DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP KOTAKALER
Jl. Sopian Iskandar No. 34 Tlp.(0261) 203078
E-mail : pkmkotakalersumedang@gmail.com Kode Pos 4532
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS RAWAT INAP KOTAKALER
Nomor: 440/013.A/PKMKOKA/IV/2022
Lampiran: 1 (satu) berkas
TENTANG
PEDOMAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) DI PUSKESMAS
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Sumedang
pada tanggal : 07 April 2022
KEPALA PUSKESMAS RAWAT INAP
KOTAKALER
KABUPATEN SUMEDANG,
MELA AMALIANI
Lampiran : Keputusan Kepala UPTD Puskesmas
Rawat Inap Kotakaler.
Nomor : 440/ 013.A/PKM-KOKA/IV/2022
Tanggal : 07 April 2022
Tentang : Pedoman Keselamatan Dan
Kesehatan Kerja (K3) Di Puskesmas
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pada BAB XII Kesehatan Kerja pasal
164 ayat (1) menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi
pekerja agar hidup sehat dan terbebas dari gangguan kesehatan serta pengaruh buruk
yang diakibatkan oleh pekerjaan. Pekerja dalam ayat tersebut termasuk tenaga
kesehatan dan non kesehatan yang bekerja di Puskesmas, Puskesmas Pembantu,
Polindes dan Poskesdes.
Puskesmas sebagai salah satu fasilitas pelayanan kesehatan dasar merupakan ujung
tombak terdepan dalam pelayanan kesehatan masyarakat. Puskesmas berfungsi
sebagai pusat pembangunan wilayah berwawasan kesehatan, pusat pelayanan
kesehatan perorangan primer, pusat pelayanan kesehatan masyarakat primer dan
pusat pemberdayaan masyarakat. Sebagai unit pelayanan kesehatan memiliki berbagai
potensi bahaya yang berpengaruh buruk pada tenaga kesehatan dan non kesehatan
yang bekerja di Puskesmas, pasien, pengunjung dan masyarakat disekitarnya. Potensi
bahaya tersebut meliputi golongan fisik, kimia, biologi, ergonomik dan
psikososial. Khususnya golongan biologi merupakan bahaya potensi yang paling
sering menyebabkan gangguan kesehatan di Puskesmas.
Potensi bahaya golongan biologis tersebut antara lain virus, bakteri, jamur, protozoa,
parasit, hewan pengerat. Virus dan bakteri merupakan potensi bahaya yang
paling sering mengancam pada petugas Puskesmas. Hal tersebut terkait dengan
masih tingginya prevalensi berbagai penyakit yang disebabkannya yakni TB Paru,
Hepatitis 8, Hepatitis C, dan HIV AIDS yang dapat menular dari pasien ke petugas
Puskesmas selama menjalankan pekerjaan. Penyakit-penyakit tersebut digolongkan
dalam penyakit akibat kerja.
Prevalensi TB pada kelompok yang pernah didiagnosis tertinggi adalah Papua sebesar
1,441% diikuti Banten sebesar 1,282% dan Sulawesi Utara sebesar 1,221 % sedangkan
prevalensi terendah pada provinsi Lampung sebesar 0,27% diikuti Bali
0,306% dan DI Yogyakarta 0,311%. Pada tahun 2010
Pada tahun 2000, WHO mencatat kasus infeksi akibat tusukan jarum yang
terkontaminasi virus yang diperkirakan mengakibatkan:
a. Terinfeksi virus Hepatitis B sebanyak 21 juta (32% dari semua infeksi baru),
b. Terinfeksi virus Hepatitis C sebanyak 2 juta (40% dari semua infeksi baru),
c. Terinfeksi HIV sebanyak 260 ribu (5% dari seluruh infeksi baru).
Permasalahan kesehatan yang juga menjadi potensial risiko pada petugas Puskesmas
saat ini berdasarkan kasus dengan menggunakan case rate AIDS dengan
membandingkan jumlah kasus kumulatif terhadap jumlah penduduk menurut
provinsl tahun 2010 menunjukkan propinsi papua sebesar 173,69 diikuti oleh Bali
49,16 dan DKI 44, 7 4 per 100.000 penduduk.
Dari prevalensi yang tinggi tersebut, disisi lain pengendalaian bahaya di fasilitas
kesehatan khususnya Puskesmas belum memadai. Hal ini dibuktikan dari berbagai
penelitian pengendalian bahaya antara lain: Starh dengan Quick Investigation of Quality
yang melibatkan 136 fasilitas kesehatan dan 108 diantaranya adalah Puskesmas,
menunjukkan bahwa hampir semua petugas Puskesmas belum memahami dan
mengetahui tentang kewaspadaan universal. Hasil penelitian di wilayah Jakarta
Timur yang dilakukan oleh Sri Hudoyo 2004 menunjukkan bahwa tingkat kepatuhan
petugas menerapkan setiap prosedur tahapan kewaspadaan universal dengan
benar hanya 18,3%, dengan status vaksinasi Hepatitis B pada petugas Puskesmas
masih rendah yaitu 12,5%, riwayat pernah tertusuk jarum bekas 84,2%.
Pada tahun 2010 jumlah Puskesmas 9.133 buah dengan berbagai jenis tenaga
kesehatan dan non kesehatan yang terdiri dari berbagai profesi dan disiplin
ilmu yaitu dokter, perawat, bidan, sanitarian, analis kimia, nutrisionis, kesehatan
lingkungan, administrasi, pekarya kesehatan dan petugas kebersihan.
Deklarasi Alma Ata tahun 1978, mengakui akan pentingnya petugas Puskesmas
dan petugas kesehatan masyarakat untuk memelihara kesehatan di lingkungan
tempat tinggal dan tempat kerja. Petugas Puskesmas di banyak negara berkembang
tidak terlatih dalam hal pencegahan dan pengendalian sederhan terhadap berbagai
masalah kesehatan pekerja.
Mengingat potensi bahaya yang tinggi bagi petugas Puskesmas, sehingga diperlukan
Pedoman Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Puskesmas yang
diharapkan dapat dipergunakan sebagai acuan terhadap perlindungan kesehatan
petugas Puskesmas khususnya petugas kesehatan yaitu mulai dari kegiatan
promotif, preventif kuratif dan rehabilitatif.
B. Tujuan
1. Umum
Menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan produktif untuk petugas
Puskesmas, pasien, pengunjung/ pengantar pasien, masyarakat dan
lingkungan sekitar Puskesmas.
2. Khusus
D. Ruang Lingkup
1. Pengenalan potensi bahaya di Puskesmas dan masalah kesehatan yang
ditimbulkannya.
4. lndikator keberhasilan
E. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Dasar 1945, pasal 28h ayat (1) tentang hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan
13. Tenaga Kesehatan Kerja adalah setiap orang yang mengabdikan dirinya
di bidang kesehatan kerja serta memiliki kemampuan yang meliputi
pengetahuan dan atau keterampilan yang diperoleh melalui pendidikan
berjenjang dan pelatihan kompetensi dalam bidang kesehatan kerja dan
bidang-bidang lain serta memenuhi kode etik yang bersifat melayani masyarakat
berkaitan dengan pekerja yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan
untuk melakukan upaya kesehatan kerja.
BAB II
PENGENALAN POTENSI BAHAYA DI PUSKESMAS DAN
MASALAH KESEHATAN YANG DITIMBULKANNYA
A. Potensi Bahaya
Puskesmas sebagai tempat kerja mempunyai potensi bahaya yang beragam terhadap
kesehatan. Potensi bahaya tersebut terdapat disetiap ruangan baik di dalam maupun
diluar gedung yang dapat timbul dari lingkungan tempat kerja, proses kerja, cara kerja,
alat dan bahan kerja yang dapat menimbulkan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK)
dan Kecelakaan Kerja (KK).
Tujuan pengenalan potensi bahaya di Puskesmas dan masalah kesehatan yang
ditimbulkannya adalah agar petugas Puskesmas dapat melakukan pengendalian risiko
dengan benar sehingga terhindar dari berbagai masalah kesehatan yang diakibatkan
dari pekerjannya (PAK dan KK).
Potensi bahaya di Puskesmas dapat dikelompakan sebagai berikut :
1. Potensi Bahaya Umum yaitu potensi bahaya yang sama terdapat di setiap ruangan
seperti tabel dibawah ini:
Masalah
No. Potensi Bahaya Jenis Bahaya
Kesehatan/Kecelakaan Kerja
1. Fisik • Pencahayaan • Gangguan mata
• Suhu/kelembapan • Kepanasan, kedinginan
• Ventilasi • Stress
• Pengap
2. Biologi Lalat, kecoa, tikus, Diare, Pes, Malaria, Demam
nyamuk, kucing Berdarah, Typhoid, TORCH
3. Ergonomi • Posisi duduk terlalu Gangguan Muskuloskeletal
lama (> 6 jam)
• Posisi berdiri (> 4 jam)
4. Psikososial • Hubungan sesama • Stress kerja
petugas/interpersonal • Kelelahan
• Beban kerja • Stress kerja
• Shift kerja • Stress kerja
• Kesejahteraan
5. Sanitasi • Sampah non medis • Pencemaran lingkungan,
• Air bersih penularan penyakit infeksi
• Jamban
6. Gaya Hidup • Pola Makan • Ganguan gizi
• Olahraga • Penyakit tidak menular
• Merokok • Ganguan paru
• Perilaku kerja • PAK, KAK
7. Kontruksi • Bangunan (dinding, • Kecelakaan akibat
bangunan tangga, lantai, atap) tertimpa, tersandung,
• Pintu masuk/keluar terpeleset
• Tata letak ruangan • Terbentur, tertabrak
• Kenyamanan terganggu
• Terbentur kenyamanan
terganggu
Listrik :
• Kabel terkelupas • Luka setrum
• Instalasi yang tidak
standar • Luka bakar, kebakaran
• Hubungan arus
pendek • Kebakaran
• Beban listrik
berlebihan • Kebakaran
2. Potensi bahaya khusus yaitu potensi bahaya spesifik yang terdapat diruangan
tertentu antara lain:
Potensi Masalah Kesehatan dan
Lokasi Jenis Bahaya
Bahaya Kecelakaan Kerja
Poli Umum
• Kecelakaa • Benda tajam, alat • Tertusuk, tersayat,
n Kerja medis cidera
Potensi masalah kesehatan kerja diluar gedung dapat dilihat pada contoh berikut
Gangguan
psikososial
5. Fogging (pengasapan)
Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Puskemas dapat dilakasanakan melalui beberapa
tahap yang meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap pengawasan,
pemantauan dan evaluasi.
A. TAHAP PERENCANAAN
1. Komitmen dan Kebijakan K3 Puskesmas
Komitmen melaksanakan K3 di Puskesmas merupakan kesepakatan seluruh
pegawai Puskesmas. Hasil dari komitmen dituangkan dalam bentuk kebijakan
tertulis Puskesmas untuk pelaksanaan K3. Keberhasilan pelaksanaan K3 di
Puskesmas sangat dipengaruhi oleh dukungan kebijakan Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota mengingat bahwa Puskesmas sebagai Unit Pelaksana Teknis
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
Fungsi dari Tim K3 ini mengumpulkan dan menganalisa seluruh data dan
menginformasikan permasalah K3 di Puskesmas, membantu kepala Puskesmas
dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melakukan upaya promosi K3, koreksi,
pelatihan dan penelitian kecil tentang K3 di Puskesmas, melaksanakan
pengawasan terhadap pelaksanaan program K3. Semua pegawai Puskesmas
terlibat dalam pelaksanaan K3 di Puskesmas.
3. Perencanaan K3 di Puskesmas
Setelah adanya komitmen dan terbentuknya tim K3 di Puskesmas, bersama Kepala
Puskemas membuat rencana kerja K3 di Puskesmas.
Dll
B. TAHAP PELAKSANAAN
1. Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO), rambu petunjuk K3
Agar pelaksanaan kegiatan K3 di Puskesmas berjalan sesuai dengan standar perlu
disusun SPO meliputi SPO cara kerja/pelayanan, SPO pengelolaan alat, SPO
penggunaan APD, SPO pengelolaan limbah, dll.
2. Pembudayaan K3 melalui pemanfaatan SPO,
Sosialisasi SPO yang telah disusun pada seluruh jajaran petugas Puskesmas
sesuai dengan tempat kerjanya.
3. Penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana yang mendukung dan menunjang
pelaksanaan K3 di Puskesmas.
4. Pelayanan kesehatan kerja dan tanggap darurat,
- Pelayanan kesehatan kerja merupakan pelayanan kesehatan berupa
pemeriksaan kesehatan sebelum bekerja, berkala dan khusus untuk
petugas kesehatan yang paling berisiko di Puskesmas seperti petugas Poli
IGD dan laboratorium. Pelayanan kesehatan dapat dilakukan dengan
memberikan pengobatan dan perawatan pada petugas Puskemas yang
menderita sakit termasuk peningkatan kesehatan fisik dan mental.
- Mapping lingkungan tempat kerja (area yang dianggap berisiko dan
berbahaya),
- Menyiapkan sarana dan prasarana tanggap darurat. membuat rambu-
rambu jalan keluar evakuasi apabila terjadi bencana.
5. Pengelolaan alat berupa kegiatan penyediaan dan pemeliharaan peralatan
Puskesmas agar layak digunakan dengan selalu di kalibrasi dan sertifikasi.
6. Pengelolaan limbah dilakukan seperti penyediaan fasilitas untuk penanganan dan
pengelolaan limbah padat, cair dan gas, pengelolaan limbah medis dan non medis.
7. Peningkatan kemampuan sumber daya
Merupakan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi
petugas Puskesmas dalam bekerja yang sehat dan aman antara lain dengan
mengirim pegawai Puskesmas mengikuti pelatihan tentang pencegahan infeksi,
pelatihan tentang penatalaksanaan alat.
8. Penyediaan dukungan sarana dan prasarana K3 yang mendukung pelaksanaan
kegiatan K3 di Puskesmas dengan menyediakan alat K3 secara sederhana (APAR,
APD, antiseptik, vaksin dll.)
9. Monitoring dan evaluasi yaitu kegiatan pemantaun yang berkaitan dengan tujuan
dan sasaran K3 dengan melakukan inspeksi dan pengujian sesuai dengan
objeknya sehingga perlu dilakukan identifikasi potensi bahaya di setiap ruang
administrasi, ruang pelayanan kesehatan dan ruangan lainnya serta tempat-
tempat lain yang ada di lingkungan Puskesmas seperti sumur, tempat
pembuangan sampah, garasi dari berbagai golongan bahaya potensial
dibandingkan dengan perencanaan yang ada.
Hasil Identifikasi dituangkan dalam matrik di bawah ini.
No. Ruang/Tempat Bahaya Potensial Perencanaan
Pengendalian Risiko
1. Poli Umum Fisik Fisik
Kimia Kimia
Biologi Biologi
Ergonomi Ergonomi
Psikososial Psikososial
Kecelakaan Kecelakaan Tertusuk,
Kerja Kerja tersayat
2. Poli Gigi Fisik Fisik
Kimia Kimia
Biologi Biologi
Ergonomi Ergonomi
Psikososial Psikososial
Kecelakaan Kecelakaan
Kerja Kerja
Limbah infeksius ditampung dalam wadah yang kuat dan tidak bocor,
dan dipilah dari sumbernya. Limbah infeksius tidak boleh dicampur
dengan limbah jenis lain. Bila terjadi pencampuran dengan limbah non
infeksius maka limbah non infeksius dianggap sebagai limbah infeksius.
Ditetapkan di : Sumedang
Pada tanggal : 07 April 2022
MELA AMALIANI