Anda di halaman 1dari 3

HADIS TENTANG TOLERANSI

3615 - َ‫َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ِر ب ُْن َأبِي َش ْيبَةَ َح َّدثَنَا ِإ ْس َم ِعي ُل اب ُْن ُعلَيَّةَ َع ْن َخالِ ٍد ْال َح َّذا ِء َع ْن َأبِي قِاَل بَة‬
َ َ‫س ق‬
‫ال‬ ٍ ‫ث َع ْن َش َّدا ِد ب ِْن َأ ْو‬ِ ‫َع ْن َأبِي اَأْل ْش َع‬
‫ان َعلَى ُكلِّ َش ْي ٍء‬
َ ‫ب اِإْل حْ َس‬ َ َ‫ال ِإ َّن هَّللا َ َكت‬
َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ظتُهُ َما َع ْن َرس‬ ْ ِ‫ان َحف‬ ِ َ‫ثِ ْنت‬
‫ (رواه‬.ُ‫الذب َْح َو ْلي ُِح َّد َأ َح ُد ُك ْم َش ْف َرتَهُ فَ ْلي ُِرحْ َذبِي َحتَه‬
َّ ‫فَِإ َذا قَتَ ْلتُ ْم فََأحْ ِسنُوا ْالقِ ْتلَةَ َوِإ َذا َذبَحْ تُ ْم فََأحْ ِسنُوا‬
)‫مسلم‬.

Kata kunci: Al Ihsan


Artinya :
“Abu Bakar bin Abi Syaibah menceritakan kepada kami; Ismail bin Ulaiyah bercerita dari Khalid al-
Hazdzda’ dari Abi Qilabah dari Abi al-Asy’ats dari Syaddad bin Aus ia berkata; Sesungguhnya Allah
mewajibkan berbuat baik (ihsan) atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh (dalam qishah atau
perang, -pent) maka berbuat baiklah dalam cara membunuh, dan bila kalian menyembelih, maka
berbuat baiklah dalam cara menyembelih, hendaklah salah seorang diantara kalian menajamkan
parangnya dan menyenangkan sembelihannya" [Hadits Riwayat Muslim No. 3615]

A. Tentang Para Perawi


1. Abu Bakar bin Abi Syaibah
Nama lengkap beliau adalah Abdullah bin Muhammad bin Ibrahim bin Utsman bin Khawasti al-Absi,
beliau disebut juga Abu Bakar bin Abi Syabah al-Kufiy, beliau wafat pada tahun 235 H., menurut
pendapat Ibnu Hajar beliau termasuk golongan orang-orang tsiqoh, dan beliau seorang hafidh menurut
az-Zahabi.

2. Ismail bin Ulaiyah


Beliau adalah Ismail bin Ibrahim bin Maqsam al-Asadiy, dan dikenal dengan sebutan Ibnu Ulaiyah,
beliau dilahirkan pada tahun 110 H. dan wafat pada tahun 193 H. dan menurut Ibnu Hajar beliau
adalah seorang yang tsiqoh, az-Zahabi mengatakan bahwa beliau adalah seorang imam dan hujjah.
3. Khalid al-Hazdzda’
Nama lengkap beliau adalah Khalid bin Mahran al-Hazdzda’, beliau juga dipanggil Abu al-Manazil al-
Bashriy, tidak ada keterangan mengenai tahun lahir dan wafat beliau, Ibnu Hajar mengatakan bahwa
beliau seorang yang tsiqoh, dan beliau juga seorang imam dan hafidh sebagaimana pendapat az-
Zahabi.
4. Abi Qilabah
Beliau adalah Abdullah bin Zaid bin Amr al-Jaramiy, alami Kunyanya adalah Abu Qilabah al-Basriy,
wafat pada tahun 104 H. beliau seorang yang tsiqoh menurut Ibnu Hajar, az-Zahabi mengatakan bahwa
beliau adalah termasuk imam para Tabi’in.
5. Abi al-Asy’ats
Nama lengkap beliau adalah Syarahil bin Adah, beliau juga dipanggil Abu al-Asyats, termasuk
pembesar tabi’in. Tidak ada keterangan tentang tahun lahir dan wafat beliau, menurut Ibnu Hajar dan
az-Zahabi beliau adalah orang yang tsiqoh.
6. Syaddad bin Aus
Beliau adalah Syaddad bin Aus bin Tsabit al-Anshariy al-Najariy, juga dipanggil Abu Ya’la. Beliau
adalah seorang shahabi sebagaimana diterangkan oleh Ibnu Hajar dan az-Zahabi, beliau wafat pada
tahun 60 H.

B. Pembahasan
Hadis di atas menggunakan Al Ihsan artinya adalah menjadikan sesuatu menjadi baik. Dengan
demikian, hakikat ihsan berbeda-beda sesuai dengan perbedaan konteks pembicaraannya. Apabila
dalam konteks pembicaraan ibadah maka hakikat ihsan dalam ibadah adalah sebuah amal yang diniati
ikhlas karena Allah. Apabila dalam konteks pembicaraan muamalah dengan sesama maka hakikat
ihsan adalah menunaikan hak-hak sesama dan tidak menzholiminya. Karena wujud sesama berbeda-
beda, maka bentuk ihsannya pun berbeda-beda sesuai dengan keadaannya masing-masing.
Oleh karena itu, berdasar hadis tersebut ulama ushul menyatakan Syariat mewajibkan untuk berbuat
ihsan dalam segala hal. Pengambilan hukum wajib tersebut diambil dari kata kitaabah.Kata kitaabah
dan derivasinya menunjukkan makna wajib.
Termasuk berbuat ihsan adalah toleransi—dalam bahasa hadis dikatakan al samahah—terhadap apapun
dan siapapun. Pada hadis di atas Rasulullah mengajarkan kita bersikap toleran bahkan terhadap hewan
sekalipun.
Dalam sebuah hadis Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda.
1977 - ‫ أفضل اإليمان الصبر و السماحة‬.
"Artinya : Seutama-utama keimanan adalah sabar dan toleransi" [Shahih Al-Jami' As-Shaghir 1977]
Contoh sikap toleransi diantaranya adalah Toleransi Beliau Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam dalam
Memutuskan suatu perkara. Dalam sebuah hadis di gambarkan.
“Dari Abu Hurairah Radliyallahu anhu, bahwasanya ada seorang lelaki yang menagih Rasulullah
Shallallahu 'alihi wa sallam sembari bersikap kasar kepada beliau, maka para sahabat-pun hendak
menghardiknya, beliau bersabda : "Biarkanlah dia, karena setiap orang punya hak untuk berbicara,
belikan untuknya seekor onta lalu berikan kepadanya" Para sahabat berkata : "Kami tidak mendapatkan
kecuali yang lebih bagus jenisnya!" Beliau bersabda : "Belikanlah dan berikan kepadanya karena
sebaik-baik kalian adalah yang terbaik keputusannya".
Dalam kitab Shohih Muslim hadis di atas sebenarnya masuk pada bab tentang perintah ihsan dalam
menyembelih, membunuh dan menajamkan parang
(‫ )المر باحسان الذبح والقتل وتحديد الشفرة‬namun apabila secara subtansial hadis tersebut mengarah kepada
makna toleransi, meskipun pengungkapannya dalam konteks yang tidak langsung mengunakan kata al
samahah (‫)السماحة‬. Hal itu tercermin dari hadis tersebut dan hadis-hadis lain yang menjelaskan tentang
sikap toleransi dalam islam yang yang seharusnya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.
Toleransi dalam Islam lebih dalam (nilai kandungannya) daripada mafhum kemanusiaan masa kini,
karena toleransi ini menembus penampilan dhahir dan yang kasat mata sampai ke dasar lubuk hati
yang paling dalam. Hal ini tampak dari pesan hadis di atas bahwa toleransi Islam memiliki makna yang
luas mencakup hewan dan tetumbuhan dan mempunyai prinsip bahwa hubungan seorang muslim
dengan makhluk lainnya adalah rasa kasih dan sayang walaupun dalam hal membunuh dan
menyembelih.
Menurut Syaikh Salim bin 'Ied Al-Hilali, toleransi adalah:
• Kerelaan hati karena kemuliaan dan kedermawanan.
• Kelapangan dada karena kebersihan dan ketaqwaan.
• Kelemah lembutan karena kemudahan.
• Muka yang ceria karena kegembiraan.
• Rendah diri dihadapan kaum muslimin bukan karena kehinaan.
• Mudah dalam berhubungan sosial (mu'amalah) tanpa penipuan dan kelalaian.
• Menggampangkan dalam berda'wah ke jalan Allah tanpa basa basi.
• Terikat dan tunduk kepada agama Allah Subhanahu wa Ta'ala tanpa tanpa ada rasa keberatan.
Hadis di atas sejalan dengan konsep bahwa Islam Adalah agama Yang Mudah dan Penuh Toleransi.
Allah Ta'ala berfirman
ْ َ‫هَّللا َ َعلَى َما َهدَا ُك ْم َولَ َعلَّ ُك ْم ت‬
َ‫ش ُك ُرون‬
Artinya: “….Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu..”
[Al-Baqarah : 185]
Dalam operasinalnya, hadis tesebut dapat diberlakukan dalam berbagai hal yang diantaranya:
1. Toleransi Dalam Hutang Dan Tagihan
Berkaitan dengan toleransi dalam hal ini ayat alquran menjelaskan:

َ َ‫س َر ٍة َوَأنْ ت‬
َ‫ص َّدقُوا َخ ْي ٌر لَ ُك ْم ِإنْ ُك ْنتُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬ ْ ‫َوِإنْ َكانَ ُذو ُع‬
َ ‫س َر ٍة فَنَ ِظ َرةٌ ِإلَى َم ْي‬
"artinya : dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka beri tangguhlah sampai dia
berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang itu) labih baik bagimu, jika kamu
mengetahui" [al-baqarah : 280]
Termasuk cara menagih yang bagus ((‫ باإلحسان‬adalah toleran dalam menagih, menerima kekurangan
sedikit yang ada padanya. Menuntutnya dengan mudah, tidak mempersulit orang dan mema'afkan
mereka.
2. Bertoleransi Dengan Ilmu
Toleransi dengan ilmu di sini yaitu dengan cara menyebarkan ilmu dan ini termasuk pintu toleransi
yang paling utama dan lebih baik daripada toleransi dengan harta, sebab ilmu lebih mulia daripada
harta.
Contohnya, seorang alim menyebarkan ilmu kepada setiap orang yang bertanya tentangnya bahkan
mengeluarkannya secara keseluruhan, bila ia ditanya tentang suatu masalah, dia memperinci
jawabannya dengan perincian yang memuaskan dan menyebutkan sisi-sisi dalilnya, dia tidak cukup
menjawab pertanyaan si penanya, namun dia menyebutkan contoh kasus serupa dengan kaitan-
kaitannya serta faedah-faedah yang dapat memuaskan dan mencukupinya.
3. Toleransi Dengan Kehormatan
Toleransi ini menunjukkan keselamatan hati, ketenangan jiwa dan kebersihan hati dari rasa
permusuhan. Jika seseorang bisa menunjukkan sikap toleransi dalam hal ini, tentu tidak akan ada
saling dengki dan menjatuhkan martabat orang lain.
Toleransi terhadap sesama mausia—ihsan kepada yang lebih mulia kedudukannya dari pada binatang
—tentu lebih diperintahkan dan lebih dijelaskan contohnya. Oleh karena itu tuntutlah ilmu sebanyak-
banyaknya tentang ihsan kepada Alloh, kepada sesama makhluk baik yang berakal atau tidak berakal.

B. Simpulan
Berdasar uraian di atas, dapat di tarik kesimpulan antara lain:
Pertama: dari segi pemaknaan hadis bahwa kata ihsan yang terdapat dalam redaksi hadis tersebut
mempunyai makna dengan cakupan yang luas. Makna Subtansinya adalah sikap toleransi dalam
Konteks umum sesuai dengan keadaan yang meliputinya bisa masalah ibadah atau muamalat.
Kedua: Dari makna hadis di atas—berdasar pada ayat-ayat alquran dan hadis-hadis—dapat
disimpulkan konsep bahwa islam mengajarkan toleransi mulai masalah yang sepele, semisal
memperlakukan penyembelihan dengan baik, lebih-lebih dalam ranah kehidupan bermasyarakat.

Daftar Rujukan
Muslim, al Imam. Shohih Muslim; Al Maktabah Al Syamilah. Juz 10.
Abu Isa Abdulloh bin Salam. Ringkasan Syarah Arba’in An-Nawawi.
Al Albani. Muhammad Nashiruddin. Shohih wa Dhoif al Jami’ al shoghir, Al Maktabah Al Syamilah.
Juz 5.
As-Sidawi, Abu Abdillah Mohammad Afifuddin. Toleransi Islam Menurut Pandangan Al-Qur'an dan
As-Sunnah. Maktabah Salafy Press, tenerjemah

Anda mungkin juga menyukai