Disusun oleh:
Disusun oleh:
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat, nikmat, dan
karunia-Nya sehingga penyusun dapat melaksanakan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan di PT Mahakam Beta Farma mulai tanggal 01 Juli 2019 hingga 01
September 2019 dan menyusun laporan Praktik Kerja Lapangan dengan judul
“UJI STERILITAS ONDANSETRON HCl” yang telah terselesaikan dengan baik,
walaupun jauh dari kata sempurna.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pembuatan laporan Praktik Kerja Lapangan ini, yaitu:
1. Kepada Bapak Hendra Nanto Wijaya, Apt. selaku Kepala Sekolah SMK
Caraka Nusantara
2. Kepada Ibu Cindy Oktaria Putri selaku Manager QC PT Mahakam Beta
Farma
3. Kepada Ibu Selvera Handayani selaku Supervisor QC PT Mahakam Beta
Farma dan pembimbing peserta Praktik Kerja Lapangan
4. Kepada para orang tua yang tak pernah putus mendoakan agar sekolah
penyusun lancar dan sukses.
5. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penyusun sebutkan satu-persatu atas
kebaikan, motivasi, dan kepercayaan yang diberikan kepada penyusun
Semoga laporan praktik kerja lapangan yang telah tersusun ini dapat
bermanfaat, dapat dijadikan pedoman bagi para pembaca, dan menambah
wawasan serta pengalaman. Penyusun juga menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan yang ditemukan dalam laporan ini. Oleh sebab itu, penyusun
mengharapkan saran dan kritik yang membangun sebagai bahan evaluasi guna
memperbaiki laporan ini. Terima kasih.
Jakarta, Juli 2019
Penyusun,
Alfina Riyati
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan
Praktik Kerja Lapangan (PKL) adalah salah satu program dari pelaksanaan
kurikulum pendidikan kejuruan. Pendidikan dengan keterampilan di bidang
produktif dan bertujuan untu mencetak lulusan tenaga kerja muda yang
berkualitas dan mampu bersaing di era globalisasi saat ini serta mampu
mengembangkan kemampuan dalam dunia usaha dan dunia kerja.
Dalam kurikulum SMK, peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan
atau kompetensi sesusai dengan program keahliaannya, maka kegiatan Praktik
Kerja Lapangan salah satu proses untuk peserta didik mengasah
keterampilannya. Praktik Kerja Lapangan dilaksanakan selam tiga bulan dan
diharapkan dapat memberikan pengalaman bagi peserta didik dan
mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh di tingkat sebelumnya.
1.2 Manfaat Praktik Kerja Lapangan
Adapun manfaat dari Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan oleh
SMK Caraka Nusantara Kompetensi Keahlian Farmasi, yaitu:
1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan yagn
membantu kemampuan pesrta didik sebagai bekal untuk memasuki
lapangan pekerjaan yang sesuai dengtan kompetensi keahlian Farmasi.
2. Menumbuhkembangkan dan memantapkan sikap profesional yang
diperlukan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja sesuai dengan
bidangnya.
3. Meningkatkan pengalaman peserta didik pada aspek-aspek usaha yang
potensial dalam lapangan kierja lain, struktur organisasi usaha, asosiasi
usaha, jenjang karir, dan manajemen usaha.
4. Memberikan kesempatan pada peserta didik untuk memasyarakatkan diri
pada susana/iklim lingkungan kerja yang sebenarnya, baik sebagai
pekerjaan penerima upah (employee) maupun sebagai pekerjaan mandiri
(entrepreneur) terutama yang berkenaan dengan disiplin kerja.
5. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan proses penyerapan
teknologi baru dari lapangan kerja ke sekolah dan sebaliknya.
6. Memperoleh masukan dan umpan balik guna memperbaiki dan
mengembangkan kasesuaian pendidikan kejuruan.
7. Memberikan peluang masuk penempatan tamatan dan kerjasama.
1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan, yaitu:
tanggal : 01 Juli 2019 sampai 01 September 2019
hari : Senin sampai Jumat (07:30-16:30)
jam kerja : Shift 1 (07:30–16:30)
Shift 2 (14:00-23:00)
Shift 3 (23:00-07:00)
libur : Sabtu dan Minggu
tempat : PT Mahakam Beta Farma
alamat : Jalan Pulo Kambing II, Kawasan Industri Pulogadung 13930,
Indonesia
1.4 Tujuan Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan
Tujuan penulisan laporan Praktik Kerja Lapangan antara lain:
1. Peserta didik mampu memahami, memantapkan, mengembangkan
pembelajaran yang didapat di sekolah dan penerapan di dunia usaha.
2. Peserta didik mampu mencari cara pemecahan masalah kejuruan sesuai
dengan kompetensi keahlian Farmasi secara lebih luas dan mendalam yang
terungkap dalam karya tulis yang disusunnya.
3. Menambah perbendaharaan perpustakaan sekolah dan menunjang
peningkatan pengetahuan peserta didik angkatan selanjutnya.
1.5 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari laporan Praktik Kerja Lapangan, yaitu:
1. Apa yang dimaksud dengan sterilitas?
2. Apa yang dimaksud dengan uji sterilitas?
3. Apa kegunaan dari obat ondansetron HCl?
1.6 Sejarah Singkat PT Mahakam Beta Farma
PT Mahakam Beta Farma adalah perusahaan yang memproduksi Betadine.
Produk Betadine ini pada awalnya dibawa oleh Mundipharma ke Indonesia.
Pemegang lisensi produk Betadine yaitu (PT Indiphar) saudara Asikin
seorang wartawan surat kabar Sinar Harapan. Tahun 1977 lisensi produk
Betadine diserahkan kepada PT Daya Agung Muda (DMA), yaitu perusahaan
Pedagang Besar Farmasi (PBF) karena pemegang lisensi awal mengalami
kerugian dan tidak dapat membayar hutang pada Mundipharma. DMA adalah
perusahaan yang dibeli oleh Dr. Tjandra. Kantor pertama perusahaan ini
terletak di Jalan Bambu Kuning No 286, Jakarta Selatan. Bangunan kantor ini
yang memiliki luas 116 m2 dibeli oleh Dr. Tjandar dengan harga
Rp5.000.000,00.
daya hidup dalam suatu sediaan yang telah disterilkan (Yuliana, dkk,
2014). Uji sterilitas ini dilakukan pada produk dan bahan yang
sebelumnya mengalami proses pensterilan sesuai prosedur dan untuk
mengetahui produk tersebut benar dalam keadaan steril. Uji ini
dilakukan pada sampel yang dipilih saja untuk mewakili seluruh lot
sampel.
Dalam pengujian sterilitas, juga perlu dilakukan kontrol tes untuk
memberikan hasil pemeriksaan sebenarnya. Kontrol tes tersebut
terdapat 2 kontrol, yaitu:
Pada kontrol positif diharapkan adanya pertumbuhan pada
media biakan, jika media tersebut tidak terdapat pertumbuhan
kemungkinan terdapat ketidakmampuan media dalam
menunjang pertumbuhan karena formulasi tidak cukup baik,
pemanasan tinggi selama pembuatan dan sterilisasi media, dan
kegagalan dalam menghilangkan O2 untuk media anaerob atau
karena adanya hambatan antibakteri yang ditambah dalam
sampel tersebut. Maksud dari pengujian kontrol positif ini
adalah untuk meyakinkan kepekaan media dan kemampuan
media yang digunakan dalam menumbuhkan mikroorganisme
(Dias Ardani,1990).
Pada kontrol negatif diharapkan tidak adanya pertumbuhan pada
media biakan apabila terdapat pertumbuhan kemungkinan
karena kurang sterilnya media atau terjadi kontaminasi selama
pemeriksaan. Maksud dari pengujian kontrol negatif ini adalah
untuk meyakinkan bahwa media dalam keadaan steril dan tidak
terjadi kontaminasi (Dia Ardani, 1990).
2.1.2 Prinsip Uji Sterilitas
Prinsip uji sterilitas yaitu melihat perkembangbiakan atau
pertumbuhan jasad renik pada media khusus yang telah diinokulasi
bahan dan telah diinkubasi pada suhu dan waktu yang sesuai (SMK
Caraka Nusantara,2017).
2.1.3 Metode Uji Sterilitas
Dalam uji sterilitas ini terdapat beberapa metode diantaranya, yaitu
(Yuliana, dkk, 2014):
1. Direct Inoculation of Culture Medium
Metode ini meliputi pengujian langsung sampel dalam media
pertumbuhan. Menurut British Farmakope:
Media tioglikolat cair yang mengandung glukosa dan Na
Tionglikolat cocok untuk pembiakan anaerob dan aerob dengan
suhu inkubasi 30-35ºC selama 14 jam.
Soya bean casein digest medium, media ini yang membantu
pertumbuhan bakteri aerob dengan suhu inkubasi untuk fungi 20-
25ºC.
2. Membran Filtrasi
Metode ini banyak direkomendasikan farmakope, meliputi filtrasi
cairan melalui membran filter dan ditanam pada media dengan
inkubasi sampai 14 hari karena mungkin organisme perlu adaptasi
terlebih dahulu.
3. Introduction of Concentrate Culture Medium
Metode ini menggunakan medium yang pekat langsung dan
dimasukkan ke dalam wadah sampel, metode ini jarang digunakan
karena hanya dipakai bila ada kecurigaan akan adanya bakteri.
2.1.3.1 Uji Kesesuaian Metode Uji Sterilitas
Melakukan tes untuk sterilitas produk dengan
menggunakan metode, yaitu:
1) Filtrasi membran
Setelah mentransfer isi sampel yang akan diuji ke membran,
tambahkan inokulum sejumlah kecil mikroorganisme (tidak
lebih dari 100 CFU), untuk bagian akhir tambahkan
pengencer steril untuk membilas filter.
2) Inokulasi langsung
Setelah menstransfer isi sampel untuk ke media
pertumbuhan dan menambahkan inokulum dengan
mikroorganisme sama yaitu aerob, anaerob, dan jamur.
Lakukan pertumbuhan pada kontrol positif, lalu inkubasi
semua wadah berisi sampel selama tidak lebih dari 5 hari.
Jika pertumbuhan mikroorganisme yang tidak terlihat jelas
setelah inkubasi secara visual sebanding dengan kontrol
negatif maka tidak sampel tersebut tidak terdapat memiliki
aktivitas mikroorganisme dan tes untuk sterilitas tidak
dilakukan uji modifikasi lebih lanjut. Jika pertumbuhan
terlihat jelas sebanding dengan kontrol positif maka sampel
tersebut memiliki aktivitas mikroorganisme dan dilakukan
uji ulang tes kesesuaian metode pada sampel baru.
2.1.3.2 Cairan Pembilasan untuk Filtrasi Membran
Cairan yang digunakan untuk membilas filtrasi membrane,
yaitu:
1. Fluida A
Persiapan, larutkan 1g peptikum jaringan hewan dalam ai
untuk membuat 1 L dengan pH 7,1 ± 0,2, lalu sterilisasi
menggunakan proses yan divalidasi.
2. Fluida D
Untuk setiap L cairan A menambahkan 1 mL polisorbat 80
dengan pH 7,1 ± 0,2 ke dalam wadah dan sterilisasi
menggunakan proses divalidasi. Fluida ini digunakan pada
sampel yang mengandung lesitin atau minyak atau sampel
steril.
3. Fluida K
Larutkan 5g peptikum jaringan hewan, 3g ektak daging
sapi, dan 10g polisorbat 80 ke dalam air untuk volume 1 L
dengan pH 6,9 ± 0,2, lalu dispense ke dalam wadah dan
sterilisasi menggunakan proses tervalidasi.
2.1.4 Jumlah Sampel untuk Uji Sterilitas
Jumlah sampel yang akan dianalisa, sebagai berikut:
Isi per wadah Jumlah Minimum yang Digunakan
(Kecuali Dinyatakan Lain)
Larutan
Kurang dari 1 mL Seluruh isi tiap wadah
Lebih dari 40 mL, tidak lebih dari 20 mL
100 mL
Lebih dari 100 mL 10% isi wadah tetapi tidak kurang
dari 20 mL
Larutan antibiotik 1 mL
Sediaan larut dalam air lainnya atau Seluruh isi tiap wadah, sebanding
dalam isopropil miristat dengan tidak kuran dari 200mg
Sediaan yang tidak larut, krim, dan Gunakan isi tiap wadah yang
salep yang tersuspensi atau teremulsi sebanding dengan tidak kurang dari
200mg
Zat padat
Kurang dari 50mg Seluruh isi tiap wadah
50mg atau lebih, tetapi kurang dari Setengah isi tiap wadah, tetapi tidak
300mg kurang dari 50mg
300mg-5g 150mg
Lebih besar dari 5g 500mg