DINAS KESEHATAN
UPTDPUSKESMAS RAWAT INAP WADO
Jalan : Raya Wado – Sumedang Nomor : - Telepon : (0262) 002820387
Faksimile : - Website : - Email : puskesmaswado27@gmail.com
Dusun Maleber RT 2 RW 4 Desa Wado Kec. Wado – Kode Pos : 45373
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWATINAP WADO
Nomor: ..................................
Lampiran: 1 (satu) berkas
TENTANG
PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS
KEPALADINAS KESEHATAN,
b. Bahwauntukmendukungterwujudnyapendokumentasi
n dokumen yang tertata dan sesuai dengan standar
Akreditasi maka perlu ditetapkan pedoman
penyusunan dokumen Akreditasi di Faslitas
Kesehatan Tingkat Pertama;
6.
Peraturan PemerintahNomor 18 Tahun 1999 jo Nomor
85 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun;
MEMUTUSKAN
Ditetapkandi :Sumedang
pada tanggal : November 2022
KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT
INAP WADO,
EKA DAMAYANTI
SALINAN :
1. Yth. Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat
2. Yth. Administrator pada Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang
3. Yth. Tim Pendamping Akreditasi Dinas Kesehatan Kabupaten Sumedang
4. Yth. Kepala Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dilingkup Dinas
Kesehatan Kabupaten Sumedang
LAMPIRAN KEPUTUSAN KEPALADINAS KESEHATAN
KABUPATEN SUMEDANG
NOMOR : ...........................
TENTANG : PEDOMAN PENYUSUNAN
DOKUMENAKREDITASI DI FASILITAS
KESEHATAN TINGKAT PERTAMA (FKTP)
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada BAB XII Kesehatan Kerja pasal
164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh
buruk yang diakibatkan oleh pekerjaan. Pekerja dalam ayat tersebut termasuk
tenaga kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di Puskesmas, Puskesmas
Pembantu, Polindes dan Poskesdes.
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dasar merupakan ujung
tombak terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas
berfungsi sebagai pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan, pusat
pelayanan kesehatan perorangan primer, pusat pelayanan kesehatan masyarakat
primer dan pusat pemberdayaan masyarakat. Sebagai unit pelayanan kesehatan
memiliki berbagai potensi bahaya yang berpengaruh buruk pada tenaga kesehatan
dan non kesehatan yang bekerja di Puskesmas, pasien, pengunjung dan
masyarakat disekitarnya. Potensi bahaya tersebut meliputi golongan fisik,
kimia, biologi, ergonomik dan psikososial. Khususnya golongan biologi
merupakan bahaya potensi yang paling sering menyebabkan gangguan kesehatan di
Puskesmas.
Potensi bahaya golongan biologis tersebut antara lain virus, bakteri, jamur,
protozoa, parasit, hewan pengerat. Virus dan bakteri merupakan potensi
bahaya yang paling sering mengancam pada petugas Puskesmas. Hal tersebut
terkait dengan masih tingginya prevalensi berbagai penyakit yangdisebabkannya
yakni TB Paru, Hepatitis 8, Hepatitis C, dan HIV AIDS yang dapat menular dari pasien
ke petugas Puskesmas selama menjalankan pekerjaan. Penyakit-penyakit tersebut
digolongkan dalam penyakit akibat kerja.
Prevalensi TB pada kelompok yang pernah didiagnosis tertinggi adalah Papua sebesar
1,441% diikuti Banten sebesar 1,282% dan Sulawesi Utara sebesar 1,221 %
sedangkan prevalensi terendah pada provinsi Lampung sebesar 0,27% diikuti Bali
0,306% dan DI Yogyakarta 0,311%. Pada tahun 2010
Pada tahun 2000, WHO mencatat kasus infeksi akibat tusukan jarum yang
terkontaminasi virus yang diperkirakan mengakibatkan:
a. Terinfeksi virus Hepatitis B sebanyak 21 juta (32% dari semua infeksi baru),
b. Terinfeksi virus Hepatitis C sebanyak 2 juta (40% dari semua infeksi baru),
c. Terinfeksi HIV sebanyak 260 ribu (5% dari seluruh infeksi baru).
Dari prevalensi yang tinggi tersebut, disisi lain pengendalaian bahaya di fasilitas
kesehatan khususnya Puskesmas belum memadai. Hal ini dibuktikan dari
berbagai penelitian pengendalian bahaya antara lain: Starh dengan Quick
Investigation of Quality yang melibatkan 136 fasilitas kesehatan dan 108 diantaranya
adalah Puskesmas, menunjukkan bahwa hampir semua petugas Puskesmas belum
memahami dan mengetahui tentang kewaspadaan universal. Hasil penelitian di
wilayah Jakarta Timur yang dilakukan oleh Sri Hudoyo 2004 menunjukkan bahwa
tingkat kepatuhan petugas menerapkan setiap prosedur tahapan kewaspadaan
universal dengan benar hanya 18,3%, dengan status vaksinasi Hepatitis B pada
petugas Puskesmas masih rendah yaitu 12,5%, riwayat pernah tertusuk jarum
bekas 84,2%.
Pada tahun 2010 jumlah Puskesmas 9.133 buah dengan berbagai jenis tenaga
kesehatan dan non kesehatan yang terdiri dari berbagai profesi dan disiplin
ilmu yaitu dokter, perawat, bidan, sanitarian, analis kimia, nutrisionis, kesehatan
lingkungan, administrasi, pekarya kesehatan dan petugas kebersihan.
Deklarasi Alma Ata tahun 1978, mengakui akan pentingnya petugas Puskesmas
dan petugas kesehatan masyarakat untuk memelihara kesehatan di lingkungan
tempat tinggal dan tempat kerja. Petugas Puskesmas di banyak negara berkembang
tidakterlatih dalam hal pencegahan dan pengendalian sederhan terhadap berbagai
masalah kesehatan pekerja.
B. Tujuan
1. Umum
Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk petugas
Puskesmas, pasien, pengunjung/ pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar Puskesmas.
2. Khusus
C. Sasaran
Sasaran pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Puskesmas adalah
petugasPuskesmas dan pengguna jasa Puskesmas.
D. Ruang Lingkup
1. Pengenalan potensi bahaya di Puskesmas dan masalah kesehatan yang
ditimbulkannya.
4. lndikator keberhasilan
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 28h ayat (1) tentang hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan
F. Pengertian
1. Bahaya adalah suatu potensi yang dapat menimbulkan kerugian, gangguan
kesehatan, cidera, kerusakan properti dan lingkungan atau kerugian dalam
produksi.
7. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang diakibatkan oleh
pekerjaan atau lingkungan kerja.
13. Tenaga Kesehatan Kerja adalah setiap orang yang mengabdikan dirinya
di bidang kesehatan kerja serta memiliki kemampuan yang meliputi
pengetahuan dan atau keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan
berjenjang dan pelatihan kompetensi dalam bidang kesehatan kerja dan
bidang-bidang lain serta memenuhi kode etik yang bersifat melayani
masyarakat berkaitan dengan pekerja yang untuk jenis tertentu memerlukan
kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan kerja.
BAB II
PENGENALAN POTENSI BAHAYA DI PUSKESMAS DAN
MASALAH KESEHATAN YANG DITIMBULKANNYA
A. Potensi Bahaya
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya yang beragam terhadap
kesehatan. Potensi bahaya tersebut terdapat disetiap ruangan baik di dalam maupun
diluar gedung yang dapat timbul dari lingkungan tempat kerja, proses kerja, cara kerja,
alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK)
dan Kecelakaan Kerja (KK).
Tujuan pengenalan potensi bahaya di Puskesmas dan masalah kesehatan yang
ditimbulkannya adalah agar petugas Puskesmas dapat melakukan pengendalian risiko
dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah kesehatan yang diakibatkan
dari pekerjannya (PAK dan KK).
Potensi bahaya di Puskesmas dapat dikelompakan sebagai berikut :
1. Potensi Bahaya Umum yaitu potensi bahaya yang sama terdapat di setiap ruangan
seperti tabel dibawah ini:
Masalah
No. Potensi Bahaya Jenis Bahaya
Kesehatan/Kecelakaan Kerja
1. Fisik Pencahayaan Gangguan mata
Suhu/kelembapan Kepanasan, kedinginan
Ventilasi Stress
Pengap
2. Biologi Lalat, kecoa, tikus, Diare, Pes, Malaria, Demam
nyamuk, kucing Berdarah, Typhoid, TORCH
3. Ergonomi Posisi duduk terlalu Gangguan Muskuloskeletal
lama (> 6 jam)
Posisi berdiri (> 4
jam)
4. Psikososial Hubungan sesama Stress kerja
petugas/interperson Kelelahan
al Stress kerja
Beban kerja Stress kerja
Shift kerja
Kesejahteraan
5. Sanitasi Sampah non medis Pencemaran lingkungan,
Air bersih penularan penyakit infeksi
Jamban
6. Gaya Hidup Pola Makan Ganguan gizi
Olahraga Penyakit tidak menular
Merokok Ganguan paru
Perilaku kerja PAK, KAK
7. Kontruksi Bangunan (dinding, Kecelakaan akibat
bangunan tangga, lantai, atap) tertimpa, tersandung,
Pintu masuk/keluar terpeleset
Tata letak ruangan Terbentur, tertabrak
Kenyamanan terganggu
Terbentur kenyamanan
terganggu
Listrik :
Kabel terkelupas Luka setrum
Instalasi yang tidak
standar Luka bakar, kebakaran
Hubungan arus
pendek Kebakaran
Beban listrik
berlebihan Kebakaran
2. Potensi bahaya khusus yaitu potensi bahaya spesifik yang terdapat diruangan
tertentu antara lain:
Potensi Masalah Kesehatan dan
Lokasi Jenis Bahaya
Bahaya Kecelakaan Kerja
Poli Umum
Kecelakaa Benda tajam, alat Tertusuk, tersayat,
n Kerja medis cidera
Potensi masalah kesehatan kerja diluar gedung dapat dilihat pada contoh berikut
Gangguan
psikososial
5. Fogging (pengasapan)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskemas dapat dilakasanakan melalui beberapa
tahap yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pengawasan,
pemantauan dan evaluasi.
A. TAHAP PERENCANAAN
1. Komitmen dan Kebijakan K3 Puskesmas
Fungsi dari Tim K3 ini mengumpulkan dan menganalisa seluruh data dan
menginformasikan permasalah K3 di Puskesmas, membantu kepala Puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan upaya promosi K3, koreksi,
pelatihan dan penelitian kecil tentang K3 di Puskesmas, melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan program K3. Semua pegawai Puskesmas
terlibat dalam pelaksanaan K3 di Puskesmas.
3. Perencanaan K3 di Puskesmas
Dll
B. TAHAP PELAKSANAAN
1. Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO), rambu petunjuk K3
Sosialisasi SPO yang telah disusun pada seluruh jajaran petugas Puskesmas sesuai
dengan tempat kerjanya.
3. Penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana yang mendukung dan menunjang
pelaksanaan K3 di Puskesmas.
4. Pelayanan kesehatan kerja dan tanggap darurat,
- Pelayanan kesehatan kerja merupakan pelayanan kesehatan berupa
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan khusus untuk
petugas kesehatan yang paling berisiko di Puskesmas seperti petugas Poli
IGD dan laboratorium. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan
memberikan pengobatan dan perawatan pada petugas Puskemas yang
menderita sakit termasuk peningkatan kesehatan fisik dan mental.
- Mapping lingkungan tempat kerja (area yang dianggap berisiko dan
berbahaya),
- Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat. membuat rambu-
rambu jalan keluar evakuasi apabila terjadi bencana.
5. Pengelolaan alat berupa kegiatan penyediaan dan pemeliharaan peralatan
Puskesmas agar layak digunakan dengan selalu di kalibrasi dan sertifikasi.
6. Pengelolaan limbah dilakukan seperti penyediaan fasilitas untuk penanganan
dan pengelolaan limbah padat, cair dan gas, pengelolaan limbah medis dan non
medis.
7. Peningkatan kemampuan sumber daya
Limbah yang berasal dari kegiatan non medis, seperti kegiatan dapur,
sampah dari pengunjung. dll yang tidak mengandung kuman infeksius.
Termasuk pula didalamnya kardus obat, plastik pembungkus syringe
dan benda lainnya yang tidak mengandung dan tidak terkontaminasi
kuman patogen atau bahan infeksius. Limbah ini ditampung dalam
kantong hitam, untuk selanjutnya dibawa ke Tempat Pembuangan
Akhir (TPA).
- Limbah benda tajam
Yaitu materi padat yang memiliki sudut lancip dan dapat menyebabkan
luka iris atau tusuk. Contohnya jarum suntik, kaca sediaan, infus set,
ampull vial obat, dll.
Yaitu limbah yang diduga mengandung patogen (virus, bakteri, parasit, dan
jamur) dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit pada
pekerja yang rentan, misalnya kultur dan stok agen infeksius dari
aktifitas laboratorium, limbah hasil operasi dari pasien penderita
penyak menular, limbah pasien yang menderita penyakit menular dari
bagian isolasi, alat atau materi lain yang tersentuh oleh orang sakit.
Limbah infeksius ditampung dalam wadah yang kuat dan tidak bocor, dan
dipilah dari sumbernya. Limbah infeksius tidak boleh dicampur dengan
limbah jenis lain. Bila terjadi pencampuran dengan limbah non
infeksius maka limbah non infeksius dianggap sebagai limbah
infeksius.
Yaitu limbah yang berasal dari jaringan tubuh, limbah jenis ini harus
ditampung dalam kontainer/wadah yang kuat dan tidak bocor
misalnya organ tubuh, janin, darah, muntahan, air seni, dan cairan
tubuh lainnya. Pengolahannya sama seperti limbah infeksius, jika
dalam bentuk padat maka di olah dengan alat pengolahan limbah
padat jika dalam bentuk cair maka harus di olah melalui instalasi
pengolahan air limbah (IPAL).
- Limbah Farmasi
KEPUTUSANKEPALA..
(NAMAPERANGKATDAERAH)KABUPATENSUMEDANG Kop Naskah
DinasPerangkatdaera
h
NOMOR…TAHUN……
TENTANG
........................................................................................................
DENGANRAHMATTUHANYANGMAHAESA
KEPALAPUSKESMAS……………………….,
Memuat
Menimbang :a.bahwa…………………………………………….; peraturanperunda
ng- undanganyang
b.bahwa..........................................................; menjadi dasar
c.danseterusnya; ditetapkannyakepu
tusan
Mengingat :1.Undang-Undang............................................;
2. Peraturan Pemerintah ;
3. danseterusnya;
MEMUTUSKAN:
Menetapkan :KEPUTUSANPUSKESMAS………………………..
KESATU :…………………………………………………………….
KEDUA :……………………………………………………………. Memuat
substansitentang
KETIGA :......................................................................... kebijakanyangdite
tapkan
KEEMPAT :.........................................................................
Namajabatan
dannamalengk
Ditetapkandi......................... apyang
padatanggal.......................... ditulisdenganh
urufkapital
Penomoran
yangberurutan
Judul
Keputusanyang
di tulisdengan
hurufkapital
Paraf Koordinasi
Nama Jabatan Paraf
1.
2.
LAMPIRAN SURAT KEPUTUSAN .........................
NOMOR : ...................................................
TENTANG : ...................................................
.................................................................
(Judul Lampiran)
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
..............................................................................................................................
KEPALA .....................................
............................................................
(nama tanpa gelar)
3.1STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)
b. Jika SOP disusun lebih dari satu halaman, pada halaman kedua dan seterusnya
SOP dibuat tanpa menyertakan KOP/heading.
c. Komponen SOP
Komponen SOP terdiri atas :
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
4. Referensi
5. Prosedur/Langkah-langkah
6. Diagram Alir (jika diperlukan)
7. Unit terkait
8. Dokumen terkait
9. Rekaman historis perubahan
Penjelasan :
Penulisan SOP yang harus tetap di dalam tabel/kotak adalah nama Puskesmas
dan logo, judul SOP, nomor dokumen, tanggal terbit dan tanda tangan Kepala
Puskesmas, sedangkan untuk pengertian, tujuan, kebijakan, prosedur/langkah-
langkah dan unit terkait, dan dokumen terkait boleh tidak diberi tabel/kotak.
d. Petunjuk Pengisian SOP
1) Logo
Logo yang dipakai adalah logo pemerintah Kabupaten Sumedang dan
lambang Puskesmas.
2) Kotak KOP/Heading
a) Heading hanya dicetak pada halaman pertama.
b) Kotak Judul diberi nama judul atau nama SOP sesuai proses kerjanya.
c) Nomor Dokumen diisi dengan ketentuan penomoran yang berlaku di
Puskesmas dan dibuat sistematis agar ada keseragaman.
d) Nomor Revisi diisi dengan status revisi, dapat menggunakan huruf.
(Contoh : dokumen baru diberi huruf A, dokumen revisi pertama diberi
huruf B dan seterusnya. Tetapi dapat juga dengan menggunakan angka
misalnya untuk dokumen baru dapat diberi angka 0, sedangkan untuk
revisi pertama diberi angka 1, dan seterusnya).
e) Tanggal Terbit diisi dengan tanggal sesuai dengan tanggal terbitnya atau
tanggal diberlakukannya SOP tersebut.
f) Halaman diisi nomor halaman dengan mencantumkan juga total halaman
untuk SOP tersebut (misal 1/5). Namun, disetiap halaman selanjutnya
dibuat footer, (misalnya pada halaman kedua 2/5 dan seterusnya).
g) Ditetapkan Kepala Puskesmas diberi tanda tangan Kepala Puskesmas dan
nama jelas serta NIP.
e. Isi SOP
Isi SOP setidaknya adalah sebagai berikut :
a) Pengertian : diisi definisi judul SOP, dan berisi penjelasan dan atau definisi
tentang istilah yang mungkin sulit dipahami atau menyebabkan salah
pengertian/menimbulkan multi persepsi.
b) Tujuan : berisi tujuan pelaksanaan SOP secara spesifik. Kata kunci :
“Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk……..”
c) Kebijakan : berisi kebijakan Kepala Puskesmas yang menjadi dasar
dibuatnya SOP tersebut, (misal untuk SOP imunisasi pada bayi, pada
kebijakan dituliskan : Keputusan Kepala Puskesmas Nomor 005/2014
tentang Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak).
d) Referensi : berisi dokumen eksternal sebagai acuan penyusunan SOP, bisa
berbentuk buku, peraturan perundang-undangan, ataupun bentuk lain
sebagai bahan pustaka.
e) Langkah-langkah/prosedur : bagian ini merupakan bagian utama yang
menguraikan langkah-langkah kegiatan untuk menyelesaikan proses kerja
tertentu.
f) Unit terkait : berisi unit-unit yang terkait dan atau prosedur terkait dalam
proses kerja tersebut.
g) Dokumen terkait : berisi dokumen-dokumen yang berkaitan dengan SOP
tersebut.
h) Diagram Alir/ Bagan Alir (flow Chart) :
Di dalam penyusunan prosedur maupun instruksi kerja sebaiknya dalam
langkah-langkah kegiatan dilengkapi dengan diagram alir untuk
memudahkan dalam pemahaman langkah-langkahnya. Adapun bagan alir
secara garis besar dibagi menjadi dua macam, yaitu diagram alir makro dan
diagram alir mikro.
(1) Diagram alir makro, menunjukan kegiatan-kegiatan secara garis besar
dari proses yang ingin kita tingkatkan, hanya mengenal satu symbol,
yaitu symbol balok :
(2) Diagram alir mikro, menunjukan rincian kegiatan-kegiatan dari tiap
tahapan diagram makro, bentuk symbol sebagai berikut :
Awal Kegiatan :
Akhir Kegiatan :
Simbol Keputusan :
Ya
Tidak
Penghubung :
Dokumen
Arsip
Mengatur posisi
pasien
Melakukan aspirasi
obat sesuai dosis
Membuka tutup
Menusukkan jarum jarum
Melakukan aspirasi
spuit
Ada darah
dalam
Tarik kembali
jarum
Ya Menekan tempat
penusukan dengan
alkohol
Tidak
Menekan tempat
Masukan obat penusukan dengan
Mencabut jarum
perlahan hingga habis alkohol
Membuang
sampah medis Memberitahu
pasien
Mencatat dalam
rekam medis
Cuci Tangan
3.2PEDOMAN/PANDUAN
Pedoman/panduan adalah kumpulan ketentuan dasar yang memberi arah langkah-
langkah yang harus dilakukan. Pedoman merupakan dasar untuk menentukan dan
melaksanakan kegiatan.Panmduan adalah petunjuk dalam melakukan kegiatan,
sehingga dapat diartikan pedoman mengatur beberapa hal, sedangkan panduan hanya
mengatur 1 (satu) kegiatan. Pedoman/panduan dapat diterapkan dengan baik dan
benar melalui penerapan SOP.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk dokumen pedoman atau panduan yaitu :
1. Setiap pedoman atau panduan harus dilengkapi dengan paraturan atau
keputusan Kepala Puskesmas untuk pemberlakuan pedoman/panduan tersebut.
2. Peraturan Kepala Puskesmas tetap berlaku meskipun terjadi pergantian Kepala
Puskesmas.
3. Setiap pedoman/panduan sebaiknya dilakukan evaluasi minimal 2-3 tahun
sekali.
4. Bila Kementrian Kesehatan telah menerbitkan pedoman/panduan untuk suatu
kegiatan/pelayanan tertentu, maka penyusunan pedoman/panduan Puskesmas
wajib mengacu pada pedoman/panduan yang diterbitkan oleh Kementrian
Kesehatan.
5. Format baku sistematika pedoman/panduan yang digunakan sebagai berikut :
a. Format Pedoman Pengorganisasian Unit Kerja
Kata Pengantar
BAB IPendahuluan
BAB II Gambaran Umum Puskesmas
BAB III Visi, Misi, Falsafah, Nilai dan Tujuan Puskesmas
BAB IV Struktur Organisasi Puskesmas
BAB V Struktur Organisasi Unit Kerja
BAB VI Uraian Jabatan
BAB VII Tata Hubungan Kerja
BAB VIII Pola Ketenagaan dan Kualifikasi Personil
BAB IX Kegiatan Orientasi
BAB X Pertemuan/Rapat
BAB XI Pelaporan
1. Laporan Harian
2. Laporan Bulanan
3. Laporan Tahunan
b. Format Pedoman Pelayanan Unit Kerja
Kata Pengantar
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan Pedoman
C. Sasaran Pedoman
D. Ruang Lingkup Pedoman
E. Batasan Operasional
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
B. Distribusi Ketenagaan
C. Jadwal Kegiatan
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
B. Standar Fasilitas
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Lingkup Kegiatan
B. Metode
C. Langkah Kegiatan
BAB V LOGISTIK
BAB VI KESELAMATAN SASARAN KEGIATAN/PROGRAM
BAB VII KESELAMATAN KERJA
BAB VIII PENGENDALIAN MUTU
BAB IX PENUTUP
c. Tujuan
Tujuan ini merupakan tujuan program/kegiatan.Tujuan umum adalah tujuan
secara garis besar, sedangkan tujuan khusus adalah tujuan secara rinci.
d. Kegiatan Pokok dan Rincian Kegiatan
Kegiatan pokok dan rincian kegiatan adalah langkah-langkah kegiatan yang
harus dilakukan sehingga tercapainya tujuan program/kegiatan.Oleh karena itu
antara tujuan dan kegiatan harus berkaitan dan sejalan.
e. Cara Melaksanakan Kegiatan dan Sasaran
Cara melaksanakan kegiatan adalah metode untuk melaksanakan kegiatan
pokok dan rincian kegiatan. Metode tersebut bisa antara lain dengan
membentuk tim, melakukan rapat, melakukan audit dan lain-lain. Sasaran
program adalah target pertahun yang spesifik dan terukur untuk mencapai
tujuan-tujuan upaya/kegiatan. Sasran program/kegiatan menunjukkan hasil
antara yang diperlukan untuk merealisasikan tujuan tertentu. Penyusunan
sasaran program harus memenuhi “SMART” yaitu “
1) Spesific :
Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan
kesalahan interpretasi/tidak multi tafsir dan menjawab masalah.
2) Measurable:
Dapat diukur secara obyektif baik yang bersifat kuantitatif maupun
kualitatif, yaitu dua atau lebih mengukur indikator kinerja mempunyai
kesimpulan yang sama.
3) Achievable :
Dapat dicapai dengan sumber daya yang tersedia, penting dan harus
berguna untuk menunjukkan keberhasilan masukan, keluaran, hasil,
manfaat dan dampak serta proses.
4) Relevan/Realistic:
Indikator kinerja harus sesuai dengan kebijakan yang berlaku.
5) Efective :
Data/informasi yang berkaitan dengan indikator kinerja yang bersangkutan
dapat dikumpulkan, diolah, dan dianalisis dengan biaya yang tersedia.
6) Sensitive :
Harus cukup fleksibel dan sensitive terhadap perubahan/penyesuaian
pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan.
7) Time Spesific :
Jelas kapan harus tercapai tujuan yang ditetapkan (target bulanan, triwulan,
tahunan, dsb).
f. Jadwal Kegiatan
Jadwal merupakan perencanaan waktu untuk tiap-tiap rincian kegiatan yang
akan dilaksanakan, yang digambarkan dalam bentuk bagan.
I. PENDAHULUAN
Dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, seluruh unit pelayanan yang
ada dan seluruh karyawan berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang
bermutu dan peduli terhadap keselamatan pasien, pengunjung, masyarakat,
dan karyawan yang bekerja di rumah sakit.Program mutu dan keselamatan
pasien merupakan program yang wajib direncanakan, dilaksanakan, dimonitor,
dievaluasi dan ditindaklanjuti di seluruh jajaran yang ada di Puskesmas ……,
Kepala Puskesmas, penanggung jawab pelayanan klinis, dan seluruh
karyawan.Oleh karena itu perlu disusun program peningkatan mutu dan
keselamatan pasien, yang menjadi acuan dalam penyusunan program-program
mutu dan keselamatan pasien di unit kerja untuk dilaksanakan pada tahuin
2022.
III. TUJUAN
A. Tujuan umum : meningkatklan mutu dan keselamatan pasien di Puskesmas.
B. Tujuan khusus :
1. Meningkatkan mutu pelayanan klinis
2. Meningkatkan mutu manajemen
3. Meningkatkan pemenuhan sasaran keselamatan pasien
VI. JADWAL KEGIATAN ( Gambarkan dalam bagan gant untuk rencana satu tahun)
2014 2015
No Kegiatan
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
1 Memilih dan
menetapkan X
indicator kinerja
pelayanan klinis
2 Menyusun pedoman
penilaian kinerja X
pelayanan klinis
3 Mencatat data
indicator melalui X X X X X X X X X X X X
sensus harian
4 Mengumpulkan
data indicator X X X X X X X X X X X X
penialaian kinerja
pelayanan klinis
5 Analisis kinerja X X X X
pelayanan klinis
6 Dst….
4 DAFTAR TILIK
a. Daftar tilik adalah daftar urutan kerja (actions) yang dikerjakan secara
konsisten, diikuti dalam pelaksanaan suatu rangkaian kegiatan, untuk diingat,
dikerjakan dan diberi tanda Chek-list.
b. Daftar tilik merupakan bagian dari system manajemen mutu untuk mendukung
standarisasi suatu proses pelayanan.
c. Daftar tilik dapat digunakan untuk mengevaluasi penerapan/kepatuhan
terhadap langkah-langkah dalam SOP, tetapi tidak dapat dgunakan untuk SOP
yang kompleks.
d. Daftar tilik digunakan untuk mendukung, mempermudah pelaksanaan dan
memonitor SOP, bukan untuk menggantikan SOP itu sendiri.
e. Langkah-langkah menyusun daftar tilik
Langkah awal menyusun daftar tilik dengan melakukan identifikasi prosedur
yang membutuhkan daftar tilik untuk mempermudah pelaksanaan dan
monitoringnya.
a) Gambarkan flow-chart dari prosedur tersebut.
b) Buat daftar kerja yang harus dilakukan.
c) Sususn urutan kerja yang harus dilakukan.
d) Masukan dalam daftar tilik sesuai format tertentu.
e) Lakukan uji coba.
f) Lakukan perbaikan daftar tilik.
g) Standarisasi daftar tilik.
f. Daftar tilik untuk mengecek kepatuhan terhadap SOP dalam langkah-langkah
kegiatan, dengan rumus sebagai berikut :