ETIKA KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
1. RIKI ARDIANTO
2. NIRWANA SIMBALA
3. KARMILA
4. TARISKA SALSABILA
5. DARWISA
6. JULIAN JUSRI
7. NUR BULAN SARI
8. A.SALSABILA SARI
9. NURAZIZAH HARDIYANTI
10. WA ODE RIRIN ALYA DWINTRI
MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa, karena karunia dan
rahmat-Nya lah penulis masih diberikan kesehatan dan umur yang panjang sehingga
penulis mampu menyelesaikan tugas makalah dengan judul Etika Keperawatan”.
Tugas ini penulis buat untuk memenuhi tugas mata kuliah “Etika Keperawatan”.
Penulis juga berterima kasih kepada Dosen pengampu mata kuliah Etika Keperawatan
yaitu Bapak Ns. LA MASAHUDDIN, S.kep. M.Kep yang telah memberikan arahan dan
bimbingannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Tugas makalah ini disusun dengan harapan dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita semua khususnya untuk penulis. Penulis menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Apabila di dalam tugas ini
terdapat kesalahan, penulis memohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan,
pemahaman, dan pengalaman saya masih terbatas.
Karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca yang
sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas makalah penulis kedepannya,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa ada saran yang membangun.
Kelompok 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................... 2
BAB I .............................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN............................................................................................................. 4
PEMBAHASAN .............................................................................................................. 8
PENUTUP ..................................................................................................................... 17
A. Kesimpulan ............................................................................................................ 17
B. Saran ..................................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan hak asasi manusia serta modal pembangunan untuk
keberlangsungan hidup suatu negara.1 Kesehatan sebagai hak asasi manusia harus
dilindungi oleh negara dan diberikan kepada seluruh masyarakat tanpa ada diskriminasi.
Hak asasi manusia di bidang kesehatan ini diakui dan dilindungi oleh negara dalam
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD RI Tahun 1945).
Pasal 28H ayat (1) UUD RI Tahun 1945 merupakan landasan hukum hak konstitusional
bagi setiap orang untuk memperoleh layanan kesehatan, sedangkan Pasal 34 ayat (3)
UUD RI Tahun 1945 merupakan landasan hukum kewajiban konstitusional negara untuk
menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.
Kondisi tersebut berbeda dengan dokter sebagai tenaga medis dalam sumber
daya kesehatan. Berdasarkan data dari BPPSDMK tahun 2010, jumlah tenaga medis
sebanyak 42.467 (empat puluh dua ribu empat ratus enam puluh tujuh) orang4 dari
jumlah tenaga kesehatan yang ada. Namun demikian, profesi perawat masih kurang
diakui dan kurang mendapat perhatian dalam dunia kesehatan. Berdasarkan kondisi
tersebut, keberadaan perawat sangat dibutuhkan dalam pelayanan kesehatan. Ini
disebabkan jumlah dokter belum sebanding dengan perawat, adanya pembatasan praktik
dokter, dan pelaksanaan otonomi daerah.
B. Rumusan Masalah
Selain masalah kesejah teraan dan tuntutan hukum kepada perawat, masalah
pendidikan keperawatan juga merupakan problem yang harus dibenahi, khususnya
mengenai jenjang pendidikan yang masih beragam dan belum ada standardisasi
pendidikan. Undang-undang yang mengatur keperawatan diperlukan untuk menjamin
agar perawat Indonesia dapat melakukan ekspansi ke luar negeri. Ekspansi perawat ke
luar negeri ini terkait dengan dibukanya peluang masuknya perawat asing ke Indonesia
sebagai dampak dari mutual recognition arrangement. Seperti diketahui pada tahun
2006, Indonesia telah ikut menandatangani Mutual Recognition Arrangement (MRA) on
Nursing Service untuk wilayah Association of South East Asian Nations (ASEAN) tentang
pengakuan bersama layanan dan kemampuan keperawatan secara profesional.
Untuk menjamin kepastian dan perlindungan hukum bagi masyarakat dan tenaga
keperawatan, serta perlu adanya undang-undang keperawatan ini maka Dewan
Perwakilan Rakyat telah memasukan Rancangan Undang-Undang Keperawatan sebagai
salah satu prioritas Program Legislasi Nasional Tahun 2012. Permasalahan hukum yang
perlu dikaji yaitu mengapa keperawatan perlu diatur dengan undang-undang dan norma
hukum apa yang perlu diatur dalam undang-undang keperawatan?
C. Tujuan
Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui perlunya keperawatan diatur dengan
undang-undang dan mengetahui norma hukum yang perlu diatur dalam Undang-Undang
Keperawatan. Hasil pengkajian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan
bagi DPR RI untuk melakukan pengkajian lebih lanjut dalam melakukan penyusunan dan
pembahasan Rancangan Undang-Undang Keperawatan serta menambah ilmu
pengetahuan di bidang hukum Kesehatan.
BAB II
PEMBAHASAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, selain itu kesehatan juga salah satu
unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana termaktub dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945. Oleh sebab itu,
setiap kegiatan dan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang
setinggi-tingginya harus dilaksanakan berdasarkan prinsip nondiskriminatif, partisipatif,
perlindungan dan berkelanjutan yang sangat penting artinya bagi pembentukan sumber
daya manusia Indonesia, peningkatan ketahanan dan daya saing bangsa, serta
pembangunan nasional.
Meningkatnya pelayanan kesehatan, tugas perawat tidak lagi hanya terbatas pada
bentuk asuhan pelayanan pasien berupa perawatan saja. Namun mulai dengan apa yang
sering disebut program keperawatan mandiri atau INP (Independent Nurse Practitioner).
Hanya saja program ini membawa dampak yang cukup besar di masyarakat karena
kemudian terjadi kerancuan pengertian dan tugas pendelegasian antara dokter dan
perawat.
Pengaruh karena adanya peluang yang dimiliki oleh perawat, kususnya di daerah
terpencil mengakibatkan banyaknya tindakan medis yang dilakukan perawat. Di samping
itu, faktor lain mengenai terbatasnya jumlah dokter serta tidak menyebarnya dengan
merata juga mengakibatkan perawat melakukan tindakan medis tersebut. Jumlah dokter
sedikit yang mau ditempatkan di daerah terpencil juga merupakan kendala, yang
mengakibatkan masyarakat memilih untuk datang kepada perawat.
Hal yang paling umum terlihat adalah dari perbedaan etika medis dan etika
keperawatan didasarkan pada kesamaan dua kata kerja dalam bahasa Inggris “to cure”
dan “to care”. Tugas utama dokter adalah untuk menyembuhkan, yang meliputi diagnosa
penyakit. Sedangkan perawat melengkapi kegiatan dokter dengan merawat. Tidak ada
keraguan bahwa dua profesi ini saling melengkapi secara signifikan. Di samping itu,
bahwa bagian dari pekerjaan dokter adalah perawatan dan di sisi lain perawatan perawat
tidak hanya berpartisipasi dalam proses diagnosa dan terapeutik tetapi juga membuat
skema diagnosa mereka sendiri, seperti klasifikasi kebutuhan pasien.
Perawat memiliki kewenangan untuk melakukan praktek asuhan keperawatan
sesuai dengan standar etik dan standar profesi yang berlaku. Pada prakteknya, perawat
banyak menjalankan perintah dokter berupa tindakan medis. Tugas dokter tanpa adanya
batasan yang jelas dengan tugas perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan, pada
akhirnya akan berdampak kepada kepuasan pasien pada pelayanan tenaga kesehatan
di Puskesmas. Dengan kondisi seperti itu perawat dan dokter akan sangat berisiko untuk
mendapat masalah hukum. Dasar hukum pelimpahan kewenangan/tugas dokter kepada
perawat diatur pada Pasal 23 Permenkes No. 2052/Menkes/Per/X/2011 dan juga
terdapat dalam Pasal 29 ayat (1) huruf e, dan Pasal 32 ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat
(4), ayat (5), ayat (6), dan ayat (7) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2014 Tentang
Keperawatan.
Berdasarkan observasi awal dan kajian pustaka yang dilakukan, penulis tidak
menemukan penelitian studi tentang diskresi pelimpahan wewenang tindakan medik di
Puskesmas, tetapi penelitian lain lebih banyak
B.Tujuan
Tujuan undang-undang keperawatan dibentuk dan dibuat adalah untuk melindungi
secara maksimal tenaga keperawatan sebagai salah satu komponen utama pemberian
pelayanan kesehatan. Ada beberapa hal yang diatur dalam Undang Undang
keperawatan yang membahas segala yang berkaitan dengan dunia keperawatan. Dan
ini adalah bagian dari manfaat undang-undang keperawatan. Berbagai hal yang diatur
dalam Undang Undang Keperawatan Nomor 38 tahun 2014, yang harus dipahami oleh
perawat adalah :
1. Keperawatan adalah kegiatan pemberian asuhan kepada individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat, baik dalam keadaan sakit maupun sehat.
2. Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan tinggi Keperawatan, baik
di dalam maupun di luar negeri yang diakui oleh Pemerintah sesuai dengan
ketentuan Peraturan Perundang-undangan.
3. Pelayanan Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu
dan kiat Keperawatan ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, atau
masyarakat, baik sehat maupun sakit.
4. Praktik Keperawatan adalah pelayanan yang diselenggarakan oleh Perawat
dalam bentuk Asuhan Keperawatan.
5. Asuhan Keperawatan adalah rangkaian interaksi Perawat dengan Klien dan
lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian
Klien dalam merawat dirinya.
6. Uji Kompetensi adalah proses pengukuran pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku peserta didik pada perguruan tinggi yang menyelenggarakan program
studi Keperawatan.
7. Sertifikat Kompetensi adalah surat tanda pengakuan terhadap kompetensi
Perawat yang telah lulus Uji Kompetensi untuk melakukan Praktik Keperawatan.
8. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan untuk melakukan praktik
Keperawatan yang diperoleh lulusan pendidikan profesi.
9. Registrasi adalah pencatatan resmi terhadap Perawat yang telah memiliki
Sertifikat Kompetensi atau Sertifikat Profesi dan telah mempunyai kualifikasi
tertentu lainnya serta telah diakui secara hukum untuk menjalankan Praktik
Keperawatan.
10. Surat Tanda Registrasi yang selanjutnya disingkat STR adalah bukti tertulis yang
diberikan oleh Konsil Keperawatan kepada Perawat yang telah diregistrasi.
11. Surat Izin Praktik Perawat yang selanjutnya disingkat SIPP adalah bukti tertulis
yang diberikan oleh Pemerintah Daerah kabupaten/kota kepada Perawat sebagai
pemberian kewenangan untuk menjalankan Praktik Keperawatan.
12. Perawat Warga Negara Asing adalah Perawat yang bukan berstatus Warga
Negara Indonesia.
13. Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok, atau masyarakat yang
menggunakan jasa Pelayanan Keperawatan.
14. Organisasi Profesi Perawat adalah wadah yang menghimpun Perawat secara
nasional dan berbadan hukum sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan.
15. Kolegium Keperawatan adalah badan yang dibentuk oleh Organisasi Profesi
Perawat untuk setiap cabang disiplin ilmu Keperawatan yang bertugas mengampu
dan meningkatkan mutu pendidikan cabang disiplin ilmu tersebut.
16. Konsil Keperawatan adalah lembaga yang melakukan tugas secara independent
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa ada empat hal yang menjadi
tujuan pengaturan kepe rawatan melalui Undang Undang keperawatan ini yaitu
C. Manfaat
Manfaat profesi perawat dengan kebijakan tersebut.35 Undang-Undang
Keperawatan tersebut diharapkan: pertama, menjamin perlindungan hukum bagi
masyarakat terhadap pelayanan keperawatan; kedua, mengatur pelayanan
keperawatan; ketiga, menjamin perawat memperoleh kepastian hukum atas risiko kerja;
keempat, memberikan payung hukum kepada masyarakat yang membutuhkan
pelayanan maupun yang diberikan pelayanan oleh perawat; dan kelima, meningkatkan
kualitas pelayanan keperawatan, pendidikan, kompetensi, tanggung jawab keilmuan, dan
tanggung jawab profesi perawat dalam rangka memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat.
D. Implikasi
Implikasi yang di rasakan oleh perawat dan ma na syarakat dengan lahirnya UU
keperawatan.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Regulasi mengenai keperawatan belum komprehensif integral dan konsekuensi
Indonesia sebagai negara yang menandatangani MRA on nursing service harus memiliki
nursing act, oleh karena itu keperawatan perlu diatur dengan undang-undang tersendiri
yang bersifat umum, komprehensif, dan universal. Ini berarti regulasi berupa Undang-
Undang Keperawatan sangat diperlukan bagi profesi perawat karena tanpa ada regulasi
secara nasional berupa undang- undang tidak akan ada pengakuan dari segi pendidikan,
kompetensi, dan profesi bagi perawat Indonesia baik secara internasional maupun di
dalam negerinya sendiri. Selain itu, berdasarkan muatan materi serta landasan
sosiologis, filosofis, dan yuridis, undang-undang keperawatan mempunyai urgensitas
untuk segera dibentuk secara spesifik dan terpisah dari undang-undang tenaga
kesehatan.
Materi muatan dari undang-undang keperawatan harus jelas dan tegas mengatur
mengenai sistem pendidikan keperawatan, penyelenggaraan praktik keperawatan (peran
dan wewenang perawat, serta hak dan kewajiban perawat dan masyarakat), kompetensi
(registrasi, dan lisensi) serta kelembagaannya yang terdiri dari organisasi profesi,
kolegium, dan konsil. Berdasarkan materi muatan tersebut, undang-undang keperawatan
ini mengandung norma yang bersifat perintah terkait dengan pendidikan, kompetensi,
kelembagaan onsil keperawatan sebagai regulatory body, kolegium, dan organisasi
profesi), penyelenggaraan praktik keperawatan. Norma yang bersifat kebolehan dan
larangan tercermin dalam penyelenggaraan praktik keperawatan.
B. Saran
Handoyo, B. Hestu Cipto, Prinsip-Prinsip Legal Drafting & Desain Naskah Akademik,
Yogyakarta: Penerbit Universitas Atma Jaya Yogyakarta, 2008.
Koeswadji, Hermien Hadiati, Hukum Untuk Perumahsakitan, Bandung: Citra Aditya Bakti,
2001.
Muttaqien, R., Teori Umum tentang Hukum dan Negara, Terjemahan dari buku Hans
Kelsen, General Theory of Law and State (New York: Russel and Russel, 1971),
Bandung: Nusa Media, 2011.
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 512/Menkes/Per/IV/2007 tentang Izin Praktik dan
Pelaksanaan Praktik Kedokteran
Peraturan Perundang-undangan:
Triwibowo, Cecep, Hukum Keperawatan Panduan Hukum dan Etika bagi Perawat,
Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2010.
Wijaya, Karna, 2007, ”Kedudukan Perawat dalam Hukum Indonesia (Perspektif Sosio
Legal),” Law Review Fakultas Hukum Universitas Pelita Harapan, Vol. VII. No. 1-
Juli 2007, hal. 44.