Anda di halaman 1dari 11

TUGAS UAS

GAGASAN DAN ANALISIS BUKU

Ditulis Untuk Memenuhi Tugas UAS

INOVASI PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu:

Dr. H. Mashudi, Sag., M.Pd

Oleh:

NASRODIN
NIM. 0849317039

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


PROGRAM PASCASARJANA
IAIN JEMBER
2017
1. Inovasi pendidikan
Pengarang : Udin Syaefudin Sa’ud
Penerbit : Alfabeta
Tahun : 2012
2. Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi,
Pengarang : Prof. Dr. H. Mohammad Surya
Penerbit : ALFABETA Bandung
Tahun : November 2013
3. Teori dan Prinsip Pendidikan
Pengarang : Dr. H. Syarif Hidayat, M.Pd.
Penerbit : PT Pustaka Mandiri
Tahun : 2013

A. PENGERTIAN INOVASI
Kata ”innovation” (bahasa Inggris) sering diterjemahkan segala hal yang baru atau
pembaharuan (S. Wojowasito, 1972), tetapi ada yang menjadikan kata innovation menjadi
kata Indonesia yaitu ”inovasi”. Inovasi kadang-kadang juga dipakai untuk menyatakan
penemuan, karena hal yang baru itu hasil penemuan. Kata penemuan juga sering digunakan
untuk menterjemahkan kata dari bahasa Inggris ”discovery” dan ”invention”. Ada juga
yang mengkaitkan antara pengertian inovasi dan modernisasi, karena keduanya
membicarakan usaha pembaharuan.
Invensi (invention) adalah suatu penemuan sesuatu yang benar-benar baru, artinya
hasil kreasi manusia. Benda atau hal yang ditemui itu benar-benar sebelumnya belum ada,
kemudian diadakan dengan hasil kreasi baru. Misalnya penemuan teori belajar, teori
pendidikan, teknik pembuatan barang dari plastik, mode pakaian, dan sebagainya. Tentu
saja munculnya ide atau kreativitas berdasarkan hasil pengamatan, pengalaman, dari hal-
hal yang sudah ada, tetapi wujud yang ditemukannya benar-benar baru.
Inovasi (innovation) ialah suatu ide, barang, kejadian, metode yang dirasakan atau
diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat),
baik itu berupa hasil invention maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan
tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

B. PENGERTIAN INOVASI PENDIDIKAN


Inovasi pendidikan adalah inovasi dalam bidang pendidikan atau inovasi
untuk memecahkan masalah pendidikan. Jadi inovasi pendidikan ialah suatu ide, barang,
metode, yang dirasakan atau diamati sebagai hal yang baru bagi seseorang atau
sekelompok orang (masyarakat) baik berupa hasil invensi atau diskaveri, yang digunakan
untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah pendidikan.
Berikut ini contoh-contoh inovasi pendidikan dalam setiap komponen pendidikan
atau komponen sistem sosial sesuai dengan yang dikemukakan oleh B. Miles, dengan
perubahan isi disesuaikan dengan perkembangan pendidikan dewasa ini.
 Pembinaan personalia. Pendidikan yang merupakan bagian dari sistem sosialtentu
menentukan personal (orang) sebagai komponen sistem. Inovasi yang sesuai
dengan komponen personel misalnya: peningkatan mutu guru, sistem
kenaikan pangkat, aturan tata tertib siswa, dan sebagainya.
 Banyaknya personal dan wilayah kerja. Sistem social tentu menjelaskan tentang
berapa jumlah personalia yang terikat dalam sistem serta dimana wilayah
kerjanya. Inovasi pendidikan yang relevan dengan aspek ini misalnya:
berapa ratio guru siswa pada satu sekolah dalam sistem PAMONG pernah
diperkenalkan ini dengan ratio 1:200 artinya satu guru dengan 200 siswa).
kepenilikan, dan sebagainya.

BAB II INOVASI DAN MODERNISASI


stilah (term) “modern” mempunyai berbagai macam arti dan juga
mengandung berbagai macam tambahan arti (connotations). Istilah moden ini
digunakan tidak hanya untuk orang-orang tetapi juga untuk bangsa, sistem politik,
ekonomi lembaga seperti rumah sakit, sekolah, perguruan tinggi, perumahan,
pakaian, serta bebagai macam kebiasaan. Pada umumnya kata modern digunakan untuk
menunjukkan terjadinya perubahan ke arah yang lebih baik, lebih maju dalam
arti lebih menyenangkan, lebih meningkatkan kesejahteraan hidup. Dengan cara baru
(modern) sesuatu akan lebih efektif dan efisien untuk mencapai tujuan. Misalnya dalam
perkembangan transportasi, karena kuda lebih modern daripada gerobak yang ditarik
orang, tetapi mobil lebih modern dari pada kereta kuda, pesawat lebih modern
daripada mobil. Jadi“ modern” dari satu segi dapat diartikan sesuatu yang baru dalam
arti lebih maju atau lebih baik daripada yang sudah ada. Baik dalam arti lebih memberikan
kesejahteraan atau kesenangan bagi kehidupan.
Inkeles mengemukakan bahwa ada 12 aspek yang menjadi tanda (karakteristik)
manusia modern yaitu:
a. Bersikap terbuka terhadap pengalaman baru, artinya jika menghadapi
tawaran atau ajakan hal-hal yang baru yang lebih menguntungkan untuk
kehidupannya akan selalu mau memikirkan dan kemudian mau menerimanya, tidak
menutup diri terhadap perubahan.
b. Selalu siap menghadapi perubahan sosial, artinya siap untuk menerima
perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat, misalnya partisipasi dalam
bidang politik, peningkatan kesempatan kerja bagi wanita, perpindahan penduduk,
pergaulan atau hubungan orang tua dengan pemuda dan sebagainya.
Manusia modern siap untuk memahami perubahan yang terjadi di sekitarnya.
c. Berpandangan yang luas, artinya pendapat-pendapatnya tidak hanya berdasarkan apa
yang ada pada dirinya, tetapi mau menerima pendapat yang datang dari luar dirinya
serta dapat memahami adanya perbedaan pandangan dengan orang lain. Ia dapat
memahami sikap orang lain yang berbeda dengan dirinya.
d. Mempunyai doronganingin tahu yang kuat Manusia modern akan selalu berusaha
memperoleh informasi tentang apa yang terjadi di lingkungannya dan juga
informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan kehidupannya.
e. Manusia modern lebih berorientasi pada masa sekarang dan masa yang akan datang
daripada masa yang lampau. Manusia modern tidak hanya akan
mengenang kejayaan atau kegagalan masa lalu, tetapi lebih aktif untuk berfikir
bagaimana masa sekarang dan yang datang.
f. Manusia modern berorientasi dan juga percaya pada perencanaan baik jangka
panjang maupun jangka pendek. Kehidupan manusia moden selalu direncanakan
sebelumnya melalui perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang.
g. Manusia modern lebih percaya pada hasil perhitungan manusia dan pemikiran
manusia daripada takdir atau pembawaan. Ia percaya bahwa manusia dapat
mengontrol kejadian di sekitarnya.
h. Manusia modern menghargai ketrampilan teknik dan juga menggunakannya sebagai
dasar pemberian imbalan.
i. Wawasan pendidikan dan pekerjaan. Manusia modern memiliki wawasan yang
lebih maju tentang pendidikan dan pekerjaan. Pendidikan di sekolah formal
lebih ditekankan untuk menguasai ketrampilan membaca, menulis dan berhitung
daripada untuk melaksanakan pendidikan agama atau moral, karena ilmu pengetahuan
dan teknologi yang akan dapat dipakai untuk memecahkan masalah kehidupan.
Demikian pula manusia modern akan memiliki pekerjaan yang dapat memberi
keuntungan walaupun mungkin melanggar sangsi kepercayaan tradisional.
j. Manusia modern menyadari dan menghargai kemuliaan orang lain terutama orang
yang lemah seperti wanita, anak-anak, dan bawahannya.
k. Memahami perlunya produksi . Manusia modern dalam mengambil keputusan akan
mempertimbangkan juga sejauh mana dampak terhadap hasil produksi dari
suatu industri (ia sebagai pegawai perusahaan ikut menyadari akan
kepentingan perusahaan).

BAB III KARAKTERISTIK DAN STRATEGI INOVASI PENDIDIKAN


Everett M. Rogers (1993:14-16) mengemukakan karakteristik inovasi yang dapat
mempengaruhi cepat atau lambatnya penerimaan inovasi, sebagai berikut:
1. Keuntungan relatif, yaitu sejauh mana inovasi dianggap menguntungkan bagi
penerimanya. Tingkat keuntungan atau kemanfaatan suatu inovasi dapat diukur
berdasarkan nilai ekonominya, atau mungkin dari faktor status social (gengsi),
kesenangan, kepuasan, atau karena mempunyai komponen yang sangat
penting. Makin menguntungkan bagi penerima makin cepat tersebarnya inovasi.
2. 2. Kompatibel (compatibility) ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai
(values), pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima. Inovasi yang tidak sesuai
dengan nilai atau norma yang diyakini oleh penerima tidak akan diterima secepat
inovasi yang sesuai dengan norma yang ada. Misalnya penyebarluasan penggunaan
alat kontrasepsi di masyarakat yang keyakinan agamanya melarang penggunaan alat
tersebut, maka tentu saja penyebar inovasi akan terhambat.
3. Kompleksitas (complexity) ialah tingkat kesukaran untuk memahami dan
menggunakan inovasi bagi penerima. Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan
mudah digunakan oleh penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar
dimengerti atau sukar digunakan oleh penerima akan lambat proses
penyebarannya. Misalnya masyarakat pedesaan yang tidak mengetahui
tentang teori penyebaran bibit penyakit melalui kuman, diberitahu oleh
penyuluh kesehatan agar membiasakan memasak air yang akan diminum,
karena air yang tidak dimasak jika diminum dapat menyebabkan sakit
perut. Tentu saja ajakan itu sukar diterima. Makin mudah dimengerti suatu inovasi
akan makin cepat diterima oleh masyarakat.
4. Trialabilitas (trialability) ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.
Suatu inovasi yantg dicoba akan cepat diterima oleh masyarakat daripada inovasi
yang tidak dapat dicoba lebih dulu. Misalnya penyebarluasan penggunaan
bibit unggul padi gogo akan cepat diterima oleh masyarakat jika masyarakat dapat
mencoba dulu menanam dan dapat melihat hasilnya.
5. Dapat diamati (observability) ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi.
Suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan makin cepat diterima oleh
masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar diamati hasilnya, akan lama
diterima oleh masyarakat
Zaltman, Duncan, dan Holbek mengemukakan bahwa cepat lambatnya penerimaan
inovasi dipengaruhi oleh atribut sendiri. Suatu inovasi dapat merupakan kombinasi dari
berbagai macam atribut (Zaltman, 1973: 32-50). Untuk memperjelas kaitan antara inovasi
dengan cepat lambatnya proses penerimaan (adopsi), maka kita lihat secara
singkat atribut inovasi yang dikemukakan Zaltman, sebagai berikut:
1. Pembiayaan (cost), cepat lambatnya penerimaan inovasi dipengaruhi oleh
pembiayaan, baik pembiayaan pada awal (penggunaan) maupun pembiayaan untuk
pembinaan selanjutnya. Walaupun diketahui pula bahwa biasanya
tingginya pembiayaan ada kaitannya dengan kualitas inovasi itu sendiri.
Misalnya penggunaan modul di sekolah dasar. Ditinjau dari pengembangan pribadi
anak, kemandirian dalam usaha (belajar) mempunyai nilai positif, tetapi
karena pembiayaan mahal maka akhirnya tidak dapat disebarluaskan.
2. Balik modal (returns to investment), atribut ini hanya ada dalam inovasi di bidang
perusahaan atau industri. Artinya suatu inovasi akan dapatdilaksanakan
kalau hasilnya dapat dilihat sesuai dengan modal yang telah dikeluarkan
(perusahaan tidak merugi). Untuk bidang pendidikan atribut ini sukar dipertimbangkan
karena hasil pendidikan tidak dapat diketahui dengan nyata dalam waktu relatif
singkat.
3. Efisiensi, inovasi akan cepat diterima jika ternyata pelaksanaan dapat
menghemat waktu dan juga terhindar dari berbagai masalah/hambatan.
4. Resiko dari ketidakpastian, inovasi akan cepat diterima jika mengandung
resiko yang sekecil-kecilnya bagi penerima inovasi
5. Mudah dikomunikasikan , Inovasi akan cepat diterima bila isinya mudah
dikomunikasikan dan mudah diterima klien.
6. Kompatibilitas, cepat lambatnya penerimaan inovasi tergantung dari
kesesuainnya dengan nilai-nilai (value) warga masyarakat.
7. Kompleksitas, inovasi yang dapat mudah digunakan oleh penerima akan
cepat tersebar dengan cepat
8. Status ilmiah, Suatu inovasi yang mudah dimengerti dan mudah digunakan oleh
penerima akan cepat tersebar, sedangkan inovasi yang sukar dimengerti atau sukar
digunakan oleh penerima akan lambat proses penyebarannya
9. Kadar keaslian, warga masyarakat dapat cepat menerima inovasi apabila
dirasakan itu hal yang baru bagi mereka
10. Dapat dilihat kemanfaatannya, suatu inovasi yang hasilnya mudah diamati akan
makin cepat diterima oleh masyarakat, dan sebaliknya inovasi yang sukar
diamati hasilnya, akan lama diterima oleh masyarakat
11. Dapat dilihat batas sebelumnya, suatu inovasi akan makin cepat diterima
oleh masyarakat apabila dapat dilihat batas sebelumnya.
12. Keterlibatan sasaran perubahan, inovasi dapat mudah diterima apabila
waraga masyarakat dikutsertakan dalam setiap proses yang dijalani.
13. Hubungan interpesonal. Maka jika hubungan interpersonal baik, dapat
mempengaruhi temannya untuk menerima inovasi. Dengan hubungan yang baik
maka orang yang menentang akan menjadi bersikap lunak, orang simpati
akan menjadi tertarik dan orang yang tertarik akan menerima inovasi.
14. Kepentingan umum atau pribadi (publicness versus privateness). Inovasi yang
bermanfaat untuk kepentingan umum akan lebih cepat diterima daripada
inovasi yang ditujukan pada kepentingan sekelompok orang saja.
15. Penyuluh inovasi (gatekeepers). Untuk melancarkan hubungan dalam usaha
mengenalkan suatu inovas kepada organisasi sampai organisasi mau menerima
inovasi, diperlukan sejumlah orang yang diangkat menjadi penyuluh inovasi.
Misalnya untuk pelaksanaan program KB, maka diperlukan orang-orang yang bertugas
mendatangi warga masyarakat untuk menjelaskan perlunya melaksanakan program
KB. Tersedianya penyuluh inovasi akan mempengaruhi kecepatan penerimaan inovasi
Psikologi Guru Konsep dan Aplikasi,
Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti permasalahan
psikiologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi
seorang pendidik, namun dalam seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah
melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam
mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi
yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik.
Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan- pengetahuan
yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat
kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik” Guru dalam menjalankan
perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang
berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan
tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat
menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan
kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan –
pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat :
1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat. Dengan memahami psikologi
pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam
menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan
pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom
tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori
perkembangan individu.
2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai. Dengan memahami
psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi
atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya
dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan
tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.
3. Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling. Tugas dan peran guru,
di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para
siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru
dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses
hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.
4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik. Memfasilitasi artinya berusaha
untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat,
kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya
memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu,
khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang
memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya
sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.
5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif. Efektivitas pembelajaran membutuhkan
adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan
yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio- emosional
yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan
menyenangkan.
6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih
bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil. Pemahaman guru tentang psikologi
pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran
siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip
penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pembimbing, pendidik dan
pelatih bagi para peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai
aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya,
terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya–, sehingga dapat
menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat
memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.
Di sinilah arti penting Psikologi Pendidikan, dengan memahami psikologi
pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan-pertimbangan psikologisnya
diharapkan dapat :
a) Merumuskan tujuan pembelajaran,
b) Memilih strategi atau metode pembelajaran,
c) Memilih alat bantu dan media pembelajaran yang tepat,
d) Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling kepada peserta
didiknya,
e) Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik,
f) Menciptakan iklim belajar yang kondusif,
g) Berinteraksi secara bijak dengan peserta didiknya,
h) Menilai hasil pembelajaran, dan
i) Dapat mengadministrasikan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Selain itu,  dengan memahami Psikologi Pendidikan para guru juga dapat memahami
dan mengembangkan diri-pribadinya untuk menjadi seorang guru yang efektif dan
patut  diteladani. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik.

BAB I
KONSEP PENDIDIKAN

A. Pegertian Pendidikan
            Sebagai usaha sadar, proses pendidikan dilakukan secara terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya dan masyarakat serta tuntutan perkembangan zaman.
            
B. Hakikat Pendidikan
            Hakikat pendidikan ini dapat terwujud melalui proses pengajaran, pembelajaran
(ta'lim dan tadris), pembersihan dan pembiasaan (tahdzib dan ta'dib), dan latihan (tadrib)
dengan memperhatikan kompetensi pedagogi berupa profesi, kepribadian, dan sosial.
            Berbagai pendapat mengenai hakikat pendidikan dapat diolongkan atas dua
kelompok besar yaitu pendekatan redaksional dan pendekatan holistik integratif.

C. Aliran dalam Pendidikan


            Sangat banyak jenis dan ragam aliran pendidikan seiring dengan aliran-aliran dalam
filsafat sebagai ibunya ilmu pengetahuan, di antara aliran yang sangat terkenal adalah:
1. Aliran empirisme (aliran optimisme)
2. Aliran nativisme (aliran pesimistis)
3. Aliran naturalism
4. Aliran konvergensi
D. Konsep Pendidikan dan Pengajaran/Pembelajaran
            Pendidikan lebih daripada pengajaran/pembelajaran, karena pengajaran sebagai
suatu proses transfer ilmu belaka, sedang pendidikan merupakan transformasi nilai dan
pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang dicakupnya.
            Di dalam pembelajaran terdapat interaksi antara peserta didik dan pendidik yang
melibatkan unsur-unsur yang memengaruhi untuk mencapai tujuan atau kompetensi yang
diharapkan, pembelajaran menggambarkan kegiatan guru mengajar dan siswa sebagai
pembelajaran dan unsur-unsur lain yang saling memengaruhi.
    
BAB II
PERUBAHAN DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN

A. Dinamika Masyarakat Indonesia


            Dilihat dari perspektif pendidikan, dalam masyarakat ada empat sumber masalah,
yaitu:
1. Rendahnya kesadaran multicultural
2. Penafsiran otonomi daerah yang masih lemah
3. Kurangnya sifat kreatif dan produktif
4. Rendahnya kesadaran moral dan hukum

BAB III
MASALAH DALAM PENDIDIKAN

A. Masalah Pokok Pendidikan


            Terdapat masalah pokok pendidikan yang dialami hingga saat ini dan tak kunjung
selesai dan terealisasikan, yaitu:
1. Kualitas pendidikan
2. Relevansi pendidikan
3. Elitisme
4. Manajemen pendidikan
5. Pemerataan pendidikan 
BAB IV
PROFESI GURU

A. Guru sebagai profesi


            Menurut Dedi Supriyadi bahwa guru sebagai suatu profesi di Indonesia baru dalam
taraf sedang tumbuh (emerging profession) yang tingkat kematangannya belum sampai
pada yang telah dicapai oleh profesi-profesi lainnya, sehingga guru dikatakan sebagai
profesi yang setengah-setengah atau semiprofessional.
            
B. Standar Profesi
            standard an prosedur penilaian berdasarkan pada 5 (lima) prinsip dasar (Depdiknas,
2005), yaitu:
1. Guru bertanggung jawab (commited to) terhadap siswa dan belajarnya.
2. Guru mengetahui materi ajar yang mereka ajarkan dan bagaimana mengajar materi
tersebut kepada siswa.
3. Guru bertanggung jawab untuk mengelola dan memonitor belajar siswa.
4. Guru berpikir secara sistematik tentang apa-apa yang mereka kerjakan dan pelajari
dari pengalaman.
5. Guru adalah anggota dari masyarakatbelajar.

C. Kode Etik Profesi


            Kode etik guru adalah suatu norma atau aturan tata susila yang mengatur tingkah
laku guru. Kode etik guru ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh
utusan cabang dan pengurus daerah PGRI se-Indonesia dalam kongres XIII di Jakarta
tahun 1973, yang kemudian disempurnakan dalam kongres PGRI XVI tahun 1989 juga di
Jakarta yang berbunyi sebagai berikut:
D. Aspek yang harus DIkuasai Guru dalam Pembelajaran
            Menurut Marsh terdapat beberapa hal yang dapat dijadikan acuan bagi guru dalam
mengajar, yaitu:
1. Waktu
2. Rasional
3. Tutuan atau sasaran
4. Isi
5. Pengalaman belajar
6. Evaluasi atau penilaian
            
BAB V
PERAN DAN TUGAS GURU

            Guru sebagai elemen utama dalam pendidikan memiliki peran sebagai berikut:
1. Peran guru sebagai perencana pembelajaran
2. Guru sebagai pengelola pembelajaran
3. Guru sebagai fasilitator
4. Peran guru sebagai evaluator

BAB VI
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH
Kepemimpinan adalah sebuah proses memberi arti (pengarahan yang berarti)
terhadap usaha kolektif, dan yang mengakibatkan kesediaan untuk melakukan usaha yang
diinginkan untuk mencapai sasaran.
            Kepala sekolah memiliki tupoksi dengan yang kita kenal dengan EMASLIM yaitu
sebagai berikut:
1. Kepala sekolah sebagai Educator
2. Kepala sekolah sebagai Manager
3. Kepala sekolah sebagai Administrator
4. Kepala sekolah sebagai Supervisor
5. Kepala sekolah sebagai Leader
6. Kepala sekolah sebagai Innovator
7. Kepala sekolah sebagai Motivator

BAB VII
BELAJAR DAN ASPEK-ASPEKNYA
A. Hakikat Belajar
            Belajar diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku pada diri individu, berkat
adanya interaksi antara individu dan individu dengan lingkungan. Winkel berpendapat
bahwa belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis
yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-
perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative konstan dan
berbekas.
B. Tujuan Pembalajaran
            Bila tujuan pembelajaran suatu program atau bidang pelajaran itu ditinjau dari hasil
belajar akan muncul tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
1.      Tujuan pembelajaran ranah kognitif
2.      Tujuan pembelajaran ranah afektif
3.      Tujuan pembelajaran ranah Psikomotorik
C. Teori-Teori Belajar
            Teori-teori belajar dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu teori
yang berorientasi pada aliran Behaviorisme, aliran Kognitif dan teori belajar Albert
Bandura.
BAB VIII
METODE PEMBELAJARAN

A. Jenis-Jenis Metode Pembelajaran


1. Metode Ceramah
2. Metode Diskusi         
3. Metode Demonstrasi dan Eksperimen
4. Metode Tanya Jawab
5. Metode Pemberian Tugas (Resitasi)
6. Metode Sosiodrama dan Bermain Peran (Role Playing Method)
7. Metode Simulasi        
8. Metode Latihan (Drill)            
9. Metode Karyawisata

BAB IX
MEDIA DALAM PEMBELAJARAN

A. Pengertian Media Pembelajaran


            Media adalah channel (saluran) karena pada hakikatnya media telah memperluas
atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat
dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu.
            
B. Karakteristik Media Pembelajaran
            Dilihat dari jenisnya dan bentuknya, media pembelajaran memiliki karakteristik
yang berbeda, yaitu:
a. Media Transparasi
b. Media Audio
c. Karakteristik media audio adalah media yang mengutamakan indera pendengaran.
d. Media Slide (film bingkai suara)
e. Media Video
f. Media CD Multimedia Interaktif
g. Media Internet
BAB X
KURIKULUM PENDIDIKAN
            Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 dan Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun
2005 menetapkan pengertian kurikulum sebagai seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
           BAB XI
PENILAIAN PENDIDIKAN

A. Definisi Penilaian Hasil Belajar


            Secara sederhana penilaian hasil belajar diartikan sebagai suatu kegiatan
pendidikan yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang pencapaian kompetensi
atau hasil belajar peserta didik yang mengikuti proses pembelajaran.
1. Prinsip Penilaian
a. Sahih f. Menyeluruh dan berkesinambungan
b. Objektif g. Sistematis
c. Adil h. Beracuan kriteria
d. Terpadu i. Akuntabel
e. Terbuka
2. Jenis-Jenis Penilaian
a. Ulangan harian d. Ulangan kenaikan kelas
b. Ulangan tengah semester e. Ujian sekolah
c. Ulangan akhir semester f. Ujian nasional
3. Teknik Penilaian
            Penilaian hasil belajar oleh pendidik untuk mengukur kompetensi atau kemampuan
tertentu maka digunakan teknik tes, sedangkan penilaian untuk mengetahui sikap
digunakan teknik non tes.
B. Kriteria Ketuntasan Minimal
            KKM suatu mata pelajaran merupakan standar minimal skor yang ditetapkan oleh
guru mata pelajaran yang harus dicapai oleh siswa dengan mempertimbangkan
karakteristik siswa, karakteristik mata pelajaran, dan kondisi dukungan lainnya

Anda mungkin juga menyukai