Anda di halaman 1dari 158

================================================================

HUMAS DALAM ORGANISASI OLAHRAGA:


Konsep dan Aplikasi
================================================================

Penulis:
Narayana Mahendra Prastya, Firdan Rastama Faherty, Fadlan Afdallah
Ramadan, Surya Dharma Purba, Mozaik Al Isamer, Rizky Gama Prayoga,
Ramzy Hamzah Umar

i
HUMAS DALAM ORGANISASI OLAHRAGA:
Konsep dan Aplikasi

Penulis:
Narayana Mahendra Prastya, Firdan Rastama Faherty, Fadlan Afdallah
Ramadan, Surya Dharma Purba, Mozaik Al Isamer, Rizky Gama Prayoga,
Ramzy Hamzah Umar

978-602-51425-5-0

Editor:
Narayana Mahendra Prastya

Desain cover :
Rifa Rammah Chalifah

Tata Letak:
Zarkoni

Diterbitkan oleh:
Penerbit Komunikasi UII
Dan Program Studi Ilmu komunikasi FPSB UII
Jalan Kaliurang Km 14,5, Besi, Sleman 55584
Daerah Istimewa Yogyakarta, Telepon: (0274) 898444 ext 3267
Email: komunikasi@uii.ac.id

ii
Pengantar Penyunting
Narayana Mahendra Prastya

Komunikasi olahraga merupakan bidang ilmu yang relatif masih baru


dalam kajian ilmu komunikasi. Apabila kita melakukan pencarian dengan
mesin pencari di internet dengan mengetik kata kunci "komunikasi
olahraga", maka hasil yang kebanyakan muncul adalah membahas
mengenai komunikasi interpersonal antara atlet dengan pelatih, atau atlet
dengan rekan satu timnya. Bidang ini banyak diteliti dari disiplin ilmu
keolahragaan, dengan konteks komunikasi interpersonal.
Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi disiplin ilmu komunikasi
karena belum banyak yang membahas mengenai bagaimana sebuah
organisasi olahraga mengelola kegiatan komunikasi. Padahal menarik
untuk mengetahui bagaimana organisasi olahraga seperti federasi, badan
pengurus olahraga, atau klub olahraga melakukan kegiatan komunikasi
untuk mencapai tujuan mereka. Apa tujuan komunikasi mereka, siapa
sasarannya, dan bagaimana cara melakukannya. Kegiatan komunikasi yang
dilakukan oleh organisasi olahraga merupakan aktivitas hubungan
masyarakat (aktivitas kehumasan).
Oleh karenanya buku ini hadir untuk menawarkan gagasan mengenai
bagaimana organisasi olahraga mengelola aktivitas kehumasan mereka.
Buku ini berisi kumpulan tulisan hasil penelitian skripsi/tugas akhir dari
mahsiswa di Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Psikologi dan Ilmu
Sosial Budaya, Universitas Islam Indonesia dalam kurun waktu tahun 2016
hingga tahun 2018. Dengan kondisi tersebut, tim penulis menyadari bahwa
beberapa kejadian atau peristiwa yang dibahas sudah tidak update. Oleh
karenanya, sejumlah data, informasi, atau kepustakaan terbaru
ditambahkan guna menjaga kedalaman dari tulisan.
Organisasi olahraga paling dominan adalah yang bergerak di
sepakbola. Dari keseluruhan enam tulisan, lima di antaranya membahas
mengenai organisasi sepakbola. Organisasi sepakbola terdiri dari klub

iii
sepakbola dan operator kompetisi sepakbola. Satu tulisan membahas
mengenai strategi organisasi esports atau olahraga elektronik dalam
memprompsikan olahraga tersebut di Indonesia.
Tulisan pertama merupakan karya dari Firdan Rastama Faherty yang
membahas mengenai strategi kehumasan Indonesia e-Sports Association
(IeSPA) dalam mengkampanyekan olahraga elektronik di Indonesia.
Olahraga elektronik merupakan hal yang masih asing di Indonesia.
Masyarakat lebih familiar memandang olahraga elektronik sebaai
permainan video (video game) semata. Sebagai permainan, tentu tujuannya
adalah untuk bersenang-senang belaka. Padahal permainan video saat ini
juga menjadi ajang olahraga prestasi. Pemerintah Indonesia melalui
Kementerian Pemuda dan Olahraga juga telah mengakui olahraga
elektronik sebagai salah satu cabang olahraga. Namun begitu masih ada
kendala dalam upaya kampanye. Organisasi IeSPA yang keanggotaannya
bersifat cair, tidak terlalu mengikat, menjadikan aktivitas kampanye hanya
dilakukan secara terbatas karena ketebatasan sumber daya manusia.
Tulisan kedua hingga keempat membahas mengenai klub sepakbola
Indonesia. Tulisan kedua berasal dari Fadlan Afdallah Ramadhan yang
menceritakan tentang gambaran umum kompetensi yang diperlukan untuk
posisi media officer di klub sepakbola Indonesia. Kompetensi itu mencakup
pengetahuan teknis, skill, dan motivasi baik itu di ranah teknis atau pun
manajerial.
Tulisan ketiga adalah karya Surya Dharma Purba membahas
mengenai strategi branding yang dilakukan klub sepakbola Bali United di
masa awal berdirinya klub tersebut. Di era industri olahraga, klub
sepakbola pun juga perlu melakukan branding. Di awal masa berdirinya,
Bali United hendak memposisikan diri sebagai tim yang memiliki perhatian
pada pemain usia muda. Masuknya Indra Sjafrie sebagai kepala pelatih –
beberapa tahun sebelumnya ia sukses mengantar tim sepakbola U-19 juara
Piala AFF- menegaskan upaya branding tersebut. Yang dilakukan Bali
United sebagai klub baru berbeda dengan pendekatan klub-klub di
Indonesia pada umumnya, yakni membeli pemain-pemain bintang
(misalkan PSPS Pekanbaru di awal tahun 2000an atau Persisam Samarinda

iv
di sekitar tahun 2008). Bali United mempublikasikan pesan-pesan tentang
"concern" mereka dalam pembinaan usia muda melalui publisitas,
kunjungan ke sekolah-sekolah, komunikasi pemasaran, dan memanfaatkan
official media klub tersebut.
Tulisan keempat merupakan karya dari Mozaik Al Isamer mengenai
pemanfaatan media berbasis internet guna mendukung aktivitas
kehumasan klub PSS Sleman. Konteks media berbasis internet di sini
adalah website dan media sosial. PSS Sleman yang berkompetisi di kasta
kedua Liga Indonesia, merupakan klub sepakbola ketiga di Indonesia yang
akun Twitter-nya mendapatkan centang biru (verified) setelah PErsija
Jakarta dan Persib Bandung. Apabila dibandingkan dengan dua klub
terakhir, maka PSS Sleman “belum ada apa-apanya”. PSS Sleman memiliki
beberapa akun resmi seperti website, Twitter, YouTube yang berfungsi
untuk publikasi informasi, mengantisipasi krisis, dan memantau isu
berkaitan dengan PSS yang beredar di media sosial. Pengelolaan media
sosial ditangani oleh divisi media officer. Pihak media officer sendiri
mengakui bahwa belum adanya divisi khusus media sosial menjadikan
komunikasi baru bersifat satu arah dan belum bisa terlalu interaktif dengan
suporter. Jajaran manajemen klub pun belum terlalu menganggap media
sosial penting, sehingga teknologi yang digunakan pun belum terlalu
mendukung.
Tulisan kelima dan keenam berkaitan dengan operator kompetisi.
Organisasi ini memang belum terlalu familiar. Tidak jarang orang
menganggap kompetisi dikelola langsung oleh federasi. Misalnya kompetisi
sepakbola dikelola oleh PSSI, kompetisi basket dikelola oleh Perbasi, dan
lain-lain. Padahal operator kompetisi adalah pihak yang ditunjuk oleh
federasi untuk mengelola kompetisi. Pengelolaan kompetisi mencakup
penjadwalan, distribusi subsidi pada klub, hak siar, promosi, aktivitas-
aktivitas komersial, dan sebagainya.
Tulisan kelima merupakan karya dari Rizky Gama Prayoga,
berdasarkan pengalaman magang di Divisi Komunikasi dan Teknologi
Informasi di PT Liga Indonesia. PT Liga Indonesia adalah operator
kompetisi Indonesia Super League dan Divisi Utama hinggat tahun 2015

v
(kompetisi kala itu dihentikan karena adanya intervensi Kementrian
Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia). Tugas-tugas kehumasan di PT
Liga Indonesia antara lain adalah manajemen konten website dengan tugas
meliput dan memberitakan pertandingan, analisis berita tentang sepakbola
Indonesia di media massa (media monitoring), dan mengelola aktivitas
jumpa pers dalam event-event pertandingan olahraga yang digelar PT Liga
Indonesia.
Buku ini ditutup dengan tulisan mengenai manajemen krisis
berkaitan dengan pengelolaan kompetisi sepakbola profesional di
Indonesia. Antara tahun 2015 sampai dengan 2016, sepakbola Indonesia
memang dihantam persoalan sangat besar. Awal persoalan adalah
penghentian kompetisi oleh PSSI karen ada campur tangan dari
Kemenpora RI. Campur tangan ini merupakan bagian dari konflik antara
PSSI dan Kemenpora yang terjadi beberapa waktu sebelumnya. Ketika
kompetisi berhenti, tentu banyak persoalan yang menjadi tanggungjawab
dari masing-masing pemangku kepentingan. Tulisan Ramzy Hamzah Umar
membahas tentang apa saja yang dilakukan oleh PT Liga Indonesia dalam
krisis penghentian kompetisi Liga Indonesia tahun 2015. PT Liga Indonesia
sebenarnya sudah mengantisipasi kemungkinan terburuk yakni
pengehentian kompetisi yakni berkomunikasi dengan intens dengan pihak-
pihak terkait seperti pemerintah, klub peserta, dan PSSI. Ketika kompetisi
kemudian dihentikan, maka PT Liga Indonesia fokus dalam
menyelamatkan aset-aset mereka yakni sponsor dan klub. PT Liga
Indonesia menjaga jarak untuk tidak terlalu terlibat dalam perseteruan
antara PSSI dengan Kemenpora RI.
Penulis mengucapkan terima kasih yang pertama kepada Program
Studi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Indonesia yang telah
memfasilitasi terbitnya buku seri penelitian ini. Kedua, terima kasih kepada
organisasi yang telah bersedia untuk diteliti. Terakhir, semoga hasil-hasil
riset dalam buku ini bermanfaat dan bisa menjadikan bahan rujukan bagi
akademisi dan praktisi bidang komunikasi olahraga.

vi
DAFTAR ISI

Pengantar Editor iii


Daftar Isi vii

Humas dalam Organisasi Olahraga : Tinjauan Konseptual 1


Narayana Mahendra Prastya

Strategi IeSPA (Indonesia Esports Association) dalam 17


Mengkampanyekan Olahraga Elektronik (Esports) di Indonesia
Firdan Rastama Faherty

Potret Kompetensi SDM Public Relations di Klub Sepakbola di 43


Indonesia
Fadlan Afdallah Ramadan

Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali 65


United FC sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia
Muda (2015-2016)
M. Surya Dharma Purba

Cyber Public Relations di Klub Sepakbola PSS Sleman (tahun 99


2016-2017)
Mozaik Al Isamer

Mengenal Aktivitas Public Relations di Operator Kompetisi 129


Rizky Gama Prayoga

Manajemen Krisis PT Liga Indonesia dalam Kasus Berhentinya 151


Kompetisi Sepakbola Indonesia Tahun 2015
Ramzy Hamzah Umar

vii
viii
Humas dalam Organisasi Olahraga:
Tinjauan Konseptual

Narayana Mahendra Prastya

Pendahuluan
Di jajaran manajemen organisasi olahraga, public relations (PR)
atau humas memiliki peranan penting dalam hal melakukan komunikasi
dengan pemangku kepentingan dan publik secara umum. Idealnya humas
tidak hanya sebatas dalam menyampaikan pesan, namun juga menampung
pendapat-pendapat, masukan-masukan dari pihak lain untuk kemudian
disampaikan kepada jajaran pengambil keputusan di tingkat manajemen.
Fokus utama dari humas adalah mengelola arus informasi antara organisasi
olahraga dengan publik, baik itu internal atau pun eksternal (Syadzwina,
2016 : 147)
Kesalahan dalam mengelola informasi dapat berakibat fatal bagi
reputasi organisasi olahraga. Boyle dan Haynes (2014) mencontohkan
ketika klub sepakbola Inggris, Liverpool, sangat kerepotan dalam merespon
kejadian penolakan jabat tangan oleh Luis Suarez kepada Patrice Evra
(Manchester United), saat kedua tim saling berhadapan di pertandingan
medio Februari 2012. Sebelumnya, kedua pemain tersebut terlibat konflik
seputar rasisme.

1
Narayana Mahendra Prastya

Seusai pertandingan, manajer Liverpool Kenny Dalglish kepada


media menyatakan bahwa dirinya "tidak menyadari tentang adanya
kejadian penolakan jabat tangan itu dan menilai kasus itu hanya dibesar-
besarkan oleh media". Pernyataan yang disampaikan Dalglish ini
mengundang kecaman keras dari para wartawan dan semakin merusak
reputasi klub berjuluk The Reds (Boyle dan Haynes, 2014).
Dalam perkembangan selanjutnya, baik Dalglish dan Liverpool
kemudian meminta maaf atas perilaku Suarez saat itu. Tetapi, kisah
rasisme yang seharusnya berakhir saat itu telah memunculkan persoalan
baru. Liverpool selanjutnya meluncurkan penyelidikan internal untuk
mengetahui bagaimana bisa Dalglish sampai tidak menyadari bahwa
kejadian penolakan jabat tangan tersebut, padahal kejadian itu sudah
dilihat pemirsa televisi di seluruh dunia, viral di dunia maya, dan
dikomentari oleh warganet. Tiga bulan setelah kejadian itu, Direktur
Komunikasi Liverpool, Ian Cotton, berpandangan bahwa Dalglish bukanlah
orang yang merasa dirinya memerlukan masukan dari ahli komunikasi
tentang bagaimana cara berhadapan dengan media di era sekarang.
Padahal, strategi menghadapi media merupakan hal penting di era digital
seperti saat ini (Boyle dan Haynes, 2014).
Kasus Liverpool tersebut bukan satu-satunya kegagalan organisasi
olahraga dalam merespon isu negatif. Dari contoh kasus tersebut
menunjukkan pentingnya peran humas dalam organisasi olahraga. Selain
itu, menangani isu negative bukan satu-satunya peran yang dapat
dilakukan oleh humas di organisasi olahraga. Dalam situasi normal –
dalam artian tidak ada isu negative—humas perlu berperan dalam menjalin
hubungan dengan fans atau suporter, masyarakat secara umum, media
massa, guna membantu organisasi olahraga tersebut untuk mencapai
tujuannya (Hopwood, dkk.2012)
Terhambatnya atau bahkan terputusnya arus komunikasi antara
organisasi olahraga dengan publik akan berakibat fatal, terlebih di era
kemajuan teknologi internet seperti saat ini, di mana sumber informasi
begitu banyak namun tidak semua informasi itu valid, dapat dipercaya.
Kondisi ini menuntut sebuah organisasi olahraga harus mampu cepat

2
Humas dalam Organisasi Olahraga: Sebuah Pengantar

tanggap dalam memberikan informasi secara resmi. Beberapa waktu yang


lalu, klub sepakbola PSS Sleman sempat diboikot oleh salah satu ordo
suporter mereka, Brigata Curva Sud (BCS). Salah satu tuntutan dari BCS
kepada PT Putra Sleman Sembada (selaku pengelola PSS Sleman) adalah
PSS harus lebih cakap dalam menyampaikan informasi dengan
menggunakan media resmi klub, agar dapat menjadi rujukan bagi suporter
(Irawan, 2019 : 185).

Selayang Pandang Komunikasi Olahraga


Bagian ini akan membahas mengenai komunikasi olahraga secara
general. Bagian ini dimunculkan untuk mengetahui bagaimana posisi
kajian mengenai humas olahraga. Selain itu, humas juga merupakan bagian
kajian dalam ilmu komunikasi sehingga penulis berpendapat perlunya
membahas komunikasi olahraga terlebih dahulu. Komunikasi olahraga
merupakan kajian yang masih relatif muda. Di Amerika Serikat, keterkaitan
antara komunikasi dan olahraga telah diukur selamat hampir 25 tahun,
namun dalam konteks akademik, komunikasi olahraga masih hal yang
baru. Karena kajian yang "masih terhitung muda", maka ada kebutuhan
untuk merumuskan secara detil tentang komunikasi olahraga dan
komponen-komponen terkait (Pedersen, dkk. 2007). Di Indonesia, kajian
mengenai komunikasi olahraga masih minim, meski di pada prakteknya
aktivitas komunikasi di bidang olahraga di Indonesia telah begitu
berkembang (Susanto, 2014 : vii). Minim apabila kita merujuk pada
konteks kajian ilmiah komunikasi olahraga yang dihasilkan dari disiplin
ilmu komunikasi.
Komunikasi olahraga melibatkan proses komunikasi olahraga,
komponen-komponennya, komunikasi antara praktisi industri olahraga,
organisasi, pemangku kepentingan internal dan eksternal serta hubungan
timbal balik di antara mereka. Termasuk dalam payung ini adalah teks,
konten, dan representasi simbolis serta lembaga, atau organisasi yang
memiliki, menjalankan, dan membiayai media olahraga atau departemen
komunikasi olahraga, sistem produksi, atau kegiatan yang terlibat dalam
menempatkan pesan olahraga bersama-sama. Kondisi ini termasuk

3
Narayana Mahendra Prastya

lingkungan di mana komunikasi dalam olahraga atau bahan media


olahraga terjadi makna komunikasi olahraga, penonton, dan konteks.
Penelitian ini sangat penting dalam semua bidang dan akan membantu
menumbuhkan pemahaman dan penyelidikan ilmiah lebih lanjut dalam
disiplin akademik yang sedang berkembang ini (Pedersen, dkk., 2007).
Pertanyaan mengenai komunikasi olahraga adalah : mulai dari mana?
Jawaban dari pertanyaan ini adalah pengertian dari komunikasi olahraga
itu sendiri. Karena, seperti dipaparkan di bagian awal, ilmu ini masih relatif
muda, maka belum ada formulasi yang cukup kuat mengenai pengertian
komunikasi olahraga. Secara sederhana, komunikasi olahraga dapat dibagi
ke dalam tiga pengertian : (1) komunikasi dalam kegiatan olahraga
(communication in sport), (2) komunikasi melalui olahraga
(communication through sport), dan (3) komunikasi dalam konteks
olahraga (communication in sport setting). Ketiga pengertian ini sekaligus
menjadi tiga bidang kajian utama dalam komunikasi olahraga (Pedersen,
dkk., 2007) .
Apabila mengacu pada pencarian di internet menggunakan kata kunci
“komunikasi olahraga” (dalam bahasa Indonesia), maka karya ilmiah
(jurnal atau hasil penelitian) bidang komunikasi dalam kegiatan olahraga
menjadi yang paling banyak muncul. Tema penelitian kebanyakan
membahas mengenai komunikasi interpersonal antara pelatih dengan atlet,
atau antara atlet dengan rekan satu timnya. Penelitian seperti ini banyak
dihasilkan oleh fakultas ilmu keolahragaan.
Bagaimana dengan penelitian seputar komunikasi olahraga yang
dihasilkan dari dispilin ilmu komunikasi? Berdasarkan hasil pencarian di
internet, sebagian besar penelitian di bidang komunikasi olahraga yang
dilakukan oleh sivitas akademika komunikasi (dosen atau mahsiswa/i)
lebih banyak membahas pada analisis berita tentang isu tertentu, analisis
audiens terhadap program komunikasi sebuah organisasi olahraga, dan
aktivitas-aktivitas komunikasi yang dilakukan oleh supporter klub tertentu.
Apabila ditarik ke dalam pengertian komunikasi olahraga oleh Pedersen,
dkk. (2007), maka karya ilmiah tersebut banyak membahas mengenai
komunikasi melalui olahraga dan komunikasi dalam konteks olahraga.

4
Humas dalam Organisasi Olahraga: Sebuah Pengantar

Penulis menyadari bahwa sumber-sumber dari internet belum bisa


mencakup semua hal, karena ada kemungkinan penelitian atau karya
ilmiah dengan tema sejenis yang belum atau tidak diunggah di internet.
Sebagai contoh penelitian mengenai komunikasi melalui olahraga,
membahas tentang pengaruh sponsorship yang dilakukan Garuda
Indonesia di klub sepakbola Liverpool, terhadap brand awareness
maskapai tersebut. Penelitian ini menggunakan 83 responden seluruhnya
laki-laki, berusia 20-22 tahun dan berstatus terdaftar sebagai mahasiswa
aktif. Kesimpulan dari penelitian adalah terdapat pengaruh yang sangat
kuat antara sponsorship tersebut dengan brand awareness Garuda
Indonesia. Penelitian ini memberikan rekomendasi bahwa mensponsori
sebuah klub olahraga ternama dapat meningkatkan brand awareness
sebuah jenama (Salma, 2018 : 24).
Dalam prakteknya, banyak perusahaan atau organisasi yang
menggunakan olahraga (baik itu klub olahraga atau event olahraga) untuk
tujuan promosi. Misalkan Coca Cola yang telah mensponsori kejuaraan
Piala Dunia sejak tahun 1978 atau Universitas Ahamd Dahlan (UAD)
Yogyakarta yang mensponsori klub PSIM Yogyakarta. Bentuk sponsorship
ini adalah UAD memberikan uang dengan nominal yang tidak disebutkan
kepada PSIM. Sebagai imbal baliknya nama UAD terpampang di jersey
yang digunakan oleh Laskar Mataram. Tujuan utama UAD mensponsori
PSIM adalah untuk mempromosikan perguruan tinggi, terlebih lagi
beberapa pertandingan klub yang berdiri tahun 1929 itu disiarkan oleh
televisi nasional. Selain itu tujuan lain adalah untuk mengangkat prestasi
dari tim sepakbola amatir UAD yakni UAD FC (Pratama, 2018 : 50-57).
Komunikasi melalui olahraga tidak melulu bertujuan komersil. Tidak
menutup kemungkinan pihak-pihak tertentu menggunakan olahraga untuk
menyampaikan tujuan-tujuan lain. Tujuan politik misalnya bisa dilihat dari
gerakan pro-kemerdekaan Catalonia di Spanyol melalui klub Barcelona,
atau ketika beberapa personel dari Pussy Riot – kelompok yang mengkritisi
pemerintah Rusia—masuk ke lapangan dan sempat menghentikan laga
final Piala Dunia 2018 antara Prancis dan Kroasia di Stadion Luzhniki,
Moskow, Juli 2018 silam.

5
Narayana Mahendra Prastya

Bidang ketiga adalah komunikasi dalam konteks olahraga. Pada


umumnya, praktek dalam bidang ini adalah komunikasi terencana yang
dilakukan oleh organisasi olahraga. Contoh penelitian kampanye bertajuk
“No Ticket No Game” yang dilakukan oleh klub sepakbola PSS Sleman,
yang bertujuan untuk membentuk kesadaran Sleman Fans (penggemar PSS
Sleman) untuk membeli tiket saat menonton pertandingan. Penelitian ini
menganalisis penggunaan bahasa dan media untuk menyampaikan pesan.
Hasil penelitian menyimpulkan pesan "No Ticket No Game" yang
disampaikan melalui tulisan di jersey pemain PSS Sleman, komunitas
online suporter, dan banner di tepi lapangan Stadion Maguwoharjo sudah
bisa dipahami dan dapat mempengaruhi tindakan supporter (Wardhana
dan Sulistyaningtyas, 2014)
Selain itu, komunikasi dalam konteks olahraga juga membahas
komunikasi yang dilakukan oleh perwakilan dari klub olahraga (pemain,
pelatih, manajer klub, direktur klub) ketika memberikan keterangan dan
menjawab pertanyaan wartawan; organisasi olahraga memberikan
keterangan kepada publik mengenai kasus yang terjadi melalui situsweb
resmi (misal baca : Prastya, 2018), dan sebagainya.
Dalam konteks supporter, terdapat misalkan tulisan ilmiah mengenai
bagaimana supporter klub sepakbola di Indonesia memanfaatkan media
sosial untuk merintis perdamaian dengan supporter yang selama ini
menjadi musuh bebuyutan (Junaedi, 2014: 126-132), memberikan kritik
kepada federasi sepakbola (PSSI) melalui media Twitter, atau mengelola
blog dan media sosial sebagai sarana menyampaikan informasi mengenai
sejarah klub yang tengah didukung.

Ruang Lingkup Aktivitas Humas di Organisasi Olahraga


Menurut Pedersen, dkk. (2007), organisasi atau lembaga olahraga
adalah entitas atau badan yang memiliki dan mengoperasikan media
olahraga, atau departemen dari hubungan masyarakat dan hubungan
media dalam sebuah lembaga olahraga. Masih dari literatur yang sama,
organisasi olahraga melakukan produksi pesan yang nantinya disampaikan
kepada publik. Ini lah yang dimaksud sebagai bentuk komunikasi olahraga.

6
Humas dalam Organisasi Olahraga: Sebuah Pengantar

Berdasarkan pengertian tersebut, maka konteks organisasi olahraga


di sini mencakup badan pengurus olahraga (misalkan federasi,
kementerian, operator kompetisi), klub olahraga, atau pun media massa
yang fokus pada olahraga (Pedersen, dkk.2007; Rahman, 2016). Organisasi
olahraga bersifat resmi, badan hukum, ada kepengurusan, struktur
organisasi, dan aturan yang jelas dan ketat.
Lalu apa saja ruang lingkup aktivitas humas di bidang olahraga?
Menurut Hopwood dkk. (2012), aktivitas tersebut adalah sebagai berikut
1. Manajemen hubungan olahraga
Organisasi olahraga harus mengelola publik mereka melalui
pendekatan strategis dalam hubungan manajemen yang tepat.
Pekerjaan yang dibutuhkan oleh organisasi untuk
mengembangkan hubungan strategis dengan masyarakat ini
mungkin memakan waktu dan sumber daya; Namun, upaya ini
dapat menawarkan manfaat bagi organisasi olahraga dalam
jangka waktu yang panjang.
2. Pemasaran Public Relations Olahraga
Konsep ini memperkenalkan hal-hal yang berkaitan tentang
humas pemasaran olahraga dan kedudukan dalam manajemen,
serta pemasaran untuk organisasi olahraga. Aktivitas tersebut
mencakup promosi, branding, dan aktivias-aktivitas pemasaran
lainnya. Untuk selengkapnya dapat dibaca di bagian lain dari
buku ini.
3. Tanggungjawab sosial olahraga
Melalui diskusi tentang tanggung jawab ekonomi, hukum, etika
dan kebijaksanaan, para peserta/para ahli/profesionalisme
membahas bagaimana organisasi olahraga di seluruh dunia
memposisikan pekerjaan mereka untuk tujuan CSR.
4. Hubungan komunitas olahraga
Berkembangnya program-program komunitas dari organisasi
olahraga atau program komunitas olahraga terkait organisasi
non-olahraga telah meningkatkan liputan media dalam
menyajikan pemberitaan yang positif. Praktek ini sebenarnya juga

7
Narayana Mahendra Prastya

bermanfaat bagi organisasi olahraga yang baru saja ditimpa krisis,


namun belum banyak yang memanfaatkannya.
5. Hubungan Organisasi Olahraga dengan Relawan
keterlibatan relawan tidak hanya memiliki manfaat untuk
membuat mereka merasa lebih dihargai,tetapi juga untuk
meningkatkan reputasi organisasi. Selain itu, menyediakan
komunitas lokal dengan mengundang pembicara untuk
menyajikan berbagai isu penting tentang hubungan organisasi
olahraga dapat dikembangkan bersama dengan pemangku
kepentingan setempat. Program relawan ini digunakan oleh
organisasi olahraga untuk lebih mengembangkan hubungan
dengan para pemangku kepentingan dan menciptakan sikap
proaktif pada isu-isu serius tersebut.
6. Komunikasi Krisis dan Humas di Bidang Olahraga
Point penting dari aktivitas inia adalah sebagai alat ketika
organisasi olahraga mengalami situasi krisis. Penjelasan lengkap
dapat dibaca di bagian lain dari buku ini.
7. Peran Humas dari Fans dan Suporter
Organisasi olahraga perlu memanfaatkan kelompok penggemar
dan pendukung mereka secara strategis demi mewujudkan tujuan
ubungan masyarakat. Sebagai contoh, citra klub sepakbola akan
bergantung pada perilaku suporternya. Tanpa dukungan mereka,
organisasi olahraga pasti tidak akan ada dan berfungsi. Sementara
bagi organisasi olahraga yang cerdas, penggemar dan pendukung
adalah pedoman penting bagi hubungan masyarakat. Mereka
hanya mengatakan hal-hal baik tentang organisasi olahraga dan
mereka mendukungnya dengan secara total. Bahkan yang lebih
penting, mereka cenderung meneruskan semangat mereka untuk
klub olahraga kepada anak-anak mereka dan orang lain. Terkait
alasan lainnya, penggemar dan kelompok pendukung adalah duta
merek yang sangat penting bagi organisasi olahraga apa pun, dan
akibatnya adalah terjadinya sumber daya hubungan masyarakat
dan komunikasi olahraga yang sangat kuat
8. Teknologi Media Komunikasi bagi Olahraga

8
Humas dalam Organisasi Olahraga: Sebuah Pengantar

Perkembangan teknologi komunikasi dan internet telah


mempengaruhi praktek humas dalam organisasi olahraga.
Internet menuntut organisasi olahraga untuk memberikan
informasi secara cepat dan akurat. Di sisi lain, kecermatan dalam
mengelola internet harus sangat diperhatikan. Lebih lengkap
dapat dibaca di bagian lain dari buku ini.

Dari literatur lain, media officer PSM Makassar, A. Widya


Syadzwina (2016: 146), menuliskan bahwa tugas-tugas dari humas klub
adalah pengembangan dan penciptaan pesan, hubungan dengan
komunitas, hubungan dengan media, kolaborasi, dan komunikasi dengan
pemangku kepentingan yang berpengaruh terhadap keberlangsungan klub
seperti pemegang saham, suporter, penonton pemegang tiket terusan, fans
yang bertipikal casual, konsumen media olahraga, dan lain-lain.
Humas dalam konteks organisasi olahraga merupakan kajian yang
muncul dari ilmu manajemen. Di waktu lalu, humas di organisasi olahraga
sering dikaitkan dengan aktivitas menulis siaran pers, konferensi pers
terjadwal, dan pengurusan dokumen atau administratif. Dewasa ini, tugas
dan kewenagnan itu bertambah. Para humas di bidang olahraga perlu
terlibat dalam menyelesaikan persoalan yang dihadapi organisasi,
memetakan kepentingan dan harapan publik terhadap organisasi, dan
menjelaskan hal-hal tersebut kepada jajaran pimpinan organisasi
(Novitaria, 2017).

Trend dalam Praktek Humas di Organisasi Olahraga


Dalam hal aktivitas mau pun trend kajian mengenai humas di
bidang olahraga, terdapat pada tiga bidang yakni humas dalam hubungan
media, komunikasi pemasaran, dan pemanfaatan teknologi komunikasi
guna menunjang aktivitas kehumasan. Hubungan media menjadi praktek
yang dominan dalam kegiatan kehumasan di organisasi olahraga.
Novitaria (2017) mengungkapkan bahwa humas di organisasi
olahraga paling sering dikaitkan dengan aktivitas hubungan media. Dalam
penelitiannya terhadap humas di organisasi olahraga, Stoldt, dkk. (2009)

9
Narayana Mahendra Prastya

menyebutkan bahwa tidaklah mengherankan bahwa responden dalam


penelitian umumnya menyebut media sebagai kepentingan publik. Relasi
yang relatif unik antara olahraga dan media massa telah menghasilkan
tuntutan signifikan yang ditempatkan pada banyak profesional humas
dalam organisasi olahraga. Pemahaman ini menjadikan bagaimana
pemberitaan positif organisasi di media massa menjadi tolok ukur
keberhasilan kinerja.
Selanjutnya adalah praktek berkaitan dengan komunikasi
pemasaran. Humas dalam organisasi olahraga pada umumnya berkaitan
langsung dengan aktivitas pemasaran atau periklanan yang bertujuan
untuk menghasilkan kesaaran terhadap produk dari organisasi olahraga
tersebut (Syadzwina, 2016 : 146). Pemasaran pada umumnya dilakukan
oleh organisasi olahraga yang bersifat komersial seperti klub olahraga
(misal baca Ernawati dkk., 2019) atau penyelenggara kompetisi (misal baca
Andretti, 2016). Pada umumnya lembaga-lembaga tersebut melakukan
aktivitas-aktivitas komunikasi pemasaran terpadu seperti public relations,
personal selling, sales promotion, pemasaran langsung, dan iklan.
Aktivitas-aktivitas tersebut dilakukan secara luar jaringan (offline) atau
pun dalam jaringan (online) dengan memanfaatkan situs internet dan
media sosial
Berkaitan dengan penggunaan teknologi komunikasi (baca :
internet) dalam aktivitas kehumasan organisasi olahraga, Boyle dan Haynes
(2014) memaparkan bahwa munculnya situs jejaring sosial, media digital,
telah membantu perkembangan dalam praktek humas di organisasi
olahraga. Selain itu, perkembangan teknologi komunikasi juga berpengaruh
pada perubahan strategi komunikasi mereka dalam satu decade terakhir.
Munculnya media sosial sebagai real-time telah memaksa lembaga-
lembaga olahraga untuk memikirkan strategi yang berkaitan dengan
hubungan media. Sebagai contoh, Liga Premier Inggris (EPL) memperkuat
tim komunikasinya dengan merekrut empat tim media sosial, karena
mereka semakin khawatir bahwa suara EPL tidak didengar meskipun
menggunakan platform media digital.

10
Humas dalam Organisasi Olahraga: Sebuah Pengantar

Berbeda dengan pengelola kompetisi, Federasi Sepakbola Inggris


(Football Association, selanjutnya ditulis FA) masih melakukan diskusi
internal tentang di mana idealnya elemen media sosial ditempatkan : unit
kerja pemasaran atau unit kerja humas. Kedua unit kerja tersebut telah
mengakui bahwa media sosial memungkinkan mereka untuk menyebarkan
berita secara real-time kepada para pemangku kepentingan, memberi
mereka ruang untuk mengatasi situasi krisis dengan cepat, dan membantu
melindungi identitas merek mereka sambil memastikan bahwa orang-orang
mendapatkan informasi yang akurat tentang organisasi tersebut. Dalam
pemaparan tersebut, asumsi yang dapat dijelaskan adalah apabila media
sosial hanya digunakan untuk keperluan pemasaran, maka hal tersebut
dapat menghilangkan peran komunikatif yang secara luas, karena
kehadiran platform media ini dapat membantu memfasilitasi persoalan
tersebut (Boyle dan Haynes, 2014).
Organisasi olahraga menggunakan media berbasis internet untuk
melakukan aktivitas komunikasi pemasaran seperti melakukan branding
dan mendekatkan diri dengan suporter atau fans (Anshari dan Prastya,
2014), menjadi sumber informasi rujukan bagi fans (Putra dan Anshari,
2016), memberikan pernyataan resmi organisasi, dan merespon isu-isu
negatif yang beredar di masyarakat – terutama dalam situasi krisis (misal
baca Prastya 2018).

Persoalan dalam Humas di Organisasi Olahraga


Tuntutan untuk memperoleh publikasi positif di media massa
acapkali dilakukan secara tidak etis. Tidak jarang sebuah organisasi
olahraga memanipulasi fakta. Sebagai contoh mantan pesepakbola asal
Italia, Andrea Pirlo dalam biografinya mengungkapkan bahwa tim nasional
tidak jarang berbohong tentang penyebab cedera pemain; sementara klub
tidak jarang memberikan informasi yang berlebihan mengenai durasi
kontrak pemain (Alciato, 2016: 52, 81). Kondisi serupa terjadi di
Indonesia, bahkan ada satu-dua organisasi olahraga memberikan tawaran
kompensasi (baca : "amplop") bagi jurnalis yang menuliskan berita positif.
Di sisi lain, meski wartawan sejatinya tidak menginginkan amplop, namun

11
Narayana Mahendra Prastya

Tindakan tersebut tentu saja mencederai kode etik profesi jurnalis


(Rahman, 2016 : 138-141).
Meski begitu dalam penggunaannya organisasi olahraga masih
belum menunjukkan praktek yang ideal seperti lambat dalam merespon
(Putra dan Anshari, 2016), terlalu terburu-buru dalam merespon sehingga
justru memberikan informasi yang salah (Prastya, 2019) dan memberikan
respon yang percuma, dalam arti respon tersebut hanya berorientasi
kepada kepentingan organisasi, tanpa melihat apakah publik akan
memperhatikan pesan yang terkandung pada respon tersebut atau tidak
(Prastya, 2018).
Untuk Indonesia ada persoalan yang dihadapi dalam praktek humas
di organisasi olahraga yakni persoalan keuangan, kompetensi praktisi
humas, dan cara pandang organisasi terhadap tugas dan fungsi humas.
Novitaria (2017) menjelaskan bahwa problem yang dihadapi oleh
organisasi olahraga di tingkat federasi atau pengurus cabang olahraga di
Indonesia adalah persoalan keuangan, di mana humas tidak memiliki
anggaran tersendiri sehingga sulit untuk mengembangkan program-
programnya; persoalan sumber daya manusia (SDM) berkaitan dengan
kurangnya pengetahuan humas terhadap cabang olahraga itu sendiri
sehingga tidak bisa memberikan informasi yang sesuai dengan kebutuhan
publik atau media. Sementara di level klub olahraga, Syadzwina (2016)
menyatakan bahwa tugas-tugas kehumasan seringkali dijalankan oleh
personel yang sama, di mana pada umumnya adalah media officer. Kondisi
ini, di mana tugas-tugas kehumasan dibebankan hanya kepada unit kerja
media officer, pada prinsipnya tidaklah cukup. Alhasil, sangat jarang klub
sepakbola di Indonesia yang memiliki humas yang benar-benar
menjalankan tugasnya secara profesional.

12
Humas dalam Organisasi Olahraga: Sebuah Pengantar

Daftar Pustaka
Alciato, Alessandro (2016) I Think Therefore I Play (judul asli Penso
Quindi Gioco. Terj. Bahasa Indonesia : Ivan Atmanagara). Jakarta :
Kepustakaan Populer Gramedia
Andretti, Yosephin R (2016) INTEGRATED MARKETING
COMMUNICATIONS DALAM KOMUNIKASI PEMASARAN PT.
DBL INDONESIA (Studi tentang Implementasi Integrated
Marketing Communications dalam Komunikasi Pemasaran PT. DBL
Indonesia 2014). URL
http://www.jurnalkommas.com/view.php?nama=Jurnal%20Yoshe
pin.pdf, tanggal akses 15 Juli 2019
Anshari, Faridhian dan Prastya, Narayana Mahendra (2014) "New Media
dan Social Media sebagai Sarana Branding Klub Sepakbola di
Indonesia" dalam Bonaventura Satya Bharata, Fajar Junaedi, Setio
Budi HH (Editor) Sport, Komunikasi, dan Audiens. Yogyakarta :
ASPIKOM, Fikom Tarumanagara, Fisip UAJY, dan Buku Litera.
Boyle, Raymond dan Haynes, Richard (2014) "Sport, public relations and
social media". dalam Andrew C.Billings dan Marie Hardin
(Editor). Routledge Handbook of Sport and New Media. Routledge:
London and New York. URL
http://eprints.gla.ac.uk/92902/1/92902.pdf, tanggal akses 8 Maret
2019
Ernawati, Santi; Surya, Iman dan Hairunissa (2019) "Strategi Komunikasi
Pemasaran Terpadu dalam Membangun Brand Image Klub
Sepakbola Profesional Borneo Football Club Samarinda". eJournal
Ilmu Komunikasi, Vol.7, No 2 : 54-67
Hopwood, Marina; Kitchin, Paul, & Skinner, James (2012) “Bringing Public
Relatiosn and Communication Studies to Sport” . URL
https://www.academia.edu/21331331/Bringing_Public_Relations_
and_Communication_Studies_to_Sport, tanggal akses 8 Maret
2019

13
Narayana Mahendra Prastya

Irawan, Aditya (2019) "Mewujudkan PSS menjadi Klub Profesional" dalam


Sirajudin Hasbi dan Moddie A. Wicaksono (Editor). Merawat
Sepakbola Indonesia. Yogyakarta : Fandom Indonesia
Junaedi, Fajar (2014) Merayakan Sepakbola: Fans, identitas, dan Media.
Yogyakarta: Buku Litera
Novitaria, Ika (2017) “The Role of Public Relations In Sport Organization
In Indonesia” American Scientfic Pulishers Advanced Scienc
Letters, 23 (1), January: 528-531

Pedersen, Paul M.; Laucella, Pamela C.; Miloch, Kimberly C.; & Fielding,
Larry W. (2007) ‘The Juxtaposition of Sport dnd Communication:
Defining The Field of Sport Communication’. URL:
https://www.researchgate.net/publication/247834511_The_juxtap
osition_of_sport_and_communication_Defining_the_field_of_spo
rt_communication. Tanggal akses: 10 Mei 2018
Prastya, Narayana M. (2018) “Analisis Framing terhadap Pernyataan Resmi
Kemenpora RI dan PSSI dalam Kasus Sanksi FIFA terhadap
Indonesia”. Jurnal Komunikator, Volume 10, Nomor 1, Mei : 10-23
Prastya, Narayana M. (2019) "Antisipasi Krisis dengan Literasi
Kehumasan" dalam Sirajudin Hasbi dan Moddie A. Wicaksono
(Editor). Merawat Sepakbola Indonesia. Yogyakarta : Fandom
Indonesia
Pratama, Muhammad R.A. (2018) Strategi Marketing Sponsorship PSIM
Yogyakarta di Liga 2 Indonesia 2017. URL:
http://repository.umy.ac.id/handle/123456789/18905?show=full.
Tanggal akses : 1 Agustus 2018
Putra, Muhammad Andrya Surya dan Anshari, Faridhian (2016) "Cyber
Public Relations dalam Klub Sepakbola di Indonesia". CoverAge:
Journal of Strategic Communication, Volume 7, Nomor 1 : 43-54
Rahman, Fajar (2016) "Profesionalisme dan Transparansi Semu Sepakbola
Indonesia" dalam Sirajudin Hasbi dan Ferry T. Sasono (Editor)
Sepakbola 2.0. Yogyakarta : Fandom Indonesia

14
Humas dalam Organisasi Olahraga: Sebuah Pengantar

Salma, Aqida N. (2018) “Pengaruh Sponsorship dalam Meningkatkan


Brand Awareness (Studi pada Sponsorship Garuda Indonesia
terhadap Liverpool FC sebagai Global Official Airline Partner”
Interdisciplinary Journal of Communication Volume 2, Nomor 1: 1-
26
Stoldt, G. Clayton; Miller, Lori K. ; Vermillion, Mark (2009) “Public
Relations Evaluation in Sport : Views From the Field” International
Journal of Sport Communication 2009, 2 : 223-239
Susanto, Eko Harry (2014) “Perlunya Kajian Komunikasi dalam Olahraga”
dalam Bonaventura Satya Bharata, Fajar Junaedi, Setio Budi HH
(Editor) Sport, Komunikasi, dan Audiens. Yogyakarta : ASPIKOM,
Fikom Tarumanagara, Fisip UAJY, dan Buku Litera.
Syadzwina, A. Widya (2016) "Peranan Public Relations dan Media Officer
dalam Organisasi Sepakbola Profesional" " dalam Sirajudin Hasbi
dan Ferry T. Sasono (Editor) Sepakbola 2.0. Yogyakarta : Fandom
Indonesia
Wardhana, Lukas Andey P.A. dan Sulistyaningtyas, Ike Devi (2014)
Evaluasi Komponen Pesan dan Media Kampanye No Ticket No
Game pada Suporter Klub Sepakbola Brigata Curva Sud PSS
Sleman. URL : http://e-journal.uajy.ac.id/5379/1/JURNAL%20
PENELITIAN.pdf. Tanggal akses : 1 Agustus 2018

15
Narayana Mahendra Prastya

16
Strategi IeSPA
(Indonesia Esports Association)
dalam Mengkampanyekan
Olahraga Elektronik (Esports) di
Indonesia

Firdan Rastama Faherty

Pendahuluan
Ketika kita mendengar kata “permainan video” (video game),
anggapan umum yang terbentuk adalah hal tersebut merupakan
permainan, merupakan hiburan untuk ajang melepas penat. Ketika
kemudian kita mendengar kata pelaku permainan video game (gamer),
maka yang terlintas adalah orang yang sudah kecanduan permainan video
sehingga rela menghabiskan seluruh uang dan waktunya di game center
untuk bermain. Permainan juga “identik” dengan pengaruh negatif. Sebagai
contoh, pemerintah kota Padang, Sumatera Barat sempat mewacanakan
untuk memblokir game online, karena potensi negatif yang mungkin timbul
(Setiawan, 2016).
Apakah video game hanya sekadar hiburan yang sekadar membuang
waktu, menghabiskan uang, dapat menimbulkan kecanduan, sehingga akan
dapat merugikan diri sendiri? Ternyata anggapan itu tidak sepenuhnya
benar. Saat ini permainan video seperti League of Legends, Dota 2,

17
Firdan Rastama Faherty

Heartstone, CS:GO (Counter Strike Global Offensive) dan sejenisnya telah


diakui sebagai salah satu cabang olahraga, yang dikenaldengan istilah
olahraga elektroniks atau olahraga elektronik.
Sebagai catatan, penulis belum menemukan standar baku dalam
penulisan esports (karena ada yang menuliskan e-Sports dengan tanda
hubung, ada pula yang menuliskan olahraga elektronik), sehingga penulis
memilih menggunakan frasa “olahraga elektronik”. Hal ini mengacu pada
salah satu materi informasi di situsweb resmi IeSPA yang menggunakan
frasa tersebut (lihat : http://www.iespa.or.id/index.php/8-news/4-pelantikan-
kepengurusan-iespa-provinsi-jawa-tengah)
Keberadaan olahraga elektronik saat ini bukanlah hanya sebatas
bermain game saja. Seorang gamer profesional dapat memberikan
beberapa keuntungan baik dari segi materil, menambah pengalaman
hingga keliling dunia untuk mengikuti turnamen-turnamen yang dilakukan
diluar negeri dan juga bisa membawa nama negara untuk ajang kompetisi
internasional.
Salah satu bentuk “pengakuan” dunia olahraga terhadap olahraga
elektronik adalah masuknya cabang ini di nomor ekshibisi (tidak
memperebutkan medali) di Asian Games 2018 Jakarta-Palembang. Game
yang dipertandingkan adalah Arena of VAlor (AoV), Clash Royale, League
of Legends, Starcraft II, Hearthstone, dan Pro Evolution Soccer (PES) 2018.
Menurut rencana, olahraga elektronik juga akan digelar di SEA Games 2019
Filipina (Galih, 2018)
Contoh lain, klub sepakbola asal Inggris, Manchester City, telah
memiliki tim olahraga elektronik. Pada tahun 2016, klub berjuluk The
Citizens ini merekrut pemuda berusia 18 tahun untuk menjadi pemain
olahraga elektronik divisi FIFA (Yulianson, 2017). Media olahraga ESPN
juga telah mengembangkan portal resmi olahraga elektronik di website
mereka sejak tahun 2015. Materi olahraga elektronik di ESPN baru terfokus
pada beberapa judul game, yaitu League of Legends, Dota 2, Heartstone
dan CS:GO (Counter Strike Global Offensive)
(https://dailysocial.id/post/espn-luncurkan-portal-resmi-e-Sports, diakses
1 April 2018)

18
Strategi IESPA (Indonesia Esport Association)
dalam Mengkampanyekan Esport di Indonesia

Sebelum masuk ke dalam cabang olahraga, pihak-pihak pengembang


permainan video juga telah menyelenggarakan turnamen olahraga
elektronik. Beberapa perusahaan game dunia pun juga mulai meningkatkan
kualitas turnamen olahraga elektronik tiap tahunnya baik itu total hadiah
yang meningkat ataupun pelaksanaan turnamen itu sendiri yang lebih
terstruktur.
Turnamen – turnamen olahraga elektronik dunia pun semakin
banyak peminatnya dan penonton yang menonton turnamen tersebut, para
gamers yang menyaksikan langsung turnamen tersebut ataupun juga
menyaksikan turnamen tersebut lewat live streaming via youtube dan
twitch. Saat ini pun para professional gamers dunia pun sudah banyak yang
memanfaatkan beberapa situs streaming seperti YouTube dan Twich, dan
banyak gamers yang melihat langsung bagaimana cara permainan dari
professional gamers dunia.
Olahraga elektronik saat ini menjadi salah satu industri yang
menjanjikan, pasalnya banyaknya penonton dalam satu turnamen olahraga
elektronik membuktikan bahwa olahraga elektronik bisa memberikan
keuntungan tersendiri oleh beberapa pihak, masuknya sponsor – sponsor
dalam satu turnamen olahraga elektronik sudah membuktikan bahwa
olahraga elektronik di zaman sekarang bisa menjadi industri yang
menjanjikan dan para gamers yang serius menekuni di bidang olahraga
elektronik tentu akan dapat memberikan keuntungan tersendiri.
Banyaknya turnamen-turnament olahraga elektronik juga
membuktikan bahwa olahraga elektronik semakin besar seiring waktu.
Salah satunya turnamen yakni The International, turnamen terbesar di
Dota 2 dan juga paling bergengsi di dunia. Pada kompetisi tahun 2017, total
hadiah uang yang terkumpul telah mencapai angka 20.773.957 dollar AS
atau sekitar Rp 277 miliar. Angka tersebut merupakan rekor baru bagi
pertandingan ini. Jumlah tersebut telah melampaui total hadiah dari The
International tahun lalu. Kala itu, hadiah yang tersedia mencapai
20.770.460 dollar AS (Deliusno, 2017).
Bagaimana dengan di Indonesia? Di Indonesia keberadaan olahraga
elektronik awalnya hanya dirasakan oleh para pelaku dari eSporst dan juga
para penggemar olahraga elektronik itu sendiri, di Indonesia awal

19
Firdan Rastama Faherty

perkembangan olahraga elektronik dimulai dari turnamen – turnamen


kecil di warnet – warnet yang berhadiah jutaan rupiah hingga saat ini
turnamen yang memiliki total hadiah hingga milyaran rupiah, dari yang
awalnya turnamen yang bersifat lokal hingga turnamen yang memiliki skala
nasional, dari yang awalnya di Indonesia hanya mempunyai sedikit team
olahraga elektronik. Saat ini di Indonesia sendiri sudah mempunyai
beberapa team besar olahraga elektronik di Indonesia seperti Boom ID,
Evos, RRQ, Nxl, dan masih banyak team yang lainnya yang sudah memiliki
prestasi di Indonesia hingga di skala Internasional. Di tahun 2018
Indonesia menempati urutan ke 17 yang memiliki 82 juta pemain game
yang menghabiskan 1,130 juta dolar untuk bermain game. (https://
newzoo.com/insights/rankings/top-100-countries-by-game-revenues,
akses 7 Juni 2018).
Turnamen olahraga elektronik di Indonesia berlangsung secara rutin
di setiap tahun, baik itu untuk level nasional mau pun internasional. Para
publisher game yang ada di Indonesia juga mempunyai event tahunan yang
dapat diikuti oleh semua team olahraga elektronik yang ada di Indonesia,
event yang diadakan juga menarik beberapa gamers yang ada pasalnya
hadiah yang diberikan bisa dibilang cukup menarik perhatian oleh gamers.
Salah satunya yaitu turnamen nasional Point Blank National
Competition. Turnamen ini digelar oleh publisher game PT Garena
Indonesia. Format kompetisi turnamen ini dilaksanakan di beberapa kota
yang ada di Indonesia dan team yang menjuarai di tingkat daerah berhak
maju ke babak selanjutnya dan akan bertanding dengan para juara daerah
lainnya, pemenang dari PBNC ini akan diikutsertakan di tingkat
international yaitu PBIC (Point Blank International Competition) dan akan
membawa nama Indonesia untuk bertanding di ajang International. Di
tahun 2015 PBNC menawarkan total hadiah sebesar Rp 3 miliar kepada
para pemenang. Angka ini menjadikan PNBC sebagai turnamen olahraga
elektronik dengan hadiah terbesar di Indonesia (Priyatno, 2017).
Berkembangnya olahraga elektronik di Indonesia memberikan
kesempatan bagi para pelaku olahraga elektronik di tanah air untuk dapat
menunjukkan kemampuannya baik di tingkat nasional bahkan hingga
internasional, dengan mengikuti beberapa turnamen di tingkat
international membuktikan bahwa team – team olahraga elektronik yang

20
Strategi IESPA (Indonesia Esport Association)
dalam Mengkampanyekan Esport di Indonesia

ada di Indonesia sebenarnya bisa bersaing di tingkat international,


contohnya saja salah satu team asal Indonesia yaitu nxl yang bisa dibilang
salah satu team olahraga elektronik asal Indonesia yang paling sukses, team
nxl yang bermain di divisi CS:GO (Counter Strike Global Offensive) sudah
banyak menjuarai beberapa turnamen baik itu tingkat nasional ataupun
international. Di tahun 2015 nxl menjuarai BenQ CS:GO Asia Cup 2015 di
Malaysia, kemenangan yang diraih team nxl ini patut membuat Indonesia
bangga pasalnya nxl satu-satunya team dari Indonesia yang menjadi juara
turnament 2 tahun berturut – turut dan menjadi raja untuk di tingkat Asia.
Dengan adanya team dari Indonesia yang berhasil di tingkat International
akan membuat team olahraga elektronik Indonesia akan dipandang dunia
sebagai salah satu pesaing di dunia olahraga elektronik.
(www.teamnxl.com/ news/teamnxl-juara-benq-csgo-asia-cup-2015 akses 4
April 2018).
Keberadaan turnamen secara rutin, banyaknya pemain olahraga
elektronik, dukungan dari publisher game, dan dalam perkembangan
selanjutnya olahraga elektronik mendapat “pengakuan” dari pemerintah
Indonesia. Pada 1 April 2013 berdiri organisasi bernama Indonesia
olahraga elektronik Association (IeSPA), di bawah perlindungan
Kementrian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) dan FORMI (Federasi
Olahraga Rekreasi Masyarakat Indonesia sebagai pembina, dan IeSPA juga
merupakan anggota dari IeSF (International olahraga elektronik
Federation). Sebagai tempat untuk gamers yang resmi dari pemerintah
membantu para gamers untuk membantu memajukan olahraga elektronik
di Indonesia”.(http://www.iespa.or.id/about.html akses 4 April 2018)
IeSPA sebagai asosiasi resmi olahraga elektronik di Indonesia
berperan untuk menjadi jembatan antara komunitas gaming di Indonesia
dengan pemerintah, karena pada dasarnya olahraga elektronik di Indonesia
berkembang berasal dari komunitas gaming di Indonesia itu sendiri. Selain
itu juga menjalin hubungan dengan komunitas gaming IeSPA, bertugas
untuk memberikan pemahaman yang benar tentang olahraga elektronik
kepada masyarakat umum di Indonesia yang masih belum mengetahui apa
itu olahraga elektronik, dan juga bertugas untuk meregulasi keberadaan
olahraga elektronik di Indonesia tentunya sebagai cabang olahraga baru
diperlukan organisasi resmi dari pemerintah untuk mengatur olahraga

21
Firdan Rastama Faherty

elektronik di Indonesia agar perkembangannya dapat diarahkan dengan


benar. Di Asian Games 2018 IeSPA bertugas untuk menyeleksi pemain
yang akan bertanding di pertandingan eksibisi, dalam menyeleksi pemain
yang akan bertanding IeSPA menyeleksi dari beberapa atlet berbakat di
seluruh kota di Indonesia untuk beberapa cabang yang dipertandingkan di
Asian Games 2018.
Fokus penelitian ini adalah bagaimana IeSPA mengkampanyekan
olahraga elektronik di Indonesia. Titik berangkat dari fokusi ini adalah
peran IeSPa berupa “bertugas untuk memberikan pemahaman yang benar
tentang olahraga elektronik kepada masyarakat umum di Indonesia”.
Harus diakui, olahraga elektronik merupakan hal baru di Indonesia.
Persepsi mengenai gamer, video game, membuat pemahaman orang awam
akan olahraga elektronik tidak jauh beda dengan “sekadar permainan video
pada umumnya”. Oleh karenanya, IeSPA perlu melakukan aktivitas
kampanye mengenai olahraga elektronik.

Tinjauan Pustaka
1. Mengkampanyekan Olahraga
Penulis akan memaparkan rangkuman dari sejumlah penelitian
dengan tema “mengkampanyekan olahraga yang masih baru kepada
masyarakat”. Berkaitan dengan olahraga elektronik, penelusuran penulis
baru menemukan satu penelitian yang membahas mengenai sosialisasi
dengan target audiens atlet olahraga elektronik. Hal yang disosialisasikan
adalah tentang hal-hal yang harus diperhatikan atlet olahraga elektronik
guna meningkatkan kemampuan mereka, mulai dari teknik bermain secara
individual, kemampuan bekerjasama, dan kualitas dari alat-alat (seperti
keyboard, mouse, mousepad, dan headset). Pelatihan atlet olahraga
elektronik oleh IeSPA juga diharapkan dapat mempersiapkan para atlet
untuk berlaga di turnamen olahraga elektronik internasional (Fajri, 2016).
Berkaitan dengan olahraga yang masih baru, penelitian Kartika
(2015) membahas strategi kampanye olahraga freelatics di kota Bandung,
Jawa Barat. Freeletics merupakan masih terbilang olahraga yang baru di
Indonesia, freeletics adalah olahraga fisik, berintensitas tinggi serta dapat

22
Strategi IESPA (Indonesia Esport Association)
dalam Mengkampanyekan Esport di Indonesia

dilakukan dimana saja. Kampanye dilakukan dengan memanfaatkan


aplikasi mobile sebagai media utama untuk menyampaikan kampanye,
kampanye ini diharapkan dapat menjadi awal dari efek jangka panjang
pada masyarakat untuk lebih peduli kepada kesehatan.
Dua penelitian adalah membahas bagaimana meningkatkan citra
olahraga di mata masyarakat. Perbedaannya, olahraga yang dibahas sudah
cukup familiar. Peneltian Putra dan Tirtawidjaja (2012) membahas
kampanye sosial mendorong kecintaan remaja terhadap bulutangkis
Indonesia. Titik berangkat penelitian adalah prestasi bulutangkis Indonesia
yang menurun berbanding lurus dengan apresiasi masyarakat terhadap
olahraga tersebut. Kampanye ini melibatkan para remaja khususnya siswa
SMA.
Sedangkan Maulidika dan Waspada (2014) membahas bagaimana
memperbaiki citra olahraga biliar di mata masyarakat Indonesia. Meski
sering mendulang medali di kejuaraan multicabang, namun masyarakat
Indonesia masih memandang biliar sebelah mata. Strategi kampanye yang
dilakukan lebih difokuskan pada pendidikan di sekolah bahwa olahraga
biliar dapat mengangkat reputasi Indonesia di kancah internasional.

2. Kampanye Humas
Kampanye merupakan salah satu kegiatan yang berada dalam lingkup
kegiatan kehumasan, kampanye digunakan sebagai untuk membantu
perusahaan mencapai tujuan untuk membuat khalayak umum dapat
mengerti terhadap pesan-pesan yang disampaikan melalui kampanye
tersebut.(Ruslan, 2013:63).
Menurut Gregory (2004: 78) terdapat tiga level dalam tujuan
kampanye. Level pertama yakni membentuk kesadaran target publik,
dengan capaian berupa target publik memahami terhadap pesan yang
disampaikan melalui kampanye. Level kedua, setelah target publik
memiliki pengetahuan, kemudian pesan kampanye tersebut dapat
membentuk sikap dan opini publik. Level ketiga adalah publik bertindak
sesuai dengan apa yang diinginkan sesuai tujuan kampanye.
Contoh sederhananya, sebuah organisasi hendak mengkampanyekan
tentang kejuaraan olahraga untuk orang berkebutuhan khusus

23
Firdan Rastama Faherty

(penyandang difabel), dengan target publik adalah masyarakat umum.


Tujuan level pertama adalah masyarakat umum mengetahui misalkan
tentang cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan, nama-nama atlet
yang bertanding, aturan di setiap cabang olahraga, dan sebagainya. Tujuan
level kedua adalah masyarakat mulai bersimpati pada perjuangan para atlet
difabel dalam meraih hasil terbaik. Tujuan level ketiga adalah masyarakat
datang langsung ke tempat pertandingan menyaksikan kejuaraan olahraga
untuk difabel

3. Khalayak Sasaran dalam Kegiatan Kampanye


Dalam pelaksanaan program kampanye seorang public relations
penting untuk menjalin hubungan dengan berbagai pihak eksternal
misalnya dengan media massa, pemerintah, komunitas dan dengan
khalayak sasaran yang menjadi sasaran dari kampanye public relation.
Beard (2004:118) mengatakan kegiatan hubungan dengan pihak eksternal
yang dilakukan oleh public relations yaitu:
a. Hubungan dengan Komunitas (community relations)
Komunitas merupakan publik yang penting bagi sebuah
organisasi. Dukungan dari komunitas dapat mempermudah aktivitas
kampanye public relations. Menurut Moore (2002: 19) guna
mendukung kegiatan hubungan dengan komunitas dan dapat
membentuk relasi yang baik, organisasi perlu mengidentifikasi apa
yang menjadi kebutuhan dari komunitas tersebut dan hal-hal apa
yang kemudian menjadi hambatan dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Dalam aktivitasnya, organisasi dapat berbagi peralatan, fasilitas, dan
keahlian profesional kepada komunitas, memberi pelatihan,
konsultasi, dan mendorong komunitas untuk terlibat aktif.
b. Hubungan dengan media massa dan pers (media & press
relations)
Media massa (dan pers) merupakan komponen penting dalam
aktivitas kehumasan, termasuk di antaranya kegiatan kampanye. Ini
karena media massa memiliki kekuatan untuk mempengaruhi
masyarakat. Apabila kampanye sebuah organisasi diberitakan secara

24
Strategi IESPA (Indonesia Esport Association)
dalam Mengkampanyekan Esport di Indonesia

positif oleh media massa, maka masyarakat akan memandang


kegiatan itu positif. Begitu pula sebaliknya.
Soemirat dan Ardianto (2016: 128) menyebutkan dalam upaya
membina hubungan pers, maka seorang public relations perlu
melakukan berbagai kegiatan yang bersentuhan dengan pers antara
lain melakukan konferensi pers untuk mempermudah pesan yang
ingin disampaikan dalam program kampanye public relations, press
brefing untuk menyampaikan informasi kegiatan yang akan
dilakukan, membuat press release sebagai publisitas media yang
banyak digunakan dalam kegiatan kehumasan untuk memberikan
informasi, dan yang terakhir membuat special event yang dapat
menarik minat berbagai kalangan khususnya khalayak sasaran dari
program kampanye yang dilakukan.

c. Hubungan dengan pemerintah


Menjalin hubungan yang baik dengan pemerintah merupakan
salah satu yang terpenting bagi perusahaan, komunikasi yang baik
antar perusahaan dengan pemerintah dapat memberikan beberapa
kemudahan bagi perusahaan itu sendiri. Hubungan dengan
pemerintah pada intinya merupakan upaya membentuk dan
mengembangkan saling pengertian, pemahaman akses dan dukungan
optimal serta kerjasama dari pemerintah.
Menurut Anggoro dan Estu (2002 : 130) bentuk hubungan
dengan pemerintah yang dapat dilakukan,di antaranya mensponsori
kegiatan baik dalam konteks nasional atau internasional dalam
rangka mengharumkan nama bangsa, mengundang pejabat
pemerintah dalam acara perusahaan, melakukan kegiatan lobi secara
baik dengan pihak pemerintah untuk memperlancar kegiatan
perusahaan, hingga hal-hal yang bersifat informal seperti
mengirimkan souvenir bagi instansi pemerintah terakit.

4. Pemanfaatan Media Berbasis Internet dalam Kampanye


Kehumasan
Aktivitas kehumasan di era digital tidak boleh melupakan
keterlibatan media berbasis internet, yakni website dan media sosial.

25
Firdan Rastama Faherty

Pasalnya media berbasis internet menawarkan sejumlah keuntungan bagi


aktivitas kehumasan. Menurut Soemirat dan Ardianto (2016: 194), melalui
internet praktisi public relations dapat mengehemat waktu dan biaya,
informasi cepat sampai pada publik, internet dapat berfungsi sebagai iklan,
media, alat marketing, sarana, siapapun dapat mengakses internet dan
yang terkahir internet dapat membuka kesempatan melakukan hubungan
komunikasi dalam bidang pemasaran secara langsung.
Pemanfaatan internet menuntut adaptasi dari humas. Humas
dituntut membuat informasi yang dapat dipahami dan diakses oleh
khalayak luas. Akses publik ke website resmi organisasi harus dibuat lebih
mudah, lebih simple. Selain itu humas juga dapat melakukan komunikasi
dua arah dengan publik melalui mailing list (Soemirat dan Ardianto, 2016:
192), atau di era sekarang menggunakan akun-akun media sosial seperti
Twitter atau Facebook.
Dengan pemanfaatan internet hubungan antara suatu perusahaan
dengan komunitas dapat berjalan dengan baik dan bisa mendapatkan
timbal balik antara komunitas dengan perusahaan dan sebaliknya.
Penggunaan website ataupun media sosial dalam menjalin hubungan
dengan berbagai pihak dapat mempercepat proses komunikasi antara
perusahaan dengan pihak eksternal, dengan menampilkan semua kegiatan
yang dilakukan perusahaan di website baik media sosial publik dapat
menilai dan juga dapat memberikan respons terhadap kegiatan yang sudah
dilakukan oleh perusahaan tersebut.

Pembahasan
Tulisan ini menggunakan data penelitian yang bersumber dari
wawancara langsung dengan pengurus pusat IeSPA. Wawancara dilakukan
secara tatap muka dan juga menggunakan surat elektronik guna
melengkapi informasi. Narasumber dari pengurus IeSPA adalah Prana
Adisapoetra selaku Sekretaris Jenderal IeSPA dan William Tjahyadi selaku
wakil Ketua Umum IeSPA. Wawancara dilakukan dalam dua kesempatan
berbeda yakni tanggal 28 Desember 2017 dan 26 Jaunari 2018.
Untuk mendukung data penelitian ini penulis juga mengambil
beberapa data dari beberapa media yaitu Kotakgame, GameQQ, Ligagame,

26
Strategi IESPA (Indonesia Esport Association)
dalam Mengkampanyekan Esport di Indonesia

dan Metrotvnews yang merupakan media partner dari IeSPA (Indonesia


olahraga elektronik Association)
Pada bab ini membahas tentang kegiatan kampanye yang dilakukan
oleh IeSPA untuk mengkampanyekan Olahraga elektronik di Indonesia.
Disini penulis akan membahas tentang gambaran umum mengenai
kegiatan kampanye IeSPA, aktivitas kehumsaan IeSPA untuk mencapai
target publik yakni media massa, komunitas, dan pemerintah, serta
pemanfaatan media berbasis internet resmi milik IeSPA.
1. Gambaran Umum Kegiatan Kampanye IeSPA
Di Indonesia, olahraga elektronik merupakan hal yang baru bagi
sebagian masyarakat dan bahkan beberapa dari masyarakat bahkan tidak
mengetahui apa itu yang dimaksud olahraga elektronik. Menurut IeSPA
terdapat beberapa kategori, yang pertama adalah masyarakat umum, dan
kategori kedua adalah orang – orang yang memang sudah mengetahui
olahraga elektronik. Orang yang sudah mengetahui olahraga elektronik ini
sendiri terdiri dari dua kategori, yakni orang yang profesional di bidang
tersebut atau sekadar penikmat
Sebagai penikmat olahraga elektronik tentunya pandangannya
berbeda dengan orang yang sudah bekerja di dunia olahraga elektronik,
bagi sebagian penikmat olahraga elektronik memiliki pandangan bahwa
olahraga elektronik merupakan kegiatan yang hanya bermain game dan di
bayar, sebenarnya jika dilihat lebih luas lagi di olahraga elektronik terdapat
industri yang besar dibelakangnya orang – orang yang bekerja di dunia
olahraga elektronik tidak hanya menjadi atlet olahraga elektronik yang
dibayar untuk bermain game, orang yang gemar bermain game tentunya
berbeda dengan atlet olahraga elektronik --yang memiliki kemampuan atau
skills di atas rata – rata para pemain game, dan para atlet olahraga
elektronik tentunya memiliki pelatihan yang intens dan koordinasi yang
baik dengan team yang pastinya membutuhkan kerjasama yang baik antar
team. Di dalam dunia olahraga elektronik tidak hanya sebatas atlet
olahraga elektronik saja, ada berbagai peluang yang bisa dijadikan
pekerjaan mulai dari shoutcaster, analisis pertandingan, ataupun orang –
orang di belakang panggung turnamen olahraga elektronik.

27
Firdan Rastama Faherty

Selain melakukan sosialisasi kepada masyarakat umum yang belum


mengetahui Olahraga elektronik, IeSPA perlu melakukan sosialisasi juga
kepada para penikmat Olahraga elektronik karena sebagian pandangan dari
penikmat Olahraga elektronik adalah Olahraga elektronik merupakan
kegiatan yang bermain game dan dibayar, IeSPA juga perlu merubah
pandangan tersebut agar para penikmat Olahraga elektronik memiliki
pandangan yang luas terhadap Olahraga elektronik itu sendiri.
Dalam menetepakan tujuannya untuk mengkampanyekan Olahraga
elektronik di Indonesia IeSPA memiliki tujuan yang ingin dicapai yaitu
merubah pandangan masyarakat umum yang masih awam tentang
Olahraga elektronik dan meregulasi Olahraga elektronik di Indonesia.
Anne Gregory (dalam Ruslan, 2013: 99) menyatakan “Terdapat
beberapa tujuan utama kampanye yaitu dimulai dengan tujuan public
relations, perusahaan, tujuan khusus, apa yang ingin dicapai, dan membuat
daftar prioritas kampanye”. Jika dilihat dari teori tersebut untuk tujuan
public relations IeSPA memiliki tujuan yaitu untuk merubah pandangan
masyarakat umum tentang Olahraga elektronik melalui kegiatan sosialiasi
yang dilakukan oleh IeSPA, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya
untuk merubah pandangan tentang Olahraga elektronik bukan hanya dari
masyarakat umum saja IeSPA juga perlu merubah pandangan Olahraga
elektronik bagi para penikmat Olahraga elektronik agar para penikmat
Olahraga elektronik mengerti dan paham bagaimana dunia Olahraga
elektronik itu sebenarnya.
Untuk tujuan perusahaan IeSPA yaitu tujuan utama dari IeSPA itu
sendiri yaitu meregulasi olahraga elektronik di Indonesia, IeSPA sebagai
asosiasi resmi di bawah Kementrian Pemuda dan Olahraga IeSPA dibentuk
untuk meregulasi olahraga elektronik di Indonesia saat ini olahraga
elektronik sudah di kategorikan menjadi cabang olahraga dan juga sudah
masuk sebagai cabang olahraga yang dipertandingkan dalam Olimpiade
maka dari itu IeSPA sebagai asosiasi resmi dari pemerintah diharapkan
dapat meregulasi olahraga elektronik serta dapat membina hubungan yang
baik dengan beberapa pihak yang terkait dengan olahraga elektronik
contohnya komunitas gaming yang ada di Indonesia , perusahaan game di
Indonesia, media – media yang ada agar olahraga elektronik dapat
diketahui oleh masyarakat luas, jika berdasarkan teori tersebut di atas

28
Strategi IESPA (Indonesia Esport Association)
dalam Mengkampanyekan Esport di Indonesia

IeSPA perlu membuat tujuan prioritas baik itu meregulasi olahraga


elektronik ataupun memberikan pengetahuan tentang Olahraga elektronik
kepada masyarakat umum agar dalam setiap tujuan yang ingin dicapai
dalam pelaksanaanya bisa maksimal.

2. Aktivitas Hubungan Media IeSPA


Dalam menjain hubungan dengan media massa, IeSPA menjalin
hubungan dengan beberapa media yang bekerja sama dengan IeSPA baik
itu memberitakan tentang IeSPA itu sendiri ataupun memuat berita seputar
Olahraga elektronik. IeSPA menjalin hubungan dengan beberapa media
yang berbasis internet seperti, Ligagame, Kotakgame, GameQQ, dan juga
IeSPA menjalin hubungan dengan Metrotvnews.
Menurut Beard (2004:118) Menjalin hubungan dengan media
adalah alat untuk mendukung semua kegiatan yang dilakukan oleh
perusahaan dengan menjaga hubungan baik dengan media, perusahaan
dapat mengurangi dampak berita – berita negatif tentang perusahaan.
IeSPA mempunyai beberapa media parnter, yaitu Ligagame,
Kotakgame, GameQQ, dan juga Metrotvnews. Beberapa media partner
tersebut juga ikut mengkampanyekan Olahraga elektronik di Indonesia
dengan memberitakan tentang Olahraga elektronik atau pemberitaan
mengenai IeSPA itu sendiri
Dari kegiatan – kegiatan yang dibuat oleh IeSPA untuk membina
hubungan dengan pers ini akan memiliki dampak hubungan yang lebih
baik lagi antara IeSPA dengan media – media dan juga membuat media –
media partner dari IeSPA juga ikut mengkampanyekan Olahraga elektronik
di Indonesia dengan memberitakan informasi – informasi seputar Olahraga
elektronik

3. Aktivitas IeSPA dalam Menjalin Hubungan dengan


Komunitas Gamer
Dalam menentukan khalayak sasarannya IeSPA memprioritaskan
masyarakat umum sebagai sasaran utama dalam mengkampanyekan
Olahraga elektronik di Indonesia, masyarakat umum yang masih awam

29
Firdan Rastama Faherty

tentang Olahraga elektronik menjadi fokus IeSPA untuk mensosialisasikan


Olahraga elektronik agar masyarakat umum mengerti apa itu Olahraga
elektronik dan apa saja yang didapatkan dari Olahraga elektronik, selain
masyarakat umum pemerintah juga menjadi khalayak sasaran IeSPA untuk
mengkampanyekan Olahraga elektronik di Indonesia, sebagai sasaran
khalayak pemerintah diharapkan dapat memberikan dukungan penuh
kepada Olahraga elektronik di Indonesia, dan tentunya komunitas juga
menjadi bagian dari khalayak sasaran dari IeSPA agar komunitas
memahami apa itu Olahraga elektronik sebenanya dan juga ikut
mengkampanyekan Olahraga elektronik di Indonesia.
Dalam menjalin hubungan dengan komunitas, bentuk hubungan
yang dilakukan antara IeSPA dengan komunitas adalah dengan
memberikan dukungan kepada komunitas yang ingin membuat sebuah
event ataupun turnamen yang berkaitan dengan Olahraga elektronik,
sebaliknya IeSPA juga mengundang komunitas jika IeSPA membuat sebuah
event atau turnamen Olahraga elektronik
Menurut Beard (2004:118) Membina hubungan dengan komunitas
merupakan salah cara yang bisa dilakukan oleh perusahaan untuk dapat
lebih mengenal dan menjalin hubungan yang baik dengan komunitas yang
terkait dengan perusahaan itu dengan menjalin hubungan yang baik
dengan komunitas akan mendapatkan timbal balik juga dari komunitas.
Dalam hubungannya antara IeSPA dan komunitas memiliki timbal
balik yang baik yaitu dengan melibatkan komunitas di setiap event yang
dibuat oleh IeSPA dan sebaliknya juga komunitas melibatkan IeSPA dalam
sebuah event yang dibuat yang salah satunya yaitu komunitas mengundang
IeSPA untuk ikut berpartisipasi dalam event yang dibuat oleh komunitas.
Menurut Moore (2002:19) ada berbagai cara untuk mendukung
kegiatan hubungan dengan komunitas dan dapat membentuk relasi yang
baik, antara lain yaitu berbagi peralatan, fasilitas, dan keahlian
professional, memberi pengajaran, konsultasi dan pelatihan.
Dalam kegiatannya untuk berbagi peralatan fasilitas dan keahlian
professional, dalam hal ini IeSPA belum melakukannya yaitu pembuatan
pelatihan nasional untuk olahraga elektronik di Indonesia, IeSPA saat ini
belum memiliki pelatihan nasional untuk olahraga elektronik karena dari

30
Strategi IESPA (Indonesia Esport Association)
dalam Mengkampanyekan Esport di Indonesia

IeSPA sendiri masih perlu menyiapkan beberapa hal yang berkaitan dengan
pelatihan nasional untuk Olahraga elektronik, jika berdasarkan tujuan
utama dari IeSPA yaitu meregulasi olahraga elektronik di Indonesia,
seharusnya IeSPA sudah memiliki pelatihan nasional untuk olahraga
elektronik pasalnya pelatihan nasional akan dapat lebih mengasah
ketrampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh para pemain Olahraga
elektronik di Indonesia dan juga karena saat ini olahraga elektronik akan
menjadi cabang olahraga yang dipertandingkan di Olimpiade maka dari itu
pelatihan nasional untuk olahraga elektronik perlu dibuat untuk kemajuan
olahraga elektronik di Indonesia.
Dalam kegiatan memberi pengajaran, konsultasi, dan pelatihan
IeSPA melakukan hal ini dalam salah satu kegiatannya yaitu melakukan
workshop – workshop di sekolah – sekolah dan kampus, dalam setiap
kegiatan workshop yang dibuat IeSPA selalu memberikan pengertian dan
pemahaman tentang Olahraga elektronik yang benar dan juga memberikan
informasi tentang apa saja yang keuntungan yang didapat jika masuk ke
dalam dunia olahraga elektronik, sehingga masyarakat umum yang belum
paham dan mengerti tentang olahraga elektronik menjadi paham
bagaimana olahraga elektronik itu sebenarnya.
Menurut Moore (2002:19) Dasar hubungan komunitas yang baik
suatu perusahaan dapat bertanggung jawab terhadap komunitas yang
terkait dari perusahaan itu sendiri dengan melibatkan beberapa komunitas
untuk ikut menjadi bagian dari perusahaan. Namun dalam di tahun 2016
dan 2017, kegiatan yang digelar IeSPA ternyata memunculkan masalah
dengan komunitas gamer.
Di tahun 2016 IeSPA pernah menggelar ajang IeSF World
Championship 2016 dalam ajang ini diikuti oleh 40 Negara yang bertanding
dalam beberapa kategori game yang dipertandingkan. Saat pelaksanaan
event itu di hari pertama sudah terjadi masalah yang bisa dibilang cukup
fatal yaitu masalah pada koneksi internet, dan akibat dari permasalahan
koneksi internet tersebut semua jadwal pertandingan menjadi tertunda dan
mundur hampir seluruhnya, faktor koneksi internet merupakan salah satu
hal yang paling penting untuk di persiapkan matang – matang karena
dalam pertandingan olahraga elektronik 100% pertandingan
memanfaatkan koneksi internet, dan koneksi internet yang cepat dan stabil

31
Firdan Rastama Faherty

sangat dibutuhkan dalam pertandingan di Olahraga elektronik, walaupun


masalah ini dapat di atasi oleh IeSPA untuk selanjutnya jika menggelar
turnamen yang sifatnya internasional IeSPA diharapkan dapat lebih
mempersiapkan matang – matang sebelumnya untuk perihal koneksi
internet agar dalam pelaksanaanya tidak terdapat masalah yang dapat
membuat pertandingan menjadi tertunda.
Masalah yang terjadi di tahun 2017 berkaitan dengan persoalan
administrasi. Yakni kegagalan Team Akara berlaga di turnamen 9th
Olahraga elektronik 2017 World Championship di Korea Selatan, karena
masalah pengurusan visa. Kedua pihak yakni Team Akara dan IeSPA saling
menyalahkan. IeSPA menyebutkan bahwa sudah memberikan surat
undangan sebagai dokumen pembantu pengurusan visa namun saat
dihubungi tanggal 24 Oktober pihak Akara mengatakan visa masih belum
diurus dengan alasan akan bertanding di Filipina pada 26 Oktober hingga
30 Oktober 2017. Sementara dari pihak team Akara menuding IeSPA tidak
membantu dalam pengurusan visa, menurutnya pengurusan visa untuk
masuk ke Korea Selatan tidak dikerjakan dengan sungguh – sungguh oleh
IeSPA, menurut pihak Akara sudah seharusnya urusan adminstrasi dan
transportasi diurus pihak IeSPA. Situasi seperti ini dapat berdampak pada
pandangan komunitas gaming di Indonesia terhadap IeSPA.
Selain dengan komunitas gaming, IeSPA juga melakukan kampanye
dengan target masyarakat umum yang sama sekali belum mengetahui
olahraga elektronik, misalnya ,melakukan workshop di sekolah – sekolah
dan kampus. Masyarakat umum menjadi tujuan dari IeSPA karena
masyarakat umum perlu diberikan pemahaman yang benar tentang
olahraga elektronik.
Penulis berpandangan, kegiatan kampanye IeSPA perlu membuat
program yang lebih banyak melibatkan orang – orang yang memang sudah
masuk ke dunia olahraga elektronik, baik itu dari atlet Olahraga elektronik
ataupun orang – orang yang bekerja di dunia olahraga elektronik dengan
membuat turnamen rutin yang berskala nasional ataupun hanya
memberikan support turnamen yang berskala nasional sehingga para
pemain Olahraga elektronik yang ada di Indonesia dapat memiliki
kesempatan yang lebih banyak untuk mengasah kemampuan yang dimiliki.

32
Strategi IESPA (Indonesia Esport Association)
dalam Mengkampanyekan Esport di Indonesia

4. Kegiatan Kehumasan IeSPA dengan Pemerintah


Menurut Beard (2004:118) Menjalin hubungan yang baik dengan
pemerintah merupakan salah satu yang terpenting bagi perusahaan,
komunikasi yang baik antar perusahaan dengan pemerintah dapat
memberikan beberapa kemudahan bagi perusahaan itu sendiri. Pemerintah
juga menjadi khalayak sasaran IeSPA untuk mengkampanyekan Olahraga
elektronik di Indonesia, sebagai sasaran khalayak pemerintah diharapkan
dapat memberikan dukungan penuh kepada Olahraga elektronik di
Indonesia
Dalam beberapa event yang dibuat oleh IeSPA, IeSPA melibatkan
beberapa pejabat dari pemerintahan untuk ikut dalam event tersebut baik
dengan membuka event yang dibuat oleh IeSPA ataupun bentuk dukungan
yang lainnya seperti dukungan dan yang diberikan oleh pemerintah untuk
event yang dibuat IeSPA, IeSPA juga bersama Kementrian Komunikasi dan
Informasi pada tahun 2015 mencanangkan program internet cepat. IeSPA
bersama Kementrian Komunikasi dan Informasi mencanangkan program
internet cepat, program internet cepat ini tentunya menjadi salah satu yang
dilakukan untuk perkembangan Olahraga elektronik di Indonesia
mengingat bahwa jika berkaitan dengan Olahraga elektronik terlebih
turnamen Olahraga elektronik 100% menggunakan koneksi internet, dan
koneksi internet yang cepat dan stabil sangat diperlukan dalam turnamen
Olahraga elektronik.
Anggoro dan Estu (2002:130) bentuk hubungan dengan pemerintah
yang dapat dilakukan yaitu, mengirim agenda kegiatan kepada pemerintah
terkait, mengadakan kegiatan kesenian, olahraga, mensponsori kegaitan
baik dalam konteks nasional maupun internasional, mengundang pejabat
pemerintahan untuk meresmikan suatu acara, dan melakukan kegiatan
lobby dengan pemerintah.
Mengadakan kesenian olahraga, mensponsori kegaitan baik dalam
konteks nasional maupun internasional dalam rangka mengharumkan
nama bangsa. Di tahun 2016 IeSPA ikut berpartisipasi dalam TAFISA 2016
dari banyaknya cabang olahraga yang dipertandingkan dalam event
tersebut, Olahraga elektronik masuk sebagai salah satu cabang olahraga
yang dipertandingkan,. TAFISA 2016 menjadi salah satu program kerja

33
Firdan Rastama Faherty

yang dibuat oleh IeSPA pada tahun 2016, dalam salah satu cabang olahraga
yang dipertandingkan yaitu olahraga elektronik yang diikuti oleh 30
Negara. Para peserta bertanding dalam beberapa kategori game yang ada.
Mengundang pejabat pemerintahan untuk meresmikan suatu acara,
dalam kegiatan yang dibuat IeSPA mengundang pejabat dari pemerintah
terkait yaitu dari menkominfo maupun kemenpora, dalam setiap kegiatan
yang perlu melibatkan dari pejabat pemerintah IeSPA mengundang
menkominfo dan kemenpora tergantung dari ketersediaan jadwal dari
setiap pejabat untuk ikut berpartisipasi dan meresmikan event yang dibuat
oleh IeSPA.
Melakukan kegiatan lobby secara baik dengan pemerintah untuk
memperlancar kegiatan suatu perusahaan, dalam melakukan kegiatan
lobby salah satu upaya yang dilakukan oleh IeSPA yaitu dengan masuknya
olahraga elektronik sebagai salah satu cabang olahraga yang
dipertandingkan di Asian Games, khususnya olahraga elektronik masuk
sebagai exhibition match di Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang.
Dalam upaya IeSPA untuk memasukkan Olahraga elektronik sebagai
exhibition match di Asian Games 2018 IeSPA pertama melakukan
pengiriman surat kepada Sekertaris Kemenpora
Dalam surat permohonan tersebut di atas IeSPA sebagai induk
organisasi resmi Olahraga elektronik mengajukan perhomonan audiensi
terkait penyampaian keinginan agar olahraga elektronik bisa dimasukkan
sebagai exhibition match pada Asian Games 2018. Dari dibuatnya surat
perhomonan tersebut Olahraga elektronik secara resmi akan menjadi
pertandingan ekshibisi (tidak memperebutkan medali) pada Asian Games
2018 di Jakarta dan Palembang, untuk kategori game yang akan dijadikan
dalam exhibition match tersebut IeSPA masih belum bisa memberikan
kepastian game yang akan di perlihatkan dalam pertandingan ekshibisi
tersebut karena masih banyak pertimbangan dan perlu disiapkan.

5. Penggunaan Internet dalam Kegiatan Kampanye IeSPA


Menurut Ruslan (2013:13) tugas public relations adalah
menyebarluaskan informasi melalui berbagai media tentang aktivitas atau
kegiatan perusahaan atau organisasi yang pantas untuk diketahui. Dalam

34
Strategi IESPA (Indonesia Esport Association)
dalam Mengkampanyekan Esport di Indonesia

kegiatan publikasi yang dilakukan IeSPA memanfaatkan internet sebagai


media yang digunakan untuk memberikan informasi seputar olahraga
elektronik
Namun, performa dari media berbasis internet yang digunakan
IeSPA sebagai media publikasi, masih sangat kurang. Saat tulisan ini dibuat
(Mei 2018), website resmi yang dimiliki IeSPA sudah tidak aktif lagi hal ini
dibuktikan dengan update terakhir yang dibuat oleh IeSPA di dalam
website tersebut adalah tentang IeSPA menggelar TAFISA World Games
2016. Dibandingkan website resmi IeSPA, media sosial yang dimiliki IeSPA
terbilang lebif aktif dibandingkan website resmi tersebut, hal ini terbukti
dengan update terakhir dari facebook resmi IeSPA yaitu mengenai
pelantikan FORMI Kalsel pada 18 Maret 2018, facebook resmi dari IeSPA
ini lebih aktif dibandingkan dari media sosial lainnya yang dimiliki oleh
IeSPA. Twitter yang dimiliki oleh IeSPA juga melakukan update terakhir
pada 27 September 2017 dengan meretweet sebuah video dari akun twitter
ligagame olahraga elektronik. Instagram dari IeSPA juga melakukan update
terakhir pada 13 Oktober 2017 mengenai audiensi membahas Olahraga
elektronik sebagai exhibition match di Asian Games.
Tidak aktfinya website resmi dari IeSPA ini akan berdampak kepada
pandangan dari komunitas ataupun masyarakat umum mengenai IeSPA,
dengan tidak aktifnya website resmi IeSPA komunitas dan masyarakat
umum jadi tidak mengetahui kegiatan – kegiatan yang dilakukan oleh
IeSPA. IeSPA diharapkan lebih melakukan update tentang kegiatan –
kegiatan yang dilakukan ataupun hanya memberikan informasi seputar
olahraga elektronik agar para komunitas dan masyarakat umum
mengetahui bahwa IeSPA itu masih aktif dalam beberapa kegiatannya
untuk mengkampanyekan olahraga elektronik di Indonesia.

35
Firdan Rastama Faherty

6. Analisis SWOT terhadap tahap kampanye IeSPA


Strength (Keunggulan)
No Keunggulan Efek pada Kampanye olahraga elektronik
1 Melakukan Dalam pelaksaan program – program yang
Sosialisasi tentang dilakukan oleh IeSPA yaitu sosialisasi tentang
Olahraga elektronik olahraga elektronik masyarakat umum menjadi
dan pembuatan lebih mengerti tentang olahraga elektronik dan
even dan turnamen benefit yang didapat dari Olahraga elektronik, serta
Olahraga elektronik melibatkan komunitas dalam pelaksanaan even dan
turnamen yang dilakukan. Menurut Ruslan
(2013:74) pemilihan program yang dapat memiliki
feedback yang bagus kepada perusahaan dan sesuai
dengan tujuan utama dari perusahaan itu sendiri.
2 Melakukan Analisa Dengan melakukan analisa sebelumnya terhadap
terlebih dahulu opini publik, IeSPA menjadi mengetahui apa
tentang persepsi pandangan masyarakat umum mengenai olahraga
yang berkembang elektronik dan dalam pelaksanaannya IeSPA dapat
di dalam mengcounternya dengan perspektif yang benar
masyarakat tentang olahraga elektronik. Menurut Gergory
(2004:99-105) analisa terhadap opini publik di
masyarakat dapat menjadi acuan proses tahapan
awal perencanaan kampanye

36
Strategi IESPA (Indonesia Esport Association)
dalam Mengkampanyekan Esport di Indonesia

Weakness (Kekurangan)
No Kekurangan Efek pada Kampanye olahraga elektronik
1 Pemanfaatan media Penyebaran informasi jadi tidak update. Akibatnya
internet organisasi informasi mengenai olahraga elektronik menjadi
minim. Masyarakat umum yang tidak tahu tentang
olahraga elektronik tidak mendapatkan informasi;
ada pun komunitas gaming di Indonesia berisiko
memandang pengelolaan informasi oleh IeSPA
masih belum bagus.
2 Kepengurusan Dalam pelaksaan program IeSPA yaitu yang salah
IeSPA daerah di satunya melakukan sosialisasi tentang olahraga
Indonesia kurang elektronik kepada masyarakat umum menjadi tidak
aktif merata dan hanya terfokus pada sosialisasi yang
dilakukan oleh IeSPA pusat. Menurut Gregory
(2004:99-105) dalam pelaksanaan program
kampanye diperlukan koordinasi dengan
melibatkan tim yang terlibat dalam pencapaian
tujuan program.

Opportunities (Peluang)
No Peluang Aktivitas yang perlu dilakukan agar dapat
memaksimalkan peluang
1 Memberikan IeSPA dapat memberikan kepelatihan dan fasilitas
dukungan penuh yang dapat digunakan untuk para atlet olahraga
kepada para atlet elektronik yang ada untuk dapat meningkatkan skill
Olahraga elektronik dan juga dapat meningkatkan mental dalam
di Indonesia pertandingan olahraga elektronik dengan
pembuatan pelatnas di Indonesia. Menurut
Anggoro dan Estu(2002:130) dasar hubungan
komunitas yang baik adalah dapat meyakinkan
komunitas untuk ikut menjadi bagian dari kegiatan
yang dilakukan oleh suatu perusahaan
2 Upaya yang dapat Melakukan koordinasi yang lebih terhadap
dilakukan IeSPA kepengurusan semua daerah di Indonesia dan
pusat dan IeSPA melakukan sosialisasi olahraga elektronik di tiap
daerah untuk daerah di Indonesia dengan melibatkan

37
Firdan Rastama Faherty

meratakan kepengurusan pada daerah tersebut atau juga dapat


kampanye membuat secara rutin even atau turnamen untuk
Olahraga elektronik mendukung para komunitas yang ada di daerah
di Indonesia tersebut. Menurut Ruslan (2013: 80 – 81)
pembentukan team work yang solid dan
professional, team work merupakan salah satu hal
yang terpenting dalam melakukan tindak apapun
yang membutuhkan kerja sama, dalam proses
kegiatan kampanye semua pihak yang terlibat harus
bekerja sama dan memiliki tanggung jawab agar
kampanye yang dilakukan dapat berjalan sesuai
rencana dan berhasil mencapai tujuan yang ingin
disampaikan.

Threats (Ancaman)
No Ancaman Hal yang dilakukan untuk meminimalkan ancaman
1 Para atlet Olahraga Dengan salah satunya yaitu pembuatan pelatnas
elektronik di dan juga pembuatan program yang lebih
Indonesia kurang melibatkan atlet olahraga elektronik di dalamnya
merasakan seperti secara berkala membuat sebuah turnamen
kehadiran IeSPA skala nasional yang dapat diikuti oleh para atlet
olahraga elektronik
2 IeSPA pusat dan IeSPA perlu melakukan koordinasi lebih bak lagi
IeSPA daerah tidak dengan pengurus daerah IeSPA, dengan melakukan
memiliki program bersama seperti melakukan sosialisasi
koordinasi olahraga elektronik dan juga dapat membuat even
terhadap program dan turnamen yang diselenggarakan oleh IeSPA
kerja bersama pusat dan Idaerah di dalam wilayah kepengurusan
daerah IeSPA daerah .

Penutup
Dalam tahap Kampanye IeSPA melakukan analisis terlebih dahulu
terhadap opini yang berkembang di dalam masyarakat hasil dari analisis
yang dilakukan bahwa publik di Indonesia sebagian masih belum mengerti
dan paham apa yang dimaksud olahraga elektronik itu, dalam analisis yang

38
Strategi IESPA (Indonesia Esport Association)
dalam Mengkampanyekan Esport di Indonesia

dilakukan oleh IeSPA terdapat dua kategori dalam masyarakat itu sendiri
yaitu adalah masyarakat umum, dan orang – orang yang memang sudah
mengetahui olahraga elektronik baik itu memang sudah bekerja di dunia
Olahraga elektronik ataupun hanya sebagai penikmat olahraga elektronik.
Dalam menetapkan sasaran tujuan kampanye IeSPA menjadi masyarakat
umum menjadi sasaran utama dalam kampanye, masyarakat umum yang
belum mengetahui tentang olahraga elektronik perlu diberikan pemahaman
yang benar dan mengetahui benefit apa yang bisa didapatkan dari Olahraga
elektronik dengan melakukan sosialisasi tentang olahraga elektronik
kepada masyarakat umum.
Dalam aktivitas kehumasan yang dilakukan IeSPA menjalin
hubungan dengan beberapa media yang bekerjasama untuk memberitakan
tentang IeSPA ataupun memberitakan seputar olahraga elektronik, media
berbasis internet yang bekerjasama dengan IeSPA dalam meberitakan
olahraga elektronik dan IeSPA antara lain Ligagame, Kotakgame, GameQQ,
dan Metrotvnews, untuk mendukung dalam aktivitas kehumasannya IeSPA
juga melakukan beberapa konferensi pers dan membuat press release
sebagai informasi ke komunitas maupun ke masyarakat umum. Dalam
menjalin hubungannya dengan komunitas IeSPA memberikan dukungan
kepada komunitas yang ingin membuat event dan turnamen Olahraga
elektronik dan juga IeSPA mengundang komunitas untuk ikut
berpartisipasi dalam event dan turnamen yang dibuat oleh IeSPA untuk
menjaga hubungan baik antara IeSPA dan komunitas.
Dalam menjalin hubungan dengan pemerintah IeSPA bertugas
untuk meregulasi olahraga elektronik di Indonesia dan IeSPA juga turut
mengundang pejabat dari pemerintah terkait untuk ikut berpartisipasi
dalam event yang dibuat IeSPA, pejabat dari pemerintah yang biasanya
diundang oleh IeSPA untuk membuka sebuah even yang diselenggarakan
oleh IeSPA yaitu bisa dari Menkominfo maupun Menpora tergantung dari
ketersediaan jadwal yang bersangkutan, dalam kegiatannya untuk
melakukan lobby dengan pemerintah yaitu IeSPA melakukan upaya untuk
memasukkan Olahraga elektronik sebagai laga ekshibis di Asian Games
2018 di Jakarta dan Palembang..
Dalam publikasi yang dilakukan IeSPA menggunakan beberapa
media untuk memberikan informasi seputar Olahraga elektronik dan

39
Firdan Rastama Faherty

kegiatan yang dilakukan oleh IeSPA, beberapa media yang digunakan oleh
IeSPA yaitu website resmi IeSPA dan media sosial yang dimiliki oleh IeSPA,
media sosial resmi IeSPA antara lain yaitu, facebook, instagram, dan
twitter.
Aktivitas kampanye IeSPA memiliki keunggulan dalam hal IeSPA
sudah memahami mengenai persepsi publik mengenai olahraga elektronik
dan banyaknya event olahraga elektronik yang digelar. Ada pun kekurangan
adalah pada pemanfaatan media berbasis internet dan kepengurusan IeSPA
di daerah yang masih belum semuanya aktif. Ini membuat penyebaran
informasi mengenai olahraga elektronik masih belum bisa menjangkau
publik yang luas. Pihak IeSPA hendaknya juga berkaca pada dua
pengalaman kurang mengenakkan yang pernah terjadi di tahun 2016 dan
2017, yang berpotensi dapat menurunkan reputasi IeSPA di benak
komunitas gaming di Indonesia.

Keterbatasan Penelitian
1. Penulis hanya melakukan penelitian terhadap IeSPA (Indonesia
eSport Association), penulis tidak melakukan penelitian terhadap
respon dari publik terkait dengan olahraga elektronik dan
kampanye yang dilakukan oleh IeSPA
2. Karena IeSPA memiliki keanggotaan yang tidak tetap, penulis sulit
untuk melakukan wawancara langsung dengan beberapa sumber
dari IeSPA

Saran
1. Diharapkan kepada IeSPA (Indonesia eSport Association) untuk
lebih meratakan kampanye ESport dengan membuat kepengurusan
IeSPA di daerah menjadi lebih aktif lagi
2. Diharapkan kepada IeSPA (Indonesia eSport Association) untuk
lebih memperluas publikasi ESport di Indonesia dengan bekerja
sama dengan berbagai media olahraga dan media umum yang ada
di Indonesia

40
Strategi IESPA (Indonesia Esport Association)
dalam Mengkampanyekan Esport di Indonesia

3. Diharapkan kepada IeSPA (Indonesia eSport Association) untuk


membuat pelatihan nasional kepada para atlet ESport di Indonesia
untuk mendukung para atlet yang akan bertanding dalam
Olimpiade
4. Diharapkan kepada IeSPA untuk lebih memanfaatkan media
berbasis internet untuk menyebarkan informasi atau kampaye-nya
5. Kemudian untuk penelitian selanjutnya, dapat melakukan
penelitian terhadap pandangan masyarakat umum mengenai
kegiatan kampanye yang sudah dilakukan oleh IeSPA

Daftar Pustaka
Anggoro, M.Linggar dan Estu Rahayu. (2002). Teori dan Profesi
Kehumasan Serta Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: PT.Bumi
Aksara
Beard, Mike. (2001). Manajemen Departement Public Relations. Jakarta:
PT. Gelora Aksara Pratama
Fajri, N Bayu. (2016). "Sosialisasi Program Pelatihan Nasional Atlet eSport
Indonesia Melalui Website." Skripsi Sarjana. Fakultas Desain
Universitas Komputer Indonesia, Bandung
Gregory, Anne. (2004). Perencanaan dan Manajemen Kampanye Public
Relations. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Kusumadewi, Kartika. (2015)." Kampanye Gaya Hidup Sehat Melalui
Olahraga Freeletics Pada Masyarakat di Kota Bandung". Skripsi
Sarjana, Fakultas Industri Kreatif Universitas Telkom, Bandung
Maulidika, Wira dan Waspada, Agung Eko Budi (2014) “Kampanye
Memperbaiki Citra Olahraga Biliar di Indonesia”. Jurnal Tingkat
Sarjana bidang Senirupa dan Desain, Volume III (Agustus), hal 1-10
Moore, Frazier. (2002). Humas Membangun Citra dan Komunikasi.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Putra, Ukaysah Q.A. dan Tirtawidjaja, Indarsjah (2012)“Perancangan
Kampanye Sosial Mendorong Kecintaan Remaja Terhadap

41
Firdan Rastama Faherty

Perbulutangkisan Indonesia”, Jurnal Tingkat Sarjana bidang


Senirupa dan Desain, Volume I (Agustus), hal 1-9
Ruslan, Rosady. (2013). Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations.
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Setiawan, D Silvy (2016) "Persepsi Gamers Kota Padang Terhadap Wacana
Pemblokiran Game Online Oleh Pemerintah (Studi Deskriptif pada
Gamers Point Blank Kota Padang". Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Andalas, Padang
Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. (2016). Dasar-Dasar Public
Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Berita dari Media


Deliusno (2017) "Rekor Baru,Rekor Baru, Hadiah Kompetisi "Dota 2" Capai
Rp 277 Miliar". URL https://tekno.kompas.com/read/2017/07/14/
12230007/rekor-baru-hadiah-kompetisi-dota-2-capai-rp-277-
miliar. Tanggal akses 4 April 2018
Galih, Persiana (2018) "Semarak ESport di Asian Games" Tabloid BOLA
edisi Jumat 17 Agustus 2018, hal.9
Priyatno, Yoga Tri (2017) Grand Final PBNC 2017 akan jadi sejarah baru
ESport Indonesia. URL https://www.merdeka.com/teknologi/
grand-final-pbnc-2017-akan-jadi-sejarah-baru-eSport-
indonesia.html, tanggal akses 4 April 2018
Yulianson (2017) "Tim Manchester City Kontrak Pemain eSport Baru untuk
Gim FIFA". URL https://www.liputan6.com/tekno/read/3208759/
tim-manchester-city-kontrak-pemain-eSport-baru-untuk-gim-
fifa?utm_expid=.9Z4i5ypGQeGiS7w9arwTvQ.0&utm_referrer= .
Tanggal akses 4 April 2018

42
Potret Kompetensi SDM
Public Relations di Klub Sepakbola
di Indonesia

Fadlan Afdallah Ramadan

Pendahuluan
Salah satu unit kerja komunikasi yang perlu dimiliki oleh klub
sepakbola Indonesia adalah media officer. Dalam Regulasi Liga 1 (2017)
disebutkan bahwa klub harus menunjuk media officer yang tetap untuk
bertugas dalam mengatur hubungan klub dengan media massa atau
wartawan. Tugas media officer secara umum adalah mengkoordinir
wartawan yang akan meliput di hari pertandingan (bagi klub yang menjadi
tuan rumah), mengahdiri konferensi pers resmi, dan menyerahkan
informasi detil sesuai dengan permintaan operator kompetisi yang
selanjutnya akan didistribusikan juga ke media massa atau untuk promosi
(Manual Liga 1 2017: 48-49)
Namun faktanya praktek media officer di klub sepakbola lebih luas
daripada yang tertera di peraturan. Artinya, praktek media officer tidak
sekadar mengurusi media massa, tetapi juga sampai harus melakasanakan
kegiatan-kegiatan kehumasan yang lain. Menurut Syadzwina (2016: 145,
147), memang ada anggapan di manajemen klub sepakbola Indonesia
bahwa media relations sering kali dianggap sama dengan public relations.
Padahal media relations merupakan salah satu fungsi dari public relations
yang dijalankan oleh petugas media atau media officer. Alhasil masih
sangat jarang yang memiliki public relations yang menjalankan fungsi

43
Fadlan Afdallah Ramadan

seara profesional. Umumnya dipasrahkan ke media officer. Namun itu


tidak cukup.
Meski dalam faktanya belum banyak klub yang menganggap public
relations sebaga hal yang penting, namun media officer dan public
relations dalam organisasi olahraga di Indonesia saling berkaitan, karena
kedua aspek tersebut menjadi alat komunikasi yang baik dalam membina
hubungan dengan komunitas dan lingkungan sekitar. Sejatinya, fungsi
media officer dan public relations dalam industri olahraga sangat
membantu perusahaan mengembangkan bisnis melalui hubungan yang
baik dengan seluruh stakeholder yang ada di industri olahraga tersebut
(Syadzwina, 2016: 145).
Lantas apa perbedaan antara media officer dan public relations?
Media officer merupakan salah satu bagian dari tugas public relations. Itu
berarti, public relations memiliki cakupan yang lebih luas daripada media
officer.
Public relations merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap-
sikap publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur-prosedur
dari individu atau organisasi atas dasar kepentingan publik dan
melaksanakan rencana kerja untuk memperoleh pengertian dan pengakuan
publik (Ardianto, 2011: 16). Dari definisi tersebut dapat kita tarik sebuah
kesimpulan bahwa pada dasarnya public relations menjadi pihak yang
menghubungkan antara kepentingan organisasi atau perusahaan dengan
kepentingan publik, baik publik internal maupun publik eksternal. Adapun
dalam melaksanakan tugasnya, seorang public relations menjalankan
beberapa aktivitas atau kegiatan sesuai peran dan fungsinya. Kegiatan public
relations merupakan usaha yang terencana dan berkesinambungan untuk
membangun dan mempertahankan hubungan baik serta saling pengertian
antara sebuah organisasi dengan publiknya (Iriantara, 2004:5)
Dalam sepakbola, ketika sebuah kesebelasan telah mendapatkan
dukungan dan kepercayaan publik, hal yang selanjutnya dilakukan adalah
menjaga hubungan yang harmonis dengan publik melalui kegiatan external
public relations. Sebagai contoh sejumlah klub besar Eropa meluncurkan
website resmi berbahasa Indonesia. Misalkan Juventus yang meluncurkan

44
Pengantar Potret Kompetensi SDM Public Relations
di Klub Sepakbola di Indonesia

website resmi berbahasa Indonesia pada 8 September 2009, dan Inter


Milan (23 Juli 2011), Real Madrid (6 Februari 2012), Chelsea FC (11 Mei
2011), Barcelona (8 Mei 2013), Liverpool (10 Mei 2013), dan Manchester
City (17 Juli 2013) seakan berlomba-lomba memuaskan penggemar mereka
di Indonesia melalui asupan informasi tentang kesebelasan tersebut
menggunakan bahasa ibu orang Indonesia. Tak cukup sampai di situ,
kesebelasan-kesebelasan seperti Arsenal, AS Roma, Manchester United,
dan Tottenham pun melahirkan akun Twitter resmi berbahasa Indonesia.
(Hasdungan, 2015).
Untuk organisasi sepak bola profesional sudah seharusnya memiliki
seorang public relations dan media officer. Melihat dari media relations
sebagai bagian dari public relations tentu saja seorang public relations
mampu memainkan perannya sebagai seorang media officer yang bertugas
menangani media dan segala arus informasi yang berhubungan dengan
media dan publikasi.
Tulisan ini hendak memberikan gambaran tentang kompetensi yang
perlu dimiliki oleh media officer di klub sepakbola nasional. Tulisan ini
bersumber dari pengalaman penulis yang melakukan magang/praktek kerja
di PSM Makassar bulan September 2017 sampai dengan November 2017.
Banyak fungsi yang telah dilakukan oleh public relations yang juga
melakukan peran sebagai media officer PSM Makassar yaitu seperti
mengelola situs web, majalah klub, media sosial, dan saat pertandingan
berlangsung termasuk juga bagian promosi klub, membuat event yang
terkait dengan PSM Makassar. Selain itu adanya kegiatan CSR (Corporate
Social Responsibility) dalam bentuk kegiatan-kegiatan sosial. Meskipun
dalan kesehariannya media officer tidak secara langsung menentukan
program kerja dari PSM Makassar, tetapi peranan nya sangat penting
dalam membantu mananjemen, pemain, pelatih, dan ofisial PSM Makassar
dalam menyebarluaskan berita terkait kegiatan yang akan dilakukan oleh
PSM Makassar.
Peran yang cukup beragam itu tentu saja menuntut penguasaan
terhadap kompetensi tertentu. Sebagai disclaimer, tulisan ini memiliki
keterbatasan karena hanya dapat mendeskripsikan potret kompetensi yang
diperlukan dalam hal teknis komunikasi.

45
Fadlan Afdallah Ramadan

Tinjauan Pustaka
Peran dan Kompetensi Public relations di Organisasi
Berbicara mengenai kompetensi public relations, maka hal pertama
yang perlu dipahami adalah apa saja peran public relations dalam sebuah
organisasi. Ini karena kompetensi yang dibutuhkan akan menyesuaikan
dengan peran yang dijalani.
Secara garis besar, peran public relations terdiri dari peran
manajerial dan peran teknisi komunikasi. Menurut Moss, dkk. (dalam
Prastya, 2016), secara operasional peran tersebut berupa : (1) memberikan
masukan pada organisasi, (2) manajemen isu, (3) pembuatan kebijakan dan
strategi, (4) keterlibatan dalam penyelesaian masalah, (5) pemantauan dan
evaluasi program PR, (6) negosiasi, (7) administrative, dan (8)
tanggungjawab teknis komunikasi
Ada pun kompetensi public relations dapat dilihat dari pengetahuan,
skill dan motivasi mencakup di level teknis dan level manajerial
(Kriyantono, 2014: 274-275). Selengkapnya adalah sebagai berikut :
Pengetahuan teknis
 Saya memahami teori komposisi fotografi
 Saya memiliki pengetahuan tentang elemen-elemen yang
dibutuhkan untuk menulis artikel, press release, dan material
komunikasi lainnya
 Saya memahami cara mengedit naskah
 Saya mengenal desain grafis dan prinsip-prinsip layout
Skill teknis
 Saya seorang yang excellence dalam menulis artikel, press release,
dan material komunikasi lainnya
 Saya memiliki skill dalam desktop publishing
 Saya mengikuti tujuan yang telah ditetapkan manajemen
 Saya memiliki skill dalam mengekspresikan respons organisasi pada
isu melalui produksi pesan
 Saya excllence dalam mengadaptasikan pesan untuk publik-publik
yang berbeda

46
Pengantar Potret Kompetensi SDM Public Relations
di Klub Sepakbola di Indonesia

Motivatsi teknis
 Saya menikmati bekerjasama dengan media
 Saya menikmati mengedit material komunikasi
 Tidak ada yang lebih saya nikmati selain memproduksi pesan public
relations
 Saya menikmati melakukan pekerjaan me-layout dan mendesain
 Saya merasa seara umum tidak etis untuk menahan informasi untuk
media dan publik

Pengetahuan manajerial
 Saya mengetahui cara mengevaluasi penelitian survei
 Saya memahami konsep-konsep yang diugnakan mengidentifikasi
problem dan solusinya
 Saya familiar dengan teori-teori manajemen
 Saya memahami bagaimana men-scan lingkungan organisasi
 Saya mengetahui cara mengestimasi biaya dan ketersediaan sumber
daya

Skill manajerial
 Saya memiliki kemampuan yang baik untuk mengidentifikasi
masalah yang potensial yang dihadapi organisasi saya
 Saya memiliki kemampuan excellence dalam mngestimasi sumber
daya dan menghitung anggaran program
 Saya memiliki kemampua yang baik dalam mengidentifikasi solusi
untuk masalah yang dihadapi organisasi saya
 Saya memiiki skill mengevaluasi penelitian survei
 Saya memiliki kemampuan yang baik untuk membuat segmentasi
public

47
Fadlan Afdallah Ramadan

Motivasi manajerial
 Tidak ada yang lebih memuaskan daripada merencanakan program
public relations
 Saya termoitvasi untuk memenuhi tujuan organisasi
 Saya menikmati terlibat daam politik organisasi dan pembuatan
keputusan
 Penting menjadi anggota organisasi profesional
 Saya menikmati memanajemen public relations
 Lebih penting menjaga etika daripada mempertahankan pekerjaan
saya
 Loyalitas ke manajemen lebih penting daripada melindungi
kepentingan publik
 Lebih penting untuk membuat manajemen merasa baik daripada
menyampaikan kebenaran kepada mereka

Bagaimana dengan kebutuhan di Indonesia? Literatur ilmiah yang


ditulis oleh Setiansah (2008) menjelaskan bahwa perusahaan
membutuhkan sumber daya manusia (SDM) dengan kemampuan teknis
dan softskill. Berdasarkan hasil analisis dari iklan lowongan kerja
kehumasan, Setiansah (2008: 87-88) mengelompokkan kebutuhan
kemampuan teknis dan softskill sebagai berikut :
Keterampilan teknis: (1) merencanakan kampanye PR, (2)
membangun citra, (3) manajemen isu, (4) menyusun program marketing
communication, (5) menguasai periklanan, (6) menguasai multimedia, (7)
memiliki akses ke media, (8) mampu menjalin network, dan (9) memiliki
kemampuan manajerial.
Softskill: (1) memiliki daya analisis, (2) mampu menyusun prioritas,
(3) memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat, (4) mampu bekerja dalam tim,
(5) mampu bekerja di bawah tekanan, (6) memiliki kemampuan
interpersonal yang baik, (7) memiliki kepribadian yang baik, (8) mau
bekerja keras, (9) disiplin, (10) berjiwa melayani, (11) berorientasi pada
target, (12) jujur

48
Pengantar Potret Kompetensi SDM Public Relations
di Klub Sepakbola di Indonesia

Pembasahan
Selama kegiatan kuliah kerja komunikasi penulis melaksanakan
kegiatan ini di dalam divisi Media officer PSM Makassar selama dua bulan
terhitung sejak 10 September 2017 sampai dengan 12 November 2017.
Sebelumnya dalam Media officer ini terbagi beberapa bagian, ada
fotografer, videographer, pengelola website, media social, desain grafis,
Selama mengikuti kegiatan dalam divisi Media officer ini penulis banyak
belajar dunia kerja mengenai hal-hal yang terjadi di belakang “lapangan”.
Mulai dari peliputan tim saat latihan, peliputan pemain-pemain, tim lawan,
adanya press conference menjelang pertandingan dan setelah pertandingan
atau jika ada pengumuman penting seperti perpanjangan kontrak pemain,
atau pelatih, bagaimana cara wartawan langsung membuat berita,
bagaimana cara host broadcasting membawakan siaran langsung pada saat
pertandingan, mengetahui mekanisme sebelum pertandingan dengan
adanya match coordinator meeting, dan mengetahui bagaimana peran
humas dengan menjalankan program-program yang telah dibuat, dan
mengetahui cara publikasi tim melalui akun media social, website dan lain
lain.
Dalam hal ini penulis tidak hanya menekuni pada bagian humas atau
public relation saja melainkan penulis juga dituntut untuk serba bisa
seperti hal promosi klub membuat event, kemudian memotret
pertandingan, menjadi videografrer, kemudian editing video, dan sedikit
mendesain konten media sosial untuk kebutuhan klub PSM Makassar.
Untuk jam kerja dalam divisi Media officer PSM Makassar tidak ada jam
tetap atau tidak ada masuk pada jam-jam tertentu seperti contohnya di
perkantoran. Namun biasanya berpatokan dengan kegiatan latihan klub.
Biasanya dilakukan jika PSM Makassar latihan sore pukul 16.00 WITA
penulis datang pada pukul 13.00 WITA di sekertariat PSM Makassar untuk
sebelumnya berdiskusi atau rapat untuk kegiatan yang akan dilaksanakan.
Secara umum terdapat lima kegiatan yang penulis jalani, yakni desain
materi komunikasi secara visual, hubungan dengan media, administrative,
pemantauan dan evaluasi, dan pembuatan strategi dalam manajemen
acara. Masing-masing kegiatan tersebut menuntut kompetensi tersendiri.

49
Fadlan Afdallah Ramadan

1. Desain materi komunikasi secara visual


Desain materi komunikasi secara visual mencakup melakukan
dokumentasi, editing, dan publikasi terhadap aktivitas tim dalam bentuk
foto dan video. Berdasarkan pengalaman penulis, maka secara umum
humas di klub olahraga PSM Makassar perlu memiliki kemampuan dalam
komunikasi visual. Komunikasi visual di sini tidak hanya fotografi, tetapi
juga membuat dan mengedit video. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa
humas perlu memiliki kompetensi dalam menyusun materi komunikasi
dalam bentuk visual, memahami prinsip desain grafis (Kriyantono, 2014)
dan menguasai multimedia (Setiansah, 2008)
Tantangan besar yang penulis hadapi adalah ketika melakukan
editing materi komunikasi visual. Seorang penyunting gambar dalam
melakukan pekerjaannya akan selalu dihadapkan pada dua hal: pertama,
durasi gambar versi edit yang dibatasi dan durasi proses edit yang juga
dibatasi, yaitu oleh dead line, dimana hasir pekerjaan editor harus siap
untuk ditayangkan.
Terkadang editor tidak memiliki cukup banyak waktu untuk melihat
seluruh gambar yang ada pada video mentahan dalam durasi yang aslinya.
Biasanya editor melihat seluruh gambar dengan cepat dan mutar tombol
fast-forward atau rewind dan berhenti di bagian-bagian yang paling
menarik atau paling dari rangkaian gambar master shot yang panjang.
Selama memutar video editor harus mengingat-mengingat gambar-gambar
yang akan digunakan serta posisi gambar.
Selain itu, editor juga harus mengingat berbagai gambar penyela
(buffer shot) atau cutaways yang disediakan juru kamera. Gambar penyela
ini akan sangat membantu editor ketika akan menyambung dua gambar
yang memiliki masalah dengan kontinuitas. Di mana jika terdapat dua
gambar penting, namun kedua itu tidak dapat disambungkan karena
terbentur masalah kontinuitas, maka editor harus segera mencari gambar
penyela.kemampuan editor untuk mengingat posisi gambar penyela di
video merupakah sebuah keahlian yang harus dilatih, dimana hal itu dapat
membantu mempercepat proses editing.

50
Pengantar Potret Kompetensi SDM Public Relations
di Klub Sepakbola di Indonesia

Menurut Morissan ada teknik editing yang dipakai dalam berbagai


program televisi, yaitu Editing Analitis (Morissan, 2005: 240). Editing ini
yaitu teknik edit yang menggunakan beberapa gambar yang memiliki
ukuran yang berbeda. Contohnya seperti sekuen yang dimulai dari
pengambilan gambar long shot untuk menunjukan hubgungan dan situasi
geografi subjek dengan lingkungan di sekitarnya dan dilanjutkan dengan
gambar yang lebih mendekat ke arah subjek, untuk menunjukkan detil
subjek dan fokus kepada aksi yang terpenting.
Teknik edit ini biasa dilakukan oleh penulis dalam kegiatan kuliah
kerja komuniasi selama di PT Persaudaraan Sepakbola Makassar divisi
media officer, dimana pemotongan gambar selalu mgengikuti apa yang
sedang VO bahas (jika ada) atau beat music yang ada, semakin detail yang
di bahas maka semakin detal juga grafis yang harus ditayangkan pada saat
diedit.
Kemampuan teknis editing perlu diperkuat dengan softskill berupa
kemampuan bekerja dalam tim, mampu bekerja di bawah tekanan, disiplin,
berorientasi pada target, dan mau bekerja keras (Setiansah, 2008)
Ada pun beberapa contoh kegiatan penulis adalah :
a. Videographer Video Latihan dan Pertandingan Tim
PSM Makassar
Pada saat latihan media officer wajib juga hadir untuk meliput
termasuk fotografer, videographer, dan media social, fungsinya agar
latihan yang dijalani pada hari itu dapat langsung dilihat oleh para
penonton yang tidak bisa langung melihat sesi latihan. Setelah
melakukan sesi latihan tim media officer PSM Makassar langusng
mengunggah ke media-media sosial yang dimiliki yaitu youtube,
facebook, twitter, Instagram dan web.
Saat pertandingan berlangsung, penulis bertugas untuk
merekam pertandingan pada laga home PSM MAkssar. Selain
mengambil gambar yang aksi-aksi pemain saat di lapangan, penulis
juga mengambil moment-moment menarik seperti ketika pemain
memasuki lapangan pertandingan, ekspresi penonton, pemanasan
kedua tim, serta setelah pertnadingan berakhir di mana para
pemain, pelatih, official tim akan berkumpul di lapangan dan

51
Fadlan Afdallah Ramadan

bersama supporter PSM yang hadir di stadion menyanyikan lagu


anthem klub berjuluk “Juku Eja” itu. Di stadion, videographer
menempatu dua tempat berebeda. PErtama di tribun VVIP untuk
mengambil gambar pertandingan. Kedua di sisi lapangan, selain itu
juga bertugas meniyisir bagian dalam stadion dan luar stadion.
Seusai mengambil gambar penulis bertuga smelaukan editing
video. Makasaar seperti youtube resmi PSM Makassar dan
Instagram. Selain video-video pertandingan, penulis juga mengedit
video iklan untuk Bosowa yang merupakan sponsor resmi PSM
Makassar, behind the scene, video ekspresi-ekspresi penonton,
video ulangtahun PSM Makassar, video latihan.
b. Editing Video
Setelah sebuah produksi gambar telah selesai diambil dan siap
untuk dtayangkan kepada penonton, maka ada sebuah proses
terlebih dahulu yang harus dilakukan agar berita yang akan
ditayangkan menajadi lebih baik, yaitu proses editing.
Menurut Askurifai Baksin (2006: 144) dalam buku Jurnalistik
Televisi menjelaskan bahwa proses editing perlu dilakukan baik
untuk memperbagus maupun mengoreksi hasil yang ada.
Menurutnya ada tahapan editing yanng dapat dilakukan, yaitu
editing linier dan editing nonlinier. Dalam pembahasan ini, penulis
hanya memasukan editing nonlinier, hal ini dikarenakan proses
editing tersebut sama dengan apa yang dilakukan penulis pada saat
melakukan kegiatan kuliah kerja komunikasi atau K3 di PSM
Makassar, PT. Persaudaraan Sepakbola Makassar prosesnya sebagai
berikut :
1) Setelah melakukan proses pengambilan gambar, gambar
yang ada di memory card pada camera yang dipakai
langsung dipindahkan ke komputer lewat video card yang
tersedia. Atau bisa juga dilakukan transfer gambar dengan
seperangkat komputer editing lengkap berupa Velocity atau
Avid Machine
2) Bila mengunakan kamera digital, cukup dengan kabel
firewire.

52
Pengantar Potret Kompetensi SDM Public Relations
di Klub Sepakbola di Indonesia

3) Setelah gambar video terekam dengan hard disk komputer


dalam bentuk file MP4 atau AVI , maka editor melakukan
kegiatan loging, yakni pencatatan per adegan atau peristiwa
untuk disusun menjadi kesatuan untuh sebuah video.
Karena stock shoot atau ketersediaan video belum tentu
dipergunakan semua, maka kegiatan logging ditujukan
untuk selection of shoot agar tercapai sebuah video yang
nantinya akan diupload lebih menarik.
4) Selesai logging editor tinggal mempelajari konsep video yang
sudah dibuat, berupa gambaran video atau kapan
narasumber tersebut muncul (jika ada wawancara), dan
selanjutnya melakukan editing. Biasanya pengeditan berita
cenderung cut to cut, yakni penggabungan gambar satu
dengan gambar yang lainnya tanda menggunakan efek
transisi tertentu. Sinkronisasi antara video dan audio harus
tepat. Apalagi editing digital sering mengalami splitt suara
atau lip-sync. Yang jelas antara video dan audio harus
berjalan sinkron, berimbang dan saling menunjang.
5) Editor harus berpedoman dengan time is key, sebab
perhitungan waktu seangat menentukan efektivitas
penyampaian pesan. Apalagi durasi dalam media social
khususnya instagram hanya 1 menit. Dalam hal ini daya
persepsi penerima harus diperhitungkan untuk berhasilnya
penyampaian pesan yang sifatnya audio, visual, maupun
audio visual. Hal ini perlu diperhatikan untuk disesuaikan
dengan kondisi penerima informasi yang merupakan the
receiving end dalam sebuah proses komunikasi.
6) Setelah semua proses selesai, hasil editing berita di-preview
terlebih dahulu untuk mengecek hasilnya.
7) Tugas editor selesai, tinggal menunggu beberapa gambar
yang diedit tadi ditayangkan.
Seorang penyunting gambar dalam melakukan pekerjaannya
akan selalu dihadapkan pada dua hal: pertama, durasi gambar versi
edit yang dibatasi dan durasi proses edit yang juga dibatasi, yaitu

53
Fadlan Afdallah Ramadan

oleh dead line, dimana hasir pekerjaan editor harus siap untuk
ditayangkan.
Terkadang editor tidak memiliki cukup banyak waktu untuk
melihat seluruh gambar yang ada pada video mentahan dalam
durasi yang aslinya. Biasanya editor melihat seluruh gambar dengan
cepat dan mutar tombol fast-forward atau rewind dan berhenti di
bagian-bagian yang paling menarik atau paling dari rangkaian
gambar master shot yang panjang. Selama memutar video editor
harus mengingat-mengingat gambar-gambar yang akan digunakan
serta posisi gambar.
Selain itu, editor juga harus mengingat berbagai gambar penyela
(buffer shot) atau cutaways yang disediakan juru kamera. Gambar
penyela ini akan sangat membantu editor ketika akan menyambung
dua gambar yang memiliki masalah dengan kontinuitas. Di mana
jika terdapat dua gambar penting, namun kedua itu tidak dapat
disambungkan karena terbentur masalah kontinuitas, maka editor
harus segera mencari gambar penyela.kemampuan editor untuk
mengingat posisi gambar penyela di video merupakah sebuah
keahlian yang harus dilatih, dimana hal itu dapat membantu
mempercepat proses editing.
Menurut Morissan ada teknik editing yang dipakai dalam
berbagai program televisi, yaitu Editing Analitis (Morissan, 2004:
240). Editing ini yaitu teknik edit yang menggunakan beberapa
gambar yang memiliki ukuran yang berbeda. Contohnya seperti
sekuen yang dimulai dari pengambilan gambar long shot untuk
menunjukan hubgungan dan situasi geografi subjek dengan
lingkungan di sekitarnya dan dilanjutkan dengan gambar yang lebih
mendekat ke arah subjek, untuk menunjukkan detil subjek dan
fokus kepada aksi yang terpenting.
Teknik edit ini biasa dilakukan oleh penulis dalam kegiatan
kuliah kerja komuniasi selama di PT Persaudaraan Sepakbola
Makassar divisi media officer, dimana pemotongan gambar selalu
mgengikuti apa yang sedang VO bahas (jika ada) atau beat music

54
Pengantar Potret Kompetensi SDM Public Relations
di Klub Sepakbola di Indonesia

yang ada, semakin detail yang di bahas maka semakin detal juga
grafis yang harus ditayangkan pada saat di edit.
c. Mendesain Thubmnail Youtube, header Google form
PSM U19
Penulis juga ditugaskan untuk mendesain bebera thumbnail
atau cover untuk video di akun Youtube PSM Makassar seperti
highlight pertandingan, behind the scene, dan header google form
PSM Makassar U19 untuk form pengisian seleksi pada saat itu.

2. Hubungan Media
Hubungan media merupakan aktivitas yang sebenarnya “paling
sesuai” dengan nama unit kerja media officer itu sendiri. Pada klub
sepakbola di Indonesia pada umumnya, unit kerja yang melakukan
aktivitas kehumasan bernama media officer (Syadzwina, 2016).
Penyebutan istilah “media officer” itu pula yang tercantum dalam
peraturan kompetisi (Manual Liga 1, 2017).
Bekerjasama dengan media merupakan salah satu kompetensi teknis
yang harus dimiliki oleh praktisi public relations. Dalam bekerjasama
dengan media, praktisi PR perlu memiliki motivasi bahwa media merpakan
mitra. Menurut Kriyantono (2014), praktisi PR yang kompeten akan
menikmati kerjasama dengan media. Sementara menurut Setiansah
(2008), praktisi PR perlu memiliki kompetensi berupa akses dengan media
dan kemampuan untuk menjalin jaringan, salah satunya dengan media
massa.
Menurut Philip (1997: 7) mendefinisikan media relations sebagai
hubungan dengan media komunikasi untuk melakukan publisitas atau
merespon kepentingan media terhadap kepentingan organisasi. Sedangkan
Stanley J Baran (2004: 361) mendefinisikan media relations sebagai sebuah
relasi yang dibangun dan kembangkan dengan media untuk menjangkau
public guna meningkatkan pencitraan, kepercayaan, dan tercapainya
tujuan-tujuan individu meupun organisasi/ perusahaan.
Dari kedua definisi tersebut dapat kita ketahui bahwa menjalin
hubungan baik merupakan sebuah langkah penting untuk dilakukan
seorang public relations officer, karena melalui terjalinnya hubungan baik

55
Fadlan Afdallah Ramadan

dengan media tersebut perusahaan dapat menggunakan media massa


sebagai medium penyampai pesan dan pencitraan kepada publik. Semakin
banyak akses yang didapat publik dari media massa terkait perusahaan,
diharapkan semakin baik citra perusahaan dan semakin besar tingkat
kepercayaan publik terhadap perusahaan. Perkembangan media
mempengaruhi ativitas media relations yang dijalankan oleh suatu
perusahaan, pertumbuhan jumlah media massa yang sangat pesat sesuai
dengan target khalayaknya. Namun disatu sisi paraktisi public relations
perlu mengamati perkembangan media, target sasaran dan isu-isu yang
berkembang di masyarakat.
Melalui aktifitas media relations maka hubungan antara media dan
organisasi yang diwakili oleh pratisi public relation dengan wartawan
diharapkan akan lebih baik dan positf, dengan demikian manfaat media
relations dapat dirasakan oleh kedua pihak. Kegiatan media relations yang
dilaksanakan oleh public relations PSM Makassar adalah absendi media
pada saat menjelang pertandingan, konferensi pers, pembuatan materi
siaran pers atau press release, dan kunjungan ke media atau media visit.
Setiap mejelang pertandingan kandang (home) biasanya panitia
pelaksana, khususnya bagian divisi Media officer melakukan absensi
kepada wartawan-wartawan yang datang meliput pertandingan. Absensi
dilakukan dengan cara wartawan yang sudah terdaftar namanya di daftar
absensi akan melakukan tanda tangan, dan memeriksa ID card yang
dipakai oleh wartawan tersebut. Jika nama wartawan tidak sesuai dengan
ID card, wartawan tersebut tidak diperbolehkan masuk ke dalam stadion
atau wartawan tersebut harus melakukan registrasi ulang. Tindakan
tersebut untuk mengantisipasi pengunjung atau orang yang tidak memiliki
akses untuk masuk ke dalam stadion atau lapangan.
Konferensi pers adalah acara khusus yang dibuat sebagai sarana
untuk mengumumkan, menjelaskan, mempertahankan atau
mempromosikan suatu hal kepada pers atau media dengan maksud untuk
menyamakan pengertian dengan pihak yang mengadakan konferensi pers
tersebut. Kegiatan press conference ini dilakukan ketika H-1 menjelang
pertandingan setelah official training dan sesudah pertandingan, atau
ketika ada berita penting yang akan diumumkan oleh pihak klub kepada
media contohnya jika ada penandatanganan kontrak pemain atau pelatih.

56
Pengantar Potret Kompetensi SDM Public Relations
di Klub Sepakbola di Indonesia

Pada tim PSM Makassar senior biasanya penulis hanya menjadi


videographer atau menjadi fotografer saat press conference ini dilakukan,
tetapi pada saat PSM Makassar U19 bermain penulis satu kali menjadi
moderator saat press conference setelah pertandingan.
Sebagai bagian dari tugas media officer, penulis juga bertugas untuk
merekam sesi tanya jawab yang dilakukan wartawan dengan pihak PSM
Maksssar dalam sesi latihan rutin, yakni latihan pagi dan/atau latihan sore.
Hasil rekaman tersebut nantinya akan penulis bagikan kepada wartawan
yang kebetulan tidak dapat meliput latihan, sebagai bahan berita apabila
diperlukan . Namun kegiatan membagi rekaman ini hanya berlangsung di
sesi latihan rutin. Kegiatan ini tidak dilakukan di official training (yang
berlangsung H-1 pertandingan), karena selesai official training akan ada
agenda jumpa pers resmi
Aktivitas kunjungan media adalah salah satu upaya seorang humas
dalam menjalin hubungan dengan media, pada pelaksanaan kegiatan
kuliah kerja komunikasi yang penulis lakukan beberapa kali penulis
mengikuti kegiatan media visit, diantaranya yaitu kunjungan ke kantor
surat kabar Fajar yang juga pada saat itu juga berulangtahun. Pada saat itu
juga tim media officer ditemani oleh dua pemain PSM Makassar yaitu
Rivky Mokodompit dan Rasyid Akbar.

3. Pemantauan dan Evaluasi


Pemantauan dan evaluasi terhadap program public relations
merupakan salah satu peran humas (Moss, dalam Prastya 2016).
Kompetensi untuk melakukan pemantauan dan evaluasi mengharuskan
praktisi PR memiliki cara untuk mengetahui (men-scan) lingkungan
organisasi (Kriyantono, 2014) guna mengetahui respon dan cara pandang
masyarakat terhadap organisasi. Sementara Setiansah (2008)
berpandangan bahwa kemampuan analaisis menjadi salah satu kompetensi
yang perlu dikuasai oleh humas.
Kegiatan yang penulis lakukan adalah analisis terhadap media social
milik PSM Makassar. Adapun media sosial yang penulis analisis adalah
YouTube channel PSM Makassar, analisis tersebut dilakukan guna
mengetahui traffic, engagement, perbandingan beberapa video yang sudah

57
Fadlan Afdallah Ramadan

dibuatkan kontennya agar tim media officer bisa mengetahui waktu yang
tepat untuk mengupload konten dilihat dari respon yang ditunjukan
subscriber dan viewers, baik dari like ataupun komentar yang muncul.
Analisis tersebut dilakukan menggunakan Youtube Analytic pada video
creator yang dianggap dapat membantu proses analisis untuk melihat
kedepannya. Sebelumnya sebelum penulis masuk dalam media officer PSM
Makassar ini akun youtube dari PSM Makassar kurang diperhatikan dan
masih sedikit subscriber dan viewersnya karena kesibukan dan lain hal.
Akhirnya penulis berinisiasi untuk mengurus akun youtube tersebut.
Analisis terhadap media sosial yang penulis lakukan berkaitan
dengan analisis jumlah pengunjung. Namun sebaiknya analisis tidak hanya
sebatas menghitung traffic atau engagement, tetapi juga apa yang tengah
dibicarakan publik mengenai organisasi kita. Ini karena media sosial juga
memiliki potensi untuk dimanfaatkan sebagai alat untuk memantau
lingkunan.
Penelitian Pienrasmi (2015: 202) menyatakan bahwa kehadiran
media sosial juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui isu yang sedang
berkembang di seldtar wilayah operasional perusahaan mereka. Praktisi
menyatakan bahwa dengan kehadiran media sosial mereka dapat
melakukan monitoring mengenai perkembangan isu serta tren yang teijadi
di masyarakat. Monitoring isu akan membantu perusahaan dalam
mengantisipasi berbagai ancaman yang dapat berdampak kurang baik bagi
perusahaan sehingga praktisi dapat memberikan konfirmasi untuk
meredam isu yang sedang berkembang.
Dari monitoring kritik dan saran maka menjadi pertimbangan
tersendiri bagi organisasi untuk dapat mengeluarkan kebijakan berkaitan
dengan merespon kebutuhan publik. Karena dengan memperhatikan saran
dan kritik publik maka akan semakin meningkatakan kualitas dari
hubungan antara organsiasi dengan publik (Pienrasmi, 2015: 207)

4. Manajemen Acara
Kemampuan merenanakan program PR dalam upaya membangun
citra merupakan kompetensi yang perlu dimiliki praktisi humas. Salah satu
upaya itu adalah manajemen marketing PR (Setiansah, 2008).

58
Pengantar Potret Kompetensi SDM Public Relations
di Klub Sepakbola di Indonesia

Salah satu program PR untuk membangun citra PSM Makassar


adalah event. Selama melakukan praktek kerja, penulis berkesempatan
terlibat dalam penyelenggaraan dua jenis event yakni yang bersifat
komersial dan bersifat sosial. Penulis berkesempatan untuk mengikuti
rapat perencanaan event hingga eksekusi event.
Dari pengalaman penulis maka seorang praktisi PR perlu memiliki
kompetensi kemampua nbekerja dalam tim, mengetahui cara menyusun
dan mengelola sumber daya untuk kegiatan kehumasan, dan memiliki
kemampuan untuk mengetahui publik sasaran (Kriyantono, 2014;
Setiansah, 2008)
Pada hakikatnya customer relations adalah kegiatan yang dilakukan
seorang public relations officer untuk memberikan kepuasan kepada
pelanggan dan untuk mewujudkan suatu pelayanan terbaik untuk
pelanggan, kegiatan customer relations menjadi jembatan antara
perusahaan dengan pelanggan yang telah memiliki loyalitas. PSM Makassar
sebagai klub yang cukup yang dikenal diseluruh Indonesia sangat perlu
menjalin hubungan baik dengan supporternya, sebagai bentuk menjaga
kepercayaan dan loyalitas supporter. Adapun dalam pelaksanaan kuliah
kerja komunikasi yang penulis laksanakan selama kurang lebih dua bulan
di media officer PSM Makassar, penulis dilibatkan dalam beberapa
kegiatan yang berkaitan dengan customer relations, kegiatan tersebut
antara lain, merencanakan dan mengorganisasikan event
Menyelenggarakan event atau sebuah acara khusus merupakan
salah satu kiat yang bisa dilakukan untuk menarik banyak pihak, termasuk
media dan customer. Melalui event perusahaan dapat meningkatkan
pengetahuan (knowledge), pengenalan (awareness), pemenuhan selera
(pleasure) dan menarik simpati atau empati dari pihak-pihak tertentu
(Ruslan, 2006: 231). Event menjadi penting untuk diselenggarakan sebuah
perusahaan atau klub, karena mampu menumbuhkan saling pengertian
bagi kedua belah pihak baik itu perusahaan maupun publik, hingga pada
akhirnya dapat menciptakan citra positif dari public yang menjadi target
sasaran perusahaan. Begitu juga dengan PSM Makassar, penyelenggaraan
event menjadi salah satu strategi guna mempertahankan eksistensi dan
citra perusahaan di mata publik terutama kepada supporter.

59
Fadlan Afdallah Ramadan

Penulis berkesempatan mengikuti pertemuan persiapan event.


Beberapa kegiatan meeting tersebut antara lain perisapan ulang tahun PSM
Makassar ke 102 tahun dengan seluruh tim Media officer PSM Makassar,
kemudian periapan peliputan challenge dari PT. Liga Indonesia Baru (PT
LIB), persiapan meet and greet PSM Maksassar X GO-JEK serta beberapa
briefing untuk pelaksanaan beberapa kegiatan seperti menjelang
pertandingan, gambar-gambar apa yang akan diambil dan lain-lain. Proses
meeting dilakukan guna memberi pemahaman kepada penulis terkait tugas
dan orang-orang yang nantinya akan berkerjasama dalam event maupun
kegiatan tersebut untuk mempermudah proses koordinasi selama event
dan kegiatan yang akan berlangsung.
Event komersial yang penulis kerjakan misal event meet and greet
PSM Makassar X Gojek merupakan event eksternal yang diselenggarakan
oleh Gojek Indonesia yang sekaligus merupakan sponsor PSM Makassar,
acara ini merupakan meet and greet pemain dengan supporter PSM
Makassar, pemain yang dating diantaranya Mark Klok, Hamka Hamzah,
dan Rizky Pellu. Penulis disini ditugaskan untuk mendokumentasikan
acara.
Selain komersial, klub sepakbola juga perlu melakukan kegiatan
yang sifatnya sosial. Menurut Kurniawati (2016 : 174-175), tolok ukur
kesuksesan sebuah klub bukan sebatas pada jumlah gelar juara atau pun
kesuksesan secara bisnis (meraih profit, dan sebagainya). Namun lebih dari
itu, adalah dampak sosial yang dapat diberikan klub tersebut pada
lingkungannya. Itu sebabnya, penting bagi klub untuk melakukan integrasi
secara vertical dan horizontal dengan komunitas.
Tugas seorang public relations juga penting dalam menjaga relasi
dengan masyarakat, contohnya melalui kegiatan corporate social
responsibility (CSR) atau yang juga dikenal sebagai tanggung jawab sosial
perusahaan. CSR adalah berbagi manfaat, CSR adalah cara
mengintegrasikan dimensi sosial ke dalam strategi bisnis. CSR bukanlah
charity, meskipun pelaksanaannya dalam bentuk charity atau philanthropy
seperti yang dipilih oleh PT.. Persaudaraan Sepakbola Makassar, CSR
haruslah dilakukan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap
lingkungan sosial sekitar perusahaan berada. CSR dapat diselenggarakan
dalam berbagai bentuk program atau kegiatan termasuk charity, namun

60
Pengantar Potret Kompetensi SDM Public Relations
di Klub Sepakbola di Indonesia

sekali lagi harus disadari meskipun kegiatannya berbentuk charity namun


kegiatan tersebut haruslah dimaknai sebagai bentuk tanggung jawab sosial
perusahaan. PSM Makassar melaksanakan kegiatan community relation
nya melalui pelaksanaan CSR dengan memberikan 100 sak semen dan
tambahan uang tunai kepada korban kebakaran yang ada di Mariso.
Kegiatan tersebut merupakan community relations. Menurut Moore
(2004:415) community relations merupakan hubungan antara sekelompok
orang yang hidup di tempat sama, pemerintah sama dan mempunyai
kebudayaan dan sejarah yang umumnya turun temurun dan mempunyai
tujuan yang sama. Public relations disini lebih dimaknai sebagai kegiatan
organisasi atau perushaan dan bukan proses komunikasi yang dilakukan
organisasi atau perusahaan dengan publiknya. Kalau pun ada sedikit
perbedaan dalam pendekatan pelaksanaan kegiatan, lebih disebabkan
karena sifat kegiatan yang diselenggarakan dalam community relations.
Disamping itu, dibutuhkan juga cara untuk mendukung kegiatan
community relations agar kegiatan tersebut dapat berjalan sesuai dengan
yang diharapkan yaitu dengan membentuk dan membuat sesuatu yang
dibutuhkan, menghilangkan sesuatu yang membuat masalah,
memperkenalkan arti kemandirian, memanfaatkan secara lebih optimal
atas apa yang telah dimiliki dan melibatkan masyarakat tak mampu,
berbagi peralatan, fasilitas dan keahlian professional, memberi pengajaran,
konsultasi dan pelatihan, membentuk, memperbaiki dan meningkatkan
masyarakat, mempromosikan masyarakat sekitar keluar lingkungan
organisasi, menggerakkan dan mengaktifkan masyarakat, dan sebagainya.

5. Administratif
Administratif merupakan salah satu peran PR dalam organisasi
(Moss et.al, dalam Prastya, 2016). Ada dua kegiatan berkaitan dengan
administrative yakni pertama mengikuti match coordination meeting.
Macth coordination meeting merupakan kegiatan rutin yang diikuti oleh
penulis setiap PSM Makassar akan menggelar pertandingan di Stadion
Mattoanging atau dengan kata lain saat menggelar pertandingan pada laga
kandang (home) baik pertandingan pada PSM Makassar U19 maupun PSM
Makassar senior. Kegiatan ini dilakukan H-1 pertandingan biasanya

61
Fadlan Afdallah Ramadan

dilakukan setelah prees conference. Macth coordination meeting ini


langsung dipimpin oleh pengawas pertandingan, dan dihadiri mulai dari
pengawas pertandingan, ketua panitia pelaksana petadingan, media officer
klub, para pelatih kedua tim (asisten), host broadcast jika pertandingan
disiarkan, security officer, medical officer, wasit. Kegiatan ini dilakukan
guna mendiskusikan persiapan yang akan digelar keesokan harinya seperti
menjelaskan regulasi yang berlaku oleh pengawas pertandingan,
menyepakati jersey yang akan dipakai, berapa jumlah keamanan, berapa
media yang akan meliput, bagaimana staff kedokteran dan ambulance,
ketentuan-ketentuan apa saja yang tidak boleh saat pertandingan, dan lain-
lain. Penulis disini diposisikan untuk mendokumentasikan macth
coordination meeting, tetapi jika pertandingan PSM Makassar U19 penulis
ikut dalam macth coordination meeting mewakili media officer.
Kedua, adalah membantu pengawas pertandingan saat hari
pertandingan. Pada kegiatan ini penulis diminta ikut membantu pengawas
pertandingan pada saat PSM Makassar U19, penulis membantu kegiatan
dari pengawas pertandingan meliputi memeriksa daftar susunan pemain
sebelum pertandingan sekaligus mencetak beberapa daftar susunan pemain
untuk diberikan kepada wartawan, kemudian saat pertandingan penulis
ikut bersama pengawas pertandingan untuk memngisi lias match report
data kejadian apa saja pada saat mulainya pertandingan hingga peluit akhir
di tiupkan, seperti mencatat kartu kuning, kartu merah, pergantian pemain,
gol, jumlah penonton, dan lain-lain.

Penutup
Aktivitas kehumasan yang penulis lakukan mayoritas berkaitan
dengan komunikasi visual yakni tugas-tugas videographer. Secara khusus,
tugas videographer adalah mengambil gambar dan mengedint gambar. Hal
ini menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi visual adalah kompetensi
yang penting dimiliki oleh humas di klub olahraga.
Kemampuan desain materi komunikasi visual merupakan hal yang
disyratkan dalam pengetahuan teknis humas (Kriyantono, 2014). Guna
memiliki tenaga humas yang memiliki kompetensi sesuai kebutuhan, maka

62
Pengantar Potret Kompetensi SDM Public Relations
di Klub Sepakbola di Indonesia

perlu adanya infrastruktur yakni kurikulum lembaga pendidikan yang


menyesuaikan kondisi (Prastya, 2016).
Namun sayangnya, apa yang dipelajari oleh mahasiswa/I public
relations, tidak menunjukkan adanya pembelajaran berkaitan dengan
komunikasi visual. Penulis membandingkan dengan data sekunder dari
penelitian Rahman (2015) yang menyatakan bahwa mahasiswa/I public
relations telah memiliki kompetensi tengan berkomunikasi secara lisan dan
tertulis baik itu secara tatap muka atau menggunakan media, kemampuan
memperhatikan pesan non-verbal lawan bicara, dan kemampuan adaptasi
terhadap berbagai situasi. Jenis dan variasi pelatihan yang pernah diikuti
adalah etika komunikasi, etika pergaulan, MC, menulis majalah, pidato,
protokoler, public speaking, pengembangan diri, dan table manner. Hal-hal
yang masih perlu ditingkatkan adalah kemampuan untuk menyimak lawan
bicara, menyamapikan gagasan tertulis, berkomunikasi dengan orang baru,
memotivasi orang lain melalui komunikasi. Sama sekali tidak disinggung
tentang kemampuan komunikasi visual.
Secara umum, kompetensi yang dibutuhkan sebagai media officer
di klub sepakbola profesional adalah pemahaman mengenai teknik
pengambilan gambar dan editing video, desain grafis, penguasaan terhadap
multimedia, dan kemampuan menjalin kerjasama terutama dengan media
massa.
Ada pun untuk softskill yang diperlukan adalah memiliki daya
analisis mampu bekerja dalam tim, mampu bekerja di bawah tekanan,
memiliki kemampuan interpersonal yang baik, mau bekerja keras, disiplin,
dan berorietnasi pada target.

Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro (2011) Metodologi Penelitian untuk Public relations
Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung : Simbiosa Rekatama Media
Baksin, Askurifai. (2006), Jurnalistik Televisi Teori dan Praktik. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya Offset
Baran, Stanley J (2004) Introduction to Mass Communication, Media
Literacy and Culture. New York: McGraw-Hill.

63
Fadlan Afdallah Ramadan

Hasdungan, Stefanus Tulus (2015) “Praktik Public relations dalam Sepak


Bola”. http://www.panditfootball.com/pandit-sharing/186757/PSH/
151015/praktik-public-relations-dalam-sepak-bola Tanggal akses 11
AGustus 2017
Iriantara, Yosal (2004) Manajemen Strategis Public relations. Jakarta:
Ghalia Indonesia
Kriyantono, Rachmat (2014) Teori Public relations Perspektif Barat dan
Lokal. Jakarta : Kencana Prenada Media Group
Kurniawati, Viola (2016) “Klub Sepakbola dan Nilai Sosial” dalam Sirajudin
Hasby dan Ferry Triadi Sasono (Editor) Sepakbola 2.0. Yogyakarta:
Fandom
Manual Liga 1 2017. URL : https://liga-indonesia.id/files/uploads/
regulasi/Manual%20Liga%201%202017.pdf
Moore, Frazier. 2004. Humas Membangun Citra dan Komunikasi. PT.
Remaja Rosdakarya, Bandung.
Morissan (2004) Jurnalistik Televisi Mutakhir. Bogor: Ghalia Indonesia
Pienrasmi, Handindyalaila (2015) “Pemanfaatan Social Media oleh Praktisi
Public relations di Yogyakarta”. Jurnal Jumal komunikasi, 9 (2),
April: 199-210
Prastya, Narayana Mahendra (2016) “Problem Struktural dalam Peran
Manajerial Public Relations : Kasus Indonesia” Jurnal Komunikasi, 8
(2) : 107-119
Rahman, A (2015) "Kompetensi Komunikasi Calon SDM Public Relations"
Jurnal VISI Komunikasi, 14 (2), November : 255-271
Ruslan, Rosady (2006) Manajemen Public relations & Media Komunikasi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Setiansah, Mite (2008) "Tantangan Pasar Kerja Kehumasan" Jurnal Acta
Diurna, 5 (2), September : 84-89
Syadzwina, A. Widya (2016) “Peranan Public relations dan Media officer
dalam Organisasi Sepakbola Profesional,” dalam Sirajudin Hasby dan
Ferry Triadi Sasono (Editor) Sepakbola 2.0. Yogyakarta: Fandom

Internet :
http://psmmakassar.co.id/tentang-psm/ (diakses 28 November 2017)

64
Aktivitas Kehumasan
dalam Branding Klub Sepakbola
Bali United Fc Sebagai Klub yang
Mendukung Pembinaan Usia Muda
(2015-2016)

M. Surya Dharma Purba

Pendahuluan
Bali United merupakan klub yang terhitung baru di kancah
persepakbolaan Indonesia. Bali United Football Club adalah klub
profesional Indonesia yang bermarkas di Gianyar, Bali. Didirikan pada
tahun 1989, awalnya bernama Putra Samarinda sebelum berganti markas
ke Bali dan mengubah namanya menjadi Bali United Pusam pada tahun
2014 (http://www.baliutd.com/club/about-us/).
Bali United sejauh ini membuktikan diri sebagai klub yang stabil
dan kompetitif. Sebelumnya, tidak banyak klub sepakbola asal Pulau
Dewata yang bisa sepeti ini. Di tahun 1990-an, pernah ada klub bernama
Gelora Putra Dewata. Namun klub tersebut kemudian pindah ke Sidoarjo
dan berubah nama menjadi Deltras Sidoarjo (selengkapnya baca
Fahamsyah, 2019). Setelahnya bisa dikatakan tidak banyak klub asal Bali
yang cukup moncer di kompetisi nasional. Tercatat pernah ada Perseden
Denpasar, Persegi Gianyar, dan Bali De Vata (di kompetisi Liga Prima
Indonesia), tetapi mereka bisa dikatakan hanya numpang lewat.

65
M. Surya Dharma Purba

Kestabilan Bali United hadir berkat pengelolaan secara profesional


yang dilakukan oleh klub berjuluk Serdadu Tridatu tersebut. Menurut
Yuliartha, dkk (2017), Bali United memang tengah membangun brand
image sebagai klub sepakbola profesional. Caranya dengan menggunakan
strategi komunikasi pemasaran terpadu. Konten pesan di komunikasi
pemasaran terpadu berisi persyaratan yang sudah dimiliki oleh Bali United
dalam membangun klub sepak bola professional yakni aspek legal,
infrastruktur, administrasi, olahraga, dan finansial.
Namun apa yang diraih Bali United saat ini, tentu tidak datang
secara tiba-tiba. Brand image Bali United saat ini, memang berbeda
dibanding fase awal perkembangan klub tersebut. “Serdadu Tridatu” kini
diperkuat oleh pemain-pemain yang sarat pengalaman (bahkan beberapa di
antaranya berlabel bintang), seperti Irfan Bachdim dan Stefano Lilipaly.
Klub yang berkandang di Stadion I Wayan Dipta telah memiliki orientasi
yang berbeda dari saat awal mereka berdiri (Wahyudi dan Daulaka, 2017).
Namun, ketika di masa-masa awal perjalanan hidupnya, Bali United
hendak menunjukkan brand image sebagai klub yang memiliki komitmen
terhadap pengembangan pemain usia muda. Direkrutnya Indra Sjafrie
sebagai pelatih dan beberapa anggota tim nasional sepakbola U-19 yang
pada 2013 menjuarai Piala AFF, menguatkan bukti tersebut.
Selain dari materi pemain, Bali United juga memiliki banyak
program yang berhubungan dengan pembinaan. Kegiatan pembinaan
seperti Coaching Clinic, pembagian sejuta bola, Bali United Summer Camp
dan Bali United Go to School merupakan aktivitas yang rutin
diselenggarakan oleh Bali United. Aktivitas klub pujaan para Semeton ini
yang juga merupakan kegiatan kehumasan dan juga aktivitas branding,
membuat aktivitas tersebut menarik untuk diteliti, selain itu menarik juga
dikarenakan baru Bali United klub olahraga di indoensia yang melakukan
kegiatan seperti ini.
Apa yang dilakukan Bali United ketika itu berbeda dengan klub-klub
Indonesia kebanyakan. Tidak hanya dalam konteks klub baru, namun juga
klub yang sudah lama berdiri namun tidak memiliki tradisi panjang sebagai
juara. Klub-klub sperti itu menggunakan kebijakan mendatangkan pemain
bintang untuk unjuk eksistensi. Misal yang dilakkan oleh PSPS Pekanbaru

66
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

di awal tahun 2000-an atau Persisam Samarinda saat masa awal promosi
ke Liga Super Indonesia (tahun 2009-2011)
Tulisan ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana manajemen
kehumasan dalam branding Bali United sebagai tim sepakbola yang
mendukung pembinaan usia muda. Adapun tujuan dari penelitian ini
adalah untuk mendeskripsikan bagaimana manajemen kehumasan
membranding Bali United dengan membentuk identitas diri sebagai klub
yang berfokus pada pembinaan usia muda.
Aktivitas kehumasan merupakan bagian penting dari manajemen
kehumasan yang memiliki fungsi sebagai pengatur dari aktivitas
kehumasan. Terdapat lima tahapan dalam manajemen kehumasan yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Dengan adanya
pengelolaan dari manajemen kehumasan, aktivitas kehumasan yang akan
dilaksanakan akan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga tujuan akhir
dari dilaksanakannya aktivitas kehuamsan akan tercapai.

Tinjauan Pustaka
1. Branding dalam Industri Olahraga
Massachusetts Institute of technology (MIT), membagi industri
olahraga kedalam lima segmen: sport media (marketing, broadcasting,
sport writing, public relations), sport team administration (personel atau
karyawan yang terlibat dalam tim yang terdiri dari orang-orang profesional,
sport related engineering (fasilitas, peralatan, dan alat-alat olahraga,
permainan eletronik, komputer serta perangkat latihan), sport medicine
(pelatihan atlet, gizi, psikologi, rehabilitasi, ortopedi dan lainnya
(keuangan, manajemen, aspek hukum, statistik, retail, grosir) (dalam
Syadzwina, 2016).
Segmen sport media merupakan salah satu bidang yang masuk dalam
industri olahraga, didalamnya terdapat aktivitas komunikasi seperti
marketing, broadcating, sport writing dan public relations. Hal tersebut
menjelaskan bahwa klub-klub olahraga juga dapat memanfaatkan sport
media dalam aktivitas klubnya untuk meningkatkan nilai klub, misalnya
adanya public relations dalam sebuah klub olahraga yang berperan sebagai

67
M. Surya Dharma Purba

penjaga image perusahaan dan mendukung marketing dalam aktivitas


pemasaran dan promosi (Syadzwina, 2016)
Dalam kegiatan branding, dibutuhkan aktivitas kehumasan untuk
mendukung berbagai kegiatan. Banayaknya aktivitas kehumasan untuk
kegiatan branding, tentunya akan mempermudah sebuah brand untuk
mengkomunikasikan identitasnya dirinya. Aktivitas kehumasan seperti
special event atau publicity tentunya akan membantu kegiatan branding.
Aktivitas kehumasan merupakan bagian penting dari manajemen
kehumasan yang memiliki fungsi sebagai pengatur dari aktivitas
kehumasan. Terdapat lima tahapan dalam manajemen kehumasan yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi. Dengan adanya
pengelolaan dari manajemen kehumasan, aktivitas kehumasan yang akan
dilaksanakan akan sesuai dengan yang direncanakan, sehingga tujuan akhir
dari dilaksanakannya aktivitas kehumAsan akan tercapai.
Sejumlah ahli (dalam Prastya, 2015) menuturkan merumuskan
strategi branding, sebuah klub olahraga perlu menentukan nilai-nilai
utama (core values) yang hendak mereka komunikasikan kepada publik.
Hal tersebut dapat mencakup prestasi, sejarah klub, sosok-sosok individu
yang menjadi andalan klub (misal pemain bintang, pelatih dengan ciri khas
tertentu), basis komunitas suporter, program pembinaan pemain usia
muda, dan hubungan antara nilai-nilai kota asal klub dengan identitas klub
Branding pada dasarnya adalah aktivitas mengkomunikasikan
identitas diri. Identitas diri klub olahraga dapat dikelompokkan menjadi
empat jenis yakni : (1) identitas produk (product identity), (2) identitas
visual (visual identity), (3) identitas berdasarkan pengalaman (experience
identity), (4) identitas non-produk (non-product identity) (Ja Joon Koo,
2009).
Identitas produk terdiri dari sosok pelatih, sosok pemain bintang,
serta prestasi klub. Identitas visual terdiri dari logo, seragam, dan warna
khas klub. Identitas berdasarkan pengalaman terdiri dari pengalaman
kelompok, stadion, sponsorship, dan website. Identitas non-produk terdiri
dari sejarah klub, pemilik klub, dan kota/wilayah tempat klub tersebut
berada (Ja Joon Koo, 2009).

68
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

Identitas produk misalkan klub Persipura Jayapura yang identik


dengan menggunakan materi pemain asal Papua atau Athletic Bilbao
(Spanyol) yang mengutamakan pemain-pemain asli kawasan Basque.
Contoh lain adalah klub Manchester City (Inggris) atau Paris Saint-
Germain (Pranicis) yang identik dengan transfer pemain-pemain mahal.
Identitas visual misalkan pergantian logo yang dilakukan oleh klub
Juventus (Italia) atau logo kompetisi English Premier League. Logo baru
menjadi lebih simpel, kedua desain tersebut cukup mudah diingat dan sarat
makna. Juventus akan lebih mudah dikenal lewat huruf J, Premier League
akan lebih dikenal lewat wajah singa yang menjadi ciri khasnya selama
bertahun-tahun. "Ketiadaan" desain dan warna yang kopleks akan
membuat logi tersebut gampang diingat. Kelebihan lain adalah mudah
ditempatkan ke dalam publikasi digital. Apabila diperkecil, maka kedua
logo tersebut lebih mudah dikenali dibanding logo yang lama (Rizki, 2017).
Identitas berdasarkan pengalaman misalan sebuah produk
bekerjasama dengan klub olahraga menggelar acara klinik pelatihan
dengan pemain atau tim pelatih dari klub tersebut, atau menggelar acara
nonton langsung.
Identitas non-produk berkaitan dengan kota atau wilayah misalkan
misalkan klub Arema Malang yang dikenal dengan logo singa. Bahkan logo
singa itu menjadi lebih terkenal daripada tugu kota Malang yang menjadi
logo resmi dari pemerintah kota Malang. Contoh lain, yakni logo wong
mangap –logo suporter Persebaya, Bonek-- yang menjadi brand yang
melekat dengan kota Surabaya. Setiap melihat wong mangap, ingatan
publik selalu kota Surabaya (Junaedi, 2014)
Dari penelusuran yang penulis lakukan, mayoritas publikasi ilmiah
yang berkaitan dengan branding olahraga membahas tentang bagaimana
sebuah perusahaan melakukan branding, pemasaran, dan/atau promosi
terhadap produk/jasa atau nama korporat mereka, dengan memanfaatkan
olahraga. Pemanfaatan itu dapat berupa sebuah perusahaan menggelar
event olahraga (misalkan klinik pelatihan sepakbola) atau mensponsori
event olahraga (misalkan mensponsori turnamen tertentu).
Sementara tulisan ini membahas bagaimana sebuah organisasi
olahraga membentuk branding terhadap dirinya sendiri. Karya ilmiah

69
M. Surya Dharma Purba

pertama yang penulis peroleh membahas mengenai strategi branding oleh


pengurus cabang Persatuan Panah Indonesia (Perpani) Surabaya guna
memasyarakatkan olahraga panahan di kota tersebut. Panahan merupakan
olahraga yang kurang populer, ditambah dengan fakta bahwa peralatan
olahraga ini sangat mahal, menjadikan panahan tidak menjadi olahraga
yang populer (Salsabila, 2017).
Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa ada tiga kriteria branding
yang paling berpengaruh dalam memasyarakatkan olahraga panahan.
Pertama adalah harga alat yang murah, sehingga memungkinkan
masyarakat yang baru ingin mencoba menekuni olahraga ini bisa
menekuni. Kedua adalah dengan adanya gelaran event memanah yang
dibuat lebih menyenangkan seperti permainan memanah dengan balon dan
banner. Event ini bertujuan menghapus stigma panahan sebagai olahraga
yang membosankan. Ketiga dalah workshop olahraga panahan agar
masyarakat bisa lebih mengenal olahraga ini (Salsabila, 2017).
Karya ilmiah kedua adalah strategi komunikasi pemasaran terpadu
oleh Bali United dalam membentuk brand image sebagai klub profesional.
standar klub profesional adalah memenuhi aspek legal, finansial,
infrastruktur, personel, dan sporting. Bali United menggunakan enam
saluran komunikasi pemasaran yakni periklanan, hubungan masyarakat,
penjualan personal, promosi penjualan, internet marketing ,dan
pemasaran langsung. Penelitian tersebut menggunakan data hasil dari
wawancara dengan manajemen Bali United yakni sekretaris umum dan tim
marketing communication (Yuliartha,dkk.2017). Perbedaan tulisan ini
dengan Yuliartha dkk (2017) adalah tulisan ini membahas mengenai
aktivitas kehumasan klub berjuluk Serdadu Tridatu saat branding yang
mereka tonjolkan adalah pembinaan usia muda.
Karya ilmiah ketiga dari Prastya (2015) membahas mengenai
pemanfaatan website dan media sosial klub untuk branding oleh klub Bali
United dengan menggunakan teknik pnengambilan data berupa observasi
terhadap konten di website dan media sosial klub. Bali United
memanfaatkan website dan media sosial untuk (1) penyebaran informasi
dan (2) membangun interaktifitas dengan pengguna internet. Ada pun
materi informasi yang diberikan adalah identitas produk yakni informasi
terkini mengenai Bali United, event pelatihan Bali United dengan

70
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

menghadirkan Indra Sjafrie (Bali Summer Camp). Beberapa catatan yang


diberikan Prastya adalah pengelolaan konten website dan media sosial
cukup jomplang, di mana website masih kurang update. Selain itu adalah
informasi tentang pembinaan usia muda sebaiknya dikelompokkan
tersendiri, karena yang dilakukan oleh Bali United, informasi tentang hal
tersebut masih tercampur dengan informasi lain. Tulisan Prastya ini
sekaligus menjadi semacam “prekuel” dari tulisan ini.

2. Manajemen Kehumasan
Hubungan masyarakat adalah salah satu usaha antara organisasi atau
perusahaan kepada masyarakat untuk menciptakan keharmonisan melalui
sebuah proses komunikasi dua arah, adanya mutual understanding,
mutual confidence dan image yang baik merupakan hasil dari terciptanya
hubungan yang harmonis. Langkah-langka tersebut merupakan hal yang
harus dilakukan oleh hubungan masyarakat untuk menciptakan hubungan
yang harmonis antara organisasi atau perusahaan dengan masyarakat (
Rachmadi, 1992:42-44).
Hubungan masyarakat tidak hanya melakukan aktivitas sebagai
penghubung antara perusahaan dan masyarakat, nmaun juga terdapat
aktivitas manajemen yang juga sebagai pengelola hubungan masyarakat
untuk berbagai aktivitas yang dilaksanakan.
Fungsi manajemen humas tidak hanya mengatur tentang siapa saja
pihak yang bertugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
komunikasi maupun media yang digunakan dalam mengkomunikasikan
pesan. Fungsi manajemen humas juga ditujukan untuk mengelola dan
mengatur jenis pesan yang disampaikan oleh suatu instansi/organiasi
kepada publik
Salah satu wujud dari pengelolaan pesan komunikasi humas dapat
dilihat dari bagaimana media resmi suatu instansi/organisasi dikelola
dengan baik dan tepat. Dalam tahap ini, setiap unsur yang terdapat dalam
proses komunikasi perlu dikelola dengan sedemikian rupa dengan
mengaitkan beberapa fungsi manajemen. Yang harus dilakukan dalam
mengelola pesan komunikasi adalah :

71
M. Surya Dharma Purba

1) Menyusun perencanaan untuk komunikator, pesan, media,


khalayak dan rencana pengaruhnya
2) Mengorganiasikan komunikator, pesan, media, khalayak dan
pengaruh yang diinginkan.
3) Menggiatkan komunikator, pesan, media dan pengaruh yang
diinginkan.
4) Mengontrol/mengawaasi komunikator, penyajian pesan,
pemilihan dan penggunaan media, pemilihan dan penetapan
khalayak serta pengaruh yang diharapkan (Soeprapto, 2009:132).
Setiap tahap dalam manajemen memiliki tujuan dan maksud
tersendiri. Dalam tahap perencanaan, dengan adanya penetapan tujuan
komunikasi, pemilihan khalayak sasaran serta memilih media yang akan
digunakan tentu dapat meminimalisir kemungkinan tidak efektifnya
aktivitas komunikasi yang akan dilakukan. Selain itu, dengan adanya tahap
perencanaan, pihak komunikator dapat memprediksi berbagai
kemungkinan kegagalan sehingga dapat menyiapkan rencana alternatif
guna mengantisipasi hambatan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan
aktivitas komunikasi.
Selanjutnya dalam tahap pengorganisasian, dilakukan pemilihan
sumber daya yang dimiliki serta pengaturan kegiatan komunikasi. Dalam
tahap ini dilakukan penentuan yang bertindak sebagai komunikator, pesan
apa yang akan disampaikan, serta penentuan media yang digunakan
sebagai upaya untuk menerapkan perencanaan komunikasi yang telah
ditetapkan sebelumnya. Kemudia tahap yang ketiga adalah penggiatan.
Dalam tahap penggiatan, dilakukan upaya mempertahankan dan
meningkatkan aktivitas komunikasi yang telah dilakukan.
Sedangkan untuk tahap evalauas, dilakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan aktivitas komunikasi, pemilihan media yang digunakan,
mencegah terjadinya penyimpangan atau kesalahan yang terjadi dalam
pelaksanaan aktivitas komunikasi itu sendiri. Selain itu tahap pengawasan
juga ditujukan untuk membandingkan hasil dari aktivitas komunikasi yang
dilakukan dengan tujuan yang telah direncanakan. Dengan begitu, aktivitas
komunikasi yang telah dilaksanakan tersebut dapat diukur efektivitasnya.

72
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

3. Aktivitas Kehumasan
Aktivitas kehumasan tentunya erat kaitanya dengan profesi humas
pada sebuah perusahaan atau organisasi, namun tidak jarang aktivitas
humas juga mampu dilakukan oleh yang bukan praktisi humas, tetapi
tentu harus tetap mengetahui dasar-dasar dari profesi humas
sesungguhnya, karna jika hanya menjalankan aktivitas humas tanpa
mengetahui dasar dari profesi humas akan riskan terhadap citra
perusahaan, karna humas erat kaitanya sebagai garda terdepan sebuah
perusahaan atau organisasi.
Aktivitas kehumasan dalam branding tentunya menjalankan kegiatan
yang mampu memperkenalkan brand/merek ke pada khalayak dengan
dasar identitas yang telah dimiliki. Public Relations Society of America
(PRSA), sebuah organisasi public relations di Amerika, merumuskan
banyak aktivitas-aktivitas kehumasan, namun penulis hanya mengambil
sebagian beberapa yang termasuk didalam aspek aktivitas kehumasan
dalam branding (Dennis L. Wilcox. Etc,2003:8-9) :
1) Publicity : menampilkan pesan terencana melalui media tertentu
untuk menghasilkan ketertarikan yang lebih jauh lagi.
2) Industrial Relations : menjalin hubungan dengan lembaga-lembaga
lain yang berhubungan dengan aktifitas organisasi. Hal ini bias
diwujudkan dengan tergabung dalam asosiasi usaha yang
berhubungan dengan jalur bisnis organisasi.
3) Special Events : menarik perhatian publik terhadap organisasi
atau produk dari organisasi dengan mengadakan kegiatan khusus.
4) Marketing Communication : memadukan aktivitas
pemasaran dengan mengadakan kegiatan khusus sekaligus
membangun citra baik perusahaan.

4. Branding
Branding merupakan bagian yang sangat mendasar dalam suatu
kegiatan pemasaran yang sangat perlu dilakukan untuk memperkuat

73
M. Surya Dharma Purba

identitias dari sebuah organisasi atau perusahaan. Kegiatan Branding


biasanya dilakukan melalui berbagai kegiatan dari organisasi seperti
kegiatan pemasaran, kegiatan komunikasi melalui media, kegiatan promosi
serta kegiatan yang berkaitan dengan karakteristik dari perusahaan atau
produk itu sendiri. Penggunaan konsumen terhadap merek ini, serta
informasi-informasi mengenai merek ini dari bebagai media, orang-orang
terkenal yang sudah menggunakan merek ini serta kegiatan pemasaran
mulut ke mulut atau word of mouth juga akan mempengaruhi pengenalaan
makna dengan merek.
Menurut Kotler dan Gary Armstrong (2001:70) merek adalah nama,
istilah, tanda, simbol, rancangan, atau kombinasi dari semua ini yang
dimaksudkan untuk mengenali produk atau jasa dari seseorang atau
penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Jadi merek
mengidentifikasi pembuat atau penjual dari suatu produk. Merek juga
merupakan janji penjual untuk menyampaikan kesimpulan sifat, manfaat,
dan jasa spesifik secara konsisten kepada pembeli. Merek dapat
menyampaikan empat tingkat arti :
1) Atribut Merek akan mengingatkan orang pada atribut tertentu.
Misalnya keawetan dan sebagainya sehingga hal ini memberikan
suatu landasan pemosisian bagi atribut lain dari produk tersebut.
2) Manfaat Pelanggan tidak membeli atribut tetapi mereka membeli
manfaat dari produk tersebut. Oleh karena itu atribut harus
diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional.
3) Nilai Merek juga mencerminkan sesuatu mengenai nilai – nilai
pembeli. Misalnya saja menilai prestasi, keamanan, dan prestise
tinggi suatu produk.
4) Kepribadian Merek menggambarkan kepribadian. Merek akan
menarik orang yang gambaran sebenarnya dan citra dirinya cocok
dengan citra merek.
5) Keterkaitan antara teori branding dengan kehumasan adalah kedua
teori ini menjelaskan tentang aktivitas kehumasan yang dapat
mendukung kegiatan branding. Untuk mengkomunikasikan
identitas diri melalui kegiatan branding salah satu hal yang bisa
dilakukan adalah dengan melalui aktivitas kehumasan. Akhir dari

74
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

kedua teori ini adalah masyarakat akan merasakan dampak kegiatan


rbanding melalui aktivitas kehumasan yang telah dilaksanakan.

5. Identitas Korporat
Identitas sebuah perusahaan merupakan manifestasi aktual dari
realita perusahaan yang menyampaikan identitas melalui nama
perusahaan, logo, moto, produk, layanan, bangunan, alat-alat tulis,
seragam dan barang-barang bukti nyata yang dibuat oleh organisasi
tersebut dan dikomunikasikan kepada beragam konsituen.
Kemudian terbentuklah presepsi berdasarkan pesan-pesan yang
perusahaan buat dalam bentuk nyata. Program identitas tersebut akan
berhasil jika citra-citra realita dari perusahaan akurat dalam
mencerminkan perusahaan. Namunu jika tidak sama sekali dengan realita,
maka strateginya tidak efektif atau pemahaman diri perusahaan itu
membutuhkan perbaikan.
Citra adalah sebuah cerminan dari sebuah organisasi. Citra
merupakan sudut pandang dari konsituen. Sebuah organisasai memiliki
berbagai citra yang berbeda, tergantung melalui konsiten mana yang
terlihat.Dengan begitu, untuk mengerti identitas dan citra sama dengan
mengetahui seperti apa organisasi itu sebenarnya dan kemana ia menuju
(Argenti,2010:78-79 ).
Sebagaian besar pusat dari identitas korporat adalah visi yang
meliputi nilai-nilai inti perusahaan, filosofi,standar dan tujuan. Garis
umum yang dapat dirasakan semua karyawan dan idealnya juga semua
konsituen merupakan visi dari korporat. Melalui narasi atau cerita dalam
memikirkan visi dapat membantu memastikan koheren dan
keberlangsungan dari visi perusahaan keseluruhan dan pesan-pesan
kolektif yang akan dikirimkan kepada konsituen. Caes B.M van Riel,
seorang profesor universitas Eramus, Belanda, menghubungkan
pentingnya narasi dalam suksesnya reputasi korporat. Ia mengatakan
bahwa ”komunikasi akan menjadi lebih efektif jika organisasi
mengandalkan citra korporat yang berkelanjutan sebagai sebuah sumber
inspirasi bagi program-program komunikasi eksternal dan interna"l
(Argenti,2010:81).

75
M. Surya Dharma Purba

Nama dan logo merupakan awal dari sebuah identitas, masyarakat


pada dasarnya mengetahui identitas perusahaan melalui nama dan
logonya. Sinyal perubahan identitas sering dihubungkan dengan perubahan
nama, untuk membuat identitas mereka lebih memunculkan realita mereka
atau untuk menjelaskan perubahan-perubahan organisasional karena ada
sesuatu hal seperti akuisisi atau merger. Logo juga meruapakan komonen
penting dalam identitas korporat, dan mungkin lebih penting dari sebuah
nama korporat karena logo yang sifatnya visual(yang memungkinkan
mereka untuk berkomunikasi lebih banyak mengenai sebuah perusahaan
dari pada nama) yang juga sangat berkembang di berbagai jenis media.
Dengan mempunyai sesuatu yang berbeda atau khas tentu akan
mempermudah seseorang dalam mengingat logo, sehingga hanya dengan
mempunyai logo yang simpel sekalipun tak akan mempengaruhi
masyarakat dalam mengenal identitas perusahaan, jika logo yang
mencerminkan perusahaan tersebut sudah menggambarkan identitas
mereka (Argenti,2010:82-84).

Pembahasan
Pada penelitian ini akan menggunakan metode penelitian kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang digunakan untuk menyelidiki,
menemukan, menggambarkan dan menjelaskan kualitas atau keistimewaan
dari pengaruh sosial. Penelitian ini juga merupakan metode penyelidikan
untuk mencari jawaban atas suatu pertanyaan, dilakukan secara sistematik
menggunakan seperangkat prosedur untuk menjawab pertanyaan dan
mengumpulkan fakta. Dalam metode kualitatif menggunakan paradigma
konstruktivisme, paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis
sistematis atas socially meaning action melalui pengamatan langsung
terhadap aktor sosial dalam setting yang alamiah agar dapat memahami
dan menafsirkan bagaimana aktor sosial menciptakan dan memelihara
dunia sosial.
Teknik pengumpulan data yaitu wawancara, observasi dan dokumen
yang dilakukan pada Bali United. Wawancara yang dilakukan peneliti guna
untuk memperoleh informasi secara langsung dan mendalam pada Bali
United, wawancara yang dilakukan peneliti yaitu dengan media officer

76
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

yaitu Muhammad Qomarudin, Nursaelan sebagai tim pelatih bali united


dan Vice President Marketing Bali United Deasy Nathalia. Teknik
pengumpulan data yang mencakup wawancara langsung dan pengumpulan
data sekunder berlangsung selama bulak Oktober 2015 – Januari 2016.
Fungsi manajemen humas tidak hanya mengatur tentang siapa saja
pihak yang bertugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
komunikasi maupun media yang digunakan dalam mengkomunikasikan
pesan. Fungsi manajemen humas juga ditujukan untuk mengelola dan
mengatur jenis pesan yang disampaikan oleh suatu instansi/organiasi
kepada publik. Dalam hal ini manajemen Bali United yang sedang
membangun brand baru membutuhkan peran manajemen kehumasan
dalam membantu mengkomunikasikan dan membentuk identitas baru dari
Bali United, pembinaan merupakan salah satu fokus dari manajemen
dalam memperkenalkan Brand Bali United.
Pengelolaan pesan yang akan di sampaikan ke publik untuk
mendukung branding Bali United merupakan suatu hal yang penting
untuk diperhatikan. Dalam hal ini tahapan dalam mengelola manajemen
khumasan dalam branding dibagi menjadi empat tahapan yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi.
Fungsi manajemen humas tidak hanya mengatur tentang siapa saja
pihak yang bertugas dan bertanggung jawab dalam melaksanakan
komunikasi maupun media yang digunakan dalam mengkomunikasikan
pesan. Fungsi manajemen humas juga ditujukan untuk mengelola dan
mengatur jenis pesan yang disampaikan oleh suatu instansi/organiasi
kepada publik. Dalam hal ini manajemen Bali United yang sedang
membangun brand baru membutuhkan peran manajemen kehumasan
dalam membantu mengkomunikasikan dan membentuk identitas baru dari
Bali United, pembinaan merupakan salah satu fokus dari manajemen
dalam memperkenalkan Brand Bali United.
Pengelolaan pesan yang akan di sampaikan ke publik untuk
mendukung branding Bali United merupakan suatu hal yang penting
untuk diperhatikan. Dalam hal ini tahapan dalam mengelola manajemen
khumasan dalam branding dibagi menjadi empat tahapan yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi.

77
M. Surya Dharma Purba

1. Publicity
Manajemen humas dalam publicity memiliki pengertian
merencanakan pesan yang akan ditampilkan melalui media tertentu yang
bertujuan untuk menghasilkan ketertarikan yang lebih jauh lagi. Ada lima
yang masuk di dalam penyusunan manajemen perencanaan yaitu
komunikator, pesan, media, khalayak dan rencana pengaruhnya
(soeprapto, 2009:132).
Dalam manajemen kehumasan dengan adanya penetapan tujuan
komunikasi, pemilihan khalayak sasaran serta memilih media yang akan
digunakan tentu dapat meminimalisirkan kemungkinan tidak efektifnya
aktivitas komunikasi yang akan dilakukan. Selain itu, dengan adanya tahap
perencanaan, pihak komunikator dapat memprediksi berbagai
kemungkinan kegagalan sehingga dapat menyiapkan rencana alternatif
guna mengantisipasi hambatan yang mungkin muncul dalam pelaksanaan
aktivitas komunikasi.
Berdasarkan temuan pada bab tiga, identitas produk, identitas non
produk dan identitas pengalaman adalah identitas yang digunakan dalam
aktivitas kehumasan Publicity Bali United. Identitas produk adalah sosok
pelatih, sosok pemain serta prestasi klub. Bali United menggunakan Indra
Sajfri yang masuk dalam kategori Identitas produk (sosok pelatih) pada
aktivitas Publicity, namun juga terdapat beberapa pemain pada aktivitas
publicity. Sementara aktivitas kehumasan dengan identitas non produk
(sejarah klub, pemilik klub dan kota atau wilayah tempat klub berada)
adalah Yabes Tanuri yang merupakan pemilik klub dan juga berperan
dalam aktivitas kehumasan publicity Bali United dan identitas pengalaman
yang terdiri dari pengalaman kelompok,stadion,sponsorship dan website,
identitas ini berkaitan dengan publicity bali united summer camp yang
diselenggaakan oleh bali united.
1) Perencanaan
Pada perencanaan publicity manajemen Bali United melakukan
perencanaan dengan menentukan komunikator, media dan khalayak
sasaran. Pada proses perencanaan penentuan komunikator menjadi hal
yang paling utama dilakukan, mengingat peran komunikator yang

78
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

merupakan sumber utama dalam menyampaikan pesan. Dalam hal ini


komunikatornya adalah Indra Sjafri yang merupakan pelatih sekaligus
manager Bali United, pemilihan Indra Sjafri sebagai komunikator adalah
dikarenakan sosok dari indra sjafri yang sangat menonjol didalam tubuh
Bali United dan identik dengan pemain muda, peran nya sebagai manager-
coach Bali United tentu mengharuskan Indra Sjafri menjadi komunikator
utama.
Dalam penentuan media manajemen memutuskan menggunakan
media massa surat kabar, media online, radio dan juga sosial media,
pemilihan media-media tersebut dikarenakan banyaknya khalayak yang
menggunakan media tersebut untuk memperoleh informasi. Proses
menggunakan media untuk publicity berbeda-beda, penggunaan surat
kabar dan media online untuk publicity dilakukan manajemen pada saat
bali united akan melakukan pertandingan atau bali united akan
mengadakan event seperti Bali United summer cump, coaching clinic, atau
kegiatan lain bersama sponsor, kekurangan dari penggunakan media ini
adalah tidak terlalu efektif dikarenakan pembaca surat kabar dan media
online dari berbagai kalangan dan kurang tepat sasaran.
Untuk perencanaan publicity sendiri termasuk dalam kegiatan
summer camp, saat ini Bali United bekerjasama dengan media cetak lokal
yaitu tribun Bali dan juga media online Indopos. Dalam kerjasama tersebut
tribun bali dan juga indopos akan memperoleh akses berita dari Bali United
dan Bali United akan mendapatkan media value dari media tersebut.
Kerjasama untuk publicity juga dilakukan manajemen dengan radio-radio
lokal seperti Bali FM, Gema merdeka dan FBI nilai dari kerjasama tersebut
juga sama yaitu barter media value dengan branding dan akses berita.
Sementara penggunaan sosial media dikarenakan pengguna internet
saat ini cukup banyak sehingga dengan bergabungnya bali united di dalam
sosial media tentu akan menambah nilai dari bali united sendiri, pemberian
informasi melalui sosial media juga dapat dikatakan sangat efektif dan
efisien, dapat dikatakan efektif karena yang mengikuti akun sosial media
bali united merupakan masyarakat yang menyukai Bali United dan dapat
dikatakan efisien dikarenakan publicity melalui sosial media akan tepat
sasaran dan tidak menggunakan biaya untuk publicity.

79
M. Surya Dharma Purba

Fungsi pada setiap akun-akun sosial media berbeda walaupun tujuan


komunikasinya sama,misalnya pada akun Facebook Bali United FC banyak
berisi gambar, berita ataupun event dari Bali United. Akun Twitter Bali
United (@baliutd) banyak berisi mengenai infromasi langsung pada saat
pertandingan Bali United, kutipan dari pelatih atau pemain dan juga berisi
mengenai event dari Bali United. Akun Instagram Bali United FC berisi
gambar-gambar kegiatan pemain dan pelatih, seperti pada saat latihan
ataupun pertandingan, gambar mengenai jadwal dan event Bali United, tips
dan quote dari pelatih dan pemain serta digunakan juga oleh pihak sponsor
Bali United untuk mempromosikan produknya.
Khalayak sasaran dari perencanaan publicity bali united adalah
masyarakat bali pecinta sepakbola yang memang sudah lama tidak
merasakan klub dari Bali yang bermain di kompetisi teratas sepakbola
Indonesia,. Juga dengan pemilihan pulau Bali sebagai homebase oleh
manajemen juga dikarenakan tidak adanya klub bali yang bermain di
Indonesia Super League, sehingga manajemen bisa fokus membangun klub
karna tidak ada persaingan dalam merebut supporter lokal.
Terdapat satu perencanaan manajemen kehumasan yang tidak
dilakukan oleh manajemen Bali United yaitu rencana pengaruhnya.
Sementara rencana pengaruh yang tidak masuk dalam perencanaan
Publicity adalah manajemen mengatakan tidak memiliki suatu rencana
khusus untuk mempengaruhi khalayak dalam publicity, karena kehadiran
bali United untuk menghidupkan kembali antusias masyarakat Bali
terhadap sepakbola yang memang sudah lama tidak melihat klub dari bali
bermain di kometisi teratas sepakbola nasional.
Aktivitas-aktivitas yang dilakukan dalam tahap manajemen
kehumasan perencanaan publicity merupakan salah satu hal yang
menunjukan bahwasanya tahap perencanaan telah dilaksanakan dengan
cukup baik. Hal ini tentu menjadi nilai positif bagi manajemen bali united
yang sedang membangun brand bernama Bali United FC

2) Pengorganisasian
Pada tahap pengorganisasian publicity, manajemen Bali United
melakukan beberapa aktivitas yaitu pengorganisasian komunikator dan

80
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

pengorganisasian media. Pengorganisasian komunikator dalam hal ini


waktu dan kapan saja komunikator akan menyampaikan pesan pada
khalayak yang tentunya berkaitan dengan klub, serta penentuan media
yang digunakan sebagai upaya untuk menerapkan perencanaan komunikasi
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Pada saat ada kegiatan pertandingan komunikator wajib memberikan
informasi baik sebelum pertandingan atau sesudah pertandingan,
sementara pengorganisasian komunikator pada saat diluar pertandingan
seperti pada saat setelah latihan selesai. Misalnya ketika Bali United
melakukan uji coba melawan surabaya united. Setelah selesai pertandingan
coach indra memberikan informasi kepada wartawan mengenai timnya dan
kegiatan tersebut dilakukan di ruang konferensi pers sesuai dengan SOP.
Sementara ketika diluar pertandingan atau pada saat latihan, coach indra
akan memberikan informasi pada saat setelah selesai latihan. Penunjukkan
Indra Sjafri Sebagai komunikator dalam hal ini dikarenakan perannya
sebagai Manager/Coach dari Bali United. fungsi utama dari
manager/Coach dalam sepakbola adalah seorang yang bertanggung jawab
dalam pengelolaan klub secara umum, ikut menentukan kebijakan transfer
klub, menetapkan taktik dan strategi tim, dan tentu saja mengatur pola
latihan skuat dan pemain (http://www.koran-o.com/2014/olahraga/beda-
pelatih-beda-manajer-54793.Akses 26 Februari 2015).
Pengorganisasian lain ketika komunikator utama tidak dapat
memberikan pesan adalah dengan melibatkan tim pelatih Bali United dan
juga manajemen, seperti pada saat kegiatan Summer Camp beberpa waktu
lalu, tidak semua materi dalam kegiatan tersebut disampaikan langsung
oleh Indra Sjafri, tetapi terdapat komunikator lain yang membantu, seperti
tim dokter yang menyampaikan materi mengenai gizi pemain dan juga tim
manajemen yang selalu bersama peserta summer camp.

3) Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan publicity peran dari komunikator cukup baik, ini
terlihat dari keterlibatan komunikator dalam setiap publicity yang ada, baik
sebagai speaker ataupun hanya memuat gambar komunikator. Misalnya
pada saat media online goal.com mewancari komunikator yaitu Indra Sjafri

81
M. Surya Dharma Purba

mengenai Bali United yang tidak menggunakan pemain asing, komunikator


mengatakan “buat apa harus pakai pemain asing kalau pemain – pemain
muda lokal kita masih bisa di berdayakan“. Tentu pernyatan komunikator
tersebut jelas bermakna jika memang pemain lokal juga bisa di andalkan
dan tentunya juga akan berdampak kepada perhatian masyarakat untuk
bali united yang dalam keseluruhan skuadnya menggunakan pemain-
pemain lokal dan juga sebagian besar masih bisa dikatakan pemain muda.
Sementara pelaksanaan media juga sangat baik, pemanfaatan media
oleh manajemen telah menarik banyak masyarakat untuk minimal
mengetahui mengenai bali united. Hal ini dapat dilihat dengan lancarnya
publicity melalui sosial media yang dimiliki Bali United, setiap hari sosial
media Instagram, Twitter dan Facebook selalu memberikan informasi
terkait dengan Bali United. Ini terlihat dengan pengelelompokkan pesan
berdasarkan sosial media yang digunakan.
Misalnya pada akun instagram bali united yang selalu memberikan
gambar terbaru di aktivitas pemain bali united, sesuai dengan fungsi
instagram sebagai tempat berbagi gambar kepada khalayak, lainya seperti
akun twitter Bali United yang tetap memberi informasi melalui tulisan
seperti jalanya pertandingan yang sedang dilaksanakan bali united atau
seperti memberikan informasi terkait event yang diselenggarakan oleh Bali
United. Hal tersebut menjadi salah satu bukti bahwa publikasi melalui
sosial media terkelola dengan baik, mengingat konten yang ditampilkan
merupakan salah satu tolak ukur konsistensi dari Bali united dalam
menggunakan sosial media.

4) Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dalam manajemen branding
Bali United. Tahap ini dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan dan
sebagai tolak ukur aktivitas komunikasi yang telah di lakukan sebagai
upaya untuk meningkatkan efektivitas komunikasi. Secara umum evaluasi
yang dilakukan manajemen adalah lebih meningkatkan kinerja yang telah
dilakukan, karena Bali United merupakan klub baru yang tentu tidak bisa
hanya sekali dalam melakukan branding, melainkan harus lebih sering
dilakukan.

82
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

Sementara mengenai pelaksanaan aktivitas, sejauh ini aktivitas yang


dilakukan manajemen cukup baik dan selalu mendapat respons yang baik
dari khalayak. Namun dengan terus mengandalkan Indra Sjafri sebagai
komunikator tentu tidak selamanya akan berdampak positif, karna tugas
utama coach Indra adalah melatih Bali United. Bali United harus mampu
melahirkan ikon-ikon klub yang baru yang bisa sebagai komunikator untuk
klub.

5) Analisis
Berdasarkan data publicity, manajemen kehumasan yang berkaitan
dengan pembinaan usia muda memiliki keunggulan pada perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi yang baik. Perencanaan yang baik terlihat dari
pemilihan komunikator yang berkaitan dengan pembinaan dan penentuan
media yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang berkaitan dengan
pembinaan cukup efektif. Pelaksanaan cukup baik juga terlihat dari peran
komunikator yang telah melakukan tugasnya dengan baik yaitu
memberikan infromasi mengenai pembinaan usia muda Bali United. Tahap
evaluasi juga dapat dikatakan baik, ini terlihat dari adanya evaluasi
publicity, yang berkaitan dengan komunikator dan juga media yang telah
digunakan.
Sementara kekurangannya adalah pada tahap pengorganisasian yang
menurut penulis, pengorganisasian yang dilakukan tidak berkaitan dengan
pembinaan usia muda. Seharusnya pada tahap pengorganisasian publicity,
bali united melakukan pengorganisasian komunikator dengan menentukan
waktu dan kapan komunikator akan memberikan informasi yang berkaitan
dengan pembinaan usia muda dan juga melakukan pengorganisasian pesan
dengan menentukan waktu yang tepat untuk menyampaikan pesan yang
berkaitan dengan pembinaaan usia muda.

2. Special Event
Special event merupakan salah satu kegiatan yang bertujuan untuk
menarik perhatian publik terhadap organisasi atau produk dari organisasi
dengan mengandakan kegiatan khusus. Dalam hal ini, maka kegiatan

83
M. Surya Dharma Purba

special events dari humas tersebut akan mampu memuaskan bagi pihak-
pihak lain yang terlibat atau terkait untuk berperan-serta dalam suatu
kesempatan pada acara khusus humas, baik untuk meningkatkan
pengetahuan (knowledge), Kesadaran (awareness), upaya pemenuhan
selera (pleasure), dan menarik simpati atau empati sehingga mampu
menumbuhkan saling pengertian bagi kedua belah pihak. Pada akhirnya,
kegiatan ini dapat menciptakan citra (image) positif dari masyarakat atau
publik sebagai target sasarannya (Ardianto, 2009).
Berdasarkan temuan pada bab tiga, identitas produk adalah identitas
yang digunakan dalam aktivitas kehumasan Special Event yang dilakukan
Bali United. Identitas produk adalah sosok pelatih, sosok pemain serta
prestasi klub. Bali United menggunakan Indra Sajfri yang masuk dalam
kategori Identitas produk (sosok pelatih) pada aktivitas Special Event.
Manajemen Bali United banyak menyelenggarkan spesial event yang
bertujuan untuk memperkenalkan Bali United kepada masyarakat bali
khususnya. kegiatan-kegiatan seperti Bali United Summer Camp, Bali
United Go to School dan Coaching Clinic adalah beberapa spesial event
yang pernah diselenggarakan oleh manajemen.
1) Perencanaan
Dalam perencanan untuk spesial event perencanaan sangat
diperlukan mengingat kegiatan tersebut akan melibatkan banyak
masyarakat langsung yang akan berpatisipasi. Perencanaan yang dilakukan
adalah dengan menentukan komunikator,menentukan pesan, khalayak
sasaran dan rencana pengaruhnya.
Dalam perencanaan Bali United Go to School penentuan komunikator
menjadi hal yang penting dikarenakan komunikator merupakan pemberi
informasi pada kegiatan tersebut. Terdapat banyak sekolah dan Universitas
yang menjadi tujuan kegiatan ini, yang menjadi komunikator ialah indra
Sjafri yang mewakili manajemen Bali United dan perwakilan dari YCAB
(Yayasan Cinta Anak Bangsa) yang merupakan salah satu sponsor dari Bali
United yang memang organisasi tersebut bergerak di bidang sosial.
Penentuan indra sjafri sebagai pembicara dalam kegiatan sosial
dikarenakan daya tarik dari Indra Sjafri yang memang telah dikenal oleh
masyarakat luas, sehingga dengan menjadikan indra sjafri sebagai

84
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

komunikator akan mampu menarik perhatian peserta kegiatan sosial.


Sementara komunikator dari Ycab dipilih karena orang-orang dari Ycab
memang merupakan orang-orang yang ahli dalam bidang kegiatan sosial.
Penentuan pesan juga masuk dalam perencanaan karena berkaitan
dengan tema dan informasi yang akan diberikan pada saat kegiatan
berlangsung. Seperti pada saat Bali United Go to School yang diadakan di
SMA 1 Ubud. Pesan yang disampaikan berkaitan mengenai bahaya
narkoba, rokok, alkohol, seks bebas, dan ugal-ugalan di jalan raya.
Selanjutnya, aktivitas lain dalam perencanaan adalah penentuan
khalayak sasaran. Secara umum, kegiatan Bali United Go to School
ditujukan kepada siswa-siswi dan Mahasiswa yang dikunjungi oleh
manajemen, tentunya khalayak sasaran hanya yang berada di sekolah
tersebut. Namun sudah lebih dari 2.000 remaja dari 21 sekolah yang telah
di sosialisasi oleh manajemen untuk kegiatan sosial tersebut.
Aktivitas terakhir yang dilakukan ditahap perencanaan adalah
penentuan pengaruh yang diinginkan. Kerjasama antara manajemen bali
united dengan Ycab Fondation memang menyepakati kerjasama kegiatan
sosial ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada pelajar-pelajar
khususnya yang berada di propinsi bali mengenai bahaya narkoba dan-lain
sebagainya. Dengan melakukan penentuan pengaruh yang di inginkan,
Ycab dan juga manajemen Bali United dapat mengetahui tolak ukur
keberhasilan dalam kegiatan sosial yang mereka lakukan. Apabila pengaruh
yang ditetapkan sudah mulai dirasakan tentunya akan berdapak baik pada
generasi-generasi bangsa selanjutnya.
Pada proses perencanaan penentuan komunikator menjadi hal yang
paling utama dilakukan, mengingat peran komunikator yang merupakan
sumber utama dalam menyampaikan pesan. Dalam hal ini komunikatornya
adalah Indra Sjafri yang merupakan pelatih sekaligus manager Bali United,
pemilihan Indra Sjafri sebagai komunikator adalah dikarenakan sosok dari
indra sjafri yang sangat menonjol didalam tubuh Bali United, peran nya
sebagai manager-coach Bali United tentu mengharuskan Indra Sjafri
menjadi komunikator utama.
Bali United Go to School merupakan kegiatan sosial hasil dari
kerjasama dengan Ycab Foundation. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan di

85
M. Surya Dharma Purba

tahap perencanaan merupakan salah satu wujud bahwasanya tahap


perencanaan telah dilaksanakan dengan cukup baik. Hal ini menjadi nilai
positif dalam kerjasama manajemen dengan Ycab yang bertujuan untuk
memberikan pengetahuan kepada pelajar-pelajar di propinsi Bali.
Sementara perencanaan special event coaching clinc memiliki tujuan
komunikasi yaitu memberikan ilmu-ilmu dasar kepada anak-anak muda.
Kegiatn ini memang menjadi agenda rutin dari pelatih Bali United Indra
Sjafri yang memang ingin memberikan ilmu kepada anak-anak muda
Indonesia. Komunikator pada kegaiatan ini ialah Coach Indra bersama
jajaran tim pelatih Bali United.
Penentuan khalayak sasaran untuk kegiatan ini secara khusus ialah
peserta coaching clinic yaitu anak-anak muda. Kegiatan yang telah
dilakukan di banyak daerah ini juga menjadikan khalayak yang telah
mendapatkan pengetahuan dasar sepakbola cukup banyak. Penetuan
khalayak sasaran juga menjadi aktivitas penting, sebab dengan mengetahui
khalayak sasaran, ilmu yang akan diberikan juga menjadi bermanfaat
sesuai dengan tujuan komunikasinya.
Dan aktivitas terkahir yang dilakukan dalam perencanaan coaching
clinc adalah penentuan pengaruh yang diinginkan. Secara khusus pengaruh
yang dinginkan manajemen adalah lahirnya pemain-pemain profesiaonl
dari kegiatan coaching clinc tersebut, namun secara umum kegiatan
tersebut akan berpengaruh kepada khalayak yang mengetahui bahwa Bali
United merupakan klub yang fokus dan peduli terhadap pembinaan pemain
muda. Dengan melakukan penentuan pengaruh yang diinginkan,
manajemen dan tim pelatih juga akan mengetahui tolak ukur keberhasilan
dari apa yang sudah mereka lakukan, keberhasilan bisa berupa lahirnya
pemain profesional dari kegiatan tersebut atau juga memberi brand image
bahwa bali united adalah klub yang peduli pada pembinaan pamain muda.
Coaching clinic yang diadakan oleh klub-klub di indonesia masih
dikatakan jarang ditemui. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan di tahap
perencanaan kegiatan coaching clinc merupakan salah satu kemajuan dari
sepakbola di indonesia dengan kepedulian kepada pembinaan pemain
muda. Hal ini tentu akan berdampak positif, khususnya dalam pembinaan
pemain muda.

86
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

2) Pengorganisasian
Pada tahap pengorganisasian special event, manajemen Bali United
melakukan beberapa aktivitas yaitu pengorganisasian komunikator dan
pengorganisasian media. Pengorganisasian komunikator yang dilakukan
adalah dengan menentukan perwaklian dari tim pelatih yang akan
menemani indra sjafri pada saat pelaksanaan coaching clinic, karena
memang pada setiap pelaksanaanya tidak semua tim bali united yang
berpatisipasi dalam kegiatan, biasanya hanya ada dua dari tim pelatih yang
akan berpatisipasi dalam coaching clinic
Sementara untuk pengorganisasian pesan dalam special event, yang
dilakukan adalah dengan menentukan pesan apa yang ingin disampaikan.
Sesuai dengan tujuan komunikasi dari diadakannya special event untuk
memnunjukkan bahwa bali united adalah lebih dari sekedar klub sepakbola
dan tidak hanya melulu mengenai sepakbola, namun juga terdapat
kegiatan-kegiatan sosial yang peduli akan lingkungan sekitar.

3) Pelaksanaan
Pada pelaksanaan kegiatan special event oleh manajemen bisa
dikatakan cukup baik, selain dikarenakan kegiatan tersebut jarang
dilakukan oleh klub-klub profesional lainnya, kegiatan yang banyak
melibatakan anak-anak muda juga semakin menunjukkan visi misi dari bali
United yang fokus pada pembinaan pemain muda.
Dalam pelaksaanaannya peran dari komunikator sangat baik, ini
terlihat dari antusias siswa-siswa yang hadir dalam kegiatan bali united
school. Materi yang diberikan oleh Indra sjafri yang di buat oleh Ycab
foundation cukup menarik perhatian peserta dan feedback berupa
pertanyaan mampu di jawab oleh komunikator dengan baik. Secara umum
peran komunikator pada saat kegiatan berlangsung cukup baik dan sangat
berpengaruh.
Pada perencaanya, pesan yang ingin disampaikan adalah berkaitan
mengenai bahaya narkoba, rokok, alkohol, seks bebas, dan ugal-ugalan di
jalan raya. pesan-pesan tersebut telah tersampaikan kepada peserta dan

87
M. Surya Dharma Purba

harapanya setelah mendapat informasi mengenai bahaya-bahaya tersebut


peserta akan lebih waspada, sehingga meminimalisir terjadinya hali-hal
yang tidak diinginkan.
Yang terakhir dari pelaksaanaan kegiatan adalah pengaruh yang
diinginkan. Tujuan diselenggarakannya Bali United go to School adalah
untuk menunjukkan bahwa Bali United merupakan klub sepakbola yang
juga peduli pada kegiatan sosial, sehingga nantinya akan terbentuk image
bali united yang peduli pada kegiatan sosial. Selain itu manajemen juga
berharap kegiatan sosial seperti yang dilakukan bali united akan
bermanfaat dan nantinya akan tercipta generasi muda yang lebih baik lagi.
Sementara pada special event Coaching clinic peran komunikator
Indra Sjafri cukup dominan, dikarenakan ini memang salah satu agenda
rutin yang diselengarakan oleh indra sjafri dan tim kepelatihannya
semenjak sebelum menjadi pelatih bali united. Pelaksaanaan coaching
clinic sendiri memang dikhususkan kepada sekolah sepakbola (SSB),
sehingga ilmu yang diberikan tidak hanya diterima oleh pemain-pemain
muda namun juga kepada peatih-pelatih ssb yang berpartisipasi.
Pengaruh dari pelaksanaan kegiatan coaching clinc yang di
selenggarakan oleh bali united ialah memberikan pemahaman dasar
sepakbola kepada peserta coaching clinic, sehingga pengetahuan pemain-
pemain muda akan bertambah yang tentu harapannya akan menjadi
pemain profesional yang telah memiliki pengatahuan dasar yang tepat.
Selain itu kegiatan ini juga memperlihatkan bahwa Bali United adalah klub
sepakbola yang fokus pada pembinaan pemain muda dan peduli pada
perkembangan sepakbola indonesia, yang tujuan akhinya adalah untuk
melahirkan pemain profesional yang akan memperkuat tim nasional
Indonesia.

4) Evaluasi
Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari kegiatan special event yang
telah dilaksanakan. Tahap ini dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan dan
sebagai tolak ukur untuk aktivitas komunikasi yang telah dilakukan sebagai
upaya untuk meningkatkan efektivitas komunikasi dan manfaat yang
ditimbulkan dari pelaksanaan special event tersebut. Secara umum evaluasi

88
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

yang dilakukan manajemen adalah lebih manfaat yang telah diperoleh dari
kegiatan tersebut, dikarenakan kegiatan sperti ini belum dilakukan oleh
klub-klub lainnya di Indonesia.
Misalnya, setelah kegiatan tersebut selesai dlaksanakan, manajemen
menerima banyak pesan dari sekolah-sekolah yang belum Bali United
kunjungi, mereka berharap sekolah mereka juga akan dikunjungin bali
united. Ini salah satu dampak baik yang terlihat, bahwa kegiatan sosial dari
bali united disukai oleh masyarakat bali. Selain itu manajemen bali united
juga telah banyak mendapat email dari SSB (sekolah Sepakbola) yang
berada di pulau Bali hingga di luar Bali untuk memberikan coaching clinc
di daerah lainnya, dimana bali united memang membuka kesempatan bagi
ssb-ssb yang ingin mengadakan coaching clinic bali united.
Secara keseluruhan, kegiatan sosial bali united melalui dua
kegiatannya yaitu Bali United Go to School dan Coaching clinc telah
dilaksanakan dengan baik, meskipun masih memiliki beberapa
kekurangan.

5) Analisis
Berdasarkan data special event, manajemen kehumasan yang
berkaitan dengan pembinaan usia muda, manajemen bali united telah
melaksanakan tahapan-tahapan sesuai dengan tahapan manajemen
kehumasan dan berakaitan pembinaan usia muda. Ini terlihat dari
perencaanan yang sangat baik dalam merencanakan komunikator dari
kegiatan Bali United go to School dan Coachig clinic, pengorganisasian juga
baik dengan telah mempersiapkan pesan-pesan yang akan disampaikan
oleh komunikator pada saat kegiatan, pelaksanaannya juga cukup baik,
sesuai dengan yang telah direncanakan manajemen dan antusias yang
tinggi dari peserta kegiatan.
Sementara evaluasi merupakan kekurangan dari tahapan manajemen
kehumasan special event. Tidak adanya evaluasi dari hasil kegiatan yang
telah dilakukan, membuat tidak ada perbaikan untuk kegiatan yang sama
kedepannya. Namun evaluasi yang dilakukan adalah hanya lebih kepada
manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan pembinaan tersebut, mengingat
klub lain di indonesia belum ada yang melakukannya.

89
M. Surya Dharma Purba

3. Website
Website merupakan salah satu aktivitas dalam kehumasan, website
sendiri memiliki pengertian sebagai kumpulan halaman yang digunakan
untuk menampilkan informasi berupa teks, gambar, animasi, suara atau
gabungan dari semuanya. Dalam penyusunan manajemen perencanaan ada
lima tahapan yang termasuk dalam pengelolaan website yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan evaluasi.
Identitas pengalaman adalah yang digunakan dalam aktivitas
kehumasan website Bali United. Identitas pengalaman yang memiliki
pengertian pengalaman kelompok,stadion,sponsorship dan website. Bali
United memanfaatkan website sebagai media mereka untuk memberikan
berbagai infromasi termasuk juga mengenai pembinaan pemain muda yang
dilakukan Bali United.
1) Perencanaan
Dalam penggunaan website oleh manajemen Bali United, memiliki
tahap perencanaan yang dilakukan dengan menentukan
komunikator,menentukan tujuan komunikasi, menentukan media yang
digunkakan, menentukan khalayak sasaran serta pengaruh yang diinginkan
oleh manajemen Bali United. Penentuan komunikator merupakan salah
satu hal utama dilakukan pada saat mengelola website
Penentuan tujuan komunikasi merupakan salah satu yang harus
dimiliki dalam perencanaan website. Karena dalam pengelolaan wesbite
idealnya ditetapkan dahulu apa saja yang menjadi tujuan yang ingin dicapai
dalam aktivitas komunikasi yang dilakukan melalui website. Dengan
melakukan tujuan komunikasi, aktivitas yang dilakukan dapat berjalan
dengan efektif, kaitannya jika telah menetapkan tujuan komunikasi maka
pengelola website telah memiliki gambaran terkalit materi yang ingin
dipublikasikan.
Website bali united sendiri memiliki tujuan komunikasi yaitu
memberikan informasi berbagai hal terkait bali united, seperti berita
terbaru tim, informasi mengenai pelatih dan pemain,berita mengenai
kegiatan pembinaan seperti coaching clinic dan seleksi pemain muda yang

90
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

dilakukan indra sjafri, merchandise atau mengenai sejarah klub serta


informasi mengenai jadwal pertandingan dan sebagainya.
Selanjutnya, aktivitas lain dalam tahap perencanaan adalah
penentuan khalayak sasaran. Secara umum, website bali united ditujukan
kepada pecinta olahraga sepakbola di Indonesia. Namun karena Bal United
merupakan klub asal Bali, maka secara khusus di tujukan untuk sameton
dewata yang ingin memperoleh informasi terkait klub kebanggaannya.
Aktivitas terakhir dalam tahap perencanaan penentuan pengaruh
yang diinginkan. Melalui website manajemen bali united berharap dengan
adanya website bali united ini akan mempererat hubungan bali united
dengan para penggemarnya, selain itu website ini juga sebagai tempat
untuk memberikan infromasi resmi yang dikeluarkan oleh manajemen
terkait transfer pemain ataupun kegiatan-kegiatan lainnya. Selain itu
banyaknya infromasi mengenai pembinaan pemain muda yang dimuat di
website, seperti berita tentang seleksi pemain muda, blusukan indra sjafri
yang mencari pemain muda atau mengenai pemain bali United B, hingga
informasi dari pemain muda bali united, harapannya akan menumbuhkan
presepsi di masyarakat bahwa bali united adalah klub indonesia yang fokus
pada pembinaan pemain muda.
Website merupakan salah satu media berbasis internet selain sosial
media yang diaplikasikan oleh manajemen. Aktivitas-aktivitas yang
dilakukan di tahap perencanaan pengelolaan website merupakan salah satu
indikaasi yang menunjuukan tahap perencanaan telah dilaksanakan dengan
cukup baik.

2) Pengorganisasian
Pada tahapan pengorganisasian dalam website Bali United,
manajemen melakukan dua aktivitas yaitu pengorganisasian komunikator
dan pengorganisasian pesan. Komunikator atau pengelola website Bali
United terdiri dari beberapa bagian yang memiliki fungsi masing masing
yaitu pengelola website yang bertugas memuat informasi kedalam website
serta mengelola konten dan juga pengelola yang memiliki tugas
memperoleh infromasi yang dibutuhkan untuk dimuat di dalam website.

91
M. Surya Dharma Purba

Kelemahan dari pengorganisasan dalam website ini adalah


komunikator yang tidak berada didalam satu wilayah/kota, yang tentu akan
menyulitkan keduanya berkomunikasi secara langsung untuk membahas
berbagai hal mengenai website. Jadi dalam pengorganisasiannya setiap hari
komunikator lapangan atau yang mencari informasi akan mengirim hasil
yang diperolehnya melalui email kepada pengelola konten informasi yang
diberikan tidak hanya mengenai berita tetapi termasuk juga gambar dan
yang berbagai hal yang dibutuhkan oleh pengelola konten.
Aktivitas yang kedua yang dilakukan dalam tahap pengorganisasian
adalah pengorganisasian pesan. Pada tahap ini, komunikator ataupun
pengelola menentukan konten atau jenis pesan apa yang akan diunggah ke
website. Sejauh ini penentuan pesan sudah cukup dilaksanakan dengan
baik dan sesuai dengan tujuan komunikasi yang telah ditetapkan. Dalam
website bali united juga memuat berita-berita dari media online lainnya
yang di muat kembali ke website, biasanya infromasi dari media online
tersebut yang dimaut adalah yang berkaitan dengan bali united.

3) Pelaksanaan
Pengelolaan website bali united dapat dikatakan sudah baik. Hal ini
terlihat dari cukup rapi nya tampilan website Bali United dengan terdapat
menu-menu untuk setiap informasi. Sebagai contoh menu news yang
menampilan berita-berita terbaru dari Bali United, menu team yang
memuat informasi mengenai pemain dan pelatih, menu the club yang berisi
mengenai Bali United serta ada menu fans dan forum yang sepertinya
belum sering dimanfaatkan oleh pengelola.
Pada menu home yang merupakan tampilan awal dalam membuka
website terdapat salah satu infromasi penting dan biasa dicari oleh
pengunjung website yaitu jadwal pertandingan dan hasil pertandingan.
Setiap hariya website Bali United secara rutin melakukukan updateing
informasi. Hal tersebut menjadi salah satu bukti bahwa website bali United
sudah terkelola dengan baik, mengingat updateing konten merupakan salah
satu bentuk konsistensi dalam sebuah web.
Fokus informasi yang diberkaitan dengan pembinaan pemain muda
banyak di temukan pada menu home. Di kolom featured news dan media

92
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

watch banyak berita mengenai pembinaan yang dilakukan bali united.


Dalam kolom featured news yang merupakan berita yang ditulis oleh
manajemen sering memuat berita mengenai profil pemain-pemain muda
yang sedang mengikuti seleksi di bali united, ada juga infromasi mengenai
kegiatan tim muda bali united atau mengenai seleksi pemain muda di
berbagai daerah yang dilakukan oleh indra sjafri. Sementara media watch
adalah kolom untuk memuat ulang berita mengenai bali united yang
dimuat media lokal maupun media nasional. Beberapa infromasi mengenai
pembinaan oleh bali united juga sering dimuat media nasional seperti
tribun bali yang menulis berita berjudul indra sjafri mulai seleksi talenta
muda di NTB yang kemudian di muat kembali ke website bali united pada
tanggal 14 Desember 2015.

4) Evaluasi
Tahap evaluasi merupakan tahap akhir dalam pengeloaan website.
Tahap ini dilakukan untuk mengawasi pelaksanaan dan sebagai tolak ukur
aktivitas komunikasi yang telah dilakukan sebagai upaya untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi. Berkaitan dengan evaluasi, kegaiatn
evaluasi sangat jarang dilakukan oelh peneglola website, ini dikarenakan
pengelola hanya melanjutkan dari dasar yang telah dibuat untuk website,
sehingga hanya tinggal memuat konten yang layak untuk di muat di
website.
Harapannya tentu evaluasi dan perbaikan harus dilakukan oleh
pengelola website, ini dikarenakan perkembangan media yang cukup cepat,
sehingga jika website bali united tidak ingin tertinggal dengan website
lainya yang sejenis, maka pengelola harus selalu mencari infromasi
mengenai berbagai hal yang sedang hangat berkaitan dengan website.
Selain itu sebagai klub yang memiliki identitas fokus pada
pembinaan, kedepannya harapanya pada website dibuat khusus menu
pembinaan yang berisi mengenai infromasi yang berhubungan dengan
pembinaan, seperti seleksi pemain muda di berbagai daerah, kegiatan yang
dilakukan dalam pembinaan, profil pemain muda hasil pembinaan dan
lain-lain

93
M. Surya Dharma Purba

Tampilan website bali united tentu harus mendapat penyegaran,


penyegaran tampilan bertujuan agar pengunjung website agar tidak merasa
bosan, selain itu penambahan konten juga perlu dilakukan seperti kegiatan
pemain diluar latihan yang tentunya informasi tersebut tidak banyak
dimiliki media massa. Menjadikan website klub-klub eropa sebagai
referensi juga bisa dipertimbangkan untuk pengembangan selanjutnya.
Secara keseluruhan, penggunaan website oleh bali united telah
dilaksanakan dengan baik, ini terbukti dengan prestasi website bali united
yang pernah mendapat predikat 8 website terbaik klub sepakbola Indonesia
oleh media online bolalob.com pada tanggal 29 Oktober 2015.

5) Analisis
Berdasarkan data website, manajemen kehumasan yang berkaitan
dengan pembinaan usia muda dalam website bali united masih sangat
kurang. Ini terlihat tidak adanya tujuan khusus dari dibuatnya website bali
united untuk fokus memberikan informasi terkait dengan pembinaan usia
muda, pengorganisasian yang kurang dapat dilihat dengan pengelola
website yang tidak berada di bali, yang tentunya menyulitkan koordinasi
antara pengelola website dan manajemen tim. Untuk pelaksannaan dai
website dapat dikatakan cukup baik dengan banyak infromasi yang
berkiatan dengan pembinaan usia muda, baik yang di tulis sendiri oleh
manajemen bali united maupun yang dimuat kembali dari media lokal dan
nasional.

Penutup
Branding merupakan salah satu kegiatan yang penting dilakukan
oleh klub Indonesia, dengan banyak melakukan kegiatan untuk
mengkomunikasikan identitas klub, tentunya klub akan dikenal oleh
masyarakat. Dengan melakukan kegiatan ini akan lebih mudah bagi klub
untuk memperoleh sponsor, dikarenakan kegiatan klub tidak hanya
melakukan pertandingan, akan tetapi terdapat kegiatan-kegiatan lain yang
juga dilakukan melalui aktivitas branding klub.

94
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

Bali United sebagai sebuah brand memiliki tiga jenis identitas diri
yaitu identitas diri melalui produk, pengalaman dan non produk. Bali
United sangat mengandalkan figur Indra Sjafrie untuk menonjolkan
identitas diri dan identitas pengalaman. Lewat Indra Sjafrie -- yang identik
dengan presatinya saat menangi tim usia muda-- "Serdadu Tridatu" hendak
menunjukkan bahwa mereka memiliki concern terhadap pemain muda.
Brand seperti ini merupakan pembeda Bali United dengan klub-klub
Indonesia pada umumnya, yang memiliki kebijakan mendatangkan pemain
yang sudah berpengalaman. Identitas pengalaman juga mengandalkan
sosok Indra Sjafrie. Identitas berdasarkan pengalaman menyasar pada
anak-anak usia 10-17 tahun. Mereka diajak merasakan pengalaman berlatih
di bawah arahan Indra Sjafrie melalui kegiatan Bali Summer Camp.
Identitas non-produk dihadirkan Bali United melalui sosok CEO
YAbes Tanuri. Aktivitas CEO yang melakukan publicity melalui media
massa menunjukkan adanya keterlibatan CEO dalam membentuk identitas
diri Bali United melalui media massa.
Dalam kegiatan branding klub perlu menggunakan aktivitas
kehumasan. Bali United merupakan klub yang menggunakan aktivitas
kehumasan dalam mendukung branding. Terdapat empat aktivitas
kehumasan yang menurut penulis yang sering digunakan oleh bali united
dalam kegiatan brandingnya yaitu Publicity, special event, marketing
communication dan website.
Keunggulan dari publicity Bali United ialah Bali United memiliki
Indra Sjafri sebagai komunikator utama dalam kegiatan publicity. Selain itu
adanya kerjasama dengan media massa baik lokal mau pun nasional. Bali
united juga memanfaatkan sosial media seperti Facebook,Twitter dan
Instagram dalam aktivitasnya. Namun Bali United tidak bisa selamanya
mengandalkan Indra Sjafri. Manajemen klub perlu menyiapkan
komunikator lain yang memiliki daya tarik mana kala Indra Sjafri
berhalangan.
Dalam aktivitas kehumasan special event, keunggulan special event
dalam kegiatan branding bali united adalah, bali united membuat event
coaching clinic di sekolah, yang (ketika itu) belum pernah di laksanakan
oleh klub sepakbola indonesia lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut

95
M. Surya Dharma Purba

merupakan aktivitas kehumasan dalam branding bali united yang


mendukung pembinaan usia muda. Kelemahan special event bali united
adalah kurangnya evaluasi dari setiap kegiatan yang telah dilakukan.
Padahal special event bali united merupakan kegiatan rutin dilaksanakan
oleh bali united.
Dalam aktivitas kehumasan melalui website dan media sosial,
keunggulannya adalah informasi yang ada selalu diperbarui dengan baik.
Kelemahan dari website Bali United adalah pengelola yang berbeda lokasi
dengan tim, pengelola webiste Bali United berlokasi di jakarta, sehingga
menyulitkan koordinasi dengan tim yang berada di Bali. Tidak adanya
kolom khusus infromasi mengenai aktivitas klub dengan kegaiatan
pembinaan usia muda.
Dari kesimpulan diatas maka peneliti memberikan saran kepada
Bali United. Sebagai klub profesional bali united perlu mempunyai divisi
khusus sport media yang didalamnya terdapat public relations, media
officer, broadcating, sport writing dan markting) yang tentunya khusus
berfungsi sebagai penghubung klub dengan media, suporter dan khalayak.
Bali united merupakan klub yang concern dengan pembinaan usia muda,
penulis memberikan saran agar website bali united mempunyai kolom
khusus untuk informasi mengenai pembinaan usia muda, seperti informasi
kegiatan pembinaan bali united, informasi mengenai pencarian bakat di
berbagai daerah dan tips latihan bagi pemain muda Indonesia

96
Aktivitas Kehumasan dalam Branding Klub Sepakbola Bali United Fc
Sebagai Klub yang Mendukung Pembinaan Usia Muda (2015-2016)

Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro. (2009). Public Relations Praktis. Bandung : Widjaya
Padjajaran.
Argenti, Paul A. (2010) Komunikasi Korporat, vol.5. Jakarta: Salemba
Dennis L. Wilcox, Phillip H. Ault, Warren K. Agee, Glen T. Cameron (2003)
”Public Relations Strategies & Tactics”, 7th Edition, (Addison-Wesley
Educational Publisher. Inc. United States
Fahamsyah, Kalandra. 2019. “Deltras (Bukan) dari Bali” Artikel di
Fandom.id tanggal 6 Februari 2019. URL :
https://fandom.id/artikel/feature/sejarah/deltras-bukan-dari-bali/,
tanggal akses 10 Mei 2019
Ja Joon Ko. (2009) Brand Management Strategy for Korean Profesional
Football Teams : A Model for Understanding the relationship between
Team Brand Identity, Fans’ dentification with Engineering and
Design, Brunel University. URL:
http://core.ac.uk/download/pdf/336175.pdf, tanggal akses : 11
November 2015
Junaedi, Fajar (2014) Merayakan Sepakbola: Fans, Identitas, dan Media.
Yogyakarta: Buku Litera
Kotler, Phillip dan Gary Amstrong (2001) Prinsip-Prinsip Pemasaran, jilid
2, edisi ke-8, Penerbit Erlangga, Jakarta
Prastya, Narayana Mahendra (2015) "Pemanfaatan Website dan Media
Sosial dalam Aktivitas Branding Klub Bali United Pusam". Ido
Prijana Hadi (Editor). Information and Communication Technology
dan Literasi Media Digital. Yogyakarta : ASPIKOM
Rachmadi, F (1992) Public Relations dalam Teori dan Praktek: Aplikasi
dalam Badan Usaha Swasta dan Lembaga Pemerintah.Jakarta:PT
Gramedika Pustaka Utama
Rizki, Aditya (2017) Di Balik Logo Juventus yang Sederhana dan Mudah
Diingat. URL : http://fandom.id/analisis/tatakelola/di-balik-logo-
juventus-yang-sederhana-dan-mudah-diingat/ tanggal akses 15
Agustus 2018

97
M. Surya Dharma Purba

Salsabila, Riau Ega Agata (2017) Strategi Branding Guna


Memasyarakatkan Olahraga Panahan di Surabaya (Studi Kasus di
Pengcab Perpani Surabaya). URL:
http://karyailmiah.narotama.ac.id/files/STRATEGI%20BRANDING
%20GUNA%20MEMASYARAKATKAN.pdf . Tanggal akses : 15
Agustus 2018
Soeprapto (2009) Komunikasi Organisasi, Edisi V. Jakarta: Edisi V,
Cetakan Ketujuh
Syadzwina, A. Widya. “ Peranan Public Relations dan Media Officer dalam
Organisasi Sepakbola Profesional,” Sepakbola 2.0, eds. Sirajudin
Hasby, Ferry Triadi Sasono. Yogyakarta: Fandom, 2016

Yuliartha, Hady; Pascarani, Ni Nyoman Dewi; Alit Suryawati, I Gusti Agung


(2017) "Strategi Komunikasi Pemasaran Terpadu Bali United dalam
Membangun Brand Image sebagai Klub Sepakbola Profesional". E-
Jurnal Medium 1 (1), November. URL :
https://ojs.unud.ac.id/index.php/komunikasi/article/view/35435 .
Tanggal akses : 15 Agustus 2018

Berita dari media


Wahyudi, Kukuh dan Daulaka, Yan (2017) "Profil Tim Liga 1 2017 : Bali
United Orientasi Kini Berbeda". URL :
https://juara.bolasport.com/read/sepak-bola/indonesia/174535-
profil-tim-liga-1-2017-bali-united-orientasi-kini-berbeda. Tanggal
akses 15 Agustus 2018

98
Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola
PSS Sleman (tahun 2016-2017)

Mozaik Al Isamer

Pendahuluan
Dewasa ini, kehadiran Internet memberikan dampak kepada para
pekerja public relations (PR) atau Humas. Seperti yang dijelaskan oleh
Dewi (2012:23), bahwa “di era teknologi yang semakin maju, diikuti dengan
perkembangan internet dan perangkatnya, praktisi PR dituntut untuk terus
beradaptasi, karena publik sebagai tujuan akhir dari PR telah mengalami
perubahan dan mengaplikasikan teknologi serta perangkat pendukungnya
dalam berbagai aspek kehidupan”.
Kemudian Dewi (2012:24), menambahkan dan mempertegas bahwa
“dengan kemajuan teknologi yang sangat berkembang saat ini, yang
tentusaja berdampak kepada perubahan dalam masyrakat, seorang PR
harus tentu harus tetap berhubungan langsung dengan masyrakat atau
publiknya melalui internet. Jadi pandangan konvensional bahwa seorang
PR hanya memiliki partner jurnalis atau pekerja media, harus diubah.
Karena tentusaja dengan adanya internet ini, seorang PR diharapkan dapat

99
Mozaik Al Isamer

mengerti tentang penggunaan internet ini kepada organisasi atau


perusahaan dari PR itu sendiri”
PR yang notabene merupakan garda terdepan dari suatu organisasi,
harus tetap cekatan dan fleksibel dalam menghadapi perubahan tersebut.
Terutama seorang PR harus berhubungan dengan media. Meskipun
teknologi telah berkembang, seorang PR harus mampu atau tetap bisa
mengambil jalan terhadap perkembangan tersebut. Internet sebagai media
baru harus juga mampu dimanfaatkan dengan baik oleh seorang PR..
Aktivitas PR didalam dunia Internet inilah yang kemudian
memunculkan sebuah istilah baru, yang biasa disebut dengan Cyber Public
Relations. Cyber PR sendiri secara sederhana memiliki makna, sebuah cara
dari seorang PR yang menggunakan media Internet untuk melakukan
aktivitasnya, baik dalam hal publikasi, menjalin relasi, ataupun
membangun citra dari organisasinya.
Ini juga berlaku berlaku bagi Humas yang berada di organisasi
olahraga profesional. Menurut Syadzwina (2016) media internet yang
dikelola klub (website dan media sosial—pen.) dapat meningkatkan
kedekatan antara klub olahraga dengan suporternya, terlebih yang secara
geografis berada jauh dari kota yang menjadi markas klub tersebut.
Sementara Andrew dan Suryawan (2015) berpandangan bahwa setiap klub
wajib memiliki website resmi untuk membantu mendorong peningkatan
kemajuan informasi mengenai sepakbola di Indonesia.
Lebih lanjut Andrew dan Suryawan (2015) mengatakan bahwa ada
baiknya website klub sepakbola di Indonesia juga memiliki halaman (page)
berbahasa Inggris. Tujuannya adalah membantu pemain-pemain asing
yang akan bermain Indonesia, untuk memperoleh gambaran atau informasi
awal. Selain itu, dengan website klub juga bisa menjadi cara untuk menarik
sponsor. Jadi, website dapat memajukan bisnis klub.
Pada prakteknya, saat ini hampir setiap lembaga olahraga
menggunakan Cyber PR. Itu terbukti dengan federasi-federasi olahraga
resmi yang sudah memiliki situs web, ataupun akun sosial media mereka
masing-masing. Dengan begitu sudah jelas dapat dikatakan bahwa memang
mereka telah menggunakan Internet dan memanfaatkan media online
sebagai salah satu bentuk aktivitas dari PR atau Humasnya. Bahkan

100
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

kemudian hal itu telah sangat diseriusi, itu terbukti dengan salah satu
contoh dengan verifiednya akun-akun federasi tersebut di salah satu sosial
media, twitter contohnya dan PSSI salah satu contoh federasinya. Verified
sendiri memiliki makna bahwa akun tersebut memang benar-benar
dikelola dan dimiliki oleh federasi yang bersangkutan, bukannya akun
kloning atau bajakan.
Hal tersebut menjadi alasan penulis memilih PSS Sleman sebagai
objek penelitian. Klub sepakbola asal Sleman yang pada saat ini berada di
kasta nomer 2 kompetisi yang ada di Indonesia saat ini, liga 2 (Catatan
penulis : penelitian ini berlangsung tahun 2016 – 2017, di mana saat itu
PSS masih berkompetisi di kasta kedua sepakbola nasional. Di tahun
2019, PSS berhasil promosi ke kompetisi kasta tertinggi, Liga 1).
Klub yang juga memiliki julukan Super Elang Jawa (Super Elja) ini
menjadi lebih menarik lagi untuk diteliti. Karena meskipun berada di kasta
kedua kompetisi Indonesia klub yang juga memiliki website http://pss-
sleman.co.id/, juga memiliki akun sosial media yang cukup komunikatif,
seperti akun Instagram @pssleman yang telah memiliki followers
sebanyak 122K, halaman facebok dengan nama PSS Sleman Official yang
telah disukai oleh 24.574 orang, serta memiliki akun Twitter @PSSleman
dengan followers sebanyak 81,2K, yang bahkan akun twitter tersebut sudah
verified. Atas hal ini lah dapat dikatakan bahwa klub ini memiliki
keseriusan terhadap penggunaan media online dan Internet (Catatan
penulis: data per Mei 2017 saat tulisan ini diselesaikan).
Berdasarkan penjelasan tersebut menjadi alasan penulis untuk
mengetahui bagaimana pemanfaatan Cyber PR oleh PSS Sleman, dan
bagaiana pengelolaan Cyber PR oleh PSS Sleman. Sedangkan tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pemanfaatan dan pengelolaan
Cyber PR yang dilakukan oleh PSS Sleman.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat akademis dengan menjadi pustaka acuan untuk proses
pembelajaran bagi penelitian serupa. Penelitian ini juga diharapkan dapat
menambah referensi bukti empiris ilmu tentang analisis Cyber PR,
terutama yang dilakukan oleh humas PSS Sleman.

101
Mozaik Al Isamer

Penelitian ini kemudian juga diharapkan memiliki manfaat sosial


bagi Humas PSS sebagai bahan masukan dalam menjalankan Cyber PR,
dan juga diharapkan dapat memberikan manfaat sekaligus referensi bagi
pembaca yang mungkin hendak mengetahui tentang analisis Cyber PR
ataupun tentang PSS Sleman sendiri.

Humas dalam Organisasi Olahraga


Humas (atau public relations) sebenarnya memiliki peranan penting
dalam organisasi olahraga. Dalam konteks klub olahraga, public relations
bergunsi sebagai (antara lain) pengembangan dan penciptaan pesan,
hubungan dengan komunitas (community relations), hubungan dengan
media (media relations), kolaborasi (kerja sama), dan komunikasi dengan
konstituen yang merupakan key of life sebuah organisasi olah raga, seperti
pemegang saham, suporter, penonton pemegang tiket terusan, penggemar
kasual, konsumen media olahraga, dan lain-lain”. Public Relations
berperan dalam menjaga citra organisasi dan mendukung pemasaran dan
promosi klub (Syadzwina, 2016: 162)
Dalam beberapa kasus organisasi sepak bola Indonesia, klub tidak
memiliki public relations maupun media officer di dalam struktur
organisasi perusahaannya. Media officer kebanyakan hanya bertugas saat
ada pertandingan saja dengan menjadi bagian dari panitia pelaksana
pertandingan. Setelah pertandingan selesai, tugas sang media officer juga
selesai (Syadzwina, 2016 : 167).
Bergeser ke organisasi yang berbeda dengan klub, yakni induk
olahraga, kinerja humas masih belum maksimal. Posisi humas memang
sudah ada, tetapi tidak didukung oleh penyusunan dan pelaksanaan
program kerja yang terencana. Ada dua faktor penyebab kondisi ini terjadi.
Pertama dari faktor internal, humas tidak menempati posisi yang strategis
di struktur organisasi dan SDM humas yang tidak memiliki kompetensi
yang cukup. Persoalan yang dihadapi humas adalah pengurus organisasi
masih belum memahami sepenuhnya arti penting dari kegiatan
kehumasan. Kedua dari faktor eksternal ada kecenderungan dari jurnalis
yang lebih tertarik untuk meliput konflik organisasi, serta kurangnya
wartawan yang memahami isu dalam olahraga, sehingga hal tersebut

102
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

menimbulkan kesulitan bagi humas untuk mengembangkan berita.


(Lumintuarso, 2002; Novitaria, 2017).

Website dan Sosial Media : Tinjauan Konseptual


Seperti yang diungkapkan oleh Prastya (2015: 54), bahwa” Media
berbasis internet tersebut menawarkan sejumlah kelebihan seperti mudah,
murah, dan dapat mencakup khalayak dalam jumlah besar daengan skala
luas”.
Media baru sendiri Menurut Burns (dalam Santoso, 2014)
menyatakan bahwa “bahwa media baru atau new media setidaknya harus
memiliki tiga poin, diantaranya penggunaan (uses), interaktivitas
(interactivity), dan pemberdayaan (empowerment)”.. Sementara itu Haigh
dalam Prastya (2015), juga menambahkan bahwa penggunaan media sosial
dan website juga terbagi menjadi 3, yaitu penjelasan mengenai organisasi,
penyebaran informasi dan keterlibatan pengguna.
Pendapat lain dari Walden and Waters (2015), yang membagi
penggunaan website dan sosial media dalam organisasi olahraga menjadi 4
bagian, yaitu Information Provision, Offline Networking, Online
Networking, and Timeline Customation. Sedangkan Syah Putra, dan
Saputri (2015), juga menambahkan juga menambahkan bahwa website dan
sosial media memiliki fitur yang secara ekstensif dapat digunakan oleh
perusahaan, yang dimana diantaranya adalah kesegeraan, keragaman
penerima, keragaman isyarat, keragaman bahasa dan konkruensi.
Sebuah organisasi mmiliki official website dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhkan publikasi informasi perusahaan. Penyebabnya,
fungsi dari official website sendiri yang secara umum berfungsi untuk
menyebarkan informasi dengan segera dan sebagai sarana untuk
meningkatkan reputasi perusahaan. Kondisi ini menuntut pihak
perusahaan harus dapat memanfaatkan official website sebagai sarana
untuk meningkatkan kekuatan perusahaan baik dari internal maupun
eksternal. Karena kemudian dampak dari penggunaan official website
secara otomatis dapat lebih cepat, dibandingkan jika harus menggunakan
media konvensional (Hidayat, dalam Syah Putra 2015).

103
Mozaik Al Isamer

Sayangnya dari sekian banyak manfaat yang dimiliki oleh official


website. Masih terdapat beberapa hambatan yang dimiliki oleh official
website. Seperti diantaranya yang diungkapkan oleh Prastya (2015:40),
bahwa website resmi hanya memungkinkan komunikasi satu arah. Yang
kemudian juga didukung oleh pernyataan Syah Putra (2015:26),
komunikasi antara perusahaan dan publik terkesan menjadi monoton,
akibat tidak adanya interaktivitas diantara pengelola dan publik. Hal ini
sesuai yang diungkapkan oleh Idris (dalam Prastya, 2015), bahwa
karakteristik website resmi perusahaan yang cenderung eksklusif, formal,
kaku, tidak menampilkan komentar atau dialog, dan akibatnya
menimbulkan jarak antara persusahaan dan pengguna web.
Lantas kemudian jika website hanya memungkinkan komunikasi
satu arah, kemudian juga terdapat media berbasis internet yang dapat
membentuk pola komunikasi dua arah. Media tersebut adalah media sosial.
Secara konseptual, antara media baru (new media) dan media sosial (social
media) masih tumpang tindih. Ada yang memandang media sosial
merupakan salah satu bentuk dari media baru, ada juga pendapat yang
mengatakan keduanya merupakan hal berbeda. Tulisan ini hendak
menggunakna kedua istilah itu secara berkelindan.
Hal ini mengacu gagasan konseptual bahwa komputer dan internet
merupakan media generasi keempat. Media generasi ini pun berevolusi
menjadi media sosial (istilah sebagian orang sebagai media baru).
Penggunaan istilah media baru kurang tepat. Sebab apabila media generasi
keempat teresbut disebut sebagai media baru, lalu apa sebutan untuk
media generasi kelima dan seterusnya? Tentu akan lebih sederhana apabila
menyebut media generasi keempat ini sebagai media social (Fajar, 2011 :
2017-208)

Cyber Public Relations di Organiasi Olahraga di Indonesia


Secara sederhana Cyber Public Relations (Cyber PR) sendiri dapat
dikatakan sebagai aktivitas dari seorang Humas atau Public Relation yang
menggunakan media internet sebagai sarana publikasinya. Seperti yang
diungkapkan oleh Darmastuti (2007:145), bahwa “Cyber PR merupakan
cara untuk menjalin hubungan dengan khalayknya dengan menggunakan

104
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

media internet. Cyber PR adalah penerapan dari perangkat teknologi


komunikasi dan informasi yang digunakan untuk keperluan tugas ke-PR-
an. Tujuannya untuk mempercepat penyampaikan informasi dan untuk
memberikan respon yang cepat terhadap permasalah yang muncul.
Cyber PR sendiri memiliki karakteristik media tersendiri. Media
online yang dibidik oleh Cyber PR adalah media online yang sifatnya lokal,
regional maupun Internasional. Tujuannya untuk memperluas publik.
Melalui media online ini PR dapat menyampaikan pesan-pesannya dalam
bentuk press release, advertorial, informasi tentang produk atau jasa yang
dihasilkan oleh perusahaan tempat PR itu berada maupun informasi
tentang perusahaan tersebut kepada khalayak (Darmastuti, 2005:147).
Lalu untuk fokus sendiri, secara umum Cyber PR Darmastuti
(2007:149) menambahkan, bahwa “fokus utama Cyber PR adalah
membangun citra positif dari perusahaan atau institusi yang mereka wakili.
Hanya saja sedikit perbedaan antara PR konvensional dengan Cyber PR
dalam penggunaan media. Pr Konvensional membangun citra positif
perusahaan atau institusi tempat mereka berkarya dengan menggunakan
media elektronik (televisi dan radio), sedangkan Cyber PR membangun
citra positif dengan menggunakan media internet”.
Dari hal itu kemudian dapat dikatakan seorang PR dapat melakukan
beberapa hal yang sangat penting bagi perusahaan atau organisasi didalam
Internet. Seperti yang diungkapkan oleh Darmastuti (2005:147), bahwa ada
beberapa hal yang dapat dilakukan oleh seorang PR melalui media internet,
yaitu : publikasi, hubungan media, dan mencari informasi yang up to date.
Pemanfaatan website dan media social oleh klub olahraga di
Indonesia masih belum maksimal. Tidak semua klub menggunakan website
dan media social. Padahal keduanya menawarkan manfaat yang besar
untuk bisnis dan pengembangan klub sepakbola tersebut (Andrew dan
Suryawan, 2015). Meski begitu, dalam kurun waktu tiga-empat tahun
terakhir, klub sepakbola di Indonesia sudah mulai memiliki website dan
media sosial. Tetapi secara kualitas, masih 50:50 dalam arti masih ada klub
yang belum memanfaatkan dengan baik untuk memperbarui informasi
yang penting.

105
Mozaik Al Isamer

Seperti apa praktek Cyber PR di klub sepakbola? Kita bisa


memperoleh melalui sejumlah penelitan yang telah penulis telusuri.
Pertama penelitian dengan judul Cyber Public Relation Pada Website Klub
Sepakbola Pro Titan. Hasil penelitian menunjukkan dalam pelaksanaan
public relations klub sepakbola Pro Titan mendistribusikan informasi
mengenai perusahaan melalui websitenya. Sehingga khalayak dapat
mengaksesnya secara online. Cyber PR pada website mendukung kegiatan
komunikasi dua arah serta kegiatan publikasi dengan fasilitas online
(Agustin, 2010).
Kedua adalah penelitian dengan judul Identifikasi Cyber PR dalam
klub sepakbola Indonesia: Studi Pada Klub Persija Jakarta. Hasil penleitian
ini adalah penerapan konsep cyber PR dalam menyampaikan informasi
kepada publik yang dilakukan oleh PR Persija melalu website dan akun
sosial media resmi klub dianggap sudah sesuai dengan fungsinya.
Kemudian dalam penerapan konsep cyber PR, PR Persija memanfaatkan
keberadaan website dengan menyediakan Interactive News Rooms (ruang
berita interaktif), social media news, dan penyediaan informasi dalam
website. Kemudian pada penerapannya diakun media sosial twitter resmi
milik klub tidak ditemukan sebuah percakapan dua arah yang melibatkan
akun media sosial twitter resmi milik klub Persija Jakarta @Persija_Jkt
(Putra dan Anshari, 2016).
Yang ketiga penelitian yang membahas mengenai penggunaan
Twitter oleh klub Persebaya Surabaya 1927 (Persebaya LPI) guna
melakukan reportase pertandingan. Reportase menggunakan twitter
ditempuh oleh klub guna memenuhi kebutuhan supporter Persebaya 1927
akan informasi. Terlebih lagi ketika pertandingan tersebut tidak disiarkan
oleh televisi dan/atau pertandingan tersebut digelar jauh dari Surabaya,
sehingga tidak bisa diikuti langsung oleh suporter. Tantangannya adalah
jumlah karakter yang terbatas menuntut admin media social bisa
menyampaikan informasi dengan bahasa yang ringkas namun tetap
menarik dan mudah dipahami. Tantangan lain datang dari segi teknis,
yakni liputan pertandingan idealnya menggunakan ponsel pintar
(smartphone) karena jauh lebih praktis daripada computer jinjing (laptop).
Namun untuk mengetik dalam waktu yang cepat, ponsel pintar tidaklah se-
nyaman laptop (Harianto, 2013).

106
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

Pembahasan
Tulisan ini disusun berdasarkan penelitian yang penulis lakukan
terhadap yang penulis lakukan di di Kantor PSS Sleman, PT Putra Sleman
Sembada. Komplek Stadion Maguwoharjo Sayap Barat. Sleman Yogyakarta,
sebagai proses pencarian dan pengambilan data yang diperlukan.
Narasumber dari pihak PT PSS Sleman adalah Syahrul Ramadhan
selaku media Officer PSS. Selain itu peneliti juga melakukan observasi pada
website dan sosial media PSS Sleman, dan juga melakukan FGD kepada
terhadap website dan sosial media PSS sebagai data pembanding. Proses
pengambilan data berlangsung antara bulan Februari sampai dengan Mei
tahun 2017.

1. Konten di Media Berbasis Internet PSS Sleman


Dalam pengambilan data mengenai website dan sosial media,
peneliti membagi data menjadi beberapa bagian, dengan mengambil
kerangka utama dari Burns dalam Santoso (2014), yang mengatakan bahwa
“bahwa media baru atau new media setidaknya harus memiliki tiga poin,
diantaranya penggunaan (uses), interaktivitas (interactivity), dan
pemberdayaan (empowerment)”.
Dalam penggunaan (uses), peneliti kemudian mengambil teori
pendamping dari Haigh dalam Prastya (2015), yaitu penjelasan mengenai
organisasi dan penyebaran informasi. Kemudian juga dibantu dengan teori
pendamping dari Walden and Waters (2015), yaitu Informasion Provision,
Offline Networking, Online Networking, dan Timeline Customation.
Kemudian juga dibantu dengan teori pendamping dari Syah Putra dan
Saputri (2015), yaitu keragaman bahasa, keragaman isyarat, dan kesegaran.
Sedangkan interaktivitas (interactivity), peneliti juga dibantu oleh
teori pendamping Haigh dalam Prastya (2015), mengenai keterlibatan
pengguna. Lalu Walden and Waters (2015), tentang Informasion Provision,
Offline Networking, Online Networking, dan Timeline Customisation. Juga
dibantu oleh teori pendamping Syah Putra dan Saputri (2015), yaitu
konkruensi.

107
Mozaik Al Isamer

Untuk Pemberdayaan (empowerment), peneliti kemudian dibantu


oleh teori pendamping dari haigh dalam prastya (2015), tentang
penyebaran informasi. Juga teori pendamping dari Walden and Waters
(2015), tentang Informasion Provision, Offline Networking, Online
Networking, dan Timeline Customisation. Kemudian dibantu juga oleh
teori dari Syah Putra dan Saputri (2015), yaitu konkruensi, dan keragaman
penerima.
Seperti yang diungkapkan oleh hasil wawancara, dan juga observasi
kepada Website. Website PSS Sleman sendiri digunakan untuk
memberikan informasi-informasi tentang tim PSS Sleman sendiri kepada
publik. Informasi ini didukung dengan semua konten yang ada pada
website, yang semuanya bersifat memberitahukan sesuatu kepada publik
atau pengunjung website itu sendiri.
Sebagai media dari sebuah perusahaan, tentusaja offisial media PSS
memiliki kewajiban untuk memberikan citra yang baik kepada perusahaan
menggunakan media internet (sumber: Darmastuti 2007:149 ). Itulah yang
kemudian membuat media online PSS terus memberitahukan sesuatu yang
baik kepada para suporter. Ini seperti 2 berita kekalahan PSS melawan
PSCS pada final ISC B, dan laga pembuka liga 2. Walaupun PSS kalah,
berita yang ada tetap tidak menyudutkan PSS, dan malah mengapresiasi
PSS. Berita itu sendiri berjudul Anti Klimaks, PSS Sleman Gagal Raih Poin
Tiga ketika kalah di laga pembuka (www.pss-sleman.co.id tanggal 20 April
2017), dan Kalah Dramatis, PSS Sleman Runner Up ISC-B 2016 ketika
kalah di final ISC B (www.pss-sleman.co.id, tanggal 23 Desember 2016)
Website PSS Sleman sendiri beralamatkan di www.pss-
sleman.co.id. Pada halaman depan website tepatnya pada bagian header
mengambil warna hijau, yang notabene merupakan warna kebanggaan dari
PSS-Sleman, terbuktu itu juga merupakan warna dari Jersey Home PSS
Sleman. Kemudian dibagian pojok kiri atas terdapat logo atau lambang dari
PSS-Sleman meliputi juga tulisan PSS Sleman. Kemudian dibagian header
website juga terdapat 8 menu, yaitu Home, History, News, Team, Fixture &
Results, Media, dan Contact US. Menu-menu itu sendiri sudah tersedia
atau terisi dengan konten-konten yang sesuai dari menu tersebut.
Pada sosial media sendiri, seperti yang diungkapkan oleh pihak PSS
bahwa diharapkan dengan media online ini dapat menarik minat suporter.
Seperti yang dicontohkan bahwa Sleman sendiri sudah digital, tidak seperti

108
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

PSCS yang harus menggunakan baliho untuk pengumuman. Dengan


adanya media online dapat memangkas anggaran klub sehingga dapat lebih
efisien dan lebih aktif.
Selain itu dari sisi penggunaan (uses), masing-masing sosial media
dari PSS memiliki peranan dan fungsi masing-masing, hal ini diungkapkan
oleh tim media officer ketika di wawancaram, seperti pada twitter yang
digunakan untuk penyambung berita pada web, instagram yang tidak
dikhususkan untuk berita, melainkan dikhususkan untuk share foto yang
dimana kemudian foto tersebut deisgnnya dibuat oleh bagian dari tim
media officer, dan facebook yang kemudian merangkap seperti twitter
menyebarkan berita dan foto.
Lalu untuk interaktivitas, website PSS Sleman sendiri hanya
melakukan interaksi satu arah. Dengan kata lain website PSS Sleman tidak
menyediakan halaman, atau ruang khusus dimana suporter atau
pengunjung dapat berinteraksi langsung kepengelola website langsung
didalam websitenya. Bahkan tidak ada kolom komentar yang disediakan
didalam website. Semua menu dan konten yang ada didalam website hanya
berisi tentang informasi ataupun penjelasan mengenai PSS itu sendiri.
Sedangkan sosial media PSS Sleman, akun Sosial media PSS Sleman
sendiri tidak banyak melakukan interaksi kepada suporter. Kebanyakan
interaksi yang dilakukan oleh sosial media PSS Sleman hanya bersifat satu
arah. Seperti pada website, PSS Sleman hanya memberikan informasi-
informasi kepada para suporter.
Seperti pada twitter, selain memberikan informasi, twitter PSS
Sleman terkadang memberikan balasan kepada para followers yang
memberikan mention kepada @PSSleman. Meskipun jumlah balasan dari
twitter @PSSleman tidak sebanding dengan jumlah tweet PSSleman
sendiri, ataupun jumlah respon dari para penggemar atau fans PSSleman.
Itu terlihat dari banyaknya mention suporter yang mengetag atau mention
ke akun @PSSleman tapi tidak mendapatkan respon, atapun balasan dari
pihak PSSleman. Tweet balasan dari PSSleman lebih cenderung kepada
akun-akun yang ingin bertanya masalah teknis, klarifikasi teknis, ataupun
tweet dari akun-akun bukan personal yang mengetweet tentang pesan
semangat. Adapun bahasa yang digunakan oleh twitter ini terkadang juga
banyak menggunakan bahasa yang tidak baku ketika membalas mention
dari para penggemar.

109
Mozaik Al Isamer

Lalu untuk pemberdayaan, website dan sosial media PSS Sleman


tidak melakukan hal tersebut.Pemberdayaan disini dimaksudkan seperti
laman atau konten yang melibatkan suporter langsung untuk bergabung
atau setidaknya terlibat dalam aktivitas-aktivtias PSS Sleman.

2. Pemetaan terhadap Keunggulan dan Kelemahan Media


Berbasis Internet PSS Sleman
Analisis SWOT ini dibuat berdasarkan penilaian performa (dari
hasil observasi dan FGD) terhadap media berbasis internet. Dari performa
yang ditunjukkan tersebut penulis berasumsi dipengaruhi oleh kinerja
(cara mengelola) media berbasis internet.
1) Keunggulan (Strength)
Dari sisi penggunaan (uses), website PSS Sleman digunakan
untuk memberikan informasi-informasi tentang tim PSS Sleman
sendiri kepada publik. Informasi-informasi-iformasi ini berisi
mengenai penjelasan mengenai organisasi PSS, yang juga meliputi
sejarah dan juga sponsor ataupun parntership PSS, berita terkait
PSS, hingga kontak yang bisa dihubungi dari PSS Sleman. Hal ini
sendiri memaang telah sesuai dengan kebijakan dari PSS, bahwa
alasan dibuatnya offisial media PSS adalah untuk menjawab
informasi tidak benar, yang selama ini kerap beredar di masyrakat.

2) Kelemahan (Weakness)
Informasi-informasi pada website PSS Sleman masih jarang
dibuka oleh suporter PSS Sleman. Hal ini disebabkan karena,
mereka beranggapan bahwa website PSS Sleman agak susah untuk
dibuka, karena harus membuka browser terlebih dahlu, lalu
kemudian baru bisa mereka buka. Sementara mereka membutuhkan
sesuatu yang lebih praktis.
Informasi yang ada pada website PSS Sleman masih dianggap
kurang up to date. Dikarenakan PSS masih membutuhkan waktu
dalam update berita kedalam website. Menurut mereka setidaknya
jika dicontohkan dalam berita pertandingan, PSS membutuhkan
waktu 1 hari setelah pertandingan untuk kemudian baru dapat
mengupdate berita tersebut. Sementara para fans membutuhkan

110
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

berita yang lebih cepat. Hal ini sendiri terjadi karena tidak ada staff
khusus yang memang benar-benar mengelola offisial media dari
PSS Sleman, selain itu kebijakan pihak media offiser yang membagi
jam-jam khusus untuk beberapa berita yang diupdate,
menyebabkan hal ini terjadi.
Informasi yang ada didalam website masih kurang mewadahi
para suporter. Narasumber ketika FGD mengungkapkan bahwa
informasi yang ada ada website tidak selengkap yang ada di website
suporter. Konten yang ada pada website suporter dianggap lebih
variatif, dibandingkan konten-konten yang dibagikan website PSS.
Sehingga para suporter menganggap seperti ada 2 akun offisial yang
ada pada PSS Sleman. Yang dimana akun non offisial seperti akun
offisial, ,sementara akun offisial terlihat seperti akun non offisial. Ini
disebabkan karena tujuan awal dari didirikan website adalah
memang untuk menjawab informasi yang tidak dapat
dipertanggung jawabkan.
Website hanya berinteraksi satu arah. Hal ini juga membuat
narasumber ketika melakuka FGD mengungkapkan bahwa interaksi
yang hanya satu arah ini juga menjadi salah satu alasan dari mereka
untuk sering mengunjungi akun-akun non offisial, karena jauh lebih
responsif dan tidak ada kesan kaku pada akun-akun tersebut. Hal
ini juga terjadi karena website PSS Sleman yang tidak membuka
kolom komentar, dan SOP yang dimiliki oleh pihak PSS Sleman.

3) Peluang (Opportunities)
Ketika dilakukan FGD suporter menginginkan berita yang cepat
dan juga praktis. Hal ini dapat dilakukan dengan dibuatnya aplikasi
yang berisi langsung berita-berita terkini yang ada didalam website.
Atau juga dapat dilakukan dengan terus memberikan link terusan
pada akun-akun sosial media PSS. Sehingga para suporter dapat
dengan mudah membuka informasi-informasi yang ada didalam
website PSS Sleman.
Mengenai interaksi satu arah, PSS Sleman dapat membuka
kolom komentar ataupun membuatkan kolom kritik dan saran
kepada manajemen PSS Sleman didalam website. Sehingga tidak
terjadi jarak antara suporter dan manajemen didalam website.

111
Mozaik Al Isamer

4) Ancaman (Treats)
PSS Sleman yang terpaku dengan SOP, akan semakin membuat
jarak antara suporter dan manajemen. Hal ini memuat PSS jadi
kurang luwes dalam menghadapi website-website non offisial yang
dianggap dekat dengan para suporter, dapat mengancam
keberadaan website resmi dari PSS Sleman. Karena kecenderungan
para suporter yang lebih memilih untuk membuka website dari
akun suporter yang notabene merupakan akun non offisial. Selain
itu Kurangnya kepekaan pihak manajemen akan tekonologi juga
akan menjadi hambatan bagi offisial media PSS.

Ada pun terhadap media sosial, pemetaan adalah sebagai berikut :


1) Keunggulan (Strength)
Penggunaan sosial media, sama seperti website, twitter dan
facebook PSS Sleman juga digunakan untuk membagikan informasi
kepada para suporter. Ini dipertegas dengan pihak PSS yang
mengatakan bahwa ada afungsi-fungsi tertentu dari sosial media
PSS, seperti twitter, dan facebook uyang digunakan untuk
penyambung berita diweb, agar banya kdiketahui bahwa berita telah
diupdate, dan instagram yang hanya berisi untuk membagikan foto-
foto terkait info pertandingan, atau semacamnya.
Twitter PSS telah verified pada tahun 2016. Nomor 3 setelah 2
klub di liga kasta tertinggi, yaitu Persija dan Persib. Verified sendiri
bermakna bahwa akun tersebut memang benar-benar dikelola oleh
federasi yang bersangkutan, bukan akun kloning, atau bajakan.

2) Kelemahan (Weakness)
PSS Sleman tidak banyak terlibat interaksi dengan suporter.
Hal ini sendiri merupakan kebijakan dari media offisel PSS, yang
berkaca dengan klub lain.
Akun sosial media masih terlalu kaku, kebijakan dari pihak
offisial media yang telah membuat SOP akan sosial media.
Secara visual tampilan instagram masih dianggap kurang
menarik, karena ketidak konsistenan antar feed masing-masing foto
di Instagram.

112
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

3) Peluang (Opportunities)
Peluang yang teridentifikasi dalam Sosial Media PSS Sleman
yang peneliti temukan adalah sebagai kemudahan akses internet,
seharusnya membuat sosial media PSS Sleman lebih interaktif dan
responsif lagi kepada para suporter.
PSS Sleman dapat memanfaatkan suporter yang mengikuti
sosial media, dengan melakukan pemberdayaan sehingga suporter
dan PSS Sleman dapat lebih dekat lagi dengan suporter.
PSS Sleman dapat memanfaatkan sponsor untuk terlibat
didalam sosial media, dengan mengadakan kuis atau perlombaan.

4) Ancaman (threat)
Dengan adanya akun-akun suporter yang jauh lebih responsif
dan lebih interaktif membuat akun sosial media PSS Sleman
menjadi tidak diprioritaskan atau tidak diikuti.
Akun-akun suporter yang lebih dekat dengan suporter
membuat jarak antara suporter ke pihak manajemen klub.

3. Pengelolaan Cyber PR di PSS Sleman


Dalam pengambilan data mengenai website dan sosial media,
peneliti membagi data menjadi beberapa bagian, dengan mengambil
kerangka utama dari Burns dalam Santoso (2014), yang mengatakan bahwa
“bahwa media baru atau new media setidaknya harus memiliki tiga poin,
diantaranya penggunaan (uses), interaktivitas (interactivity), dan
pemberdayaan (empowerment)”.
Dalam penggunaan (uses), peneliti kemudian mengambil teori
pendamping dari Haigh dalam Prastya (2015), yaitu penjelasan mengenai
organisasi dan penyebaran informasi. Kemudian juga dibantu dengan teori
pendamping dari Walden and Waters (2015), yaitu Information Provision,
Offline Networking, Online Networking, dan Timeline Customation.
Kemudian juga dibantu dengan teori pendamping dari Syah Putra dan
Saputri (2015), yaitu keragaman bahasa, keragaman isyarat, dan kesegaran.
Sedangkan interaktivitas (interactivity), peneliti juga dibantu oleh
teori pendamping Haigh dalam Prastya (2015), mengenai keterlibatan
pengguna. Lalu Walden and Waters (2015), tentang Informasion Provision,

113
Mozaik Al Isamer

Offline Networking, Online Networking, dan Timeline Customisation. Juga


dibantu oleh teori pendamping Syah Putra dan Saputri (2015), yaitu
konkruensi.
Untuk Pemberdayaan (empowerment), peneliti kemudian dibantu
oleh teori pendamping dari haigh dalam prastya (2015), tentang
penyebaran informasi. Juga teori pendamping dari Walden and Waters
(2015), tentang Information Provision, Offline Networking, Online
Networking, dan Timeline Customation. Kemudian dibantu juga oleh teori
dari Syah Putra dan Saputri (2015), yaitu konkruensi, dan keragaman
penerima.
Seperti yang diungkapkan oleh hasil wawancara, dan juga observasi
kepada Website. Website PSS Sleman sendiri digunakan untuk
memberikan informasi-informasi tentang tim PSS Sleman sendiri kepada
publik. Informasi ini didukung dengan semua konten yang ada pada
website, yang semuanya bersifat memberitahukan sesuatu kepada publik
atau pengunjung website itu sendiri.
Sebagai media dari sebuah perusahaan, tentusaja offisial media PSS
memiliki kewajiban untuk memberikan citra yang baik kepada perusahaan
menggunakan media internet (sumber: Darmastuti 2007:149 ). Itulah yang
kemudian membuat media online PSS terus memberitahukan sesuatu yang
baik kepada para suporter. Ini seperti 2 berita kekalahan PSS melawan
PSCS pada final ISC B, dan laga pembuka liga 2. Walaupun PSS kalah,
berita yang ada tetap tidak menyudutkan PSS, dan malah mengapresiasi
PSS. Berita itu sendiri berjudul Anti Klimaks, PSS Sleman Gagal Raih Poin
Tiga ketika kalah di laga pembuka (www.pss-sleman.co.id tanggal 20 April
2017), dan Kalah Dramatis, PSS Sleman Runner Up ISC-B 2016 ketika
kalah di final ISC B (www.pss-sleman.co.id, tanggal 23 Desember 2016).
Website PSS Sleman sendiri beralamatkan di www.pss-
sleman.co.id. Pada halaman depan website tepatnya pada bagian header
mengambil warna hijau, yang notabene merupakan warna kebanggaan dari
PSS-Sleman, terbuktu itu juga merupakan warna dari Jersey Home PSS
Sleman. Kemudian dibagian pojok kiri atas terdapat logo atau lambang dari
PSS-Sleman meliputi juga tulisan PSS Sleman. Kemudian dibagian header
website juga terdapat 8 menu, yaitu Home, History, News, Team, Fixture &

114
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

Results, Media, dan Contact US. Menu-menu itu sendiri sudah tersedia
atau terisi dengan konten-konten yang sesuai dari menu tersebut.
Pada sosial media sendiri, seperti yang diungkapkan oleh pihak PSS
bahwa diharapkan dengan media online ini dapat menarik minat suporter.
Seperti yang dicontohkan bahwa Sleman sendiri sudah digital, tidak seperti
PSCS yang harus menggunakan baliho untuk pengumuman. Dengan
adanya media online dapat memangkas anggaran klub sehingga dapat lebih
efisien dan lebih aktif.
Selain itu dari sisi penggunaan (uses), masing-masing sosial media
dari PSS memiliki peranan dan fungsi masing-masing, hal ini diungkapkan
oleh tim media officer ketika di wawancaram, seperti pada twitter yang
digunakan untuk penyambung berita pada web, instagram yang tidak
dikhususkan untuk berita, melainkan dikhususkan untuk share foto yang
dimana kemudian foto tersebut deisgnnya dibuat oleh bagian dari tim
media officer, dan facebook yang kemudian merangkap seperti twitter
menyebarkan berita dan foto.
Lalu untuk interaktivitas, website PSS Sleman sendiri hanya
melakukan interaksi satu arah. Dengan kata lain website PSS Sleman tidak
menyediakan halaman, atau ruang khusus dimana suporter atau
pengunjung dapat berinteraksi langsung kepengelola website langsung
didalam websitenya. Bahkan tidak ada kolom komentar yang disediakan
didalam website. Semua menu dan konten yang ada didalam website hanya
berisi tentang informasi ataupun penjelasan mengenai PSS itu sendiri.
Sedangkan sosial media PSS Sleman, akun Sosial media PSS Sleman
sendiri tidak banyak melakukan interaksi kepada suporter. Kebanyakan
interaksi yang dilakukan oleh sosial media PSS Sleman hanya bersifat satu
arah. Seperti pada website, PSS Sleman hanya memberikan informasi-
informasi kepada para suporter.
Seperti pada twitter, selain memberikan informasi, twitter PSS
Sleman terkadang memberikan balasan kepada para followers yang
memberikan mention kepada @PSSleman. Meskipun jumlah balasan dari
twitter @PSSleman tidak sebanding dengan jumlah tweet PSSleman
sendiri, ataupun jumlah respon dari para penggemar atau fans PSSleman.
Itu terlihat dari banyaknya mention suporter yang mengetag atau mention

115
Mozaik Al Isamer

ke akun @PSSleman tapi tidak mendapatkan respon, atapun balasan dari


pihak PSSleman. Tweet balasan dari PSSleman lebih cenderung kepada
akun-akun yang ingin bertanya masalah teknis, klarifikasi teknis, ataupun
tweet dari akun-akun bukan personal yang mengetweet tentang pesan
semangat. Adapun bahasa yang digunakan oleh twitter ini terkadang juga
banyak menggunakan bahasa yang tidak baku ketika membalas mention
dari para penggemar.
Lalu untuk pemberdayaan, website dan sosial media PSS Sleman
tidak melakukan hal tersebut.Pemberdayaan disini dimaksudkan seperti
laman atau konten yang melibatkan suporter langsung untuk bergabung
atau setidaknya terlibat dalam aktivitas-aktivtias PSS Sleman.

4. Pemanfaatan dan Kendala Pengelolaan Cyber PR di PSS


Sleman
PSS Sleman sejatinya menggunakan offisial media dikarenakan
tuntutan untuk menjawab arus informasi yang tidak jelas dan tidak dapat
dipertanggung jawabkan. Dengan fans yang tumbuh semakin besar, dan
sadar bahwa kebutuhan fans akan informasi yang juga semakin tinggi.
Maka dari itu kemudian PSS Sleman membuat offisial media. Offisial
media itu sendiri terdiri dari website (pss-sleman.co.id), facebook (PSS
Sleman Official), twitter (@pssleman), dan instagram (pssleman).
PSS beranggapan bahwa berita-berita dari informasi yang tidak
dapat dipertanggung jawabkan tadi, nantinya akan berdampak buruk dan
merugikan PSS Sleman. Atas dasar itulah kemudian PSS membuat offisial
media ini.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Darmastuti (2007:145), yang
menjelaskan bahwa “Cyber PR merupakan cara untuk menjalin hubungan
dengan khalayknya dengan menggunakan media internet. Cyber PR adalah
penerapan dari perangkat teknologi informasi dan komunikasi yang
digunakan untuk keperluan tugas ke-PR-an. Tujuannya untuk
mempercepat penyampaikan informasi dan untuk memberikan respon
yang cepat terhadap permasalah yang muncul.”

116
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

Jika dicontohkan adalah ketika PSS membuat berita terkait jadwal


pertandingan yang belum pasti. Seperti ketika PSS membuat berita
mengenai jadwal pertandingan laga kontra PERSIBAT yang maju menjadi
tanggal 8 Agustus (sumber: http://pss-sleman.co.id/post/team/2017-08-
04/jadwal-laga-kontra-persibat-maju-menjadi-tanggal-8-agustus tanggal 4
Agustus 2017). Sehingga para suporter tidak perlu bingung lagi terhadap
jadwal pertandingan dari PSS Sleman yang mendapatkan perubahan.
Keputusan pertandingan tanggal 8 Agustus ini sendiri diputuskan pada
tanggal 2 Agustus, dan website PSS Sleman membuat berita pada tanggal 4
Agustus 2017.
Hal ini kemudian juga dicontohkan didalam website, ketika ada
sanksi yang diberikan oleh pssi terhadap PSS, dengan melarang
pertandingan untuk disaksikan oleh para suporter. PSS kemudian
membuat berita dengan judul Komdis jatuhkan sanksi empat laga tanpa
dihadiri suporter (sumber: http://pss-sleman.co.id/category/umum/2017-
07-29/komdis-jatuhkan-sanksi-empat-laga-tanpa-dihadiri-suporter
tanggal 29 Juli 2017). Hal ini juga sekaligus pemberitahuan kepada para
suporter, untuk tidak hadir kepada pertandingan PSS sehingga tidak terjadi
sanksi lanjutan dari PSSI. Sanksi sendiri dijatuhkan pada tanggal 27 Juli
2017, dan diumumkan oleh PSSI pada tanggal 29 Juli 2017.
Selanjutnya PSS Sleman juga membuat berita lanjutan, mengenai
kasus sanksi yang diterima oleh PSS Sleman. PSS yang melakukan banding
ke PSSI terhadap sanksi pertandingan tanpa penonton, akhirnya
dikabulkan oleh PSSI. Banding yang dikabulkan ini adalah status dua
pertandingan kandang tanpa penonton yang dicabut, sehingga menjadi
pertandingan normal yang boleh dihadiri oleh PSS. Berita ini sendiri dibuat
oleh PSS dengan judul Banding dikabulkan, Dua Laga Kandang Boleh
Dihadiri Suporter (sumber: http://pss-sleman.co.id/post/umum/2017-08-
07/banding-dikabulkan-dua-laga-kandang-boleh-dihadiri-suporter tanggal
7 Agustus 2017). Sehingga kemudian para suporter dapat lagi hadir ke
pertandingan PSS, tanpa takut PSS mendapatkan sanksi lanjutan dari PSSI.
Kepastian sanksi dicabut pada tanggal 7 Agustus Sore, setelah manajer
operasional dihubungi oleh pihak Komisi Disiplin PSSI. Dua laga kandang
tersebut adalah menghadapi Persibat Batang (tangggal 8 Agustus 2017) dan
Persijap Jepara (tanggal 17 Agustus 2017).

117
Mozaik Al Isamer

Kemudian sebagai media dari sebuah perusahaan, tentusaja offisial


media PSS memiliki kewajiban untuk memberikan citra yang baik kepada
perusahaan. Itulah yang kemudian membuat media online PSS terus
memberitahukan sesuatu yang baik kepada para suporter.
Hal ini dicontohkan dengan 2 berita kekalahan yang diterima oleh
PSS ketika melawan PSCS Cilacap pada final ISC B, dan di laga pembuka
liga 2. Walaupun PSS kalah, berita yang ada tetap tidak menyudutkan PSS,
dan malah mengapresiasi PSS. Berita itu sendiri berjudul Anti Klimaks, PSS
Sleman Gagal Raih Poin Tiga ketika kalah di laga pembuka (www.pss-
sleman.co.id tanggal 20 April 2017), dan Kalah Dramatis, PSS Sleman
Runner Up ISC-B 2016 ketika kalah di final ISC B (www.pss-sleman.co.id,
tanggal 23 Desember 2016).
Hal ini telah sesuai dengan karakteristik Cyber PR, yang
diungkapkan oleh Darmastuti (2007:149), bahwa “fokus utama Cyber PR
adalah membangun citra positif dari perusahaan atau institusi yang mereka
wakili. Hanya saja sedikit perbedaan antara PR konvensional dengan Cyber
PR dalam penggunaan media. Pr Konvensional membangun citra positif
perusahaan atau institusi tempat mereka berkarya dengan menggunakan
media elektronik (televisi dan radio), sedangkan Cyber PR membangun
citra positif dengan menggunakan media internet”.
Sementara untuk karakteristik dari Cyber PR sendiri, jika dilihat
dari pengelolaannya yang terbagi menjadi 3, yaitu: one to one
communication, one to many communication, mass communication. PSS
hanya menggunakan one-to-one communication dan mass communication.
Untuk one-to-one communication sendiri, pihak PSS Sleman menggunakan
email yang diletakan pada website, dan badan informasi pada inf sosial
media yang dapat dihubungi oleh fans PSS Sleman jika ingin melakukan
interaksi. Selain itu PSS juga menambahkan nomor contact perusahaan
yang dapat dihubungi oleh para fans dengan menggnakan telepon. Contact
itu sendiri juga terdapat pada website.
Sementara untuk chat, pihak PSS hanya menggunakan mode balas
komentar di Facebook, dan reply atau mention di Twitter. Sayangnya
interaktvitas dari PSS sendiri masih cukup dikeluhkan oleh fans atau
suporter PSS. Mereka beranggapan bahwa akun-akun yang dimiliki oleh

118
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

PSS kurang banyak berinteraksi kepada para suporter. Walaupun mereka


paham bahwa memang sudah seharusnya akun offisial seperti itu, tapi
mereka juga berharap bahwa akun offisial dapat berinteraksi lebih banyak
kepada para suporter. Karena juga senang melihat akun offisial yang sering
atau sedang membalas komentar ataupun mention di sosial media. Mereka
beranggapan bahwa dengan adanya interaksi dari akun PSS, mereka
merasa lebih dekat dengan PSS.
Selanjutnya mengenai Mass Communication. Hal ini juga telah
dilakukan oleh PSS Sleman, yaitu dengan dibuatnya website official yaitu
PSS-Sleman.co.id, dan sosial media resmi dari PSS di twitter, facebook, dan
juga instagram. PSS menggunakan website dan sosial media resmi ini
tentusaja untuk menjangkau seluruh suporter PSS, yang tentusaja tidak
hanya berdomisili di Sleman. Hal ini juga dibuktikan dengan adanya
jaringan tv streaming pada website, yang dikhususkan kepada para
suporter di luar Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga dapat mengobati
rasa rindu mereka kepada PSS, dan dapat menyaksikan pertandingan
tersebut. Website resmi dan sosial media ini juga dibuat untuk jawaban
dari semua informasi yang tidak valid yang beredar di masyrakat, karena
hal ini jugalah maksud dan tujuan dari media official website ini dibuat.
Karena dengan adanya website dan sosial media resmi dari PSS, itu bisa
menjangkau seluruh masyrakat, dan informasi-informasi yang ingin
disampaikanpun dapat langsung sampai kepada mereka.
Sementara mengenai karakteristik dari pengelolaan yang tidak
dilakukan oleh PSS, yaitu one to many communication. Secara resmi PSS
tidak menyediakan hal tersebut di akun-akun resmi mereka. Tapi kemudian
PSS Sleman kemudian membuat sebuah media tidak resmi/unofficial
bernama Sleman Football, di mana media tersebut memungkinkan para
suporter saling dapat berinteraksi, kemudian memberikan kritik, saran
atau masukan, dan juga mencari tahu informasi-informasi terbaru apa saja
diluar keadaan internal tim. Media ini sendiri cukup berhasil, karena
mampu menarik minat dan suara para suporter sehingga dapat disalurkan
pada tempat yang tepat.
Namun sayangnya kemudian para suporter, mulai membandingkan
media tersebut dengan media resmi dari PSS. Mereka menganggap bahwa
slemanfootball lebih mampu menarik aspirasi mereka, dibandingkan akun

119
Mozaik Al Isamer

resmi dari PSS. Bahkan ketika FGD, mereka mengatakan bahwa akun resmi
PSS seolah menjadi tidak resmi, dan akun-akun slemanfootball seperti
akun resmi dari PSS, karena banyaknya informasi serta kedekatan mereka
terhadap para suporter.
Dengan adanya offisial media, PSS dapat memberikan konforimasi
terhadap isu-isu yang belum dikonfirmasi, atau memberikan jawaban dari
isu-isu yang beredar dan tidak jelas kebenerannya. Isu-isu seperti kepastian
harga tiket, jadwal pertandingan yang belum pasti, sanksi, ataupun
mengenai transfer pemain kemudian dapat diberikan klarifikasi atau
diluruskan didalam website ataupun sosial media.
Seperti ketika terjadi pertandingan antara PSS Sleman melawan
Bali United yang harga tiketnya mahal. Saat itu media offisial PSS Sleman
berperan untuk menetralisir. Ketika semua mention twitter, komentar
facebook, komentar instagram dipenuhi dengan mahalnya harga tiket.
Media Officer dari PSS kemudian menyampaikan kepada manajemen, dan
kemudian hasil keluh kesah tersebut, akan mendapatkan umpan balik dari
manajemen, dalam bentuk konferesi pers ataupun klarikasi lewat berita.
Hal itu juga berlaku misalkan ada isu jelekk tentang PSS, dan
ternyata cuma hoax. Jika saat itu media offiser dari PSS tahu, maka akan
langsung diklarifikasi dengan mengatakan bahwa berita tersebut adalah
hoax. Ini seperti yang juga diungkapkan oleh Pienrasmi (2015:205-206),
bahwa “Internet dengan media sosialnya bahkan juga dapat memberikan
respon interaksi yang lebih cepat. Kemudahan akses, serta respon yang
tinggi membuat Internet melebihi media-media konvensional”.
Selain itu PSS juga telah melakukan beberapa hal yang dapat
dilakukan oleh seorang PR melaluii media internet, seperti yang
diungkapkan oleh Darmastuti (2005:147), yaitu:
1) Publikasi.
PSS Sleman sendiri kerap melakukan publikasi dengan
memberikan informasi-informasi pada website dan sosial
media. Berita-berita yang muncul diwebsite, yang menjadi
prioritas dari penggunaan media resmi PSS adalah contoh dari
publikasi yang dilakukan oleh offisial media PSS Sleman.

120
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

2) Media Relations.
Sayangnya PSS tidak memanfaatkan hal ini. Didalam
website ataupun sosial media PSS tidak terdapat media
relations. Padahal hal ini dapat dilakukan, seperti website PSSI
ataupun fifa.com yang menyediakan laman khusus untuk media
relations.
3) Mencari Informasi yang up to date
Hal ini sangat jelas dilakukan oleh pihak PSS Sleman,
karena PSS dapat mencari informasi apa saja yang beredar
dikalangan suporter, yang kemudian dapat diklarifikasi,
ataupun dibahas atau disampaikan kepada pihak manajemen.
Karena PSS sendiri menggunakan hal ini ketika ingin membahas
isu atau membuat klarifikasi terhadap hal tertentu. Biasanya
PSS akan mengamati apa yang sedang beredar di Supoter, lalu
jika itu memang perlu diklarifikasi tentusaja PSS akan langsung
mengklarifikasi melalui website, yang kemudian diteruskan ke
sosial media.
Selanjutnya tentu saja Cyber Public Relation juga memiliki kendala,
seperti yang diungkapkan oleh Pienrasmi (2015:209), bahwa “beberapa
kendala juga dihadapi oleh para praktisi dalam mengelola media baru ini,
salah satunya seperti pandangan pihak perusahaan yang masih tertutup
menghadapi perkembangan teknologi baru. Disamping itu juga
mengakibatkan bertambahnya beban kerja dan waktu kerja pada praktisi
yang berdampak pada ketersediannya staf pendamping pengelola media
sosial serta terjadinya ketidakselarasan konten informasi pada aplikasi
media sosial yang digunakan oleh Perusahaan”.
Ini juga yang terjadi pada PSS Sleman, bahwa kepekaan CEO PSS
terhadap tim media offiser masih kurang. Karena walaupun masih tetap
bisa berjalan, tetap saja alat yang diperbaharui masih diperlukan, dan jika
itu dilakukan maka akan dapat menjadi lebih baik lagi. Sifat manajemen
dan CEO yang belum terbuka dan terlalu care terhadap media, dimana
media seharusnya penting karena dapat membantu promosi klub,
marketing, serta informasi ke suporter.

121
Mozaik Al Isamer

Hal ini mungkin disebabkan oleh pandangan pihak perusahaan


yang masih tertutup menghadapi perkembangan teknologi baru. Padahal
seperti yang telah dijabarkan sebelumnya, bahwa Internet dengan offisial
media memiliki banyak manfaat yang bahkan tidak bisa dibandingkan
dengan media konvensional.
Mungkin hal ini juga disebabkan, seperti pernyataan Pienrasmi
(2015:206) , bahwa “pihak perusahaan yang masih tertutup menghadapi
perkembangan teknologi baru, disebabkan karena pihak perusahaan masih
percaya kepada media-media konvensional. Media sosial dianggap hal
baru, dan pihak manajemen masih dalam tahap belajar mengenai hal ini.
Perusahaan masih beradaptasi terlebih dahulu, untuk siap bergelut
terhadap hal ini. Hal ini kemudian membuat gerak dari seorang PR
menjadi sedikit terbatas untuk memanfaatkan sosial media. Karena pihak
manajemen perusahaan masih ragu, serta khawatir akan dampak yang tak
terduga yang mungkin akan membahayakan perusahaan itu sendiri”.
Selain itu juga media officer PSS Sleman mengungkapkan bahwa,
mereka tidak membutuhkan staf pendamping pengelola media sosial.
Mereka merasa cukup meenjalan offisial media PSS Sleman dengan jumlah
5 orang, dengan komposisi 1 Desain Grafis, 1 Fotografer, 1 Videografer, dan
1 Editor. Kemudian diantara kelima orang ini dibagi lagi untuk mengelola
sosial media.
Namun kemudian, seharusnya PSS Sleman menambahkan admin
khusus yang mengelola sosial media ataupun website. Dikarenakan seperti
yang diungkapkan oleh user ketika dilakukan FGD, bahwa pengelolaan
offisial media dari PSS masih sangat tertinggal dibandingkan dengan
suporter. Hal-hal seperti interaktivitas ataupun penggunaan dari website
ataupun sosial media masih dianggap suporter masih kurang. Inilah yang
membhuat seharusnya PSS Sleman menyediakan admin khusus yang tidak
terlibat dengan pekerjaan seperti kelima orang diatas. Sehingga concern
dalam pengelolaan offisial media PSS menjadi lebih baik.
Karena, seperti yang diungkapkan oleh Pienrasmi (2015:206),
bahwa “Sementara sifat internet yang 24 jam nonstop, inilah yang
membuat waktu kerja dari para praktisi PR bertambah. Karena tentusaja
ini adalah tanggung jawab yang dibebankan perusahaan kepada seorang

122
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

PR. Ini juga yang kemudian menyebabkan perusahaan harus merekrut staf
pendamping”.
Kemudian sosial media yang dipegang oleh admin yang berbeda,
juga membuat gaya interaksi antar sosial media menjadi berbeda. Seperti
twitter yang dianggap kurang berinteraksi, padahal jika diamati dari sosial
media seperti facebook justru kerap membalas komentar dari pengunjung.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Pienrasmi (2015:206), bahwa
“terkadang perusahaan juga menggunakan lebih dari satu aplikasi sosial
media, yang kemudian diserahkan tugas pengelolaannya tidak kepada satu
divisi yang sama seperti divisi operasional dan divisi media relations. Inilah
yang kemudian membuat bingung tentang konten yang akan dibagikan.
Terlebih hal ini tidak baik untuk perusahaan karena, publik akan menerima
informasi yang berbeda dari perusahaan”.

Penutup
Peneliti menyimpulkan bahwa PSS Sleman memanfaatkan Website,
serta Sosial Media resmi untuk menjawab informasi-informasi yang
sebelumnya sering beredar di masyrakat dan tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Atas dasar itulah kemudian PSS Sleman membuat official
website, serta sosial media, yang terdiri dari akun twitter yang telah
verified, facebook, dan juga instagram. Offisial Website PSS Sleman sendiri
sudah sesuai dengan pernyataan Hidayat (dalam Putra, 2015), terkait
official website, bahwa official website dibangun oleh perusahaan dan
disesuaikan dengan kebutuhkan publikasi informasi perusahaan. Hal ini
dikarenakan fungsi dari official website sendiri yang secara umum
berfungsi untuk menyebarkan informasi dengan segera dan sebagai sarana
untuk meningkatkan reputasi perusahaan, hal inilah yang kemudian
menuntut pihak perusahaan harus dapat memanfaatkan official website
sebagai sarana untuk meningkatkan kekuatan perusahaan baik dari
internal maupun eksternal.
Sementara itu keunggulan dari website PSS Sleman menurut
pengguna adalah kualitas konten yang dibagikan, berita website yang up to
date, dan tampilan website yang sudah cukup menarik.

123
Mozaik Al Isamer

Untuk penggunaan pada website PSS Sleman sudah cukup baik,


sementara interakvitas pada website PSS Sleman hanya menggunakan
interaksi satu arah yang sesuai dengan diungkapkan oleh Prastya
(2015:40), bahwa website resmi hanya memungkinkan komunikasi satu
arah. Lalu untuk pemberdayaan, website PSS Sleman tidak menggunakan
pemberdayaan didalam website.
Lalu untuk penggunaan sosial media, sama seperti pada website,
twitter, dan facebook PSS Sleman sendiri juga digunakan untuk
membagikan informasi kepada para suporter. Bahkan ini dipertegas
dengan pihak PSS tyanng mengatakan bahwa ada fungsi-fungsi tertentu
dari sosial media PSS, seperti twitter yang, dan facebook digunakan untuk
penyambung berita diweb, agar banyak diketahui bahwa berita telah
diupdate. Lalu instagram yang hanya digunakan untuk membagikan foto-
foto terkait info pertandingan, tentang pertandingan, atau pengucapan
hari-hari khusus. Sehingga dapat dikatakan bahwa sosial media PSS
digunakan untuk memberikan informasi kepada para suporter.
Selain itu khusus untuk sosial media twitter telah verified pada
tahun 2016 Hal ini cukup istimewa karena verifiednya akun twitter ini
mengalahkan tim-tim liga paling atas Indonesia. PSSleman menduduki
peringkat ketiga untuk verified tercepat setelah Persija dan Persib yang
notabene merupakan klub dari liga teratas Indonesia.. Verified sendiri
memiliki makna bahwa akun tersebut memang benar-benar dikelola dan
dimiliki oleh federasi yang bersangkutan, bukannya akun kloning atau
bajakan.
Interaksi dari akun sosial media PSS Sleman sendiri cenderung
kurang, sehingga tidak sesuai dengan pernyataan Boyd dan Ellison
(2008:211), yang dikutip dari Puspitorini (2016:6), bahwa “karakteristik
media sosial sebagai web yang memiliki fitur yang memungkinkan
seseorang untuk mengkonstruksi sebuah profil publik, berbagi
pengetahuan kepada teman, dan melihat teman yang ada dalam daftar
koneksinya, dan semua hal tersebut dilakukan oleh sistem”.
Sementara untuk pemahaman Cyber PR, PSS Sleman sendiri
menggunakan offisial media dikarenakan tuntutan untuk menjawab arus
informasi yang tidak jelas dan tidak dapat dipertanggung jawabkan.

124
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

Sehingga kemudian PSS Sleman membuat offisial media PSS Sleman.


Karena PSS beranggapan bahwa berita-berita atau informasi-informasi
yang tidak dapat dipertanggung jawabkan tersebut dapat merugikan PSS
Sleman. Ini sendiri sesuai pernyataan Darmastuti (2007:145), bahwa
“Cyber PR merupakan cara untuk menjalin hubungan dengan khalayaknya.
Dengan tujuan untuk mempercepat penyamaian informasi dan untuk
memberikan respon yang cepat terhadap permasalahan yang muncul.
Cyber PR dari PSS Sleman sendiri digunakan untuk publikasi, dan
juga mencari informasi yang up to date. PSS Sleman melakukan publikasi
dengan memberikan informasi-informasi pada website dan sosial media.
Berita-berita yang muncul diwebsite, yang menjadi prioritas dari
penggunaan offisial media PSS adalah contoh dari publikasi yang dilakukan
oleh offisial media PSS Sleman. Sedangkan mencari informasi yang up to
date adalah biasanya PSS mencari informasi apa yang sedang beredar
dikalangan suporter yang kemudian mungkin dapat di klarifikasi, dibahas,
ataupun disampaikan kemanajemen. Hal ini sendiri sesuai yang
diungkapkan oleh Darmastuti (2005:147), bahwa ada beberapa hal yang
dapat dilakukan seorang PR melalui media internet, yaitu: publikasi, media
relations, dan mencari informasi yang up to date.
Selain itu offisial media PSS juga digunakan untuk mengatisipasi
krisis. Dengan cara PSS dapat memberikan counter unconfirmed issue,
atau memberikan jawaban dari isu-isu yang beredar dan tidak jelas
kebenerannya. Isu-isu seperti kepastian harga tiket, jadwal pertandingan
yang belum pasti, sanksi, ataupun mengenai transfer pemain kemudian
dapat diberikan klarifikasi atau diluruskan didalam website ataupun sosial
media. Hal ini sendiri sesuai dengan yang diungkapkan oleh Pienrasmi
(2015:202), yaitu “Media baru juga dapat digunakan dalam mengantisipasi
krisis.
Lalu untuk kendala yang dihadapi oleh PSS Sleman sendiri adalah
kepekaan CEO terhadap offisial media PSS, hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Pienrasmi (2015:209), bahwa “beberapa kendala juga
dihadapi oleh para praktisi dalam mengelola media baru ini, salah satunya
seperti pandangan pihak perusahaan yang masih tertutup menghadapi
perkembangan teknologi baru”.

125
Mozaik Al Isamer

Selanjutnya kendala PSS juga adalah tidak adanya staff khusus atau
admin yang benar-benar mengelola sosial media dari PSS. Pengelolaan
offisial media PSS masih dirangkap oleh divisi media offiser yang memiliki
tugas masing-masing diluar pengelolaan offisial media, seperti menjadi
fotografer, editor, reporter, dan design grafis. Sehingga pengelolaan offisial
media dari PSS masih sangat tertinggal dibandingkan dengan suporter.
Hal-hal seperti interaktivitas ataupun penggunaan dari website ataupun
sosial media masih dianggap suporter masih kurang. Hal ini seperti yang
diungkapkan oleh Pienrasmi (2015:206), bahwa “Sementara sifat internet
yang 24 jam nonstop, inilah yang membuat waktu kerja dari para praktisi
PR bertambah. Karena tentusaja ini adalah tanggung jawab yang
dibebankan perusahaan kepada seorang PR. Ini juga yang kemudian
menyebabkan perusahaan harus merekrut staf pendamping”.
Dalam penelitin ini kemudian, adapun keterbatasan dan hambatan
yang diterima oleh peneliti adalah narasumber yang diberikan oleh PSS
Sleman yang hanya berjumlah satu orang. Sehingga data yang diterima
tidak priemer, tidak bisa dianalisis lebih mendalam. Kemudian secara
kajian penelitian yang dilakukan peneliti masih mengkaji secara luas, tidak
mengkhususkan pada pemanfaatan media berbasis internet tertentu, atau
aktivitas tertentu.
Lalu saran lain untuk penelitian selanjutnya adalah mungkin
penelitian dapat lebih difokuskan kepada respon pengguna terhadap offisial
media klub. Sehingga dapat dijelaskan tentang apa yang dibutuhkan oleh
suporter, dan apa yang dapat disediakan oleh offisial media klub.

126
Pemanfaatan dan Pengelolaan Cyber Public Relations
di Klub Sepakbola Lokal : Studi Deskrpitif di PSS Sleman

Daftar Pustaka
Agustin, Ikfina (2010) “Cyber Public Relation Pada Website Klub Sepakbla
Pro Titan”. Skripsi Sarjana, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
Andrew, Richard dan Suryawan, Ian Nurpatria (2015) "Studi Literasi
Pengembangan Manajemen Klub Sepakbola di Indonesia" Jurnal
MODUS, 27 (2) : 175-182
Darmastuti, Rini (2007) “Etika PR dan E-PR”. Yogyakarta: Penerbit Gava
Media.
Dewi, Mutia (2012) “Media Relations 2.0,” Jurnal komunikasi, 7 (1),
Oktober: 17-28.
Fajar, Arief (2011) “Media Sosial: Agen Konstruksi Trust dalam Hubungan
Sosial” dalam Fajar Junaedi (Editor). Komunikasi 2.0: Teoritisasi
dan Implikasi. Yogyakarta: Buku Litera, ASPIKOM, & Perhumas
BPC Yogyakarta
Harianto, Rahmad (2013) "Social Media dan Sepak Bola : Penggunaan
Twitter sebagai Media Reportase Pertandingan Sepak Bola" Jurnal
Ilmu Komunikasi, 3 (2)
Lumintuarso, Ria (2002) Pola Kegiatan Humas pada Organisasi Olahraga
di Indonesia. Master Tesis (tidak dipublikasikan). Jakarta:
Universitas Indonesia
Novitaria, Ika (2017) "The Role of Public Relations In Sport Organization
In Indonesia" Jurnal Advanced Science Letters, 23 (1), January:
528-531
Pienrasmi, Hanindyalaila (2015) “Pemanfaatan Social Media oleh Praktisi
Public Relations di Yogyakarta,” Jurnal Komunikasi, 9 (2), April :
199-209.
Prastya, Narayana Mahendra (2015) "Pemanfaatan Website dan Media
Sosial dalam Aktivitas Branding Klub Bali United Pusam". Ido
Prijana Hadi (Editor). Information and Communication
Technology dan Literasi Media Digital. Yogyakarta : ASPIKOM

127
Mozaik Al Isamer

Putra, Muhammad A.S. dan Anshari, Faridhian (2016) "Cyber Public


Relations dalam Klub Sepakbola di Indonesia". CoverAge: Journal
of Strategic Communication, Volume 7, Nomor 1 : 43-54
Santoso, Didik Haryadi (2014) “New Media and Sport Communication:
Telaah Konsolidasi Piala Dunia dalam Ruang Virtual” dalam Fajar
Junaedi, Bonaventura Satya Bharata, Setio Budi HH (Editor) Sport,
Komunikasi, dan Audiens. Yogyakarta : ASPIKOM
Syadzwina, A. Widya (2016) “Peranan Public Relations dan Media Officer
dalam Organisasi Sepakbola Profesional,” dalam Sirajudin Hasby
dan Ferry Triadi Sasono (Editor) Sepakbola 2.0. Yogyakarta:
Fandom
Syah Putra, Dedi Kurnia & Saputri, Nisa Dwi (2015) "Komunikasi Cyber
CSR: Analisis Isi pada Officiel Website PT Bank Pembangunan
Daerah Jawa Barat dan Banten" Channel Jurnal Komunikasi, 3 (2),
Oktober : 17-39
Walden, Justin & Waters, Richard D (2015) "Charting Fandom Through
Social Media Communication : A Multi-league Analysis of
Professional Sports Teams' FAcebook Content" PRism 12 (1)

Website:
http://pss-sleman.co.id/ (diakses januari-agustus 2017)

128
Mengenal Aktivitas Public Relations
di Operator Kompetisi

Rizky Gama Prayoga

Pendahuluan
Operator kompetisi olahraga. Mungkin bagi sebagian orang istiliah
tersebut masih belum familiar. Apa tugas dari operator kompetisi? Lalu apa
perbedaan antara operator kompetisi dengan federasi? Sekarang kita coba
ambil contoh dari kompetisi basket profesional di Indonesia. Kompetisi ini
dalam kurun waktu sekitar satu decade terakhir, mengalami dua kali
pergantian nama. Di tahun 2010 hingga 2015 bernama National Basketball
League (NBL), kemudian di tahun 2015 hingga saat ini bernama Indonesia
Basketball League (IBL). Lantas apa perbedaannya?
Perbedaan terletak pada operator kompetisi. Meski pengurus pusat
Perbasi (federasi basket Indonesia) mengatakan bahwa perubahan nama
itu merupakan bentuk "mengembalikan kepada amanat dari hasil
musyawarah nasional Perbasi tahun 2003", namun tak bisa dipungkiri
perubahan nama itu mengiringi pergantian operator kompetisi, dari PT
DBL Indonesia (pengelola NBL) ke PT Starting Five (Kardi, 2015).

129
Rizky Gama Prayoga

Contoh kasus lain adalah perubahan nama yang “mengiringi”


perubahan operator kompetisi adalah yang terjadi di sepakbola. Pada tahun
2012 hingga 2013, kompetisi sepakbola kasta tertinggi Indonesia bernama
Indonesia Premier League. Kompetisi ini dihelat oleh PT Liga Prima
Indonesia Sportindo (LPIS) yang ditunjuk oleh PSSI (kepengurusan saat
itu). IPL menjadi kompetisi resmi di bawah PSSI, “menggantikan” nama
kompetisi Indonesia Super League (ISL) yang dikelola oleh PT Liga
Indonesia.
Memang, perubahan nama kompetisi tidak selalu disebabkan karena
perubahan operator kompetisi. Seperti misalkan masuknya jenama (brand)
tertentu sebagai sponsor resmi akan turut mengubah nama kompetisi.
Misalkan kompetisi Liga Inggris yang memiliki nama resmi Premier League
atau di Liga Spanyol yang memiliki nama resmi La Liga. Kompetisi itu
sempat bernama Barclays Premier League dan Liga BBVA, menyusul
masuknya jenama Braclays dan BBVA sebagai sponsor resmi (Bur, 2015)
Namun di Indonesia, nama sebuah kompetisi juga “identik” dengan
operator kompetisi. Di tahun 2015, kompetisi kasta tertinggi sepakbola
Indonesia yang semula bernama Indonesia Super League (ISL) berubah
nama menjadi QNB League, menyusul masuknya QNB sebagai sponsor.
Namun perubahan nama ini juga dinilai janggal oleh klub peserta
kompetisi, karena QNB bukanlah operator kompetisi. Operator kompetisi
ISL adalah PT Liga Indonesia. Keberadaan QNB yang kemudian
meniadakan nama ISL itu lah yang menjadi pertanyaaan (Bur, 2015).
Sebagai catatan pengingat, QNB League 2015 hanya berlangsung tiga
pertandingan, sebelum akhirnya kompetisi tersebut dihentikan oleh PSSI
karena keadaan force majeure akibat intervensi dari pemerintah.
Dari contoh di atas, maka operator kompetisi merupakan organisasi
yang ditunjuk oleh federasi guna menyelenggarakan kompetisi olahraga
yang ada di bawah naungan federasi tersebut. Dalam konteks sepakbola
(karena tulisan ini membahas tentang sepakbola –pen.) Konfederasi
Sepakbola asia (AFC) mengatur bahwa pengelolaan konmpetisi sepakbola
profesional harus dilakukan oleh lembaga berbadan hukum. Merespon
aturan tersebut, Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) kemudian
membentuk PT Liga Indonesia (PT LI) sebagai operator penyelenggaraa
kompetisi (Hanifan, 2017)

130
Mengenal Aktivitas Public Relations di Operator Kompetisi

Tulisan ini hendak membahas mengenai tugas dan fungsi divisi


komunikasi PT Liga Indonesia yang merupakan operator penyelenggara
sepakbola Indonesia ISL ( Indonesia Super League ). PT Liga Indonesia
berdiri sejak 2009, oleh PSSI diberikan kewenangan (otonom) pada
pengelolaan kompetisi professional.
PT Liga Indonesia merupakan pengembangan dari Badan Liga
Indonesia (BLI). Sejak tahun 2009 BLI berubah menjadi PT Liga Indonesia
yang berorientasi profit dan bersifat profesional. Kepemilikan saham PT
Liga Indonesia yang dipegang oleh PSSI pada awalnya berjumlah 99%
sementara sisa 1%-nya untuk Yayasan Sepak Bola Indonesia yang dimiliki
Nirwan Bakrie. PAda 22 Januari 2011, Kongres PSSI II di Bali
mengeluarkan amanat bahwa 99% saham akan diberikan kepada klub-klub
peserta LSI dan sisa 1%-nya menjadi milik PSSI. Pada RUPS tanggal 27
Oktober 2011, amanat tersebut diselenggarakan dan klub-klub peserta LSI
menjadi pemegang saham mayoritas PT Liga Indonesia.
Sebagai operator kompetisi sepakbola Indonesia, PT Liga Indonesia
memiliki banyak informasi yang perlu publik ketahui dan secara tidak
langsung PT Liga Indonesia wajib mempublikasikan informasi tersebut.
Informasi terkait sepak bola Indonesia merupakan salah satu informasi
yang dicari oleh masyarakat Indonesia. Berhubungan dengan hal tersebut,
nama PT Liga Indonesia pun sering disebut oleh media massa. Segala
bentuk media massa yang ada di Indonesia seakan tidak pernah absen
membahas sepak bola. Media massa yang ada di Indonesia seakan memiliki
pandangan yang berbeda beda terhadap PT Liga Indonesia. Perbedaan
pandangan ini dapat memunculkan opini publik. PT Liga indonesia
merupakan salah satu perusahaan yang menjadi sorotan publik penikmat
sepak bola Indonesia yang perlu menjaga serta memantau citra nya.
Dengan kondisi tersebut, maka keberadaan divisi atau unit kerja
komunikasi merupakan hal yang penting. Aktivitas-aktivitas komunikasi di
PT Liga Indonesia dikelola oleh divisi Communication and IT. Divisi yang
juga mengurus IT perusahaan ini memiliki website yang menjadi media
publikasi segala informasi yang berkaitan dengan kompetisi yang
dijalankan. Media monitoring pun menjadi salah satu tugas dari divisi ini
untuk memantau media massa yang memberitakan PT Liga Indonesia.
Selain media monitoring, divisi ini pun mempunyai tugas lainnya yang
131
Rizky Gama Prayoga

berkaitan dengan komunikasi.


PT Liga Indonesia merupakan perusahaan swasta penyelenggara
kompetisi sepakbola professional yang juga sebagai partner dan operator
dari kompetisi terbesar di Indonesia LSI dan Divisi Utana. PT Liga
Indonesia merupakan hasil pengembangan dari Badan Liga Indonesia PSSI
(BLI).
Secara garis besar, struktur organisasi di PT Liga Indonesia terdiri
dari Pemegang Saham , Dewan Komisaris, Direktur Utama, CEO, Corporate
Secretary. Ada pun unit-unit fungsional di PT Liga Indonesia ada direktorat
kompetisi, direktorat keuangan, dan direktorat bisnis. Unit kerja (divisi)
komunikasi berada di bawah direktorat kompetisi. Unit kerja lain yang
berada di bawah direktorat kompetisi adalah divisi administrasi kompetisi
dan urusan pemain. Masing-masing divisi dipimpin oleh manajer.
Sebagai catatan, tulisan ini dibuat berdasarkan pengalaman yang
penulis peroleh selama melakukan magang/praktek kerja di PT Liga
Indonesia, sekitar awal tahun 2015. Saat ini (tahun 2019) PT Liga Indonesia
tidak lagi mengelola kompetisi sepakbola di Indonesia (Liga 1 dan Liga 2).
Operator kompetisi dipegang oleh organisasi bernama PT Liga Indonesia
Baru (PT LIB). Selain PT Liga Indonesia, juga terdapat beberapa
perusahaan yang pernah mengelola kompetisi sepakbola (baik itu level liga
profesional atau pun turnamen pra-musim) di Tanah Air seperti PT Gelora
Trisula Semesta (PT GTS), PT LIB, dan Mahaka.

Tinjauan Pustaka
Aktivitas kehumasan di organisasi olahraga seringkali dianggap sama
dengan aktivitas hubungan media, meski sebenarnya ruang lingkup dari
kehumasan tidak hanya sebatas itu (Syadzwina, 2016: 146). Begitu pula di
PT Liga Indonesia, aktivitas yang cukup dominan adalah hubungan media.
Menurut Syadzwina (2016 : 150-151) aktivitas hubungan media di
organisasi olahraga profesional mencakup hubungan dengan wartawan dan
pengelolaan media resmi milik organisasi seperti misalnya website dan
media sosial (Syadzwina, 2016: 150). Di PT Liga Indonesia, hubungan
dengan wartawan misalkan menggelar konferensi pers, mengirimkan press

132
Mengenal Aktivitas Public Relations di Operator Kompetisi

release, dan mengurusi registrasi wartawan yang akan meliput event. Ada
pun berkaitan dengan pengelolaan konten website adalah mengisi
informasi-informasi terbaru mengenai kompetisi. Menurut Syadzwina
(2015: 151) memperbarui informasi di website resmi merupakan hal
penting bagi organisasi olahraga profesional. Hal tersebut dapat semakin
mendekatkan dengan penggemar.
Aktivitas hubungan media tidak hanya sebatas produksi pesan.
Aktivitas lain yang juga penting dilakukan adalah monitoring pemberitaan
media massa. Terlebih lagi di dunia olahraga sepakbola yang sarat konflik.
Menurut Novitaria (2017), konflik di organisasi olahraga –baik itu internal
organisasi atau antar organisasi- lebih membuat wartawan tertarik untuk
meliputnya.
Monitoring atau pemantauan pemberitaan media massa penting
dilakukan, agar organiasai mengetahui bagaimana pemberitaan tentang
mereka. Dengan melakukan monitoring, maka organisasi dapat
mengetahui bagaimana merespon sebuah isu.
Gambaran umum aktivitas media monitoring adalah memantau dan
merekapitulasi pemberitaan di berbagai bentuk media, kemudian
mendistribusikan hasil monitoring dan rekapitulasi kepada pimpinan
organisasi, menganalisa hasil pemberitaan, dan melaporkan trend
pemberitaan (Nila, 2012).
Namun kelemahan yang umum terjadi dalam aktivitas monitoring
adalah hanya berhenti pada kliping berita. Tidak ada analisis terhadap
trend pemberitaan, sehingga sebuah organisasi menjadi tidak memiliki
bahan yang cukup sebagai materi untuk merilis informasi atau mersepon
sebuah isu. Sehingga respon yang diberikan pun bisa tidak tepat
(Farhatiningsih, 2013).
Bagi sebuah organisasi, media relations bergfungsi untuk
meningkatkan citra perusahaan, menumbuhkan kepercayaan publik
terhadap kinerja organiasasi, dapat membantu untuk meningkatkan
penjualan produk organisasi, dan membantu organiasasi untuk meredam
isu negatif (Wahidin dan Nasrullah, 2011:134)
Menurut Ardianto (2011: 268), sda beberapa aktivitas media relations
yang dilakukan oleh humas yakni :
133
Rizky Gama Prayoga

a. In house jurnal, merupakan terbitan internal perusahaan dan tidak


untuk diperjualbelikan
b. Press release, merupakan bentuk publisitas dengan cara organisasi
mengirimkan materi informasi (pada umumnya dalam bentuk
tertulis) ke media massa, untuk kemudian diberitakan
c. Events, merupakan serangkaian acara untuk menarik partisipasi
khalayak dan mempererat hubungan organisasi dengan pemangku
kepentingan
d. Wawancara pers, merupakan wawancara yang bersifat pribadi
(interpersonal) dengan wartawan dari sebuah media
e. Konferensi pers, di sini perwakilan organisasi mengundang
wartawan. Kemudian perwakilan organisasi menyampaikan
informasi mengenai kejadian tertentu.

Pembahasan
Tulisan ini bersumber dari pengalaman penulis melakukan praktek
kerja di Divisi Communication and IT PT Liga Indonesia antara
bulan Desember 2014 hingga Januari 2015. Divisi Communication
dan IT berada di bawah direktur kompetisi. Direktur kompetisi
membawahi 3 Divisi yaitu Divisi Communication and IT , Divisi
Administrasi Kompetisi dan Divisi Urusan pemain. Divisi Communication
and IT PT Liga Indonesia memiliki 5 orang staff, 1 orang Manajer
Communication and IT , serta 2 orang staff Komunikasi dan 2 orang staff
IT. Bagian Communication and IT bertempat di kantor PT Liga Indonesia.
Divisi Communication and IT merupakan divisi yang melakukan praktek
Komunikasi secara langsung
Bagian komunikasi PT Liga Indonesia bertugas di aktivitas hubungan
dengan media, memonitor isi media, pengelolaan konten website
www.ligaindonesia.co.id dan pekerjaan tambahan mendukung panitia
pelaksana pertandingan. Berikut adalah tugas-tugas berkaitan dengan
komunikasi yang dikerjakan oleh Bagian Komunikasi dan IT PT Liga
Indonesia:

134
Mengenal Aktivitas Public Relations di Operator Kompetisi

1. Hubungan Media
Menjalin hubungan yang baik dengan para media yang ada
hubungannya dengan publikasi merupakan tugas yang penting.
Pengiriman informasi kepada para media, mengundang para media
untuk hadir dalam kegiatan ataupun program dari perusahaan, mendata
kontak para media, melakukan workshop atau penyuluhan terkait
regulasi media di suatu pertandingan atau suatu kompetisi merupakan
tigas dari bagian komunikasi terkait menjali hubungan yang baik dengan
para media
2. Publikasi Via Website
Publikasi via web salah satu tugas pokok dari divisi ini. Segala jenis
kegiatan yang terkait dengan sepak bola Indonesia dan PT Liga
Indonesia akan ada beritanya dan kemudian di publikasikan via web.
Segala bentuk jenis informasi akan di publikasi kan via web.
www.ligaindonesia.co.id merupakan alamat website yang dimiliki PT
Liga Indonesia untuk menyebarkan berita dan informasi terkait
kompetisi yang dijalankan. entuk bentuk informasi yang terkait PT Liga
Indonesia adalah berita tim peserta ISL, Divisi Utama, ISL U-21 dll.
Statistik kompetisi yang ada juga merupakan salah satu informasi yang
perlu dipublikasikan.
3. Pembuatan Press Release dan Sosial Media
Pembuatan release dilakukan setelah berbagai kegiatan yang
dilakukan PT Liga salah satu contohnya, setelah pertandingan, atau
setelah rapat-rapat yang berkaitan dengan kebijakan untuk ISL atau DU.
Release biasanya disebar lewat hardcopy ataupun lewat softcopy di
website atau email.
4. Organize Press Conference
Penyelenggaran konferensi pers diadakan pre-match maupun post-
match, disinilah tugas dari bagian komunikasi untuk mengatur dan
memastikan konferensi pers berjalan baik dan lancar. Konferensi pers
yang disiapkan pun sesuai dengan kebutuhan maupun level
pertandingan. Bagian komunikasi harus bisa mempersiapkan segala
bentuk konferensi pers dari level nasional hingga internasional.

135
Rizky Gama Prayoga

5. Media Handling Competition


Pengaturan media peliput dalam kompetisi merupakan kegiatan
yang dilakukan bagian komunikasi. Pengaturan ini dimulai dengan
pendataan siapa saja media ynag boleh meliput, pembagian media
peliput dengan beberapa kategori. Pengarahan serta pemaparan regulasi
liputan dalam sebuah pertandingan pun menjadi tugas dari bagian
komunikasi.
6. Match Organizer
Match organizer adalah salah satu tugas dari bagian komunikasi.
Dalam kegiatan ini bagian komunikasi memastikan pertandingan
berjalan lancar, dengan menyiapkan segala sesuatu untuk konferensi
pers, menentukan tata letak juru kamera, video dan reporter, hingga
membagi wilayah serta akses kepada rekan-rekan media
7. Media Monitoring
Salah satu tugas bagian komunikasi untuk melihat perkembangan
opini publik yang ada melalui pemberitaan yang muncul di berbagai
media khususnya media cetak. Surat kabar harian olahraga menjadi
santapan utama bagian komunikasi untuk memonitoring.

Dalam bagian selanjutnya, penulis akan menceritakan mengenai


pengalaman aktivitas yang dilakukan selama menjalani magang. Aktivitas
penulis secara umum ada di pekerjaan mengenai media monitoring,
pengelolaan website, dan media relations.

1. Aktivitas Media Monitoring


Perusahaan seperti PT Liga Indonesia membutuhkan media
monitoring untuk mengevaluasi program yang sudah dilakukan. Program
yang dievaluasi adalah keseluruhan aktivitas mulai dari siaran pers,
konferensi pers, kunjungan pers, resepsi pers dll.
Keberhasilan program diukur dari publikasi yang optimal serta
menyeluruh, yaitu sesuai dengan target dan media yang diinginkan, isi
pemberitaan/tulisan membentuk image positif dan dukungan khalayak

136
Mengenal Aktivitas Public Relations di Operator Kompetisi

yang baik terhadap aktivitas, pendapat, kebijakan dan peraturan organisasi


yang berkaitan dengan publik. Dukungan publik, dapat berupa
masukan/tanggapan yang positif maupun negatif, melalui berita, tulisan
opini, tajuk rencana, karikatur dan karangan khas.
Perusahaan pada umumnya melakukan evaluasi yang dilakukan oleh
staf PR-nya sendiri atau menggunakan jasa konsultan eksternal. Untuk PT
Liga Indonesia, evaluasi dilakukan oleh staff divisi Communication and IT
dan dibantu oleh mahasiswa magang. Metode yang digunakan dalam
evaluasi atau monitoring pun beragam. Namun biasanya minimal
perusahaan membuat kliping, rekaman gambar, suara yang berisikan
publikasi yang berkaitan dengan perusahaan.
Upaya – upaya yang dilakukan peusahaan untuk melakukan evaluasi
dan monitoring media antara lain dengan menggunakan:
1) Menghitung media yang mempublikasi
Dalam beberapa kesempatan, saat media diundang meliput acara
organisasi/perusahaan, maka akan ditentukan media apa saja yang
akan diundang. Pemilihan media didasarkan atas target sasaran dari
organisasi/perusahaan. Bila taret sasarannya adalah masyarakat
perkotaan, maka media yang dipilih adalah media yang ada di
perkotaan, begitu sebaliknya.
Bila seluruh media yang diundang mempublikasikan acara atau
informasi dari organisasi/perusahaan, maka hal itu bisa dikatakan
sukses. Artinya memperoleh pemberitaan yang maksimal. Namun
tidak berhenti disana, organisasi/perusahaan harus juga mengarsip
pemberitaan yang terbit dan dianalisis apakah pemberitaan itu
memunculkan image yang positif atau negatif. PT Liga Indonesia
menggunakan hal yang serupa, kegiatan yang dilakukan PT Liga
Indonesia tak lupa menggundang ataupun membuka pendaftaran
untuk media peliput dan setelah itu, pihak PT Liga mengarsip
pemberitaan terkait acara yang telah dilaksanakan.

2) Melihat posisi letak halaman


Semakin banyak media yang mempublikasikan akan semakin baik.
Utamanya, bila berada diposisi yang strategis. Berita di posisi
strategis, akan mudah mendapat perhatian pembaca, head line untuk
137
Rizky Gama Prayoga

media penyiaran. Posisi yang strategis, diperkirakan akan


memberikan dampak pemberitaan yang kuat bagi pembaca. PT Liga
Indonesia tidak terlalu memperhatikan hal ini karena pihak
perusahaan meyakini bahwa pemberitaan terkait perusahaan sudah
pasti memiliki porsi tersendiri di media massa.
PT Liga Indonesia sangat berhubungan erat dengan sepak bola
Indonesia dan di media massa khususnya di media cetak, tema sepak
bola Indonesia selalu memiliki pembaca setia sehingga media selalu
memiliki ruang khusus untuk tema tersebut.

3) Melihat luas kolom publikasi


Luas kolom berita organisasi/perusahaan dimedia massa merupakan
hal yang perlu dipertimbangkan. Makin luas kolom berita dihalaman
surat kabar/majalah, maka akan semakin membuat publik lebih
memperhatikan serta berdampak cukup kuat. PT Liga Indonesia
merupakan perusahaan yang tidak terlalu mempermasalahkan dan
mempertimbangkan luas kolom yang ada dalam pemberitaan terkait
perusahaannya. Kembali ke tema sepak bola Indonesia yang sudah
memiliki porsi tersendiri di media, maka PT Liga Indonesia merasa
untuk luas kolom dsb, pasti akan statis dan tidak terlalu dinamis
ataupun berkembang.

4) Melihat Kecenderungan Isu


PT Liga Indonesia khususnya divisi Communication and IT
memfokuskan untuk melihat kecenderungan isu tentang sepak bola
indonesia dan ISL. Penulis mendapat tugas untuk melihat
kecenderungan opini publik serta isu yang sedang berkembang terkait
sepak bola Indonesia dan PT Liga Indonesia khususnya. Setelah
melihat kecenderungan isu dan opini publik, penulis ditugasnyakan
untuk mencoba menganalisis isi media yang di monitoring.

Melalui media monitoring, PT Liga dapat melihat pergerakan opini


publik melalui isi media massa yang ada. Pemberitaan terkait PT Liga
Indonesia maupun sepak bola Indonesia itu sendiri menjadi pemberitaan
yang konsisten dan selalu ada setiap harinya. Hal ini memudahkan PT Liga

138
Mengenal Aktivitas Public Relations di Operator Kompetisi

Indonesia membandingkan isi media dengan realitas yang dirasakan.


Penulis pun merasakan jika media monitoring merupakan cara yang efektif
untuk menentukan program atau kebijakan perusahaan selanjutnya.
Ada pun tahap kegiatan media monitoring berdasarkan pengalmaan
penulis adalah sebagai berikut. Tahap pertama dari kegiatan media
monitoring adalah mengambil surat kabar harian yang sudah di siapkan
oleh resepsionis. Surat kabar yang penulis ambil merupakan surat kabar
harian yang sudah biasa di beli oleh perusahaan untuk konsumsi
karyawannya dan juga untuk arsip media monitoring.Surat kabar harian
yang di beli oleh perusahaan tersebut sebagian besar merupakan surat
kabar harian olahraga.
Tahap kedua adalah membuat kliping dari sejumlah surat kabar. Hal
yang pertama dilakukan dari membuat kliping adalah memisahkan berita
tentang sepak bola Indonesia dengan berita lainnya. Berita tentang sepak
bola Indonesia yang sudah dipisahkan kemudian di kliping dan di masukan
dalam dokumen dan beri tanggal serta bulan.
Tahap ketiga adalah membuat kategorisasi tema berita. Dalam media
monitoring, sebuah arsip dari berita berita yang muncul di merupakan
salah satu acuan, maka perlu penulis ditugaskan membuat arsip dari
sejumlah surat kabar dalam format Excel. Membuat 5 kategori berita untuk
memudahkan pengarsipan dan monitoring. Berita tentang Sepak Bola
Indonesia di pilah pilah ke 5 kategori yang lebih spesifik.
Kategori-kategori tersebut adalah berita terkait format kompetisi
sepakbola Indonesia, berita terkait persiapan tim peserta ISL hingga
timnas, berita terkait opini publik terhadap sepakbola Indonesia,berita
terkait PSSI dan PT Liga Indonesia, berita terkait statistik/kabar tim,
pelatih maupun pemain. Berita sepak bola Indonesia yang telah di kliping
akan di pisah sesuai dengan kategorinya pada pengarsipan ini.
Membuat 5 kategori dalam mengarsip juga memudahkan penulis
maupun staff yang ada untuk mencari sebuah berita jika diperlukan.
Pembagian berita menjadi 5 kategori pun adalah salah satu saran dari
pembimbing dilapangan. Berita berita yang sudha dikumpulkan dan
diarsipkan tampak lebih rapi jika dibagi menjadi beberapa kategori
tertentu. Pengkategorian berita berita untuk diarsipkan juga

139
Rizky Gama Prayoga

mememudahkan dalam pemetaan opini publik. Penulis dan staff divisi


Communication and IT dapat melihat opini publik terhadap perusahaan
lebih jelas.
Tahap keempat adalah melakukan analisis berita. Dalam pengalaman
penulis berdiskusi dengan pembimbing lapangan , kami sepakat
menambahkan kolom “tone” berita dalam tabel arsip berita yang ada untuk
melihat berita mana yang positif, negative ataupun netral. Fungsi kolom
“tone” berita pun tidak hanya sampai disitu, penulis dapat menganalisis
pergerakan berita yang muncul dalam satu bulannya dengan melihat “tone”
dari suatu berita . Penulis mengarsipkan berita dari bulan September –
Januari.
Tahap kelima adalah menyusun laporan hasil media monitoring.
Laporan dibuat dalam bentuk powerpoint dan berisikan analisis dari data
yang ada, rekomendasi dan saran dari penulis. Laporan ini sama juga
dengan laporan media monitoring bulanan. Penulis sudah membuat 5
laporan bulanan media monitoring. Laporan yang telah dibuat dapat
menjadi bahan pertimbangan pula bagi perusahaan untuk mementukan
langkah atau kebijakan kedepannya.

2. Pengelolaan Konten Website


Penulis juga memperoleh tugas untuk mengisi materi di website
www.ligaindonesia.co.id dengan berita dan informasi seputar kompetisi
maupun web PSSI. Manajemen berita dibutuhkan pada proses ini. Yang
dimaksud dengan manajemen berita adalah menerapkan fungsi – fungsi
manajemen sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya ke dalam suatu
berita. Penerapan tersebut dilakukan mulai dari perencanaan, peliputan,
penulisan/pemotretan, sampain dengan penyuntingan.
Perencanaan bisa dilakukan dalam dalam waktu yang relatif cukup
lama, tetapi bisa dilakukan secara mendadak. Penulis menerima instrukis
untuk melakukan peliputan atau pencarian berita dalam kondisi yang
mendadak. Pihak yang yang melakukan perencanaan adalah redaktur,
koordinator liputan atau reporter. Perencanaan yang dilakukan dalam
waktu yang cukup lama biasanya dilakukan ooleh redaktur atau
koordinator liputan yang diajukan dalam rapat redaksi atau bisa juga

140
Mengenal Aktivitas Public Relations di Operator Kompetisi

diajukan oleh reporter. PT Liga Indonesia, terutama divisi Communication


and IT melakukan rapat mingguan dan pada rapat tersebut membahas
tentang peliputan dan berita seperti apa yang akan dicari.
Untuk peristiwa – peristiwa mendadak yang memerlukan liputan,
perencanaan dilakukan secara mendadak pula. Koordinator liputan segera
menghubungi reporter atau inisiatif reporter untuk segera bergerak.
Kejadian yang mendadak seperti ini diperlukan tingkat kecerdasan tinggi
dan kecepatan yang tinggi. Jarang sekali terjadi liputan dadakan di PT Liga
Indonesia, namun reporter dan koordinator liputan yang ada di PT Liga
Indonesia selalu memiliki cara untuk menanggulangi kejadian atau
peristiwa yang mendadak.
Begitu mendapatkan suatu peristiwa yang mengandung nilai berita,
para reporter secara otomatis sudah menyusun perencanaan berita.
Seorang reporter sudah harus menentukan lead dan body berita bahkan
judul berita. Narasumber berita beserta daftar pertanyaan sudah harus
disiapkan juga. Akses menuju lokasi peristiwa pun seorang reporter sudah
harus tau agar tidak ketinggalan karena berita yang aktual lebih baik.
Segala bentuk peralatan untuk liputan pun sudah harus disiapkan, bagi
kamerawan yang biasanya mengikuti reporter, kamera harus siap siaga dan
untuk reporter sendiri, telepon genggamnya harus selalu on.
Setelah para reporter dan kameramen menyerahkan hasil liputannya,
mereka dituntut untuk memiliki perencanaan selanjutnya atas hasil
liputannya itu. Untuk perencanaan selanjutnya, reporter dapat
melaksanakan perencanaan yang sudah disusun oleh redaktur dan
koordinator liputan. Perencanaan demi perencanaan berita merupakan
porsi terbesar atau faktor terbesar yang menyita waktu. Bisa dikatakan
bahwa perencanaan berita merupakan bagian terpenting dari perencanaan
media massa dan manajemen media massa.
Fungsi pelaksanaan merupaka fungsi setelah perencanaan dalam
proses manajemen berita. Para reporter sering menghadapi kendala dalam
merealisasikan perencanaan yang telah disusun. Penyesuaian dengan
kondisi yang ada merupakan hal yang biasa dilakukan jika menghadapi
kendala. Kendala yang umum dihadapi adalah ketika narasumber yang
sudah ditentukan tidak dapat dihubungi atau ditemui. Dikejadian seperti

141
Rizky Gama Prayoga

ini, narasumber cadangan atau pengalihan informasi perlu dilakukan. Hal


ini perlu dilakukan agar tidak dianggap gagal menjalankan perencanaan
yang telah disusun sebelumnya. Untuk mencegah kendala umum seperti
ini, PT Liga Indonesia biasanya sudah menentukan narasumber utama dan
cadangan pada masa perencanaan, jika reporter yang ada cukup, untuk
mendapatkan informasi yang di butuhkan, PT Liga indonesia mengirimkan
reporter untuk menjadi informasi kepada narasumber utama dan
narasumber cadangan. Hal ini dilakukan agar kekurangan informasi tidak
terjadi dan perencanaan yang sudah disusun berjalaan dengan baik.
Fungsi manajemen berita yang tak kalah pentingnya ialah fungsi
pengawasan (controlling). Pada mula nya seorang reporter dan kamerawan
harus melakukan self control sebelum diserahkan kepada koordinator
peliput dan redaktur. Apabila mereka merasa karya dari seorang reporter
kurang memuaskan, maka karya itu harus diperbaiki. Hal ini yang
dinamakan check and recheck. Dengan demikian, suatu karya jurnalistik
yang diserahkan kepada redaktur diharapkan sudah melalui kontrol awal.
Kontrol selanutnya dilakukan redaktur atau pemimpin redaksi.
Redaktur atau pimpinan redaksi merupakan penjaga gawang atas
semua karya yang masuk,. Kontrol yang mereka lakukan merupakan
pengawasan tahap akhir sebelum karya atau hasil peliputan diterbitkan.
Proses penyuntingan yang dilakukan redaktur sebenarnya bagian dari
pelaksanaan fungsi pengawasan. PT Liga Indonesia menerapkan hal yang
serupa di manajemen berita yang dilakukan, semua hasil liputan yang
sudah ada selalu di serahkan kepada redaktur yang bertugas dan redaktur
yang bertugas yang berhak menentukan layak atau tidaknya hasil liputan
yang ada untuk dipublish di web PT Liga Indonesia.
Ada 3 kegiatan yang penulis liput, yang pertama adalah pertandingan
Timnas Indonesia U-14 melawan Timnas Vietnam U-14, kedua ketika
pertandingan percobaan antara Sriwijaya Fc melawan Mali Selection dan
yang ketiga pada saat AFF Futsal Club Championship di Istora Senayan.
Proses peliputan yang penulis lakukan yang pertama adalah menuju
tempat kegiatan dan berkoordinasi dengan penyelenggara kegiatan serta
rekan rekan peliput lainnya. Ketika kegiatan berlangsung, penyelenggara
kegiatan biasanya memberikan tempat khusus untuk meliput. Penulis

142
Mengenal Aktivitas Public Relations di Operator Kompetisi

hanya membuat berita seutuhnya namun hanya mengambil gambar dan


mereview kegiatan yang diliput, kemudian hasil liputan di kirimkan kepada
staff yang berada dikantor untuk segera dimuat. Hasil liputan harus
sesegera mungkin dikirim kan kepada staff yang berada di kantor. Jika
memungkinkan hasil liputan dikirim setelah kegiatan yang diliput seleseai.
Ada beberapa hasil liputan yang ada di PT Liga Indoneisa, berita serta
foto menjadi favorit, ada pula statistik di suatu pertandingan atau suatu
kompetisi. Hasil liputan yang dilakukan oleh pihak PT Liga Indonesia pun
sering kali di bagi kepada PSSI karena 2 instasi ini berhubungan. Hasil dari
liputan tersebut kemudian di masukan ke web PT Liga Indonesia yang
merupakan Media Online yang dimiliki. Penulis menghasilkan beberapa
berita serta foto yang kemudian dimasukkan dalam web PT Liga Indonesia
dan web PSSI.

3. Pengelolaan Konferensi Pers


Konferensi pers merupakan cara yang ampuh untuk sebuah
perusahaan/instansi/organisasi dalam menyampaikan informasi kepada
eksternal publik agar informasi yang dapat segera disebarkan. Pada kondisi
ini pihak eksternal publik adalah media peliput dan organisasi yang akan
menyampaikan informasi adalah tim yang menjadi peserta dalam
turnamen ini dan penulis bertugas untuk memimpin konferensi pers agar
informasi dapat tersampaikan dengan baik.
Dalam pengelolaan konferensi pers, penulis mendapat tugas untuk
mempersiapkan tempat, mengkoordinasi media peliput dan narasumber,
serta dalam beberapa kesempatan juga bertugas memandu jalannya
konferensi pers. Tugas-tugas konferensi pers yang dilakukan penulis
berlangsung di event AFF Club Futsal Championship 2015. Pada turnamen
ini ada 12 pertandingan, dan setiap selesai pertandingan diadakan
konferensi pers. Ada 12 konferensi pers yang dilakukan pada turnamen
tersebut.
Dalam tahap persiapan konferensi pers, penulis terlibat dalam
mempersiapkan tempat dan juga mengkoordinasikan kepada para media
peliput untuk hadir dalam konferensi pers. Jadwal konferensi pers harus
dipublikasikan kepada para media peliput dan yang akan menghadiri
143
Rizky Gama Prayoga

konferensi pers. Setiap selesai satu pertandingan pada turnamen tersebut,


konferensi pers di laksanakan dengan dihadiri oleh 2 pelatih/manajer dan 2
perwakilan pemain dari tim yang bertanding. Para pelatih/manajer dan
pemain yang akan menghadiri konferensi pers pun harus di jemput ke
ruang gantinya dan di bimbing menuju venue konferensi pers.
Dalam penyelenggaraan konferensi pers, penulis berkesempatan
untuk memandu atau jalannya kegiatan .Konferensi pers akan dimulai jika
perwakilan tim sudah ada di meja depan dan rekan rekan media peliput
sudah siap. Hal pertama yang penulis lakukan dalam memandu konferensi
pers adalah memperkenalkan perwakilan tim yang hadir pada saat
konferensi pers tersebut. Mempersilahkan para perwakilan tim untuk
menginformasikan pendapat tentang pertandingan yang sudah dijalani
merupakan menu utama dalam konferensi pers tersebut. Media peliput
akan mendapatkan kesempatan bertanya setelah perwakilan tim yang hadir
sudah menyampaikan informasi yang mereka miliki. Penulis sebagai
pemandu konferensi pers membebaskan jumlah pertanyaan yang akan
diajukan media peliput kepada para perwakilan tim yang hadir. Konferensi
pers akan ditutup ketika sudah tidak ada lagi pertanyaan dan pihak tim
yang hadir sudah merasa cukup dalam menyampaikan informasi.
Pemandu konferensi pers mengemban tugas tambahan sebagai
penerjemah, manakala narasumber perwakilan tim yang hadir berasal dari
luar negeri. Prosesnya adalah, narasumber dipersilakan untuk
menyampaikan pernyataan dengan menggunakan bahasa yang mereka
kuasai. Pemandu konferensi pers kemudian menerjemahkan ke dalam
bahasa Indonesia kepada wartawan yang hadir.

4. Pengelolaan Media dalam Pertandingan dan Event Lainnya


Penulis juga mendapatkan tugas dalam pengelolaan media (media
handling) dalam pertandingan dan event lain yang di-handle oleh PT Liga
Indonesia. Menjelang pertandingan sepakbola, pada umumnya wartawan
dan media akan meliput di sesi latihan/persiapan tim jelang pertandingan,
saat pertandingan, dan jumpa pers pasca pertandingan.
Media handling dalam persiapan menjelang pertandingan misalkan
berkaitan dengan latihan Tim nasional Singapura U-16 di kejuaraan

144
Mengenal Aktivitas Public Relations di Operator Kompetisi

Preparatory AFF Championship. Penulis melakukan koordinasi dengan


panitia berkaitan dengan peliputan. Ada regulasi terkait dengan media
peliput pada saat latihan timnas seperti ini. Pelatih Timnas yang sedang
berlatih memiliki hak untuk menentukan format latihan. Ada dua format
latihan pada umumnya yaitu, latihan terbuka dan latihan tertutup. Latihan
terbuka adalah latihan yang sebuah tim lakukan dapat diliput secara bebas
oleh media peliput dari awal latihan hingga selesai dan latihan tertutup
adalah format latihan yang tidak bisa diliput secara bebas, namun media
peliput mempunyai hak 15 menit untuk meliput latihan yang tertutup.
Tugas lain yang penulis jalani adalah registrasi media peliput
Pertandingan Gamba Osaka Vs Persija Jakarta. Dalam pertandingan
persahabatan antara tim dari Jepang dan tim dari Indonesia ini, para
media peliput sebelumnya harus mendaftarkan diri melalui surat elektronik
dan mensertakan foto didalam surat elektronik tersebut. Dalam proses ini,
bagian registrasi media peliput mencetak tanda kartu tanda pengenal
media/ ID Card media. Proses pembuatannya dilaksanakan oleh staff
bagian IT dan penulis dan beberapa rekan staff yang tergabung dalam
bagian registrasi pada pertandingan tersebut bertugas membagikan kartu
tanda pengenal media/ ID card media yang sudah jadi kepada pemiliknya.
Proses pembagian kartu tanda pengenal media / ID Card media
dilaksanakan pada 1 hari sebelum pertandingan dan 2 jam sebelum
pertandingan dimulai. Pada proses pembagian ini, para fotografer dari
peliput yang sudah mendaftar, akan diberikan rompi sebagai tanda
pembeda dengan peliput lainnya. Pada saat pertandingan penulis bertugas
untuk mengarahkan para media peliput untuk menempati tempat yang
sudah disediakan dan tidak boleh meliput atau pun mengambil gambar di
tempat yang lainnya. Berkaitan dengan tempat, sebagai contoh adalah
tempat kamera dari stasiun televisi yang memegang hak siar (official
broadcaster) berbeda dengan wartawan dari televisi yang bukan pemegang
hak siar. Setelah pertandingan, penulis membantu para rekan media untuk
menuju ke venue konferensi pers. Tugas penulis dibagian registrasi media
peliput pertandingan tersebut berakhir ketika para media peliput selesai
melakukan konferensi pers.
Berkaitan dengan registrasi media, penulis juga menjalankan tugas di
Kongres Tahunan PSSI 2015. Panitia penyelenggara kegiatan ini
145
Rizky Gama Prayoga

merupakan gabungan dari staff yang ada di PSSI dan PT Liga Indonesia.
Penulis ditempatkan di bagian pendaftaran dan registrasi peserta Kongres
Tahunan PSSI 2015. Penulis bertugas menjadi fotografer. Fungsi nya
adalah mengambil foto para peserta dengan format resmi kemudian foto
tersebut dicetak menjadi kartu tanda pengenal/ ID Card.

Penutup
Aktivitas komunikasi dan kehumasan merupakan hal yang penting
bagi sebuah organisasi olahraga profesional, termasuk di dalamnya
operator kompetisi. Terlebih lagi apabila kompetisi yang digelar adalah
sepakbola, sebuah olahraga yang sangat diminati di Indonesia. Operator
kompetisi perlu untuk terus menyampaikan pesan-pesan berupa informasi
pertandingan, aturan dari kompetisi, penjelasan atau klarifikasi terhadap
isu tertentu, dan hal-hal terkait kompetisi lainnya, kepada masyarakat.
Dari pengalaman yang penulis peroleh, secara umum terdapat dua
saluran komunikasi yang digunakan oleh operator kompetisi untuk
menyampaikan pesan kepada publik, yakni lewat media massa dan lewat
website resmi organisasi.
Berkaitan dengan media massa, maka operator kompetisi perlu
menjalin hubungan yang baik dengan rekan-rekan wartawan. Artinya,
hubungan media yang berlangsung tidak hanya sebatas penyebaran press
release, tetapi juga fasilitas dalam liputan seperti penerjemahan bahasa
dalam jumpa pers, pembagian akreditasi liputan di setiap event, dan
pengaturan lokasi liputan saat pertandingan berlangsung.
Namun hubungan dengan media massa tidak hanya sebatas
penyampaian pesan dari organisasi (dalam konteks tulisan ini adalah
operator kompetisi) kepada wartawan. Operator juga perlu memantau
pemberitaan-pemberitaan seputar organisasi dan juga perhelatan
kompetisi sepakbola, di media massa. Pemantauan tersebut
memungkinkan organisasi mengetahui isu apa yang tengah berkembang.
Dengan mengetahui isu yang sedang berkembang, maka (seharusnya)
operator kompetisi bisa mempersiapkan klarifikasi atau penjelasan dengan
baik dan tepat.

146
Mengenal Aktivitas Public Relations di Operator Kompetisi

Operator kompetisi sepakbola di Indonesia tidak hanya PT Liga


Indonesia. Di waktu lalu, PT Liga Indonesia sempat mendapatkan
“persiangan” dengan PT Liga Prima Sportindo. Setelah tahun 2016,
beberapa kompetisi sepakbola di Indonesia tidak menggunakan PT Liga
Indonesia sebagai operator (sebagai contoh Indonesian Soccer
Championship menggunakan operator PT Gelora Tri Semesta ; Liga 1 dan
Liga 2 menggunakan operator PT Liga Indonesia Baru). Terakhir kali PT
Liga Indonesia mendapatkan kepercayaan dari PSSI untuk menggelar
kompetisi adalah tahun 2015. Itu pun kompetisinya tidak selesai akibat
force majeur menyusul adanya konflik antara PSSI dan Kementerian
Pemuda dan Olahraga.
Apa pun itu, penulis berharap saran yang diberikan di akhir tulisan
ini dapat menjadi masukan bagi operator kompetisi apa pun, tidak hanya di
sepakbola. Saran di sini penulis sampaikan berdasarkan pengalaman
selama menjalani praktek kerja di PT Liga Indonesia. Saran yang pertama
adalah menambah SDM di bidang humas. PT Liga Indonesia tidak memiliki
bagian khusus untuk menjalankan fungsi public relation atau humas.
Alhasil, kegiatan kehumasan masih dominan di hubungan media. Padahal,
di sisi lain pemangk kepentingan (stakeholders) dari PT Liga Indonesia tak
hanya media. Itu sebabnya ada baiknya operator kompetisi memiliki divisi
khusus atau membentuk sebuah tim untuk menangani hubungan
perusahaan dengan pihak stakeholders atau eksternal.
Saran kedua adalah penambahan sumber daya manusia, karena dari
pengamatan penulis, banyak karyawan di PT Liga Indonesia menjalankan
lebih dari satu tugas sehingga berdampak pada pekerjaannya. Memang,
karyawan PT Liga Indonesia terbiasa dengan rangkap tugas ini, namun
sebaiknya penambahan jumlah personel tetap perlu dilakukan. Penulis
beranggapan bahwa program-program kerja yang sudah direncanakan
perlu didukung SDM dengan kualitas dan kuantitas yang memadai.
Saran terakhir adalah berkaitan dengan infrastruktur jaringan
internet. Di era sekarang, internet merupakan kebutuhan utama bagi setiap
perusahaan. Namun, penulis sering mengalami hambatan dalam
melakukan, yaitu jaringan internet yang tidak stabil. Tidak hanya penulis,
selama masa magang/Kuliah Kerja Komunikasi (K3) banyak staff di kantor
PT Liga Indonesia yang mengeluh dan menemui hambatan untuk
147
Rizky Gama Prayoga

menjalankan tugas tugasnya ketika jaringan internet yang ada di kantor


mengalami gangguan. Kebutuhan internet di kantor PT Liga Indonesia pun
terhitung besar sehingga, menambah jumlah quota internet dan perawatan
bulanan menjadi langkah yang tempat untuk menghindari gangguan.

Daftar Pustaka
Ardianto, Elvinaro (2011) Handbook of Public Relations. Jakarta : Simbiosa
Rekatama Media.
Farhatiningsih, Lizzatul (2013) “Audit Media Relations Humas Setda Jawa
Tengah untuk Peningkatan Publisitas”. Jurnal. Jurusan Ilmu
Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas
Diponegoro Semarang
Nila (2012) "Strategi Gerai Informasi dan Media dalam Membangun Citra
Positif Melalui Diseminasi Informasi Publik" Jurnal Wacana, XI (1),
Februari
Novitaria, Ika. (2017) "The Role of Public Relations In Sport Organization
In Indonesia" Journal Advanced Science Letters, 23 (1), January:
528-531
Syadzwina, A. Widya (2016) “Peranan Public Relations dan Media Officer
dalam Organisasi Sepakbola Profesional”. Sirajudin Hasbi dan Ferry
Triadi Sasono (Editor). Ssepakbola 2.0 Yogyakarta : Fandom
Indonesia
Wahidin, Saputra & Nasrullah, Rulli (2011) Public Relations 2.0: Teori dan
Praktik Public Relations di Era Cyber. Depok: Gramata Publishing.

148
Mengenal Aktivitas Public Relations di Operator Kompetisi

Sumber dari Media Massa


Bur, Ramdani (2015) “Ada Kejanggalan dalam Perubahan Nama ISL ke
QNB League”. URL : https://bola.okezone.com/read/2015/04/07/
49/1130275/ada-kejanggalan-dalam-perubahan-nama-isl-ke-qnb-
league , tanggal akses : 13 Agustus 2018
Hanifan, Aqwam Fiazmi (2017) “Jaringan Glenn Sugita di PT Liga
Indonesia Baru”. URL : https://tirto.id/jaringan-glenn-sugita-di-pt-
liga-indonesia-baru-cnAQ, tanggal akses : 13 Agustus 2018
Kardi, Dika Dania (2015) “Alasan Nama Kompetisi Basket Indonesia
Berubah Lagi”. URL : https://www.cnnindonesia.com/olahraga/
20150709195446-178-65568/alasan-nama-kompetisi-basket-
indonesia-berubah-lagi , tanggal akses : 13 Agustus 2018.

149
Rizky Gama Prayoga

150

Anda mungkin juga menyukai