Pedoman K3
Pedoman K3
a. Maksud
b. Tujuan
Agar dapat dipergunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan
upaya kesehatan dan keselamatan kerja secara baik dan benar sehingga
tercapai :
a. Kesehatan dan Keselamatan pekerja selama bertugas.
b. Kegiatan rumah sakit berjalan lancar tanpa adanya hambatan.
c. Tingkat produktifitas yang optimal.
C. FALSAFAH
KEBIJAKANDIREKSI
2. Kewaspadaan Bencana.
LAPATARAI BARU
DIREKTUR
RUMAH SAKIT
KETUA K3
RUMAH SAKIT
SEKRETARIS
PK3 RS
KETUA K3
RUMAH SAKIT
5) Pola Ketenagaan.
a. Dalam kepanitiaan K3 dibutuhkan ketenagaan dengan syarat – syarat
sebagai berikut :
Ketua PK3RS Ketua adalah seorang dokter umum purna
waktu berpengalaman di bidang K3 minimal 3 tahun.
Mampu melaksanakan pertolongan hidup dasar (Basic Life
Support).
6) Staf PK3RS
Pegawai rumah sakit dari berbagai unsur bagian rumah sakit sesuai
kedudukan dalam tim, seperti :
Tim Keselamatan Kerja terdiri dari unsur medis (dokter umum),
personalia, kesehatan lingkungan.
Tim Kebakaran terdiri dari unsur manajer rumga, satpam,
tekhnisi, tata graha.
Tim Kewaspadaan Bencana terdiri dari unsur perawat, dokter IGD.
Staf ini harus telah mendapatkan pelatihan K3.
7) Pendukung PK3RS
Anggota Pendukung PK3RS adalah Seluruh Pegawai rumah sakit yang
setingkat dengan Kepala Urusan/instalasi/kepala perawat dan
penanggung jawab ruangan.
Pegawai rumah sakit ini telah mengikuti pelatihan K3.
Pelaksanaan kegiatan K3 di Rumah Sakit harus berjalan setiap saat,
mengingat pola kerja di Rumah Sakit pada umumnya yang terbagi
menjadi tiga shift kerja maka ditetapkan pola tenaga K3 agar dapat
memenuhi ketenagaan pendukung K3 disetiap shiftnya, sebagai
berikut :
SHIFT pagi disediakan tenaga pendukung sebanyak 24 orang yang
terdiri dari Kepala Instalasi/perawat/urusan yang bertugas saat
itu.
SHIFT sore dan SHIFT malam disediakan tenaga pendukung
masing-masing shift sebanyak 18 orang yang terdiri dari
Penanggung Jawab shift disetiap ruangan ditambah dengan seorang
dokter IGD dan Kepala jaga. Dengan demikian dapat dihitung
bahwa seluruh tenaga pendukung yang tersedia di Rumah Sakit
adalah 24 + 18 + 18 + 2 = 62 orang.
` BAB IV
KESELAMATAN KERJA
A. Latar Belakang
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan
faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan
mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut
menjadi kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program
pendidikan dan pengawasan beserta pengawasan pegawai, suatu rencana
pemeliharaan yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya,
inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari
peralatan pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-
pakainya maupun dari segi mudah dicapainya.
B. Pengertian
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat
yang tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar
dikendalikan.
C. Ruang Lingkup.
a. Pencegahan Kebakaran
Pengelolaan pencegahan kebakaran di Rumah Sakit yaitu dengan
mengendalikan sumber panas seperti Listrik, listrik statis, nyala api dan
bahan mudah terbakar seperti kertas, karpet, karet, dll.
Cara pengendaliannya adalah sebagai berikut :
Menetapkan larangan merokok di Rumah Sakit.
Monitoring Inspeksi Listrik secara teratur.
Menyediakan alat Pemadam Api ringan dengan jumlah cukup sesuai
ketentuan yang berlaku.
Inspeksi Peralatan Pemadaman Kebakaran secara berkala.
Pemasangan tanda-tanda peringatan bahaya kebakaran pada tempat-
tempat berisiko.
b. Penanggulangan Kebakaran
Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah
menghilangkan adanya Oksigen dalam kebakran tersebut. Hal ini dapat
dilakukan dengan menggunakan Alat pemadam Api Ringan (APAR) yang
fungsinya mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut, selain itu
dapat digunakan air untuk memadamkan kebakaran sebagai media yang
dapat menimbulkan reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari
kebakaran tersebut.Agar pegawai dapat melakukan penanggulangan
kebakaran secara dini maka dilakukanlah pelatihan secara berkala cara
menggunakan APAR dan simulasi penggunaan APAR. Jadi cara
penanggulangan Kebakaran di RSUD Lapatarai Barru adalah sebagai
berikut :
Menyediakan dan mengontrol fungsi alat pendeteksian panas agar
berfungsi baik.
Menyediakan dan mengontrol fungsi Alat pendeteksi asap agar
berfungsi baik.
Alarm kebakaran dengan jumlah cukup.
Alat pemadam api ringan (APAR) dengan jumlah cukup sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Diklat pemadaman api bagi pegawai Rumah Sakit, yang dilakukan
secara berkala 2 kali dalam satu tahun.
BAB VI
KEWASPADAAN BENCANA
A. Latar Belakang
Bencana umumnya dapat terjadi dimana saja dan kapan saja yang
datangnya tiba-tiba. Rumah Sakit sebagai salah satu “Public Area” tidak
mustahil menghadapi bahaya ini. Sehubungan dengan hal tersebut di atas
perlu disusun suatu acuan atau pedoman bagi seluruh pegawai Rumah
Sakit untuk menghadapi suatu bencana yang mungkin akan terjadi di
Rumah Sakit.
B. Pengertian.
Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam atau manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan
manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana,
dan prasarana umum yang memerlukan pertolongan dan bantuan secara
khusus.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kegiatan-kegiatan kewaspadaan bencana di Rumah
Sakit, meliputi :
Diperlukan pedoman pencegahan dan penanggulangan bencana yang
dapat digunakan bagi seluruh pegawai Rumah Sakit dalam mengambil
langkah-langkah yang diperlukan guna mencegah dan menanggulangi
bencana di Rumah Sakit, oleh karena itu telah dibuat buku pedoman
penanggulangan bencana yang dapat dievaluasi untuk perbaikan sistem
penanggulangan bencana.
Pembekalan Bagi Pegawai dalam menghadapi bencana Untuk pembekalan
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pegawai dalam
penanggulangan bencana maka diadakan :
Pelatihan dan Simulasi Penanggulangan Bencana yang
dilaksanakan sebanyak 2 x setiap satu tahunnya.
Ditetapkan sistem komunikasi dalam penanggulangan bencana yaitu
tata cara penggunaan telepon, daftar nomor penting, dan kewenangan
penggunaan telepon.
Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien.
Sarana dan Prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perijinan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII
A. Latar Belakang
Pencegahan kebakaran adalah usaha menyadari/mewaspadai akan
faktor-faktor yang menjadi sebab munculnya atau terjadinya kebakaran dan
mengambil langkah-langkah untuk mencegah kemungkinan tersebut menjadi
kenyataan. Pencegahan kebakaran membutuhkan suatu program pendidikan
dan pengawasan beserta pengawasan pegawai, suatu rencana pemeliharaan
yang cermat dan teratur atas bangunan dan kelengkapannya,
inspeksi/pemeriksaan, penyediaan dan penempatan yang baik dari peralatan
pemadam kebakaran termasuk memeliharanya baik segi siap-pakainya
maupun dari segi mudah dicapainya.
B. Pengertian
Kebakaran adalah suatu nyala api, baik kecil atau besar pada tempat yang
tidak kita hendaki, merugikan dan pada umumnya sukar dikendalikan.
C. Ruang Lingkup.
a. Pencegahan Kebakaran.
Pengelolaan pencegahan kebakaran di Rumah Sakit yaitu dengan
mengendalikan sumber panas seperti Listrik, listrik statis, nyala api dan
bahan mudah terbakar seperti kertas, karpet, karet, dll.
Cara pengendaliannya adalah sebagai berikut :
Menetapkan larangan merokok di Rumah Sakit.
Monitoring Inspeksi Listrik secara teratur.
Menyediakan alat Pemadam Api ringan dengan jumlah cukup sesuai
ketentuan yang berlaku.
Inspeksi Peralatan Pemadaman Kebakaran secara berkala.
Pemasangan tanda-tanda peringatan bahaya kebakaran pada tempat-
tempat berisiko.
b. Penanggulangan Kebakaran
Apabila sudah terjadi kebakaran maka langkah kita adalah menghilangkan
adanya Oksigen dalam kebakran tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan Alat pemadam Api Ringan (APAR) yang fungsinya
mengisolasi adanya oksigen dalam api tersebut, selain itu dapat digunakan
air untuk memadamkan kebakaran sebagai media yang dapat
menimbulkan reaksi pendinginan panas dan isolasi oksigen dari
kebakaran tersebut.
Agar pegawai dapat melakukan penanggulangan kebakaran secara dini
maka dilakukanlah pelatihan secara berkala cara menggunakan APAR dan
simulasi penggunaan APAR.
Jadi cara penanggulangan Kebakaran di RSUD Lapatarai Barru adalah
sebagai berikut :
Menyediakan dan mengontrol fungsi alat pendeteksian panas agar
berfungsi baik.
Menyediakan dan mengontrol fungsi Alat pendeteksi asap agar
berfungsi baik.
Alarm kebakaran dengan jumlah cukup.
Alat pemadam api ringan (APAR) dengan jumlah cukup sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Diklat pemadaman api bagi pegawai Rumah Sakit, yang dilakukan
secara berkala 2 kali dalam satu tahun.
BAB VI
KEWASPADAAN BENCANA
A. Latar Belakang
Bencana umumnya dapat terjadi dimana saja dan kapan saja yang
datangnya tiba-tiba. Rumah Sakit sebagai salah satu “Public Area” tidak
mustahil menghadapi bahaya ini.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas perlu disusun suatu acuan atau
pedoman bagi seluruh pegawai Rumah Sakit untuk menghadapi suatu
bencana yang mungkin akan terjadi di Rumah Sakit.
B. Pengertian
Bencana adalah suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam atau manusia yang mengakibatkan korban dan
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan,
kerusakan sarana, dan prasarana umum yang memerlukan pertolongan
dan bantuan secara khusus.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari kegiatan-kegiatan kewaspadaan bencana di Rumah
Sakit, meliputi :
Diperlukan pedoman pencegahan dan penanggulangan bencana yang dapat
digunakan bagi seluruh pegawai Rumah Sakit dalam mengambil langkah-
langkah yang diperlukan guna mencegah dan menanggulangi bencana di
Rumah Sakit, oleh karena itu telah dibuat buku pedoman penanggulangan
bencana yang dapat dievaluasi untuk perbaikan sistem penanggulangan
bencana.
Pembekalan Bagi Pegawai dalam menghadapi bencana Untuk pembekalan
pengetahuan, ketrampilan dan pengalaman pegawai dalam penanggulangan
bencana maka diadakan :
1. Pelatihan dan Simulasi Penanggulangan Bencana yang dilaksanakan
sebanyak 2 x setiap satu tahunnya.
2. Ditetapkan sistem komunikasi dalam penanggulangan bencana yaitu
tata cara penggunaan telepon, daftar nomor penting, dan kewenangan
penggunaan telepon.
3. Tersedianya rambu-rambu khusus untuk jalur evakuasi pasien.
4. Sarana dan Prasarana rumah sakit mengikuti ketentuan perijinan
perundang-undangan yang berlaku.
BAB VII
PENDIDIKAN DAN LATIHAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya untuk meningkatkan dan menambah pengetahuan,
Keterampilan, dan pengalaman pegawai rumah sakit dalam melaksanakan
kegiatan /unsur-unsur K3 maka dipandang perlu untuk melaksanakan
pendidikan dan latihan K3.
Tujuan diselenggarakankannya diklat K3 adalah untuk membentuk
karyawan yang peka, tanggap dan waspada terhadap K3 sehingga
mempunyai kesadaran dan kemauam untuk melakukan kegiatan-kegiatan
K3.
B. Pengertian
Diklat adalah suatu upaya menambah pengetahuan, ketrampilan dan
pengalaman secara sistimatik dari suatu pengetahuan, ketrampilan, dan
pengalaman yang ingin didapatkan.
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup kegiatan diklat adalah :
Diklat kelas
Diklat kelas untuk pembahasan teori, dan diskusi sesuai dengan materi
yang disampaikan dan berkaitan dengan unsur-unsur K3.
Simulasi
Dilakukan simulasi K3 yang bermanfaat memberikan pengalaman dan
gambaran suatu peristiwa kejadian K3, seperti :
o Pemadaman api dengan APAR
o Evakuasi Pasien
BAB VIII
SISTEM EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Latar Belakang
Evaluasi dan pelaporan merupakan suatu bagian yang tidak
terpisahkan dari sebuah kegiatan, baik yang bersifat rutin maupun yang
tidak terjadwal.
Evaluasi bertujuan untuk menganalisa hasil kegiatan yang telah
dilakukan sekaligus memberikan penilaian apakah kegiatan yang
dilakukan telah mencapai sasaran yang diharapkan atau hasil kegiatan
belum memenuhi harapan sehingga perlu dilakukan tindak lanjut
sehingga dicapai sasara yang diharapkan.
B. Pengertian
Evaluasi merupakan hasil pelaksanaan kegiatan dari rencana kegiatan -
kegiatan atau yang telah dibuat. Pelaporan adalah kegiatan membuat
analisa dan rekomendasi dari hasil pelaksanaan kegiatan atau evaluasi.
C. Ruang Lingkup
Kegiatannya meliputi :
Pengumpulan data dari pelaksanaan kegiatan dari unsur – unsur K3
rumah sakit.
Mengadakan pertemuan 6 (enam) bulanan guna membahas hasil
pelaksanaan kegiatan K3.
Melakukan analisa dan membuat rekomendasi
Membuat laporan hasil evaluasi untuk selanjutnya disampaikan kepada
direktur rumah sakit.
BAB VIII
PENUTUP