ora lumrah “ atau “ ora sabaene “ ( tidak wajar / tidak biasa ) . Penyembuhannya
adalah berdasarkan pengetahuan secara gaib atau supernatural , misalnya melakukan
upacara dan sesaji. Dilihat dari segi personalistik jenis penyakit ini terdiri dari kesiku ,
kebendhu , kewalat , kebulisan , keluban , keguna – guna , atau digawe wong , kampiran
bangsa lelembut dan lain sebagainya . Penyembuhan dapat melalui seorang dukun atau “
wong tuo “. Pengertian dukun bagi masyarakat Jawa adalah yang pandai atau ahli dalam
mengobati penyakit melalui “Japa Mantera “ , yakni doa yang diberikan oleh dukun
kepada pasien. Ada beberapa kategori dukun pada masyarakat Jawa yang mempunyai
nama dan fungsi masing – masing : a. Dukun bayi : khusus menangani penyembuhan
terhadap penyakit yang berhubungan dengan kesehatan bayi , dan orang yang hendak
melahirkan. b. Dukun pijat / tulang (sangkal putung) : Khusus menangani orang yang
sakit terkilir , patah tulang , jatuh atau salah urat. c. Dukun klenik : khusus menangani
orang yang terkena guna – guna atau “ digawa uwong “.. d. Dukun mantra : khusus
menangani orang yang terkena penyakit karena kemasukan roh halus. e. Dukun hewan :
khusus mengobati hewan. Berdasarkan hari dimulainya sakit juga dapat ditentukan
tentang jenis – jenis penyakit sebagaimana diuraikan dalam Kitab Primbon Betaljemur
Ad`mmakna , yang dibuat sebagai berikut : Nama hari Sebab Penyakit Senin :
Mempunyai nadzar yang belum dilaksanakan Selasa : Diguna – guna oleh oran lain Rabu
: Diganggu oleh makhluk halus / setan Kamis : Terkena itulah dari orang lain Jumat :
Diganggu makhluk halus yang ada di kolong rumah Sabtu : Diganggu oleh setan yang
berasal dari hutan Minggu : Diganggu oleh makhluk halus / setan Selain hari – hari biasa
, Budaya Jawa juga memiliki hari– hari yang disebut hari pasaran dengan urutan : Pon ,
Wage,kliwon , legi , pahing. Budaya jawa beranggapan bahwa nama yang “berat “ bisa
mendatangkan sial. Pendapat yang lain mengatakan “nama yang buruk” akan
mempengaruhi aktivitas pribadi dan sosial pemilik nama itu. Dan juga kebiasaan bagi
orang jawa yakni jika ada salah satu pihak keluarga atau sanak saudara yang sakit , maka
untuk menjenguknya biasanya mereka mengumpulkan dulu semua saudaranya dan
bersama – sama mengunjungi saudaranya yang sakit tersebut. Karena dalam budaya Jawa
dikenal prinsip “ mangan ora mangan , seng penting kumpul “ Adapun beberapa contoh
pengobatan tradisional masyarakat jawa yang tidak terlepas dari tumbuhan dan buah –
buahan yang bersifat alami adalah : • Daun dadap sebagai penurun panas dengan cara
ditempelkan di dahi. • Temulawak untuk mengobati sakit kuning dengan cara di parut ,
diperas dan airnya diminum 2 kali sehari satu sendok makan , dapat ditambah sedikit gula
batu dan dapat juga digunakan sebagai penambah nafsu makan. • Akar ilalang untuk
menyembuhkan penyakit hepatitis B. • Mahkota dewa untuk menurunkan tekanan darah
tinggi , yakni dengan dikeringkan terlebih dahulu lalu diseduh seperti teh dan diminum
seperlunya. • Brotowali sebagai obat untuk menghilangkan rasa nyeri , peredam panas ,
dan penambah nafsu makan. • Jagung muda ( yang harus merupakan hasil curian =
berhubungan dengan kepercayaan ) berguna untuk menyembuhkan penyakit cacar
dengan cara dioleskan dibagian yang terkena cacar. • Daun sirih untuk membersihkan
vagina. • Lidah buaya untuk kesuburan rambut. • Cicak dan tokek untuk menghilangkan
gatal – gatal. • Mandi air garam untuk menghilangkan sawan. • Daun simbung dan daun
kaki kuda untuk menyembuhkan influenza. • Jahe untuk menurunkan demam / panas ,
biasanya dengan diseduh lalu diminum ataupun dengan diparut dan detempelkan di ibu
jari kaki. • Air kelapa hijau dengan madu lebah untuk menyembuhkan sakit kuning yaitu
dengan cara 1 kelapa cukup untuk satu hari , daging kelapa muda dapat dimakan
sekaligus , tidak boleh kelapa yang sudah tua. 3.2 Budaya Sunda Konsep sehat sakit tidak
hanya mencakup aspek fisik saja , tetapi juga bersifat sosial budaya . Istilah lokal yang
biasa dipakai oleh masyarakat Jawa Barat ( orang sunda ) adalah muriang untuk demam ,
nyerisirah untuk sakit kepala , yohgoy untuk batuk dan salesma untuk pilek / flu.
Penyebab sakit umumnya karena lingkungan , kecuali batuk juga karena kuman .
Pencegahan sakit umumnya dengan menghindari penyebabnya. Pengobatan sakit
umumnya menggunakan obat yang terdapat di warung obat yang ada di desa tersebut ,
sebagian kecil menggunakan obat tradisional . Pengobatan sendiri sifatnya sementara ,
yaitu penanggulangan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau mantri. 1. Pengertian
Sehat Sakit Menurut orang sunda , orang sehat adalah mereka yang makan terasa enak
walaupun dengan lauk seadanya, dapat tidur nyenyak dan tidak ada yang dikeluhkan ,
sedangkan sakit adalah apabila badan terasa sakit , panas atau makan terasa pahit , kalau
anak kecil sakit biasanya rewel , sering menangis , dan serba salah / gelisah . Dalam
bahasa sunda orang sehat disebut cageur, sedangkan orang sakit disebut gering. Ada
beberapa perbedaan antara sakit ringan dan sakit berat . Orang disebut sakit ringan
apabila masih dapat berjalan kaki , masih dapat bekerja , masih dapat makan – minum
dan dapat sembuh dengan minum obat atau obat tradisional yang dibeli di warung .
Orang disebut sakit berat , apabila badan terasa lemas , tidak dapat melakukan kegiatan
sehari – hari , sulit tidur , berat badan menurun , harus berobat ke dokter / puskesmas ,
apabila menjalani rawat inap memerlukan biaya mahal. Konsep sakit ringan dan sakit
berat bertitik tolak pada keadaan fisik penderita melakukan kegiatan sehari – hari , dan
sumber pengobatan yang digunakan. Berikut beberapa contoh sakit dengan penyebab ,
pencegahan dan pengobatan sendiri. : a. Sakit Kepala Keluhan sakit kepala dibedakan
antara nyeri kepala ( bahasa sunda = rieut atau nyeri sirah , kepala terasa berputar /
pusing / bahasa sunda = Lieur ) , dan sakit kepala sebelah / migran ( bahasa sunda = rieut
jangar ) . Penyebab sakit kepala adalah dengan menghindari terkena sinar matahari
langsung , dan jangan banyak pikiran . Pengobatan sendiri , sakit kepala dapat dilakukan
dengan obat warung yaitu paramek atau puyer bintang tujuh nomor 16. b. Sakit Demam
Keluhan demam ( bahasa sunda = muriang atau panas tiris ) ditandai dengan badan terasa
pegal – pegal , menggigil , kadang – kadang bibir biru . Penyebab demam adalah udara
kotor , menghisap debu kotor . pergantian cuaca , kondisi badan lemah , kehujanan ,
kepanasan cukup lama , dan keletihan . Pencegahan demam adalah dengan menjaga
kebersihan udara yang dihisap , makan teratur , olahraga cukup , tidur cukup , minum
cukup , kalau badan masih panas / berkeringat jangan langsung mandi , jangan kehujanan
dan banyak makan sayuran atau buah . Pengobatan sendiri demam dapat dilakukan
dengan obat tradisional , yaitu kompres badan dengan tumbukan daun melinjo , daun
cabe atau daun singkong , atau dapat juga dengan obat warung yaitu Paramek atau Puyer
bintang tujuh nomor 16. c. Keluhan Batuk Batuk TBC , yaitu batuk yang sampai
mengeluarkan darah dari mulut , batuk biasa (bahasa sunda = fohgoy ) , dan batuk yang
terus menerus dengan suaranya melengking (bahasa sunda = batuk bangkong ) dengan
gejala tenggorokan gatal , terkadang hidung rapet , dan kepala sakit ) . Penyebab batuk
TBC adalah karena orang tersebut menderita penyakit TBC paru , sedangkan batuk biasa
atau batuk bangkong adalah menghisap debu dari tanah kering yang baru tertimpa hujan ,
alergi salah satu makanan , makanan basi , masuk angin, makan makanan yang digoreng
dengan minyak yang tidak baik , atau tersedak makanan / keselek . Pencegahan batuk
dilakukan dengan menjaga badan agar jangan kedinganan , jangan makan makanan basi ,
tidak kebanyakan minum es , menghindari makanan yang merangsang tenggorokan , atau
menyebabkan alergi . Pengobatan sendiri batuk dapat dilakukan dengan obat warung
misalnya konidin atau oikadryl . Bila batuk ringan dapt minum obat tradisional yaitu air
perasan jeruk nipis dicampur kecap , daun sirih 5 lembar diseduh dengan air hangat
setengah gelas atau rebusan jahe dengan gula merah. d. Sakit Pilek Keluhan pilek ringan (
bahasa sunda = salesma ) , yaitu hidung tersumbat atau berair , dan pilek berat yaitu pilek
yang disertai sakit kepala , demam , badan terasa pegal dan tenggorokan kering .
Penyebab pilek adalah kehujanan menghisap debu kotor , menghisap asap rokok ,
menghisap air , pencegahan pilek adalah jangan kehujanan , kalau badan berkeringat
jangan langsung mandi , apabila muka terasa panas ( bahasa sunda = singhareab ) ,
jangan mandi langsung minum obat , banyak minum air dan istirahat . Pengobatan sendiri
, pilek dapat dilakukan dengan obat warung yaitu mixagrib diminum 3x sehari sampai
keluhannya hilang . Dapat juga digunakan obat tradisional untuk mengurangi keluhan ,
misalnya minyak kelapa dioleskan di kanan dan kiri hidung. e. Sakit Panas Sakit panas
adalah sakit yang menyebabkan sekujur tubuh seseorang terasa panas biasanya yang
disertai demam ( menggigil ). Untuk mengobatinya , orang sunda biasa dengan
menggunakan labu ( waluh ) yang diparut ( dihaluskan ) , kemudian dibungkus kain dan
di kompreskan ke tubuh orang yang sakit panas tersebut hingga panasnya turun. Selain
itu juga bisa dengan menggunakan kompres air dingin. Pengobatan sakit umumnya
menggunakan obat yang terdapat di warung . obat yang ada di desa tertentu, sebagian
kecil menggunakan obat tradisional . Masyarakat melakukan pengobatan sendiri dengan
alasan sakit ringan , hemat biaya dan hemat waktu . Pengobatan sendiri sifatnya
sementara , yaitu penanggulanan pertama sebelum berobat ke puskesmas atau Mantri .
Tindakan Pengobatan sendiri yang sesuai dengan aturan masih rendah karena umumnya
masyarakat membeli obat secara eceran sehingga tidak dapat memaca keterangan yang
tercantum pada setiap kemasan obat. 3.3 Budaya Batak Arti “ sakit “ bagi orang Batak
adalah keadaan dimana seseorang hanya berbaring , dan penyembuhannya melalui cara –
cara tradisional , atau ada juga yang membawa orang yang sakit tersebut kepada dukun
atau “ orang pintar “. Dalam kehidupan sehari – hari orang batak , segala sesuatunya
termasuk mengenai pengobatan jaman dahulu , untuk mengetahui bagaimana cara
mendekatkan diri pada sang pencipta agar manusia tetap sehat dan jauh dari mara bahaya.
Bagi orang batak , di samping penyakit alamiah , ada juga beberapa tipe spesifik penyakit
supernatural , yaitu : - Jika mata seseorang bengkak ,orang tersebut diyakini telah
melakukan perbuatan yang tidak baik ( mis : mengintip ) . Cara mengatasinya agar
matanya tersebut sembuh adalah dengan mengoleskan air sirih. - Nama tidak cocok
dengan dirinya ( keberatan nama ) sehingga membuat orang tersebut sakit. Cara
mengobatinya dengan mengganti nama tersebut dengan nama yang lain , yang lebih
cocok dan didoakan serta diadakan jamuan adat bersama keluarga. - Ada juga orang
batak sakit karena tarhirim Mis : seorang bapak menjanjikan akan memberi mainan buat
anaknya , tetapi janji tersebut tidak ditepati . Karena janji tersebut tidak ditepati , si anak
bisa menjadi sakit. - Jika ada orang batak menderita penyakit kusta , maka orang tersebut
dianggap telah menerima kutukan dari para leluhur dan diasingkan dalam pergaulan
masyarakat. Di samping itu , dalam budaya batak dikenal adanya “kitab pengobatan”
yang isinya diantaranya adalah , Mulajadi Namolon Tuhan Yang Maha Esa bersabda : “
Segala sesuatu yang tumbuh di atas bumi dan di dalam air sudah ada gunanya masing –
masing di dalam kehidupan sehari – hari , sebab tidak semua manusia yang dapat
menyatukan darahku dengan darahnya , maka gunakan tumbuhan ini untuk kehidupan mu
“ Di dalam kehidupan Si raja Batak dahulu ilmu pengobatan telah ada , mulai sejak dalam
kandungan sampai melahirkan. 1. Obat mulai dari kandungan sampai melahirkan -
Perawatan dalam kandungan : menggunakan salusu yaitu satu butir telur ayam kampung
yang terlebih dahulu di doakan - Perawatan setelah melahirkan : menggunakan kemiri ,
jeruk purut dan daun sirih - Perawatan bayi : biasanya menggunakan kemiri , biji lada
putih dan iris jorango - Perawatan dugu – dugu : sebuah makanan ciri khas Batak saat
melahirkan yang diresap dari bangun – bangun , daging ayam , kemiri dan kelapa. 2.
Dappol Siburuk ( obat urut dan tulang ) Asal mula manusia menurut orang batak adalah
dari ayam dan burung. Obat dappol si buruk ini dulunya berasal dari burung siburuk yang
mana langsung di praktikkan dengan penelitian alami dan hamper seluruh keturunan
Siraja Batak menggunakan obat ini dalam kehidupan sehari – hari. 3. Untuk mengobati
sakit mata. Menurut orang batak , mata adalah satu panca indra sekaligus penentu dalam
kehidupan manusia , dan menurut legenda pada mata manusia berdiam Roh Raja
Simosimin , Berdasarkan pesan dari si raja batak , untuk mengeluarkan penyakit dari
mata , maukkanlah biji sirintak ke dalam mata yang sakit . Setelah itu tutuplah mata dan
tunggulah beberapa saat , karena biji sirintak akan menarik seluruh penyakit yang ada di
dalam mata . Gunakan waktu 1x 19 hari , supaya mata tetap sehat. Sirintak adalah
tumbuhan Batak yang dalam bahasa Indonesia berarti mencabut ( mengeluarkan ) , nama
ramuannya dengan sdama tujuannnya. 4. Mengobati penyakit kulit yang sampai
membusuk Berdasarkan pesan siraja batak untuk mengobati orang yang berpenyakit kulit
supaya menggunakan tawar mulajadi ( sesuatu yang berasal dari asap dapur ). Rumpak 7
macam dan diseduh dengan air hangat. Disamping itu , siraja batak berpesan kepada
keturunannya , supaya manusia dapat hidup sehat , maka makanlah atau minumlah :
apapaga , airman , anggir , adolorab , alinggo , abajora , ambaluang , assigning , dan arip
– arip. Dalam budaya batak juga dikenal dengan adanya charisma , wibawa dan
kesehatan menurut orang batak dahulu , supaya manusia dapat sukses dalam segala hal
biasanya diwajibkan membuat sesajen berupa : ayam merah , ayam putih , ayam hitam ,
ketan beras ( nitak ) , jeruk purut , sirih beserta perlengkapannya. Beberapa contoh
pengobatan tradisional lainnya yang dilakukan oleh orang batak adalah : - Jika ada orang
batak yang menderita penyakit gondok , maka cara pengobatannya dengan menggunakan
belau. - Apabila ada orang batak yang menderita penyakit panas ( demam ) biasanya
pengobatannya dengan cara menyelimutinya dengan selimut / kain yang tebal 3.4 Budaya
Flores Damianus Wera orang Flores satu ini punya karunia yang sangat langka . Dami
dikenal sebagai penyembuh alternative unik. Damianus wera bukan dokter , buta huruf ,
tak makan sekolah , tapi buka praktik layaknya dokter professional . Dia melakukan
operasi hanya menggunakan pisau. Menurut Dami ada tiga jenis penyakit yang
dikeluhkan para pasien . Pertama , jenis penyakit nonmedis atau santet / guna – guna .
Biasanya tubuh korban dirusak dengan paku , silet , lidi , kawat , beling , jarum , benang
kusut. Kedua , penyakit medis seperti jantung koroner , batu ginjal , tumor , kanker ,
dll.Dami mengangkat penyakit ini dengan operasi dan juga sedot darah melalui selang .
Ketiga , sakit psikologis misalnya : banyak utang , stress , sulit hamil , dll. Dami
mengingatkan kunci sehat itu sebenarnya ada di pikiran yang sehat . Sebaliknya , pikiran
yang ruwet , penuh beban dan tekanan , justru memicu munculnya penyakit dalam tubuh
manusia. Dami di datangi ayahnya yang sudah meninggal dan dikasih gelang . Dan saat
dia bermimpi ia akan di di karuniai penyembuhan . Pagi – pagi ia menemukan pisau di
bawah bantal . Pisau itu untuk mengoprasi orang sakit. Dami mempunyai 7 metode untuk
mengatasi penyakit : 1. Berdoa : dilakukan sebelum dan sesudah pengobatan , pasien
berdoa menurut agamanya. 2. Air putih : Pasien diminta membawa air putih dalam botol
1, 5 liter . Setelah didoakan , pasien minum di rumah masing- masing . Kalau mau habis ,
tambahkan dengan air yang baru. 3. Kapsul ajaib : Pasien diminta minum kapsul ajaib
seperti obat biasa. 4. Pijat refleksi : Pasian menjerit kesakitan karena “ diestrum “ listrik
tegangan tinggi. 5. Suntik : Jarum suntik diperoleh dengan cara muntah. Cairan atau obat
diperoleh lewat doa tertentu. 6. Telur ayam ( kampung ) dan gelas : Dipegang , diletakkan
di atas kepala pasien. Selain mendeteksi penyakit , telur ayam kampung itu juga untuk
mengobati penyakit dan untuk mengambil benda – benda santet seperti jarum , benang ,
silet , beling , paku lewat telur ayam. 7. Operasi / bedah : Operasi atau bedah bisa untuk
penyakit medis maupun non medis. • Di samping itu , orang flores juga percaya adanya
sejenis kain yang berwarna hitam yang dipercaya dapat menyembuhkan orang yang sakit
panas / demam tinggi . yaitu dengan cara di selubungkan atau ditutupkan di seluruh
tubuhnya hingga tidak ada yang kelihatan lagi , dan biarkan orang yang sakit panas
tersebut hingga ia merasa nyaman dan pansanya berkurang. • Bawang merah dipercaya
untuk mengobati batuk , yakni dengan cara dihancurkan (dikunyah ) lalu dibungkus
dengan sepotong kain , kemudian ditempelkan di tenggorokan . Cara ini baik diterapkan
pada waktu sebelum tidur malam. • Daun sirih untuk mengobati orang yang mimisan ,
yaitu dengan digulung kemudian disumbatkan ke lubang hidung yang keluar darah. •
Daun papaya yang masih muda digunakan untuk menghentikan keluarnya darah dari
bagian tubuh yang luka , yaitu dengan dikunyah sampai halus kemudian ditempelkan di
bagian yang luka tersebut. Pengaruh Kepercayaan , Agama dan Aliran Lain , Jinis
Kelamin dan Masalah Analisis a. Kepercayaan , agama dan aliran lain Kepercayaan dan
agama adalah pondasi penting untuk kesehatan , agama dan kepercayaan memberikan
kontribusi penuh dalam tindakan keperawatan . Misalnya perawatan pasien beragama
berbeda harus dibedakan dengan pasien lain yang mempunyai agama berbeda dalam hal
kepercayaan. b. Jenis Kelamin Wanita mempunyai peranan ( yang dianggap penting)
karena perempuan lebih professional . Terbukti dari awal mula 95 – 98 % perawat adalah
perempuan . Status sosial wanita dalam dunia medis maupun masyarakat dicirikan
sebagai seorang yang dapat merawat , seperti seorang ibu yang merawat anak – anaknya.
c. Masalah Analisis Sebuah masalah digambarkan dengan situasi dan keadaan tertentu.
Masalah selalu di luar rencana ( tidak direncanakan ) dan lebih sering tidak diterima .
Masalah bisa lebih kompleks ataupun malah lebih sederhana , untuk itu seorang perawat
harus mampu menyesuaikan diri dengan mengubah pola pikir terhadap analisa tersebut.
BAB III PENUTUP 1. KESIMPULAN Keperawatan transkultural adalah suatu proses
pemberian asuhan keperawatan yang difokuskan kepada individu dan kelompok untuk
mempertahankan, meningkatkan perilaku sehat sesuai dengan latar belakang budaya. Hal
ini dipelajarai mulai dari kehidupan biologis sebelumnya, kehidupan psikologis,
kehidupan sosial dan spiritualnya. Perencanaan dan pelaksanaan proses keperawatan
transkultural tidak dapat begitu saja dipaksakan kepada klien sebelum perawat
memahami latar belakang budaya klien sehingga tindakan yang dilakukan dapat sesuai
dengan budaya klien. Penyesuaian diri sangatlah diperlukan dalam aplikasi keperawatan
transkultural. 2. SARAN Walaupun dalam kenyataanya mungkin konsep keperawatan
transkultural efektif digunakan pada klien, namun pengkajian lebih lanjut juga sangat
diperlukan untuk mencapai hasil yang maksimal dalam proses penyembuhan.

Anda mungkin juga menyukai