42 114 1 PB
42 114 1 PB
ABSTRAK
Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi mengangkut
orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menyanggupi untuk membayar ongkosnya.
Pelaksanaan perjanjian pengangkutan batu bara berjalan dengan baik, namun pada kenyataan terjadi
hambatan saat pelaksanaan seperti misalnya, Tidak terlaksana perjanjian pengangkutan batu bara dengan
baik. Pelaksanaan perjanjian batu bara ini terkendala dalam pembongkaran dan tidak sesuai target yang
sudah di sepakati dalam perjanjian tersebut. Tujuan penelitian ini adalah untuk untuk mengetahui
bagaimana PT. Bahtera Adhiguna Cabang Banten melaksanakan perjanjian.
Hasil penelitian ini adalah : (1) Perjanjian pengangkutan batu bara berbentuk tertulis dan disetujui
oleh beberapa pihak yang terlibat dalam perjanjian pengangkutan batu bara tersebut, perjanjian tersebut
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar tercapai perjanjian pengangkutan yang sudah disepakati; (2)
Para pihak yang terlibat dalam perjanjian pengangkutan batu bara wajib memenuhi kewajibannya,
apabila dari kewajiban ini salah satu pihak tidak memenuhi kewajibannya, maka akan timbul hak dari
pihak yang dirugikan. Pihak yang dirugikan tersebut dapat menuntut haknya akibat dari kerugian; (3)
Proses pelaksanaan perjanjian pengangkutan batu bara yaitu pihak pengangkut akan menyerahkan
angkutan batu bara sesuai berat muatan yang tercantum dalam surat angkutan kepada penerima yang
ditunjuk oleh pihak PLTU Jawa 7 dalam keadaan baik; (4) Konsep tanggung jawab pihak dalam
perjanjian tersebut karena pengangkut tidak memenuhi kewajiban sebagaimana mestinya, tidak baik,
tidak jujur, atau tidak dipenuhi sama sekali. Tetapi dalam perjanjian pengangkutan ada beberapa hal
yang bukan menjadi tanggung jawab pengangkut. Artinya apabila terjadi keriguian maka pengangkut
bebas pembayaran ganti rugi.
29
MUARA: Jurnal Manajemen Pelayaran Nasional
30
MUARA: Jurnal Manajemen Pelayaran Nasional
mengadakan perjanjian. Kitab Undang-Undang dan surat itu memuat selain apa yang kiranya
Hukum Perdata pasal 1338 ayat (3) telah telah disetujui oleh kedua belah pihak, seperti
memberikan suatu asas keadilan, yaitu asas misalnya mengenai waktu dalam mana
pelaksanaan perjanjian secara itikad baik pengangkutan telah harus selesai dikerjakannya
jaminan keadilan itu juga dipedomani pada pasal dan mengenai penggantian rugi dalam hal
1337 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata kelambatan, memuat juga a) Nama dan berat
yang menyatakan bahwa : “Suatu Perjanjian atau ukuran barang-barang yang diangkut,
akan dapat dibatalkan jika bertentangan dengan begitupun merek-merek dan bilangannya. b)
Undang-Undang Kesusilaan yang baik dan/atau Nama orang kepada siapa barang-barang
ketertiban umum”. dikirimkannya. c) Nama dan tempat si
Hubungan hukum adalah hubungan yang pengangkut atau juragan perahu. d) Jumlah upah
diatur oleh hukum dilakukan oleh subjek hukum pengangkut. e) Tanggal. f) Tanda tangan si
yang dapat melahirkan akibat hukum yaitu hak pengirim atau ekspeditur.
dan kewajiban bagi para subjek hukum (Peter Dalam Pasal 90 KUHD ditentukan bahwa
Mahmud Marzuki : 2009). Dalam hal dokumen/surat angkutan merupakan perjanjian
pengangkutan baik barang dan atau orang antara pengirim atau ekspeditur dan pengangkut
hubungan hukum terjadi antara pengangkut atau nakhoda. Sebetulnya tanpa dokumen/surat
dengan pemakai jasa pengangkutan. Hubungan angkutan, apabila tercapai persetujuan kehendak
hukum antara pengangkut dengan pemakai jasa antara kedua belah pihak perjanjian telah ada,
pengangkutan ini telah diatur dan dijamin sehingga dokumen/surat angkutan hanya
kepastian hukumnya di dalam peraturan merupakan surat bukti belaka mengenai
perundang-undangan dan pelaksanaanya perjanjian angkutan. Dokumen/surat angkutan
dilakukan melalui perjanjian. dinyatakan telah mengikat bukan hanya ketika
Pengertian umum tentang perjanjian dokumen/surat angkutan tersebut telah
pengangkutan adalah sebagai sebuah perjanjian ditandatangani pengirim atau ekspeditur,
timbak balik, dimana pihak pengangkut melainkan juga ketika pengangkut/nakhoda
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan telah menerima barang angkutan beserta
pengangkutan barang dan/orang ke tempat dokumen/surat angkutan tersebut.
tujuan tertentu, sedangkan pihak lainnya Mengenai sifat hukum perjanjian
(pengirim-penerima, pengirim atau penerima, pengangkutan terdapat beberapa pendapat, yaitu
penumpang) berkeharusan untuk menunaikan : a) Pelayanan berkala artinya hubungan kerja
pembayaran biaya tertentu (Siti Utari : 1994). antara pengirm dan pengangkut tidak bersifat
Berdasarkan pengertian tersebut perjanjian tetap, hanya kadang kala saja bila pengirim
pengangkutan laut pada umumnya dalam membutuhkan pengangkutan (tidak terus
hubungan hukum antara pengangkut dengan menerus), berdasarkan atas ketentuan pasal 1601
pemakai jasa pengangkutan berkedudukan sama KUH Perdata. b) Pemborongan sifat hukum
tinggi atau koordinasi (geeoordineerd), tidak perjanjian pengangkutan bukan pelayanan
seperti dalam perjanjian perburuhan, dimana berkala tetapi pemborongan sebagaimana
kedudukan para pihak tidak sama tinggi atau dimaksud pasal 1601 b KUH Perdata. Pendapat
kedudukan subordinasi (gesubordineerd). ini didasarkan atas ketentuan Pasal 1617 KUH
Menurut sistem hukum Indonesia, perjanjian Perdata (Pasal penutup dari bab VII A tentang
pengangkutan tidak disyaratkan harus tertulis, pekerjaan pemborongan). c) Campuran
cukup dengan lisan, asal ada persesuaian perjanjian pengangkutan merupakan perjanjian
kehendak (konsensus). Dari pengertian diatas campuran yakni perjanjian melakukan pekerjaan
dapat diartikan bahwa untuk adanya suatu ( pelayanan berkala ) dan perjanjian
perjanjian pengangkutan cukup dengan adanya penyimpanan (bewaargeving). Unsur pelayanan
kesepakatan (konsensus) diantara para pihak, hal berkala (Pasal 1601 b KUH Perdata ) dan unsur
ini sebagaimana yang telah diatur dalam penyimpanan ( Pasal 468 ( 1 ) KUHD ).
ketentuan Pasal 90 KUHD yang menyatakan : Selain itu syarat sahnya perjanjian
Surat angkutan merupakan persetujuan antara si pengangkutan pada pengangkutan barang
pengirim atau ekspeditur pada pihak satu dan maupun orang antara pengangkut dengan
pengangkut atau juragan perahu pada pihak lain pemakai jasa pengangkutan sama halnya dengan
31
MUARA: Jurnal Manajemen Pelayaran Nasional
syarat sahnya perjanjian sebagaimana yang telah kontainer. Langkah selanjutnya, data yang
diatur dalam ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, berupa hasil observasi, wawancara, dan analisis
yaitu : dokumen direduksi dan dipilih mana yang
a) Adanya kesepakatan antara para pihak. b) menonjol.
Adanya kecakapan untuk membuat sebuah Sajian data kemudian disusun logis dan
perjanjian. c) Suatu hal tertentu. d) Suatu sebab sistematis, disajikan dalam kalimat deskriptif
yang halal. yang disertai tabel pendukung. Pada akhir
laporan, peneliti menarik kesimpulan dari sajian
METODE PENELITIAN data yang tersusun. Kesimpulan diverifikasi
Jenis penelitian yang digunakan untuk selama penelitian berlangsung dengan tujuan
penelitian ini menggunakan metode kualitatif. hasil akhir penelitian dapat dipertanggung
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan jawabkan.
pendekatan studi kasus. Tujuan penelitian
menggunakan jenis penelitian ini karena peneliti HASIL PENELITIAN
bermaksud untuk mendiskripsikan fakta, objek Perjanjian pengangkutan batu bara oleh
atau persoalan secara rinci dan mendalam PT Bahtera Adhiguna Cabang Banten di PLTU
mengenai pelaksanaan perjanjian pengangkutan Jawa 7 dilakukan dalam suatu perjanjian tertulis
batubara di PLTU Jawa 7 oleh PT. Bahtera sehingga mengikat para pihak sesuai hak dan
Adhiguna Cabang Banten. kewajiban yang dituangkan dalam perjanjian
Penelitian menggunakan data primer yang tersebut.
diperoleh langsung dari sumbernya atau objek Perjanjian tertulis adalah perjanjian yang
yang diteliti. Data primer yang digunakan dalam dibuat oleh para pihak dalam bentuk tulisan,
penelitian ini adalah hasil wawancara dan biasanya berupa akta perjanjian yang dibuat dan
observasi. Penentuan informan menggunakan dipatuhi oleh kedua belah pihak. Menurut
purposive sampling, yaitu pemandu, , kepala- pandangan penulis, perjanjian tertulis memang
kepala bagian, karyawan atau pegawai PT mempunyai kekuatan pembuktian yang lebih
Bahtera Adhiguna Cabang Banten. Selain itu, tinggi daripada perjanjian tidak tertulis, sehingga
penelitian ini menggunakan data sekunder yang perjanjian ini sering dibuat untuk memberikan
diperoleh secara tidak langsung atau melalui rasa aman bagi para pihak yang melakukannya.
tangan orang lain. Data sekunder yang Sedangkan dokumen pengangkutan adalah
digunakan dalam penelitian ini berupa dokumen- setiap tulisan yang dipakai dalam pengangkutan,
dokumen perjanjian pengankutan batubara yang berupa naskah, tanda terima, tanda penyerahan,
dilakukan oleh PLTU Jawa 7 dengan PT. tanda milik atau hak.
Bahtera Adhiguna Cabang Banten. Apabila pihak yang menerima perjanjian
Peneliti melakukan proses analisa dan tersebut tidak setuju atas isi dari perjanjian yang
mengurutkan data ke dalam pola kategori dan diserahkan kepadanya, maka dia dapat
satuan uraian dasar sehingga dapat ditentukan membatalkan keinginannya untuk membuat
tema dan dapat dirumuskan hipotesa kerja seperti perjanjian (take it or leaveit). Jika pihak yang
yang disarankan oleh data. Teknik triangulasi menerima tidak setuju maka tidak akan ada
data digunakan untuk menguji keabsahan data pengaruhnya terhadap pihak yang membuat
yang diperoleh. dengan membandingkan hasil perjanjian dan pihak yang membuat perjanjian
wawancara antara key informan, dan tidak akan merubah isi dari perjanjian tersebut.
membandingkan observasi dengan wawancara Salah satu perjanjian yang dilaksakan oleh
dan dokumen atau laporan terkait pengelolaan PT Bahtera Adhiguna Cabang Banten adalah
disbursment oleh perusahaan. kontrak perjanjian selama satu tahun yang
Penelitian ini menggunakan model kemudian diperbarui kontrak tersebut dalam
analisis interaktif dengan interaksi dengan tahun berikutnya. Terdapat perjanjian lain yang
memperhatikan 3 (tiga) macam komponen masuk dalam rapat koordinasi untuk
pokok, meliputi : Reduksi data, yang diawali menentukan target bulanan pembongkaran batu
dengan pembatasan masalah penelitian pada bara. Target tersebut ditentukan setelah rapat
pelaksanaan manajemen khususnya pada aspek dengan beberapa pihak terkait terutama
fungsi pengawasan keiatan bongkar muat
32
MUARA: Jurnal Manajemen Pelayaran Nasional
33
MUARA: Jurnal Manajemen Pelayaran Nasional
dan bongkar batu bara dari pihak kedua dengan yang disebabkan Peristiwa Luar Biasa Hebat
ketersediaan peralatan kerja yang diperlukan. 4) (PLH). 7) Membuat dan menandatangani Berita
Melakukan pemeriksaan muatan untuk Kiriman Datang (BKD) apabila barang sudah
mengetahui kebenaran isi volume muatan sesuai siap di bongkar.Kewajiban pihak kedua (PLTU
dengan yang tertera dalam surat angkutan. 5) Jawa 7). 1) Membayar tagihan atas biaya
Menghentikan kegiatan angkutan untuk angkutan kepada pihak pertama dengan jumlah
sementara waktu apabila pihak kedua: a) dan waktu pembayaran sebagaimana disepakati
Terlambat melakukan pembayaran biaya oleh para pihak berdasarkan perjanjian ini. 2)
angkutan. b) Membawa muatan angkutan yang Menjamin tersedianya volume angkutan batu
dapat membahayakan perjalanan kapal. 6) bara. 3) Melakuakan permintaan pengangkutan
Memutus Perjanjian secara sepihak apabila kepada pihak pertama dengan mengirimkan
pihak kedua melakuakan wanprestasi. surat permohonan paling lambat 3 (tiga) hari
b) Hak pihak kedua. (PLTU Jawa 7) 1) kalender sebelum pelaksanaan angkutan. 4)
Menerima jasa angkutan dari pihak pertama Bertanggung jawab terhadap kehilangan dan
untuk mengangkut batu bara dengan syarat – kerusakan batu bara selama perjalanan. 5)
syarat dari ketentuan sebagaimana perjanjian ini. Melaksanakan pemasangan alat pengamanan
2). Menerima ganti rugi yang disebabkan lainnya yang dianggap perlu serta dibuatkan
Peristiwa luar biasa hebat. berita acara yang ditandatangani para pihak dari
c) Kewajiban para pihak. 1) Masing – masing pihak lain yang terkait. 6) Tidak memuat barang
pihak akan memastikan untuk melaksanakan dan berupa apapun selain yang sudah menjadi
menyerahkan kepada pihak lainnya sebelum, kesepakatan para pihak. 7) Memberikan bukti
pada saat, atau setelah tanggal dari perjanjian ini, tanda terima tagihan kepada pihak pertama. 8)
setiap dokumen tambahan, perjanjian, atau Menandatangani Berita kiriman Datang (BKD)
sertifikasi yang dipandang penting dan apabila barang sudah siap di jalur bongkar. 9)
diperlukan dalam rangka menjalankan ketentuan Membantu pihak pertama dalam mengurus
– ketentuan dari perjanjian ini. 2) Para pihak pergantian ganti rugi akibat Peristiwa Luar Biasa
dengan ini menyetujui dan menyanggupi untuk Hebat (PHL) dari Pihak asuransi.
melaksanakan perjanjian ini dengan sebaik – PT Bahtera Adhiguna Cabang Banten
baiknya sesuai dengan peraturan perundang – merupakan perseroan terbatas yang bergerak di
undangan yang berlaku. 3) Melakukan bidang jasa bongkar muat dan keagenan
pemeriksaan muatan untuk mengetahui dandalam hal ini membutuhkan jasa angkutan
kebenaran isi volume muatan sesuai dengan batu bara dari Kaliorang (Kaltim) – Banten
yang tertera dalam b/l. dengan kapal vessel. Dalam hal menyuplai
d) Kewajiban pihak pertama (pihak kebutuhan di PLTU Jawa 7 melakukan
pengangkut). 1) Menyediakan kapal dalam kerjasama dengan perusahaan angkutan perairan
keadaan siap operasi. 2) Mengangkut batu bara untuk menyuplai kebutuhan batu bara dengan
dalam jumlah volume yang sesuai dengan menggunakan kapal vessel maupun kapal
permintaan pihak kedua. 3) Memberitahukan tongkang. Keunggulan lain yang ditawarkan
kepada pihak kedua setiap terjadi gangguan antara yaitu pemuatan langsung dari lokasi
teknis dalam operasional penyelenggaraan pemuatan dan pengiriman langsung ke dermaga
angkutan kapal laut yang dapat menghambat PLTU Jawa 7, untuk pemuatan menggunakan
kelancaran angkutan dan segera menanggulangi kapal tongkang dapat langsung bersandar ke
gangguan tersebut pemberitahuan disampaikan dermaga PLTU Jawa 7 tetapi pemuatan
paling lambat 24 ( dua puluh empat) jam setelah menggunakan kapal vessel tidak dapat langsung
kejadian tersebut disertai dengan perkiraan bersandar di dermaga, dan harus dilakuakan
lamanya gangguan dimaksud. 4) Mengawasi STS/Ship to Ship sebelum memasuki Kawasan
muat dan bongkar muatan batu bara. 5) dermaga PLTU Jawa 7.
Menerima kembali kapal vessel/tongkang yang Para pihak telah sepakat dalam perjanjian
telah dibongkar di dermaga PLTU Jawa 7 pengangkutan batu bara produksi milik PT
maksimal dalam waktu 3 (tiga) hari kerja sejak Banyan Koalindo maupun PT Indexim
pembongkaran selesai dilaksanakan. 6) Coalindo. Dalam hal ini pihak PLTU Jawa 7
Membantu pengurusan penggantian kerugian menyerahkan pekerjaan kepada pihak
34
MUARA: Jurnal Manajemen Pelayaran Nasional
pengangkut yang menggunakan sistem charter perjanjian pengangkutan ada beberapa hal yang
party untuk mengangkut batu bara dan pihak bukan menjadi tanggung jawab pengangkut.
kedua setuju melaksanakan pengangkutan batu Artinya apabila terjadi kerugian maka
bara dengan menggunakan kapal vessel maupun pengangkut bebas pembayaran dari ganti rugi.
kapal tongkang. Ada tiga prinsip tanggung jawab
Jumlah volume yang diangkut tersebut pengangkutan dalam hukum pengangkutan yaitu
diatas tergantung dari hasil produksi PT Banyan : 1) Prinsip tanggung jawab berdasarkan
Koalindo maupun PT Indexim Coalindo. kesalahan (fault liability). Menurut prinsip ini
Pengankutan hasil produksi tersebut setiap pengangkut yang melakukan kesalahan
dilaksanakan oleh pihak pengangkut denagn dalam penyelenggaraan pengangkutan harus
sistem charter party selambat – lambatnya 1 hari bertanggung jawab membayar ganti rugi atas
kerja setelah mendapatkan intruksi segala kerugian yang timbul akibat dari
pengangkutan oleh pihak PLTU Jawa 7. kesalahannya itu. Beban pembuktian (onus of
Pihak pengangkut akan menyerahkan proof) ada pada pihak yang dirugikan bukan
angkutan batu bara sesuai berat muatan yang pada pengangkut. Prinsip ini adalah yang
tercantum dalam surat angkutan kepada berlaku umum seperti yang diatur dalam pasal
penerima yang ditunjuk oleh pihak PLTU Jawa 1365 KUHPerdata tentang perbuatan melawan
7 dalam keadaan baik. Angkutan batu bara yang hukum. 2) Prinsip tanggung jawab berdasarkan
diangkut menggunakan kapal vessel maupun praduga (presumption of liability). Menurut
kapal tongkang berdasarkan permohonan pihak prinsip ini setiap pengangkut dianggap selalu
PLTU Jawa 7. Pihak PLTU Jawa 7 bertanggung bertanggung jawab atas setiap kerugian yang
jawab atas proses muat dan bongkar angkutan timbul dari pengangkutan yang
batu bara , pra purna angkutan. Biaya yang diselenggarakannya. Tetapi jika pengangkut
timbul atas pekerjaan proses muat dan bongkar dapat membuktikan bahwa ia tidak bersalah,
angkutan batu bara tidak termasuk dalam biaya maka ia dibebaskan dari kewajiban membayar
angkutan dan ditanggung oleh pihak PLTU Jawa ganti rugi. Yang dimaksud dengan ”tidak
7. bersalah” adalah tidak melakukan kelalaian,
Tanggung jawab pada hakikatnya terdiri telah mengambil tindakan yang perlu untuk
dari dua aspek, yaitu tanggung jawab yang menghindari kerugian, atau peristiwa yang
bersifat kewajiban yang harus dilaksanakan menimbulkan kerugian itu tidak mungkin dapat
sebaiknya-baiknya (responbility) dan tanggung dihindari (force majure, Act of God,
jawab ganti rugi (liabilty). contributory negligence) Beban pembuktian
Kewajiban merupakan hal yang mutlak (onus of proof) ada pada pihak pengangkut,
yang dibutuhkan seseorang yang ingin bukan pada pihak yang dirugikan. Pihak yang
hakhaknya terpenuhi, seseorang dapat menuntut dirugikan cukup untuk menunjukkan adanya
hak-haknya jika telah memenuhi kewajibannya. kerugian yang diderita dalam pengangkutan
Sedangkan ganti rugi menurut ketentuan pasal yang diselenggarakan oleh pengangkut (loss or
1243 KUHPerdata, pengertian ganti rugi perdata damage during transit).
lebih menitikberatkan pada ganti kerugian Prinsip tanggung jawab mutlak (absolute / strict
karena tidak terpenuhinya suatu perikatan, yakni liability). Menurut prinsip ini setiap pengangkut
kewajiban debitur untuk menggantikan kerugian dianggap selalu bertanggung jawab membayar
kreditur akibat pihak debitur melakukan setiap kerugian yang timbul dari pengangkutan
wansprestasi. Ganti rugi tersebut meliputi: 1) yang diselenggarakannya tanpa keharusan
Ongkos atau biaya yang telah dikeluarkan. 2) pembuktian ada tidaknya kesalahan pengangkut.
Kerugian yang sesungguhnya karena kerusakan, Pengangkut tidak dimungkinkan untuk
kehilangan benda milik kreditur akibat kelalaian membebaskan diri dari tanggung jawab dengan
debitur. 3) Bunga atau keuntungan yang alasan apapun (strict liability).
diharapkan. Kedua belah pihak dalam perjanjian
Timbulnya konsep tanggung jawab karena pengangkutan masing-masing memiliki hak dan
pengangkut memenuhi kewajiban tidak kewajiban secara timbal balik. Yang mana pihak
sebagaimana mestinya, tidak baik, tidak jujur, pengangkut berkewajiban menyelenggarakan
atau tidak dipenuhi sama sekali. Tetapi dalam pengangkutan barang dari satu tempat tujuan ke
35
MUARA: Jurnal Manajemen Pelayaran Nasional
tempat tujuan tertentu dengan selamat, Perusahaan batu bara tersebut. Dalam
sedangkan pihak pengguna jasa berkewajiban pelaksanaan perjanjian tersebut ada beberapa
membayar uang angkutan sebagai kontrak poin antara lain : 1) Bentuk dan isi perjanjian
prestasi dari penyelenggara pengangkutan yang pengangkutan. 2) Hak dan kewajiban para pihak
dilakukan pihak pengangkut. dalam perjanjian. 3) Pelaksanaan perjanjian
pengangkutan. 4) Tanggung jawab para pihak
KESIMPULAN DAN SARAN dalam perjanjian pengangkutan batu bara.
Dalam pelaksanaan perjanjian Dengan adanya pelaksanaan perjanjian
pengangkutan batu bara Pihak pengangkut akan pengangkutan batu bara ini masih ditemui
menyerahkan angkutan batu bara sesuai berat kendala saat pelaksanaan perjanjian tersebut.
muatan yang tercantum dalam surat angkutan Kendala-kendala tersebut antara lain kurang
kepada penerima yang ditunjuk oleh pihak tepat waktunya kedatangan kapal yang sudah
PLTU Jawa 7 dalam keadaan baik. Angkutan dijadwalkan waktu bongkar yang molor dan
batu bara yang diangkut menggunakan kapal tidak tercapainya target bongkar yang telah
vessel maupun kapal tongkang berdasarkan disepakati, namun permasalahan tersebut dapat
permohonan pihak PLTU Jawa 7. Pihak PLTU diatasi dengan perbaikan alat bongkar secara
Jawa 7 bertanggung jawab atas proses muat dan rutin.
bongkar angkutan batu bara , pra purna
angkutan. Biaya yang timbul atas pekerjaan DAFTAR PUSTAKA
proses muat dan bongkar angkutan batu bara Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian
tidak termasuk dalam biaya angkutan dan Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
ditanggung oleh pihak PLTU Jawa 7. Rineka Cipta.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat AZ Nasution. 2002. Hukum Perlindungan
disimpulkan antara lain : Pelaksanaan perjanjian Konsumen, cet.2, Jakarta: Dapit
pengangkutan batu bara yang telah disepakati Media. Harahap.
oleh perusahaan yang bersangkutan untuk Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian
mengirimkan batu bara dengan volume tertentu Ilmu Sosial, Pendekatan Kualitatif
dengan menggunakan kapal vessel maupun dan Kuantitatif.Jakarta : Erlangga
kapal tongkamg, volume batu bara yang dikirim Khairunnisa, 2008, “Kedudukan, Peran dan
tergantung kapasitas bongkar di PLTU Jawa 7 Tanggung Jawab Hukum
dan produksi dari perusahaan batu bara tersebut. Direksi”,Pasca Sarjana,USU, Medan.
Dalam pelaksanaan perjanjian tersebut ada Moleong, Lexy.2006. Metode Penelitian
beberapa poin antara lain : 1) Bentuk dan isi Kualitatif.Bandung:PT Remaja
perjanjian pengangkutan. 2) Hak dan kewajiban Rosdakarya.
para pihak dalam perjanjian. 3) Pelaksanaan Muhammad, Abdulkadir 1991. Hukum
perjanjian pengangkutan. 4) Tanggung jawab Perikatan. Bandung: Citra Aditya
para pihak dalam perjanjian pengangkutan batu Bakti.
bara. Muhammad, Abdulkadir 1998. Hukum
Dengan adanya pelaksanaan perjanjian Pengangkutan Niaga. Bandung:
pengangkutan batu bara ini masih ditemui Citra Aditya Bakti.
kendala saat pelaksanaan perjanjian tersebut. Muhammad, Abdulkadir. 1991. Hukum
Kendala-kendala tersebut antara lain kurang Pengangnkutan Darat, Laut Dan
tepat waktunya kedatangan kapal yang sudah Udara.Bandung: Citra Aditya Bakti.
dijadwalkan sebelumnya, dan tidak lancanya Nasution, S. 2010. Metodologi Research
pada saat bongkar batu bara dikarenakan (Penelitian Ilmiah). Jakarta : Bumi
kerusakan pada alat bongkar yang Aksara.
mengakibatkan waktu bongkar yang molor dan Nazir, Moh. 2003. Metode Penelitian. Jakarta :
tidak tercapainya target bongkar yang telah Ghalia indonesia.
disepakati, namun permasalahan tersebut dapat Pasal 1365 KUHPerdata tentang perbuatan
diatasi dengan perbaikan alat bongkar secara melawan hukum (illegal act).
rutin.
36
MUARA: Jurnal Manajemen Pelayaran Nasional
37