Anda di halaman 1dari 32

ASUHAN GIZI PADA PASIEN

PENYAKIT JANTUNG MR SEVERE EC PROLAPS PML TR MODERATE,


DM TIPE II, HT TIDAK TERKONTROL RAWAT INAP GP II LANTAI 3
RS JANTUNG DAN PEMBULUH DARAH HARAPAN KITA
TAHUN 2022

Disusun Oleh :
MELATI ANGGRAINI
NIM : P05130219063

PRODI GIZI DAN DIETETIKA PROGRAM SARJANA TERAPAN

POLTEKKES KEMENKES BENGKULU

TAHUN 2022
BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

A. MR Severe ec prolaps PML TR moderate

MR severe dikenal sebagai kelainan mitral regurgitasi berupa kebocoran pada katup


mitral dan mitral stenosis (MS) berupa penyempitan katup mitral, setelah dilakukan usg
jantung terdapat lipatan katup mitral tidak menutup dengan benar. Sebaliknya, katup
menonjol ke atrium. menyebabkan regurgitasi katup mitral, yang berarti bahwa darah

bocor kembali ke atrium kiri melalui katup prolaps.

Stenosis mitral merupakan suatu keadaan di mana terjadi gangguan aliran darah dari
atrium kiri melalui katup mitral oleh karena obstruksi pada level katup mitral. Kelainan
struktur mitral ini menyebabkan gangguan pembukaan sehingga timbul gangguan
pengisian ventrikel pada saat diastole. Stenosis mitral menghalangi aliran darah dari
atrium kiri ke ventrikel kiri selama fase diastolik ventrikel.Untuk mengisi ventrikel
dengan adekuat dan mempertahankan curah jantung, atrium kiri harus menghasilkan
tekanan yang lebih besar untuk mendorong darah melampaui katup yang
menyempit.oleh karena itu terjadi peningkatan perbedaan tekanan antara kedua ruang
tersebut. Dalam keadaan normal perbedaan tekanan tersebut minimal.Penyebab
tersering adalah endokarditis rematik, akibat reaksi yang progresif dari demam rematik
oleh infeksi streptokokus. Penyebab lain walaupun jarang dapat juga stenosis mitral
kongenital, deformitas parasut mitral, vegetasi dari systemic lupus erythematosus
(SLE), karsinosis sistemik, deposit amiloid, akibat obat fenfluramin/phentermin,
rhematoid arthritis (RA), serta kalsifikasi annulus maupun daun katup pada usia lanjut
akibat proses degeneratif.

Otot atrium kiri mengalami hipertrofi untuk meningkatkan kekuatan pemompaan darah.
Makin lama kontraksi atrium makin berperan aktif sebagai faktor pembantu pengisian
ventrikel. Atrium kiri kini tidak lagi berfungsi primer sebagai penampung pasif tetapi
berfungsi mengalirkan darah ke ventrikel. Dilatasi atrium terjadi karena volume atrium
kiri meningkat akibat ketidakmampuan atrium untuk mengosongkan diri secara
normal.Peningkatan tekanan dan volume atrium kiri dipantulkan ke belakang ke dalam
pembuluh darah paru – tekanan dalam vena pulmonalis dan kapiler meningkat.
Akibatnya terjadi kongesti paruparu, mulai dari kongesti vena yang ringan sampai
edema interstisial yang kadang-kadang disertai transudasi cairan ke dalam alveoli.
Pecahnya vena bronkialis akan menimbulkan hemoptoe.

Pada akhirnya, tekanan arteri pulmonalis harus meningkat akibat peningkatan kronis
resistensi vena pulmonalis. Respon ini memastikan perbedaan tekanan yang memadai
untuk mendorong darah melalui pembuluh paru-paru. Namun demikian, hipertensi
pulmonal meningkatkan resistensi ejeksi ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.
Ventrikel kanan berespon terhadap peningkatan beban tekanan ini dengan hipertrofi
otot.
B. Diabetes Militus Tipe II
1. Definisi Diabetes Melitus Tipe 2
Diabetes mellitus adalalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat,
jika telah berkembang penuh secara klinis maka diabetes mellitus ditandai
dengan hiperglikemia puasa dan postprandial, aterosklerosis dan penyakit
vaskular mikroangiopati. 1,7 Diabetes Mellitus Tipe 2 merupakan penyakit
hiperglikemi akibat insensivitas sel terhadap insulin. Kadar insulin mungkin
sedikitmenurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap
dihasilkan oleh sel-sel beta pankreas, maka diabetes mellitus tipe II dianggap
sebagai non insulin dependent diabetes mellitus. Diabetes Mellitus Tipe 2 adalah
penyakit gangguan metabolik yang di tandai oleh kenaikan gula darah akibat
penurunan sekresi insulin oleh sel beta pankreas dan atau ganguan fungsi insulin
(resistensi insulin).

2. Patogenesis
Diabetes melitus merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kekurangan
insulin secara relatif maupun absolut.Defisiensi insulin dapat terjadi melalui 3
jalan, yaitu:
a. Rusaknya sel-sel B pankreas karena pengaruh dari luar (virus,zat kimia,dll)
b. Desensitasi atau penurunan reseptor glukosa pada kelenjar pancreas
c. Desensitasi atau kerusakan reseptor insulin di jaringan perifer

3. Patofisologi
Dalam patofisiologi DM tipe 2 terdapat beberapa keadaan yang berperan yaitu :
1. Resistensi insulin
2. Disfungsi sel B pancreas
Diabetes melitus tipe 2 bukan disebabkan oleh kurangnya sekresi insulin, namun
karena sel sel sasaran insulin gagal atau tidak mampu merespon insulin secara
normal.Keadaan ini lazim disebut sebagai “resistensi insulin”.1,8 Resistensi
insulinbanyak terjadi akibat dari obesitas dan kurang nya aktivitas fisik serta
penuaan.Pada penderita diabetes melitus tipe 2 dapat juga terjadi produksi
glukosa hepatik yang berlebihan namun tidak terjadi pengrusakan sel-sel B
langerhans secara autoimun seperti diabetes melitus tipe 2. Defisiensi fungsi
insulin pada penderita diabetes melitus tipe 2 hanya bersifat relatif dan tidak
absolut.4,5 Pada awal perkembangan diabetes melitus tipe 2, sel B menunjukan
gangguan pada sekresi insulin fase pertama,artinya sekresi insulin gagal
mengkompensasi resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dengan baik,pada
perkembangan selanjutnya akan terjadi kerusakan sel-sel B pankreas. Kerusakan
sel-sel B pankreas akan terjadi secara progresif seringkali akan menyebabkan
defisiensi insulin,sehingga akhirnya penderita memerlukan insulin eksogen.
Pada penderita diabetes melitus tipe 2 memang umumnya ditemukan kedua
faktor tersebut, yaitu resistensi insulin dan defisiensi insulin.

4. Faktor resiko
Peningkatan jumlah penderita DM yang sebagian besar DM tipe 2, berkaitan
dengan beberapa faktor yaitu faktor risiko yang tidak dapat diubah, faktor risiko
yang dapat diubah dan faktor lain.:
 Obesitas (kegemukan) Terdapat korelasi bermakna antara obesitas
dengan kadar glukosa darah, pada derajat kegemukan dengan IMT > 23
dapat menyebabkan peningkatan kadar glukosa darah menjadi 200mg%.
 Hipertensi Peningkatan tekanan darah pada hipertensi berhubungan erat
dengan tidak tepatnya penyimpanan garam dan air, atau meningkatnya
tekanan dari dalam tubuh pada sirkulasi pembuluh darah perifer.
 Riwayat Keluarga Diabetes Mellitus Seorang yang menderita Diabetes
Mellitus diduga mempunyai gen diabetes. Diduga bahwa bakat diabetes
merupakan gen resesif. Hanya orang yang bersifat homozigot dengan gen
resesif tersebut yang menderita Diabetes Mellitus.
5. Diagnosis
Keluhan dan gejala yang khas ditambah hasil pemeriksaan glukosa darah
sewaktu >200 mg/dl, glukosa darah puasa >126 mg/dl sudah cukup untuk
menegakkan diagnosis DM. Untuk diagnosis DM dan gangguan toleransi
glukosa lainnya diperiksa glukosa darah 2 jam setelah beban glukosa. Sekurang
kurangnya diperlukan kadar glukosa darah 2 kali abnormal untuk konfirmasi
diagnosis DM pada hari yang lain atau Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO)
yang abnormal.
Konfirmasi tidak diperlukan pada keadaan khas hiperglikemia dengan
dekompensasi metabolik akut, seperti ketoasidosis, berat badan yang menurun
cepat . Ada perbedaan antara uji diagnostik DM dan pemeriksaan penyaring. Uji
diagnostik dilakukan pada mereka yang menunjukkan gejala DM, sedangkan
pemeriksaan penyaring bertujuan untuk mengidentifikasi mereka yang tidak
bergejala, tetapi punya resiko DM (usia > 45 tahun, berat badan lebih,
hipertensi, riwayat keluarga DM, riwayat abortus berulang, melahirkan bayi >
4000 gr, kolesterol HDL <= 35 mg/dl, atau trigliserida ≥ 250 mg/dl). Uji
diagnostik dilakukan pada mereka yang positif uji penyaring.11 Pemeriksaan
penyaring dapat dilakukan melalui pemeriksaan kadar glukosa darah sewaktu
atau kadar glukosa darah puasa, kemudian dapat diikuti dengan tes toleransi
glukosa oral (TTGO) standar.
C. Hipertensi

1. Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dengan tekanan sistolik
di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.9 Penderita hipertensi
mengalami peningkatan tekanan darah melebihi batas normal, di mana tekanan
darah normal sebesar 110/90 mmHg. Tekanan darah dipengaruhi oleh curah
jantung, tahanan perifer pada pembuluh darah, dan volume atau isi darah yang
bersirkulasi.10 Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi seperti penyakit
jantung koroner, left ventricle hypertrophy, dan stroke yang merupakan
pembawa kematian tinggi.

2. Patofisiologi
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan
stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan
darah sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti
refleks kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon
iskemia, susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot
polos. Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan
antara sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon
angiotensin dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung
dalam jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan
tubuh yang melibatkan berbagai organ. Patofisiologi hipertensi primer terjadi
melalui mekanisme :
1). Curah jantung dan tahanan perifer
2). Sistem renin-angiotensin
3). Sistem saraf simpatis
4). Perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah

3. Manifestasi Klinis
Hipertensi Pemeriksaan fisik dapat pula tidak dijumpai kelainan apapun
selain peninggian tekanan darah yang merupakan satu-satunya gejala..
Individu penderita hipertensi kadang tidak menampakkan gejala sampai
bertahun-tahun. Apabila terdapat gejala, maka gejala tersebut menunjukkan
adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi khas sesuai sistem organ
yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersangkutan. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik
transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi atau
hemiplegia atau gangguan tajam penglihatan.32 Gejala lain yang sering
ditemukan adalah epistaksis, mudah marah, telinga berdengung, rasa berat di
tengkuk, sukar tidur, dan mata berkunang-kunang.

4. Diagnosis Hipertensi
Diagnosis hipertensi tidak dapat ditegakkan dalam satu kali pengukuran, dan
hanya dapat ditetapkan setelah dua kali atau lebih pengukuran pada
kunjungan berbeda, kecuali terdapat kenaikkan tinggi atau gejala-gejala
klinis yang menyertai. Pengukuran tekanan darah dilakukan dalam keadaan
pasien duduk, setelah beristirahat selama 5 menit. Alat yang digunakan
untuk mengukur tekanan darah disebut spigmomanometer. Ada beberapa
jenis spigmomanometer, tetapi yang paling umum terdiri dari sebuah manset
karet dengan dibalut bahan yang difiksasi disekitarnya secara merata tanpa
menimbulkan konstriksi
BAB II
LAPORAN KASUS

A. Gambaran Umum Pasien

Nama : Ny. B

Jenis kelamin : Perempuan

Tgl lahir : 03-Maret-1968

Usia : 54 tahun 7 bulan

Agama : Islam

Tanggal MRS : 28 Sepember 2022

No RM : 2022520292

Ruang : Rawat Inap GP2 Lantai 3, Kamar 07 Bed 04

Penjamin : BPJS

Diagnosa Medis : MR Severe ec Prolapse PML, DM tipe II, HT belum terkontrol\

Tgl pengamatan : 02-04 oktober 2022

B. Nutrition Care Process (NCP)


1. Assesment
A. Antropometri
BB : 62,9 kg
TB : 158 cm
BBI : (TB – 100) x 0,9 (Rumus Broca)
: (158 – 100) x 0,9
: 52,2 kg
BB 62,9
IMT : = =25,19 kg / m² (obesitas)
TB ²(m) (1,58) ²
Tabel 1.5 Klasifikasi IMT Asia Menurut WHO

Underweight < 18,5 kg/m2


Normal 18,5 – 22,9 kg/m2
Overweight ≥ 23 kg/m2
Beresiko 23 – 24,9 kg/m2
Obersitas I 25 – 29,9 kg/m2
Obesitas II ≥ 30 kg/m2
Sumber: WHO

B. Biokimia
Tabel Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan


Hemoglobin 13,7 11,7 – 15,5 g/dl Normal
Hematokrit 40 35.2 – 46.7 % Normal
Eritrosit 4.61 3.72 -5.06 juta/Aul Normal
Leukosit 7660 3170-8400 Normal
Ureum 23,30 0 – 50 mg/dl Normal
creatinin 0,7 0,0 – 1,1 mg/dl Normal
GDS 311 <200 Tinggi
Natrium 134 136-145 Normal
Kalium 4.4 3.5-5.1 Normal
Sumber: Hasil Laboratorium RSJPDHK
C. Pemeriksaan Fisik Klinis
Fisik
-Kesadaraan compos mentis
-Lemas
-Sempat pusing

Klinis

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan


Tekanan Darah 107/82 120/80 mmHg Rendah
Nadi 72 x/menit 60 – 100 x/menit Normal
Pernapasan 16 x/menit 12 – 20 x/menit Normal
Suhu 36°C 36°C - 37°C Normal
Sumber: Hasil EMR

(30-09-2022)
Intake : 615 cc
Output : 1700 cc
Balance cairan : -1085 cc
(01-10-2022)
Intake : 1058 cc
Output : 1600 cc
Balance Cairan : -542 cc
(02-10-2022)
Intake : 1400 cc
Output : 1850 cc
Balance Cairan : -450 cc
(03-10-2022)
Intake : 1427 cc
Output : 2300 cc
Balance Cairan : -973 cc
(04-10-2022)
Intake : 1600 cc
Output : 2650 cc
Balance Cairan : -550 cc

D. Riwayat Klien

 Riwayat Personal
Ny. B jenis kelamin perempuan , tanggal lahir 03 Maret 1968, umur 54
tahun beragama islam, status perkawinan menikah.
 Riwayat Medis
Ny. B datang dengan keluhan sesak nafas 2 hari SMRS. Sesak
memberat saata aktifitas OD+ tidur dengan 4 bantal OP (+) Sering
terbangun dimalam hari karena sesak, keluhan disertai dengan begah dan
mual tanpa muntah. Terdapat keluhan bengkak sejak 7 hari SMRS dan
berkurang setelah minum furosemid.
Pasien masuk RSJPDHK pada tanggal 28 September 2022. Pasien
didagnosa adanya MR Severe ec Prolapse PML. Pasien mempunyai
riwayat penyakit dm tipe 2 dan hipertensi. Pertama datang ke IGD TD
172/108 mmHg, setelah dirawat td terkonrol.
 Riwayat Sosial
Ny. B sebagai Ibu Rumah Tangga
E. Food History
Asupan Sebelum Masuk Rumah Sakit
Pasien makan 3 x dalam sehari dengan porsi sedang. Nasi 3x sehari (lauk,
nabati, sayuran), buah 2 ptg, buah yang paling sering dikonsumsi biasanya
pisang dan pepaya, suka minum kopi seperti kopi kenangan, point coffe
setiap harinya. Pasien tidak terlalu menyukai makanan yang bertekstur
lembek seperti bubur, pasien suka makanan yang bersantan dan pedas.

Tabel Asupan SMRS

Bahan Makanan Penukar Energi Protein Lemak Kh


(kkal) (gram) (gram) (gram)
Makanan Pokok 3 525 12 0 120
Lauk hewani 3 225 21 15 0
Lauk nabati 3 225 15 9 21
Sayuran 3 150 9 0 30
Buah 2 50 2 0 10
Minuman kopi 1 50 0,75 0,25 10,25
Total 1250 54,75 24,25 184,25
Kebutuhan 1700 62,9 37 276
% 73% 87% 65% 67%
Asupan Sebelum Intervensi

Porsi BM
Makanan Ketersediaa Asupan Energi Protein Lemak Karbohidrat
n
Pagi
Susu 200 ml 200 ml 110 9 0 17
Bihun 150 gr 75 179 3,34 3,7 31,4
goreng
Snack Pagi
Puding 50 gr 50 gr 95 5 7,1 2,8
srikaya
Teh manis 10 gr 10 4 - - -
Siang
Nasi Biasa 150 gr 75 97,5 1,8 0,15 21,45
Ayam 100 gr 33 40,6 3,6 6,9 1,7
ungkep
harum
Tahu lada 50 gr - - - - -
hitam
Sayur 100 gr 100 gr 62,7 1,61 3,65 7,68
oriental
Buah Jeruk 100 gr 100 gr 50 1,0 0,1 13
Snack sore
Sore
Kolak 100 gr - - - - -
pisang
Nasi (Biasa) 150 gr 75 97,5 1,8 0,15 21,45
Tuna Pesiar 100 gr 50 77 8,75 4,35 0,10
Gulai 100 gr 100 192 10,8 3,12 31,8
kacang
panjang
pepaya 110 gr 110 50 0,7 0,1 10,8
Total 1.055 46,7 29,22 159,18
2. DIAGNOSA GIZI

Domain Asupan
NI 1.1 Asupan energi kurang adekuat berkaitan dengan nafsu makan menurun
ditandai dengan hasil recall energi 1055 kalori hanya 62% dari kebutuhan.

Domain Klinis
NC 3.2 Perubahan nilai lab terkait dengan gizi yaitu tingginya GDS pasien
ditandai dengan kadar GDS pasien yaitu 311 mg/dl

Domain Perilaku – Lingkungan


NB 1.1 Kurang pengetahuan terkait makanan dan gizi berkaitan dengan gangguan
metabolisme endokrin ditandai dengan nilai lab GDS 385( Tinggi).

3. INTERVENSI GIZI
Rencana Intervensi
Kebutuhan energi :
Rumus Harris Bennedict
BMR : 655 + (9,6 x BBI) + (1,85 x TB) – (4,7 x U)
: 655 + (9,6 x 62,9) + (1,85 x 158) – (4,7 x 54)
: 1.297,34
TEE : 1.126,23 x fa x fs
: 1126,23 x 1,2 x 1,2
: 1.6021,7 kkal (1.700 kkal)
Protein : 0,7 x bb (62,9) : 44,03 gr
44,03 x 4
% : x 100 %
1700
: 11%
25 % x 1700
Lemak :
9
: 48 gram
64 % x 1.700
Kh :
4
: 272 gram

Persentase asupan SMRS dengan kebutuhan :

Zat gizi SMRS Kebutuhan % Keterangan


Energi 1250 kkal 1.700 kkal 73 Cukup
Protein 54,75 gram 62,9 gram 87 Cukup
Lemak 24,25 gram 37 gram 65 Kurang
Karbohidrat 184,25 gram 276 gram 67 Kurang

Terapi Diet
a) Tujuan intervensi :
Mempertahankan status gizi pasien
Menormalkan kadar gula darah
b) Tujuan Diet :
Meningkatkan asupan zat gizi makro
Memberikan edukasi baik pada pasien maupun keluarga pasien
Mengenai pola makan gizi seimbang.

c) Syarat diet :
Energi yang diberikan sebesar 1.700 kkaal
Protein diberikan 38 gram (9 % )
Lemak diberikan sebesar 48 gram ( 25%)
Karbohidrat diberikan 280,5 gram (66%)
Cairan dibatasi
Makanan tidak menggunakan bumbu yang merangsang misalnya pedas
Makanan mudah dicerna dan tidak menimbukan gas
Hindari makanan yang diawetkan contoh : kornet, nagget,sarden ,dll

IMPLEMENTASI:
Diet Jantung DM 1700 KKAL
Bentuk makanan : Biasa (Nasi)
Frekuensi makan : 1x susu pagi , 3x makan utama, 2x snack
Exstra susu diabetasol 250 kkal, diberikan pada jam 15.00
Jalur pemberian : Oral

Terapi Obat

Nama Obat Frekuensi Dosis


Alpentin CAP 1 300 mg
Bisoprolol 1 1,25 m
Furosemide tab 1 40 mg
Hydrochlortiazide tab 1 25 mg
Isosorbid dinitrate tab extra 5 mg
lantus xr inj 1 12 international unit
lasix inj extra 40 mg
novorapid flexpen 3 12 international unit
paracetamol infus extra 1000 mg
ramipril tab 1 10 mg
spironolactone tab 1 12,5 mg
Metformin 2 500 mg
Gliquidone 2 30 mg
Lantus 1 14 unit

4. MONITORING EVALUASI

Parameter Target Evaluasi


Antropometri Perlahan berat badan naik Setiap hari
Nilai lab Menurun perlahan hingga normal Setiap hari ada
terkait gizi hasil pemeriksaan
GDS lab terbaru
Pemeriksaan - Keadaan umum membaik, Setiap hari selama
Fisik dan kepala tidak pusing lagi, intervensi
Klinis - Mempertahankan nilai
normal klinis data
Asupan >80% kebutuhan dicapai secara Setiap hari
bertahap
Pengetahuan Pasien dapat menerapkan Hari terakhir
pengetahuan yang telah didapatkan intervensi
setelah diberi edukasi.
5. HASIL MONITORING EVALUASI

a. Antropometri

Tanggal Sebelum
Intervensi
Intervensi
(30-09-2022)
02-10-2022 03-10-2022 04-10-2022
BB (kg) 60,1 62,2 62,9 62,9

b. Biokimia

Kriteria Hasil Pemeriksaan


Pemeriksaan Sebelum
02-10-2022 03-10-2022 04-10-2022
intervensi
Hemoglobin 13,7 - - -
Hematokrit 40,0 - - -
Eritrosit 4.61 - - -
Leukosit 7660 - - -
Ureum 23,30 87,6 87,6 96,40
creatinin 0,7 1,5 1,5 1,19
GDS 311 322 385 385
Natrium 134 129 129 134
Kalium 4.4 3,7 3,7 4,4
c. Klinis Fisik

Kriteria Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


02-10-2022 03-10-2022 04-10-2022
TD (mmHg) 102/68 113/74 107/70
Nadi x/mnt 98 99 79
Pernapasan x/mnt 16 16 16
Suhu °C 36 35 36,3

d. Dietary History
Persentase Asupan Zat Gizi Terhadap Kebutuhan

Hari 1 Hari 2 Hari 3

% % %
Zat Gizi Kebutuhan Pencapaian Pencapaian Pencapaian
Asupa
Asupan Asupan
n

Energi (kkal) 1.700 1.471,7 86% 1.705 101% 1.313 77%

Protein 44,03 41,97 95% 46,5 105% 45,9 104%


(gram)
Lemak 48 33,12 69% 43,2 90% 41,9
(gram) 87%
Karbohidrat 272 203,71 74% 198,07 72% 176,97 65%
(gram)

e. Edukasi

Keluarga dapat termotivasi untuk memberikan dukungan pada pasien untuk


mengubah pola makan dan hindari bahan makanan yang dapat menimbulkan
nilai GDS dan tekanan darah menjadi tinggi atau tidak normal,dan dapat
melakukan pemilihan makanan yang baik dan tepat sesuai dengan kebutuhan
pasien.
BAB III

PEMBAHASAN

Ny. B perempuan berusia 54 tahun, merupakan pasien lama di RSJPDHK dengan MR


severe ec prolaps PML TR moderate. Datang Pada tanggal 28 September 2022, masuk
igd dengan keluhan sesak napas sejak 2 hari SMRS,sesak memberat saat aktifitas OD+
tidur dengan 4 bantal, sering terbangun malam hari karena sesak.Keluhan disertai
dengan begah dan mual muntah. Riwayat medis terdapat DM Tipe 2 dan HT tidak
terkontrol.

Berdasarkan hasil pengkajian antropometri menurut standar diketahui bahwa menurut


IMT tergolong gizi lebih.Sedangkan pengkajian laboratorium menunjukan bahwa kadar
GDS pemeriksaan pertama awal masuk rumah sakit 311 mg/dl. Didapatkan GDS ketika
SMRS memang belum terkontrol dan sudah terbiasa tinggi. Sejak di rawat hipertensi
pasien sudah terkontrol kembali.

Asupan Pasien selama di RS tidak terlalu baik, sebelum dilakukan intake pasien
mengeluh nafsu makan berkurang, untuk memenuhi asupan energi dihari intervensi
pertama terdapat penambahan exstra susu diabetasol 250 kkal jam 15.00 makan pagi
sampai makan sore habis 100% . intake hari ke 2 pasien mengeluh mulut pahit sehingga
makan siang dan sore ada sisa dan makan salad sayur yg diberikan oleh keluarga pasien
hanya 5 sendok. Intake hari ke 3 makan pagi sampai snack sore habis dikarenakan
keluhan mulut pahit sudah hilang.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan dan intervensi gizi yang saya lakukan pada pasien sejak
tanggal 02-04 Oktober 2022 dapat disimpulkan pasien MRS tanggal 28 September 2022
dengan keluhan sesak nafas, dengan diagnosa medis MR Severe ec prolap TML TR
Moderate DM Tipe II HT belum terkontrol. Terapi diet yang diberikan diet jantung DM
bentuk makanan biasa (nasi). Status gizi pasien tergolong obesitas 1 ( 25,19 kg/m²).
Asupan makan pasien selama intervensi mengalami fluktuasi dari hari ke hari.

B. Saran
Untuk Pasien
Pasien sebaiknya patuh menjalankan diet yang diberikan untuk membantu
proses pemulihan penyakit, hindari bahan makanan yang memicu terjadinya
kenaikan nilai lab GDS dan tekanan darah pada pasien.

Untuk Keluarga
Keluarga pasien diharapkan dapat memberi motivasi kepada pasien untuk
menerapkan dietnya dan pemilihan bahan makanan yg bervariasi untuk
memenuhi kebutuhan gizi pasien.

LAMPIRAN
Intervensi hari 1

Susu Pagi (Habis)

Makan pagi (habis)

Snack pagi (habis)

Makan siang hanya makan sayur

Snack sore (habis)

Makan sore (habis)


Intervensi hari 2

Susu pagi (Habis)

Makan pagi (habis)

Snack pagi (habis)

Makan siang (habis ½ porsi)

Snack sore (habis)

Makan sore (habis ½ porsi)


Intervensi hari ke 3

Susu pagi (habis)

Makan pagi (habis)

Snack pagi (habis)

Makan siang (habis)

Snack sore (habis)

Makan sore (pasien pulang)


Intake Hari ke 1 ( 02-10-2022)

Porsi BM
Makanan Energi Protein Lemak Karbohidrat
Ketersediaan Asupan
Pagi
Susu 200 ml 200 ml 110 9 gr 0 gr 17 gr
kkal
Bubur ayam 250 gr 250 gr 271 4,9 6,5 47,1
Snack Pagi
Arem-arem 50 gr 50 gr 186 6,96 8,25 21,33
Teh manis 10 gr 10 gr 4 kkal - - -
Siang
Nasi Biasa 150 gr - - - - -
Tuna 100 gr - - - - -
pindang
Kentang 50 gr - - - - -
Balado
Sayur 100 gr 100 gr 62,7 1,61 3,65 7,68
Lodeh
Buah Jeruk 100 gr 100 gr 50 1,0 0,1 13
Snack Sore
Susu 200 ml 200 ml 250 10 7 39
Diabetasol
250 kkal
Sore
Nasi Biasa 150 gr 150 gr 195,0 3,6 0,3 42,9
Daging 100 gr 100 gr 43 2,6 3,4 4,5
jamur
merang
Tempe kalio 100 gr
Sayur 100 gr 100 gr 53,6 2,3 3,92 4
pokcay
Semangka 100 100 50 0,6 0,4 7,2
Total 1.471,7 41,97 33,12 203,71
Intake Hari ke 2 (03-10-2022)

Porsi BM
Makanan Energi Protein Lemak Karbohidrat
Ketersediaan Asupan
Pagi
Susu 200 ml 200 ml 110 9 gr 0 gr 17 gr
kkal
Nasi Goreng 150 gr 150 gr 369 6,93 8,67 63,1
Snack Pagi
Kue Pisang 50 gr 50 gr 164 4,3 4 31,1
Teh manis 10 gr 10 gr 4 - - -
Siang
Nasi Biasa 150 gr 75 gr 97,5 1,8 0,2 21,5
Ayam 100 gr 50 gr 86 6,5 1,75 0,375
taliwang
Bakwan 50 gr 50 gr 88 5,61 7,71 2,44
Tahu
Menir 100 gr - - - - -
Bayam
Buah Jeruk 100 gr 100 gr 50 1,0 0,1 13
Salad Sayur 50 gr 25 gr 103,7 0,5 10,4 9
Snack Sore
Susu 200 ml 200 ml 250 10 7 39
Diabetasol
250 kkal
Sore
Nasi Biasa 150 gr 75 gr 97,5 1,8 0,2 21,5
Tuna Pepes 100 gr 50 gr 68 10,8 2,3 0
Semur 50 gr 50 gr 99 9 7 7,3
tempe
Tumis 100 gr 50 gr 81 3,5 1,7 3,5
Oriental
Melon 100 gr 100 gr 38,2 0,6 0,2 8,3
Total 1.705 46,5 43,2 198,07
Intake Hari ke 3 (04-10-2022)

Porsi BM
Makanan Energi Protein Lemak Karbohidrat
Ketersediaan Asupan
Pagi
Susu 200 ml 200 ml 110 9 gr 0 gr 17 gr
kkal
Mie Goreng 100 gr 100 gr 281 9,74 17,3 28,2
Snack Pagi
Pisang
Rebus
Teh manis 10 gr 10 gr 4 kkal - - -
Siang
Nasi Biasa 150 gr 150 gr 195,0 3,6 0,3 42,9
Tuna 100 gr 100 gr 155 10,2 7,42 0,75
Pindang
padang
Tempe 50 gr 50 gr 110 9,35 5,35 7,6
napolitan
Sayur sawi 100 gr 100 gr 53,8 1,11 2,12 9,22
putih, wortel
Buah Pisang 100 gr 100 gr 92 1,0 0,5 23,4
Snack sore
Lumpia 50 gr 50 gr 63 2,5 1,9 8,9
Susu 200 ml 200 ml 250 10 7 39
Diabetasol
250 kkal
Total 1.313 45,9 41,9 176,97

Note :
Pasien Pulang setelah makan snack sore.

Anda mungkin juga menyukai