Anda di halaman 1dari 27

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP KOTAKALER
Jl. Sopian Iskandar No. 34 Tlp.(0261) 203078
E-mail : pkmkotakalersumedang@gmail.com Kode Pos 4532

KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP KOTAKALER
Nomor: 440/013.A/PKMKOKA/IV/2022
Lampiran: 1 (satu) berkas

TENTANG
PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PUSKESMAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

KEPALA DINAS KESEHATAN,

Menimbang : a. bahwa salah satu unsur penting yang menentukan


keberhasilan Akreditasi di Faslitas Kesehatan Tingkat
Pertama adalah bagaimana mengatur sistem
pedokumentasian dokumen;

b. Bahwa untuk mendukung terwujudnya


pendokumentasin dokumen yang tertata dan sesuai
dengan standar Akreditasi maka perlu ditetapkan
pedoman penyusunan dokumen Akreditasi di Faslitas
Kesehatan Tingkat Pertama;

c. bahwa untuk melaksanakan kegiatan sebagaimana


dimaksud pada huruf a dan b, perlu ditetapkan Surat
Keputusan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten
Sumedang;

Mengingat : 1. Undang-Undang Dasar 1945 Republik Indonesia, pasal


28h ayat (1) tentang hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan;
2.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang
3. Pengelolaan Lingkungan Hidup;
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
4. Ketenagakerjaan;
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
5. Kesehatan Kerja;
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang
6.
Tenaga Kesehatan;
Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1999 jo Nomor
7. 85 Tahun 1999 tentang Pengolahan Limbah Bahan
Berbahaya Dan Beracun;
8. Keppres Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang
Timbul Karena Hubungan Kerja;
Kepmenkes Nomor 1758 tahun 2003 tentang Standar
9. Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar;
Kepmenkes Nomor 038/MENKES/SK/I/2007 tentang
Pedoman Pelayanan Kesehatan Kerja pada Puskesmas
10.
Kawasan Industri/Sentra Industri;
11. Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/II/2004 tentang
Kebijakan Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat;
12. Kepmenkes Nomor 1758/MENKES/SK/XII/2003
tentang Standar Pelayanan Kesehatan Kerja Dasar;
13. Permenkes Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat
Kesehatan Masyarakat;
Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 11
14. tahun 2016 tentang Urusan Pemerintahan Kabupaten
Sumedang (Lembaran Daerah Kabupaten Sumedang
Tahun 2016 Nomor 3);
Peraturan Bupati Sumedang Nomor 120 Tahun 2020
tantang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Pemerintah
Kabupaten Sumedang;

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS RAWAT INAP


KOTAKALER TENTANG PEDOMAN KESELAMATAN DAN
KESEHATAN KERJA DI PUSKESMAS

KESATU : Menetapkan Pedoman Keselamatan Dan Kesehatan Kerja


(K3) Di Puskesmas sebagaimana dalam terlampir dalam
Keputusan ini

KEDUA : Pedoman ini dapat dijadikan acuan dalam Pengelolaan


Keselamatan dan Kesehatan Kerja Di Puskesmas

KETIGA : Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan, dengan


ketentuan akan diadakan koreksi apabila dikemudian hari
terdapat kesalahan atau kekeliruan;

Ditetapkan di : Sumedang
pada tanggal : 07 April 2022
KEPALA PUSKESMAS RAWAT INAP
KOTAKALER
KABUPATEN SUMEDANG,

MELA AMALIANI
Lampiran : Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Rawat Inap Kotakaler.
Nomor : 440/ 013.A/PKM-KOKA/IV/2022
Tanggal : 07 April 2022
Tentang : Pedoman Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Di Puskesmas

PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PUSKESMAS

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada BAB XII Kesehatan Kerja pasal
164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk
yang diakibatkan oleh pekerjaan. Pekerja dalam ayat tersebut termasuk tenaga
kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Polindes dan Poskesdes.

Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dasar merupakan ujung
tombak terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas berfungsi
sebagai pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan, pusat pelayanan
kesehatan perorangan primer, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer dan
pusat pemberdayaan masyarakat. Sebagai unit pelayanan kesehatan memiliki berbagai
potensi bahaya yang berpengaruh buruk pada tenaga kesehatan dan non kesehatan
yang bekerja di Puskesmas, pasien, pengunjung dan masyarakat disekitarnya. Potensi
bahaya tersebut meliputi golongan fisik, kimia, biologi, ergonomik dan
psikososial. Khususnya golongan biologi merupakan bahaya potensi yang paling
sering menyebabkan gangguan kesehatan di Puskesmas.

Potensi bahaya golongan biologis tersebut antara lain virus, bakteri, jamur, protozoa,
parasit, hewan pengerat. Virus dan bakteri merupakan potensi bahaya yang
paling sering mengancam pada petugas Puskesmas. Hal tersebut terkait dengan
masih tingginya prevalensi berbagai penyakit yang disebabkannya yakni TB Paru,
Hepatitis 8, Hepatitis C, dan HIV AIDS yang dapat menular dari pasien ke petugas
Puskesmas selama menjalankan pekerjaan. Penyakit-penyakit tersebut digolongkan
dalam penyakit akibat kerja.

Prevalensi TB pada kelompok yang pernah didiagnosis tertinggi adalah Papua sebesar
1,441% diikuti Banten sebesar 1,282% dan Sulawesi Utara sebesar 1,221 % sedangkan
prevalensi terendah pada provinsi Lampung sebesar 0,27% diikuti Bali
0,306% dan DI Yogyakarta 0,311%. Pada tahun 2010

Pada tahun 2000, WHO mencatat kasus infeksi akibat tusukan jarum yang
terkontaminasi virus yang diperkirakan mengakibatkan:

a. Terinfeksi virus Hepatitis B sebanyak 21 juta (32% dari semua infeksi baru),

b. Terinfeksi virus Hepatitis C sebanyak 2 juta (40% dari semua infeksi baru),

c. Terinfeksi HIV sebanyak 260 ribu (5% dari seluruh infeksi baru).

Di Indonesia, jumlah penderita Hepatitis B dan C diperkirakan mencapai 30 juta


orang. Sekitar 15 juta orang dari penderita Hepatitis B dan C berpotensi menderita
chronic liver diseases. Indonesia sendiri digolongkan ke dalam kelompok daerah
dengan prevalensi hepatitis B dengan tingkat endemisitas menengah sampai
tinggi. Dari total sebanyak 5.870 kasus Hepatitis di Indonesia berdasarkan hasil
pendataan tahap pertama yang dilakukan Oktober 2007 hingga 9 September 2008,
40% di antaranya berasal dari pengguna jarum suntik.

Permasalahan kesehatan yang juga menjadi potensial risiko pada petugas Puskesmas
saat ini berdasarkan kasus dengan menggunakan case rate AIDS dengan
membandingkan jumlah kasus kumulatif terhadap jumlah penduduk menurut
provinsl tahun 2010 menunjukkan propinsi papua sebesar 173,69 diikuti oleh Bali
49,16 dan DKI 44, 7 4 per 100.000 penduduk.

Berdasarkan cara penularan kasus AIDS kumulatlf yang dilaporkan melalui


heteroseksual (52,7,8%), Injecting Drug user IOU (38,9%), lelaki seks lelaki (3%),
perinatal (2,6%), transfusi darah (0,2%) dan tidak diketahui (3,2%) Profil
kesehatan 2010.

Dari prevalensi yang tinggi tersebut, disisi lain pengendalaian bahaya di fasilitas
kesehatan khususnya Puskesmas belum memadai. Hal ini dibuktikan dari berbagai
penelitian pengendalian bahaya antara lain: Starh dengan Quick Investigation of Quality
yang melibatkan 136 fasilitas kesehatan dan 108 diantaranya adalah Puskesmas,
menunjukkan bahwa hampir semua petugas Puskesmas belum memahami dan
mengetahui tentang kewaspadaan universal. Hasil penelitian di wilayah Jakarta
Timur yang dilakukan oleh Sri Hudoyo 2004 menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan
petugas menerapkan setiap prosedur tahapan kewaspadaan universal dengan
benar hanya 18,3%, dengan status vaksinasi Hepatitis B pada petugas Puskesmas
masih rendah yaitu 12,5%, riwayat pernah tertusuk jarum bekas 84,2%.
Pada tahun 2010 jumlah Puskesmas 9.133 buah dengan berbagai jenis tenaga
kesehatan dan non kesehatan yang terdiri dari berbagai profesi dan disiplin
ilmu yaitu dokter, perawat, bidan, sanitarian, analis kimia, nutrisionis, kesehatan
lingkungan, administrasi, pekarya kesehatan dan petugas kebersihan.

Deklarasi Alma Ata tahun 1978, mengakui akan pentingnya petugas Puskesmas
dan petugas kesehatan masyarakat untuk memelihara kesehatan di lingkungan
tempat tinggal dan tempat kerja. Petugas Puskesmas di banyak negara berkembang
tidak terlatih dalam hal pencegahan dan pengendalian sederhan terhadap berbagai
masalah kesehatan pekerja.

Mengingat potensi bahaya yang tinggi bagi petugas Puskesmas, sehingga diperlukan
Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Puskesmas yang
diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan terhadap perlindungan kesehatan
petugas Puskesmas khususnya petugas kesehatan yaitu mulai dari kegiatan
promotif, preventif kuratif dan rehabilitatif.

Salah satu teknik pengelolaan risiko penularan penyakit di Puskesmas adalah


dengan penerapan standard precaution.

B. Tujuan

1. Umum

Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk petugas
Puskesmas, pasien, pengunjung/ pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar Puskesmas.

2. Khusus

a. Terbentuknya kelompok kerja atau tim sebagai penanggung jawab


kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Puskesmas

b. Teridentifikasinya potensi bahaya/risiko dan cara pengendaliannya

c. Tersusunnya rencana kerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja di


Puskesmas

d. Terlaksananya kegiatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Puskesmas


yang paripurna

e. Terlaksananya monitoring dan evaluasi kegiatan Keselamatan dan


Kesehatan Kerja di Puskesmas
C. Sasaran
Sasaran pedoman Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Puskesmas adalah petugas
Puskesmas dan pengguna jasa Puskesmas.

D. Ruang Lingkup
1. Pengenalan potensi bahaya di Puskesmas dan masalah kesehatan yang
ditimbulkannya.

2. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Puskesmas

3. Standard Precaution di Puskesmas

4. lndikator keberhasilan

E. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 28h ayat (1) tentang hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan

2. Undang-Undang Nomor23 tahun 1997 tentang Pengelolaan


Lingkungan Hidup

3. Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 tahun 2003 tentang

4. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan Kerja

5. Undang-Undang Nomor 36 tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan

6. Peraturan Pemerintah Nomor 18 tahun 1999 jo Nomor 85 tahun


1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

7. Keppres Nomor 22 tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Karena


Hubungan Kerja

8. Kepmenkes Nomor 1758 tahun 2003 tentang Stan Pelayanan Kesehatan


Kerja Dasar

9. Kepmenkes Nomor 038/Menkes/SK/I/2007 tentang Pedoman


Pelayanan Kesehatan Kerja pada Puskesmas Kawasan lndustri/Sentra
Industri

10. Kepmenkes Nomor 128/MENKES/SK/1I/2004 tentang Kebijakan Dasar


Pusat Kesehatan Masyarakat

11. Kepmenkes Nomor 1758/MENKES/SK/XII/2003 tentang Standar Pelayanan


Kesehatan Kerja Dasar

12. Permenkes Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat


F. Pengertian
1. Bahaya adalah suatu potensi yang dapat menimbulkan kerugian, gangguan
kesehatan, cidera, kerusakan properti dan lingkungan atau kerugian dalam
produksi.
2. Kesehatan Kerja adalah suatu layanan untuk peningkatan dan pemeliharaan
derajat kesehatan (fisik, mental dan sosial) yang setinggi-tingginya bagi
pekerja di semua jabatan, pencegahan penyimpangan kesehatan yang
disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan pekerja dari risiko akibat
faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan pemeliharaan pekerja
dalam suatu lingkungan kerja yang adaptasi antara pekerjaan dengan manusia
dan manusia dengan jabatannya (ILO/WHO1995)
3. Kecelakaan Kerja adalah suatu kejadian atau peristiwa dengan unsur-unsur
tidak diduga, tidak dikehendaki, tidak disengaja, terjadi dalam hubungan kerja,
menimbulkan trauma/ruda paksa, kecacatan, dan kematian disamping itu
menimbulkan kerugian dan/atau kerusakan properti.
4. Kesehatan dan Keselamatan Kerja adalah upaya memberikan jaminan kesehatan,
keselamatan dan peningkatan derajat kesehatan pekerja dengan cara pencegahan
kecelakaan dan penyakit akibat kerja, promosi kesehatan, pengobatan dan
rehabilitasi.
5. Manajemen Risiko adalah proses pengendalian risiko secara berkelanjutan mulai
dari identifikasi, penilaian risiko, penetapan program pengendalian, pelaksanaan
program pengendalian, monitoring dan evaluasi risiko.
6. Puskesmas adalah Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota yang
merupakan ujung tombak penyelenggara pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat di wilayah kerjanya.
7. Penyakit Akibat Kerja (PAK) adalah setiap penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan
atau lingkungan kerja.
8. Penilaian risiko adalah proses perkiraan kemungkinan terjadinya suatu kejadian
yang tidak diinginkan disertai perkiraan besarnya akibat dalam jangka waktu
tertentu.
9. Risiko adalah kesempatan untuk terjadinya cidera/ kerugian dari suatu
bahaya, atau kombinasi dari kemungkinan dan akibat.
10. Risiko kesehatan adalah besarnya kemungkinan yang dimiliki oleh suatu
bahan, proses atau kondisi untuk menimbulkan kesakitan, gangguan
kesehatan, dan penyakit akibat kerja yang dipengaruhi oleh magnitude of
hazard (konsentrasi dan dos is), efek rating (tingkat dampak: fatality, very
serious, serious, moderate, Low, trivial), probabilitas (kemungkinan), frekwensi
pajanan, durasi pajanan
11. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah penetapan standar _pelaksanaan
pekerjaan baik secara resmi maupun tidak resmi oleh manajemen tentang
tahapan kegiatan yang akan dilaksanakan pekerja sebagai acuan dalam bekerja.

12. Standard Precaution. yaitu pengurangan terjadinya


penyakit langsung infeksi yang disebabkan penularan kontak terhadap
bahan infeksius maupun alat yang tidak steril atau mengandung bahan
infeksius.

13. Tenaga Kesehatan Kerja adalah setiap orang yang mengabdikan dirinya
di bidang kesehatan kerja serta memiliki kemampuan yang meliputi
pengetahuan dan atau keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan
berjenjang dan pelatihan kompetensi dalam bidang kesehatan kerja dan
bidang-bidang lain serta memenuhi kode etik yang bersifat melayani masyarakat
berkaitan dengan pekerja yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan kerja.
BAB II
PENGENALAN POTENSI BAHAYA DI PUSKESMAS DAN
MASALAH KESEHATAN YANG DITIMBULKANNYA

A. Potensi Bahaya
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya yang beragam terhadap
kesehatan. Potensi bahaya tersebut terdapat disetiap ruangan baik di dalam maupun
diluar gedung yang dapat timbul dari lingkungan tempat kerja, proses kerja, cara kerja,
alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK)
dan Kecelakaan Kerja (KK).
Tujuan pengenalan potensi bahaya di Puskesmas dan masalah kesehatan yang
ditimbulkannya adalah agar petugas Puskesmas dapat melakukan pengendalian risiko
dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah kesehatan yang diakibatkan
dari pekerjannya (PAK dan KK).
Potensi bahaya di Puskesmas dapat dikelompakan sebagai berikut :
1. Potensi Bahaya Umum yaitu potensi bahaya yang sama terdapat di setiap ruangan
seperti tabel dibawah ini:
Masalah
No. Potensi Bahaya Jenis Bahaya
Kesehatan/Kecelakaan Kerja
1. Fisik • Pencahayaan • Gangguan mata
• Suhu/kelembapan • Kepanasan, kedinginan
• Ventilasi • Stress
• Pengap
2. Biologi Lalat, kecoa, tikus, Diare, Pes, Malaria, Demam
nyamuk, kucing Berdarah, Typhoid, TORCH
3. Ergonomi • Posisi duduk terlalu Gangguan Muskuloskeletal
lama (> 6 jam)
• Posisi berdiri (> 4 jam)
4. Psikososial • Hubungan sesama • Stress kerja
petugas/interpersonal • Kelelahan
• Beban kerja • Stress kerja
• Shift kerja • Stress kerja
• Kesejahteraan
5. Sanitasi • Sampah non medis • Pencemaran lingkungan,
• Air bersih penularan penyakit infeksi
• Jamban
6. Gaya Hidup • Pola Makan • Ganguan gizi
• Olahraga • Penyakit tidak menular
• Merokok • Ganguan paru
• Perilaku kerja • PAK, KAK
7. Kontruksi • Bangunan (dinding, • Kecelakaan akibat
bangunan tangga, lantai, atap) tertimpa, tersandung,
• Pintu masuk/keluar terpeleset
• Tata letak ruangan • Terbentur, tertabrak
• Kenyamanan terganggu
• Terbentur kenyamanan
terganggu

Listrik :
• Kabel terkelupas • Luka setrum
• Instalasi yang tidak
standar • Luka bakar, kebakaran
• Hubungan arus
pendek • Kebakaran
• Beban listrik
berlebihan • Kebakaran

2. Potensi bahaya khusus yaitu potensi bahaya spesifik yang terdapat diruangan
tertentu antara lain:
Potensi Masalah Kesehatan dan
Lokasi Jenis Bahaya
Bahaya Kecelakaan Kerja
Poli Umum
• Kecelakaa • Benda tajam, alat • Tertusuk, tersayat,
n Kerja medis cidera

• Biologi • Mikroorganisme • Penularan infeksi


(virus, bakteri, dll) Hepatitis B, C, HIV,
Infeksi bakteri, TB,
Cacar air, Influenza

• Kimia • Disinfektan, • Gangguan SSP


merkuri

• Ergonomi • Posisi janggal • Muskuloskeletal


Disorder
Poli Gigi
• Kecelakaa • Benda tajam, alat • Tertusuk, tersayat,
n Kerja medis cedera

• Fisik • Getaran, • Renauld syndrome.


Kebisingan
• Gangguan
pendengaran

• Kimia • Merkuri, amalgam, • Gangguan SSP, ginjal,


silikat, kloretil, dermatitis
chlorin

• Biologi • Bakteri, virus, • Infeksi bakteri,


Hepatitis B, Hepatitis
C, HIV/AIDS

• Ergonomi • Posisi janggal, • Muskuloskeletal


menggenggam Disorder
berulang/repetitif

• Psikososial • Bekerja yang • Stress kerja


monoton
Poli KIA/KB
• Fisik • Benda tajam, alat • Tertusuk, tersayat
medis

• Kimia • Disinfektan, • Dermatitis, Gangguan


merkuri SSP

• Biologi • Bakteri, virus • Infeksi bakteri,


Hepatitis B, Hepatitis
C, HIV/AIDS, infeksi
jamur

• Ergonomi • Posisi janggal, • Muskuloskeletal


menggenggam
berulang/repetitif

• Psikososial • Beban kerja • Stress kerja


Ruang
• Fisik • Benda tajam, alat • Tertusuk, tersayat
Tindakan
medis

• Kimia • Disinfektan • Dermatitis, Gangguan


SSP

• Biologi • Bakteri, virus, • Infeksi bakteri,


jamur Hepatitis B, Hepatitis
C, HIV/AIDS, infeksi
jamur

• Ergonomi • Posisi janggal • Muskuloskeletal


• Psikososial • Situasi gawat • Stress kerja
darurat
Ruang UGD
• Fisik • Benda tajam, alat • Tertusuk, tersayat
medis

• Kimia • Disinfektan • Dermatitis, Gangguan


SSP

• Biologi • Bakteri, virus, • Infeksi bakteri,


jamur Hepatitis B, Hepatitis
C, HIV/AIDS, infeksi
jamur

• Ergonomi • Posisi janggal • Muskuloskeletal

• Psikososial • Situasi gawat • Stress kerja


darurat
Ruang
• Fisik • Benda tajam, alat • Tertusuk, tersayat
Persalinan
medis

• Kimia • Disinfektan • Dermatitis, Gangguan


SSP

• Biologi • Bakteri, virus, • Infeksi bakteri,


jamur Hepatitis B, Hepatitis
C, HIV/AIDS, infeksi
jamur

• Ergonomi • Posisi janggal • Muskuloskeletal

• Psikososial • Situasi gawat • Stress kerja


darurat
Laboratorium
• Fisik • Benda tajam, alat • Tertusuk, tersayat,
medis, api kebakaran

• Kimia • Disinfektan reagen • Dermatitis,


keracunan

• Biologi • Virus, bakteri, • Hepatitis B, Hepatitis


spora, jamur, C, HIV/AIDS, infeksi
parasit, jamur/bakteri/parasit

• Ergonomi • Posisi janggal, • Muskuloskeletal


statis, visual acuity

• Psikososial • Beban kerja • Stress kerja


Apotik
• Fisik • Pencahayaan, • Tertusuk, tersayat,
ventilasi kebakaran

• Kimia • Debu obat, • Dermatitis,


disinfektan, larutan keracunan

• Biologi • Bakteri, spora, • Hepatitis B, Hepatitis


parasit C, HIV/AIDS, infeksi
jamur/bakteri/parasit

• Ergonomi • Posisi janggal, • Muskuloskeletal


gerakan berulang,
angkat angkut

• Psikososial • Kerja monoton • Stress kerja


Ruang
• Fisik • Tata letak ruangan • Kecelakaan kerja,
Konsultasi
tersandung,
tersenggol

• Ergonomi • Duduk lama, posisi • Muskuloskeletal


statis

• Psikososial • Hubungan petugas • Stress kerja


dengan pasien
Gudang Obat
• Fisik • Suhu, kelembaban, • Kelelahan, tertimpa
ruangan terlalu barang/tumpukan
sempit obat

• Kimia • Disinfektan, • Dermatitis,


larutan, bahan keracunan obat
obat

• Biologi • Jamur, vektor • Infeksi jamur, pes,


(tikus, kecoa) typhoid

• Ergonomi • Angkat angkut • Muskuloskeletal

• Psikososial • Beban kerja • Stress kerja


Gudang Alat
• Fisik • Benda tajam, alat • Terluka, kecelakaan,
medis, ruangan kelelahan
sempit,
kelembaban/suhu,
pencahayaan,
komputer
• Biologi • Virus, bakteri • Hepatitis B, Hepatitis
C, infeksi bakteri

• Ergonomi • Angkat angkut • Muskuloskeletal


disorder
Loket
• Fisik • Suhu/kelembaban, • Kelelahan, tertusuk,
benda tajam, tersayat

• Kimia • Debu • Dermatitis, iritasi


mata

• Biologi • Virus, bakteri • Infeksi virus/bakteri

• Ergonomi • Posisi janggal • Muskuloskeletal

• Psikososial • Hubungan petugas • Stress kerja


Ruang
• Fisik • Kelembaban, • Kelelahan mata, mata
Administrasi
komputer, kering, kelelahan
pencahayaan, tata mata, benturan
letak ruang

• Ergonomi • Duduk lama (>6 • Muskuloskeletal


jam)

• Psikososial • Beban kerja • Stress kerja


Ruang Rapat
• Fisik • Kelembaban, • Kelelahan mata, mata
komputer, kering, kelelahan
pencahayaan, tata mata, benturan
letak ruang

• Ergonomi • Duduk lama (>6 • Muskuloskeletal


jam)
Ruang
• Fisik • Benda tajam, alat • Luka sayat, luka
Perawatan
medis, ventilasi, tusuk, kelelahan
kelembaban/suhu,
pencahayaan

• Kimia • Disinfektan, • Dermatitis,


merkuri gangguan SSP

• Biologi • Virus, bakteri, • Hepatitis B,


jamur, spora Hepatitis C,
HIV/AIDS, infeksi
bakteri/jamur/spora
• Ergonomi • Posisi janggal, • Muskuloskeletal
angkat angkut

• Psikososial • Beban kerja, shift • Stress kerja


kerja
Toilet
• Fisik • Ruang sempit, • Gangguan
kelembaban, Muskuloskeletal,
ventilasi, pengap, terpeleset
pencahayaan,
lantai licin

• Biologi • Bakteri, parasit • Infeksi


bakteri/parasit

• Psikososial • Perilaku • Kecelakaan


menggunakan
kloset tidak benar
Dapur
• Fisik • Kelembaban/suhu • Dehidrasi, gangguan
panas, penglihatan, iritasi
pencahayaan, mata, terpeleset,
lantai licin, tabung kebakaran, kelelahan
gas, ventilasi

• Kimia • Debu • Dermatitis, batuk

• Biologi • Bakteri, virus, • Infeksi bakteri/virus


kecoa, lalat, tikus,
kucing

• Ergonomi • Angkat angkut • Gangguan


Muskuloskeletal
Ruang
• Fisik • Kelembaban • Kelelahan
Cuci/Loundr
y • Kimia • Larutan, sabun, • Dermatitis
pemutih (klorin),
disinfektan

• Biologi • Virus, bakteri, • Infeksi virus, bakteri,


jamur jamur

• Ergonomi • Kerja monoton, • Muskuloskeletal


angkat angkut

• Psikososial • Beban kerja • Stress kerja


Ruang
• Fisik • Benda tajam, alat • Tertusuk, tergores,
Sterilisasi
medis, suhu panas kelelahan

• Kimia • Debu • Iritasi, batuk, sesak

• Biologi • Virus, bakteri, • Infeksi


jamur virus/bakteri/jamur
Kantin
• Fisik • Ventilasi, tabung • Kelelahan, tabung
gas, suhu panas meledak, kepanasan

• Kimia • Debu • Iritasi mata

• Biologi • Virus, bakteri, • Typhoid, pes


lalat, tikus

• Psikososial • Hubungan petugas • Stress kerja


dengan pembeli
Sistem
• Kimia • Limbah • Dermatitis,
Pembuangan
keracunan dll
Air Limbah
• Biologi • Virus, bakteri • Typhoid, diare
Sistem Air
• Fisik • Kebisingan mesin • Gangguan
Bersih/SAB
pompa pendengaran

• Kimia • Larutan disinfektan • Dermatitis

3. Potensi Masalah Kesehatan Kerja di Luar Gedung

Potensi masalah kesehatan kerja diluar gedung dapat dilihat pada contoh berikut

No. Jenis kegiatan Potensi bahaya Masalah


kesehatan/kecelakaan
kerja

1. Puskesmas keliling Kendaraan Kecelakaan transportasi

Peralatan medis Infeksi (Hepatitis, HIV, dll)


pusling,
Stress kerja
tertusuk jarum
suntik

Gangguan
psikososial

2. Taman Biologi (parasit, Cacingan, infeksi bakteri


bakteri)
Kimia (pupuk) Keracunan, gangguan
pencernaan

3. Kunjungan rumah Kendaraan


(PHN/Gizi/UKS/Surveillans)
Tertusuk jarum
suntik

4. UKBM (posyandu, pos, UKK,


pos lansia, dll)

5. Fogging (pengasapan)

B. JENIS DOKUMEN AKREDITASI PUSKESMAS


1. Dokumen Induk
Dokumen asli dan telah disahkan oleh Kepala Puskesmas.
2. Dokumen terkendali
Dokumen yang didistribusikan kepada sekretariat/tiap unit/pelaksana, terdaftar
dalam daftar distribusi dokumen terkendali, dan menjadi acuan dalam
melaksanakan pekerjaan dan dapat ditarik bila ada perubahan (revisi). Dokumen
ini harus ada tanda/stempel “TERKENDALI”.
3. Dokumen tidak terkendali
Dokumen yang didistribusikan untuk kebutuhan eksternal atau atas permintaan
pihak di luar Puskesmas digunakan untuk keperluan insidentil, tidak dapat
digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan pekerjaan dan memiliki
tanda/stempel “TIDAK TERKENDALI”. Yang berhak mengeluarkan dokumen ini
adalah penanggung jawab manajemen mutu dan tercatat pada daftar distribusi
dokumen tidak terkendali.
4. Dokumen Kadaluwarsa
Dokumen yang dinyatakan sudah tidak berlaku oleh karena telah mengalami
perubahan/revisi sehingga tidak dapat lagi menjadi acuan dalam melaksanakan
pekerjaan.Dokumen ini harus ada tanda/stempel “KADALUWARSA”.Dokumen
induk diidentifikasi dan dokumen sisanya dimusnahkan.

C. JENIS DOKUMEN YANG PERLU DISEDIAKAN


Dokumen-dokumen yang perlu disediakan di Puskesmas adalah sebagai berikut:
1. Penyelenggaraan manajemen Puskesmas:
a. Kebijakan Kepala Puskesmas
b. Rencana Lima Tahunan Puskesmas
c. Pedoman/manual mutu
d. Pedoman/panduan teknis yang terkait dengan manajemen
e. Standar operasional prosedur (SOP)
f. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP)
1) Rencana Usulan Kegiatan (RUK)
2) Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK)
g. Kerangka Acuan Kegiatan.
2. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM):
a. Kebijakan Kepala Puskesmas
b. Pedoman untuk masing-masing UKM (esensial maupun pengembangan)
c. Standar operasional prosedur (SOP)
d. Rencana Tahunan untuk masing-masing UKM terintegrasi dalam RUK dan RPK.
e. Kerangka Acuan Kegiatan pada tiap-tiap UKM
3. Penyelenggaraan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP)
a. Kebijakan tentang pelayanan klinis
b. Pedoman Pelayanan Klinis
c. Standar operasional prosedur (SOP) klinis
d. Rencana tahunan UKP terintegrasi dalam RUK dan RPK
e. Kerangka Acuan terkait dengan Program/Kegiatan Pelayanan Klinis dan
Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien.
BAB III
PELAKSANAAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
DI PUSKESMAS

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskemas dapat dilakasanakan melalui beberapa
tahap yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pengawasan,
pemantauan dan evaluasi.
A. TAHAP PERENCANAAN
1. Komitmen dan Kebijakan K3 Puskesmas
Komitmen melaksanakan K3 di Puskesmas merupakan kesepakatan seluruh
pegawai Puskesmas. Hasil dari komitmen dituangkan dalam bentuk kebijakan
tertulis Puskesmas untuk pelaksanaan K3. Keberhasilan pelaksanaan K3 di
Puskesmas sangat dipengaruhi oleh dukungan kebijakan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mengingat bahwa Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

Komitmen pelaksanaan K3 di Puskesmas diwujudkan dalam bentuk


penandatanganan kesepakatan oleh seluruh pegawai Puskesmas setelah
dilakukan sosialisasi oleh Kepala Puskesmas pada saat lokakarya mini. Kebijakan
K3 di Puskesmas dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Kepala Puskesmas
yang berisikan tentang ruang lingkup pelaksanaan K3 di Puskesmas.
2. Pembentukan Tim K3 di Puskesmas
Pembentukan tim K3 di Puskesmas ditetapkan melalui Surat Keputusan Kepala
Puskesmas yang menyangkut susunan organisasi, tugas dan tanggung jawab
setiap pegawai. susunan organisasi inti tim K3 di Puskesmas minimal terdiri dari
Ketua, Sekretaris dan Penanggung Jawab Pelayanan Kesehatan Kerja, Penanggung
Jawab Sarana Prasarana. Tim K3 di Puskesmas melibatkan seluruh koordinator
ruangan dengan latar belakang pendidikan kesehatan yang berbeda seperti dokter,
dokter gigi, perawat, bidan, ahli gizi, sanitarian, asisten apoteker dan penyuluh
kesehatan. Tim K3 diharapkan mempunyai pengetahuan dan keterampilan di
bidang kesehatan kerja.

Tugas Tim K3 di Puskemas yakni memberikan rekomendasi dan pertimbangan


kepada kepala Puskesmas dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota
mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan K3 dan membuat program K3
di Puskesmas.

Fungsi dari Tim K3 ini mengumpulkan dan menganalisa seluruh data dan
menginformasikan permasalah K3 di Puskesmas, membantu kepala Puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan upaya promosi K3, koreksi,
pelatihan dan penelitian kecil tentang K3 di Puskesmas, melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan program K3. Semua pegawai Puskesmas
terlibat dalam pelaksanaan K3 di Puskesmas.
3. Perencanaan K3 di Puskesmas
Setelah adanya komitmen dan terbentuknya tim K3 di Puskesmas, bersama Kepala
Puskemas membuat rencana kerja K3 di Puskesmas.

Dalam perencanaan K3 Puskesmas Tim sebelumnya melakukan identifikasi atau


Mapping potensi bahaya setiap ruang di Puskesmas yakni administrasi, ruang
pelayanan kesehatan dan ruangan lainnya serta tempat-tempat lain yang ada di
lingkungan Puskesmas seperti sumur, tempat pembuangan sampah, garasi dari
berbagai golongan bahaya potensial dibandingkan dengan perencanaan yang ada.

Hasil identifikasi dituangkan dalam matrik seperti contoh di bawah ini.


No. Ruang/Tempat Bahaya Potensial Perencanaan Pengendalian
Risiko
1. Poli Umum Fisik Fisik
Kimia Kimia
Biologi Biologi
Ergonomi Ergonomi
Psikososial Psikososial
Kecelakaan Kecelakaan
Kerja Kerja
Tertusuk, Tertusuk Pencegahan
tersayat Pasca
Pajanan
2. Poli Gigi Fisik Fisik
Kimia Kimia
Biologi Biologi
Ergonomi Ergonomi
Psikososial Psikososial
Kecelakaan Kecelakaan
Kerja Kerja
3. Dst

Setelah melakukan identifikasi dan mapping potensi bahaya di Puskesmas Tim K3


membuat perencanaan selama satu tahun atau selama lima tahun seperti contoh
sebagai berikut:

Kegiatan Lokasi Penanggung Pelaksana Dana Waktu Ket


Jawab
Sosialisasi Ruang Ka Poli Tim K3 Infeksi 15.000 Jumat,20- Waktu
pencegahan Poli UGD nosokomial 8-2012 pk kegiatan
infeksi 14.00 s/d disesuai
selesai kan

Dll
B. TAHAP PELAKSANAAN
1. Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO), rambu petunjuk K3
Agar pelaksanaan kegiatan K3 di Puskesmas berjalan sesuai dengan standar perlu
disusun SPO meliputi SPO cara kerja/pelayanan, SPO pengelolaan alat, SPO
penggunaan APD, SPO pengelolaan limbah, dll.
2. Pembudayaan K3 melalui pemanfaatan SPO,
Sosialisasi SPO yang telah disusun pada seluruh jajaran petugas Puskesmas
sesuai dengan tempat kerjanya.
3. Penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana yang mendukung dan menunjang
pelaksanaan K3 di Puskesmas.
4. Pelayanan kesehatan kerja dan tanggap darurat,
- Pelayanan kesehatan kerja merupakan pelayanan kesehatan berupa
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan khusus untuk
petugas kesehatan yang paling berisiko di Puskesmas seperti petugas Poli
IGD dan laboratorium. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan
memberikan pengobatan dan perawatan pada petugas Puskemas yang
menderita sakit termasuk peningkatan kesehatan fisik dan mental.
- Mapping lingkungan tempat kerja (area yang dianggap berisiko dan
berbahaya),
- Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat. membuat rambu-
rambu jalan keluar evakuasi apabila terjadi bencana.
5. Pengelolaan alat berupa kegiatan penyediaan dan pemeliharaan peralatan
Puskesmas agar layak digunakan dengan selalu di kalibrasi dan sertifikasi.
6. Pengelolaan limbah dilakukan seperti penyediaan fasilitas untuk penanganan dan
pengelolaan limbah padat, cair dan gas, pengelolaan limbah medis dan non medis.
7. Peningkatan kemampuan sumber daya
Merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi
petugas Puskesmas dalam bekerja yang sehat dan aman antara lain dengan
mengirim pegawai Puskesmas mengikuti pelatihan tentang pencegahan infeksi,
pelatihan tentang penatalaksanaan alat.
8. Penyediaan dukungan sarana dan prasarana K3 yang mendukung pelaksanaan
kegiatan K3 di Puskesmas dengan menyediakan alat K3 secara sederhana (APAR,
APD, antiseptik, vaksin dll.)
9. Monitoring dan evaluasi yaitu kegiatan pemantaun yang berkaitan dengan tujuan
dan sasaran K3 dengan melakukan inspeksi dan pengujian sesuai dengan
objeknya sehingga perlu dilakukan identifikasi potensi bahaya di setiap ruang
administrasi, ruang pelayanan kesehatan dan ruangan lainnya serta tempat-
tempat lain yang ada di lingkungan Puskesmas seperti sumur, tempat
pembuangan sampah, garasi dari berbagai golongan bahaya potensial
dibandingkan dengan perencanaan yang ada.
Hasil Identifikasi dituangkan dalam matrik di bawah ini.
No. Ruang/Tempat Bahaya Potensial Perencanaan
Pengendalian Risiko
1. Poli Umum Fisik Fisik
Kimia Kimia
Biologi Biologi
Ergonomi Ergonomi
Psikososial Psikososial
Kecelakaan Kecelakaan Tertusuk,
Kerja Kerja tersayat
2. Poli Gigi Fisik Fisik
Kimia Kimia
Biologi Biologi
Ergonomi Ergonomi
Psikososial Psikososial
Kecelakaan Kecelakaan
Kerja Kerja

10. Penilaian risiko (lama pajanan, frekwensi, durasi, intensitas)


Tidak semua bahaya potensial di tempat kerja (Puskesmas) perlu dilakukan
pengendalian disesuaikan dengan tingkat risiko yang ada.
11. Pengendalian risiko dengan menggunakan pendekatan pelayanan kesehatan yang
meliputi:
a. Upaya Promotif
1) Menginformasikan potensi bahaya yang ada di Puskesmas kepada seluruh
petugas Puskesmas
2) Melakukan penyuluhan tentang potensi bahaya di lingkungan kerja dan
masalah kesehatan yang ditimbulkannya, penyuluhan penggunaan APD
yang tepat dan benar
3) Memasang leaflet, poster dan penyebaran brosur
4) Menginformasikan PHBS di tempat kerja
5) Melaksanakan latihan fisik, bimbingan rohani, rekreasi
b. Upaya Preventif

Pelaksanaan upaya preventif dengan menggunakan:


1) Penerapan prinsip pencegahan berupa :penerapan cuci tangan, penggunaan
sarung tangan, barier protection (penggunaan lotion, masker, apron,
mengganti tensi meter yang menggunakan merkuri dengan tensi meter
digital, mengganti bahan tambal gigi amalgam dengan bahan seperti Glass
Ionomer Composite, mengurangi sumber eksposur, contohnya
penutupan/isolasi mesin kompresor ruang poli gigi, pengaturan shift kerja,
penyusunan SPO dan lain lain
2) Pemberian immunisasi pada petugas kesehatan diberikan dengan
memperhatikan tingkat risiko penularan. Saat ini diharapkan petugas
kesehatan dapat diberikan imunisasi Hepatitis B dan Influenza serta
imunisasi yang tersedia sesuai kebutuhan.
3) Penatalaksanaan limbah Puskesmas termasuk pembuangan sampah.
- Limbah domestik/ rumah tangga
Limbah yang berasal dari kegiatan non medis, seperti kegiatan dapur,
sampah dari pengunjung. dll yang tidak mengandung kuman infeksius.
Termasuk pula didalamnya kardus obat, plastik pembungkus syringe
dan benda lainnya yang tidak mengandung dan tidak terkontaminasi
kuman patogen atau bahan infeksius. Limbah ini ditampung dalam
kantong hitam, untuk selanjutnya dibawa ke Tempat Pembuangan Akhir
(TPA).
- Limbah benda tajam
Yaitu materi padat yang memiliki sudut lancip dan dapat menyebabkan
luka iris atau tusuk. Contohnya jarum suntik, kaca sediaan, infus set,
ampull vial obat, dll.

Limbah benda tajam tidak boleh dilakukan recapping langsung


ditampung dalam safety box atau kontainer lain yang kuat dan tidak
bocor sebelum ditimbun. Daur ulang dari limbah benda tajam sangat
tidak dianjurkan.
- Limbah infeksius
Yaitu limbah yang diduga mengandung patogen (virus, bakteri, parasit,
dan jamur) dalam jumlah yang cukup untuk menyebabkan penyakit
pada pekerja yang rentan, misalnya kultur dan stok agen infeksius dari
aktifitas laboratorium, limbah hasil operasi dari pasien penderita penyak
menular, limbah pasien yang menderita penyakit menular dari bagian
isolasi, alat atau materi lain yang tersentuh oleh orang sakit.

Limbah infeksius ditampung dalam wadah yang kuat dan tidak bocor,
dan dipilah dari sumbernya. Limbah infeksius tidak boleh dicampur
dengan limbah jenis lain. Bila terjadi pencampuran dengan limbah non
infeksius maka limbah non infeksius dianggap sebagai limbah infeksius.

Penyimpanan sementara limbah infeksius di Puskesmas tidak lebih dari


48 jam sejak mulai penyimpanan dengan persyaratan penyimpanan
diruang khusus, tertutup, ada pencatatan jumlah timbulan limbah
setiaphari, tidak memungkinkan binatang pengerat keluar masuk
termasuk pembatasan akses orang untuk masuk ketempat tersebut.
- Limbah Patologis
Yaitu limbah yang berasal dari jaringan tubuh, limbah jenis ini harus
ditampung dalam kontainer/wadah yang kuat dan tidak bocor misalnya
organ tubuh, janin, darah, muntahan, air seni, dan cairan tubuh
lainnya. Pengolahannya sama seperti limbah infeksius, jika dalam
bentuk padat maka di olah dengan alat pengolahan limbah padat jika
dalam bentuk cair maka harus di olah melalui instalasi pengolahan air
limbah (IPAL).
- Limbah Farmasi
Yaitu limbah yang mengandung bahan bahan farmasi seperti produk
farmasi, obat, vaksin, serum yang sudah kadaluarsa, dan lainnya.
Limbah farmasi dapat dikembalikan kepada produsennya sementara bila
terjad dala tumpahan obat dan menggunakan pas absorben untuk
menyerap tumpahannya atau sesuai dengan lembar keselamatan yang
ada dari produsen. Pasir absorben atau materi penyerap tumpahan
farmasi ini termasuk limbah B3 dan harus dikelola dan diolah secara
khusus oleh pihak yang bisa mengelola limbah tumpahan farmasi.
- Limbah Kimia
Yaitu yang mengandung zat kimia berasal dari aktivitas diagnostik,
pemeliharaan kebersihan, dan pemberian desinfektan. Contohnya
formaldehid, zat kimia untuk rontgen, dan lain lain, jika dalam jumlah
kecil limbah kimia dapat disatukan dengan limbah infeksius dalam
pengolahannya.
- Limbah Logam Berat
Adalah limbah medis yang mengandung logam berat dalam konsentrasi
tinggi biasanya sangat toksik, seperti limbah merkuri dari bocoran
peralatan kedokteran (termometer, alat pengukur tekanan darah, dll)
penampungan dipisah dengan limbah lainnya dan penampunganya
harus kuat dan tidak bocor serta menguap. Dalam pengolahannya
sebaiknya bekerjasama dengan Dinas/badan lingkungan hidup
setempat.
4) Deteksi Dini melalui Medical Chek Up (MCU)
- Pemeriksaan prakerja atau sebelum kerja dilakukan pada pegawai baru
yang akan mulai kerja atau kepada pegawai pindahan atau mutasi dari
tempat lain atau antar tempat kerja untuk mendapatkan data dasar
status kesehatan calon atau petugas puskesmas.
- Pemeriksaan berkala dilakukan kepada seluruh pegawai Puskesmas
minimal 1 (satu) tahun sekali untuk mengetahui perubahan status
kesehatan pekerja secara dini.
- Pemeriksaan kesehatan khusus dilaksanakan kepada pegawai yang
mengalami pajanan tertentu untuk menilai adanya pengaruh dari
pekerjaan tertentu terhadap pegawai atau golongan pegawai tertentu
(pegawai laboratorium dan bagian radiologi).
c. Upaya Kuratif
Pelaksanaan tindakan pengobatan bagi petugas Puskesmas yang mengalami
gangguan kesehatan selama melakukan pekerjaan
1) Penatalaksanaan kecelakaan kerja seperti tertusuk jarum bekas /benda
tajam alat tindakan medis
2) Penatalaksanaan cedera akibat kecelakaan kerja
3) Pengobatan penyakit akibat kerja (PAK) mengikuti pedoman
penatalaksanaan penyakit akibat kerja
4) Melakukan rujukan kasus
d. Upaya Rehabilitatif
Pengendalian melalui upaya rehabilitatif ditujukan untuk mencegah kematian
dan kecatatan yang semakin berat. Misalnya pada petugas kesehatan yang
tertusuk jarum, dilakukan pemantauan status HBsAg, konseling untuk HIV
AIDS.

Rekomendasi terhadap penempatan kembali pekerja sesuai kemampuannya


dan pentahapan untuk dapat kembali pada pekerjaan semula setelah sembuh
dari sakit/ kecelakaan kerja.

C. TAHAP PENGAWASAN, PEMANTAUAN DAN EVALUASI

Pengawasan dilakukan oleh Tim K3 Puskesmas secara berkala sesuai jadual


yang sudah ditentukan dalam perencanaan.
Pemantauan dilakukan terhadap kepatuhan SPO, penggunaan APD,
penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana, pelayanan kesehatan kerja dan
tanggap darurat, pengelolaan alat, pengelolaan limbah, peningkatan kemampuan
sumber daya, penyediaan dukungan sarana dan prasarana K3 (Alat Pemadam Api
Ringan/APAR, APD), penilaian risiko (lama pajanan, frekuensi, durasi, intensitas).
Bentuk pemantauan dilakukan dengan menggunakan instrumen sehingga didapatkan
data pemantauan berkala sesuai dengan pelaksanaan kegiatan K3 di Puskesmas.
Evaluasi dilakukan secara internal oleh Tim K3 Puskesmas setiap tahun yang
bertujuan untuk menilai pelaksanaan K3 yang telah dilakukan tahun terakhir dan
hasilnya digunakan untuk perencanaan kegiatan selanjutnya. Evaluasi yang
dilakukan meliputi input, proses dan output dengan menggunakan instrumen
(terlampir).

Ditetapkan di : Sumedang
Pada tanggal : 07 April 2022

KEPALA UPTD PUSKESMAS


RAWAT INAP KOTAKALER,

MELA AMALIANI

Anda mungkin juga menyukai