Anda di halaman 1dari 10

Makalah

DIABETES MELITUS

Dosen pembimbing
Silvia Wagustina, S.ST,M.Kes
Siti Zulfah, DCN, M.Kes

Disusun oleh
Nama : Lidya Rizky Damayani
NIM : P07131220016
Kelas : Reg. A Tk.II

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES
ACEH SARJANA TERAPAN GIZI DAN DIETETIKA
BANDA ACEH
TAHUN AJARAN 2022
PEMBAHASAN

A. Pengertian Diabetes Melitus


Diabetes melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu penyakit atau gangguan metabolisme
kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
gangguan metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi
insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat disebabkan oleh gangguan atau defisiensi produksi
insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas, atau disebabkan oleh kurang
responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (WHO, 1999).

Glukosa yang menumpuk di dalam darah akibat tidak diserap sel tubuh dengan baik dapat
menimbulkan berbagai gangguan organ tubuh. Jika diabetes tidak dikontrol dengan baik,
dapat timbul berbagai komplikasi yang membahayakan nyawa penderita.

Apabila terjadi gangguan pada insulin, seseorang berisiko tinggi mengalami diabetes.
Diabetes dapat disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti:

 Kurangnya produksi insulin oleh pankreas


 Gangguan respons tubuh terhadap insulin
 Adanya pengaruh hormon lain yang menghambat kinerja insulin

Apabila kondisi ini diabaikan dan kadar gula darah dibiarkan tinggi tanpa dikendalikan,
diabetes bisa melahirkan berbagai komplikasi membahayakan.

B. Klasifikasi Diabetes Melitus


Klasifikasi etiologis diabetes menurut American Diabetes Association 2018 dibagi dalam
4 jenis yaitu :
a. Diabetes Melitus Tipe 1
DM tipe 1 terjadi karena adanya destruksi sel beta pankreas karena sebab autoimun.
Pada DM tipe ini terdapat sedikit atau tidak sama sekali sekresi insulin dapat ditentukan
dengan level protein c-peptida yang jumlahnya sedikit atau tidak terdeteksi sama sekali.
Manifestasi klinik pertama dari penyakit ini adalah ketoasidosis.

Faktor penyebab terjadinya DM Tipe I adalah infeksi virus atau rusaknya sistem kekebalan
tubuh yang disebabkan karena reaksi autoimun yang merusak sel-sel penghasil insulin yaitu
sel β pada pankreas, secara menyeluruh. Oleh sebab itu, pada tipe I, pankreas tidak dapat
memproduksi insulin. Penderita DM untuk bertahan hidup harus diberikan insulin dengan
cara disuntikan pada area tubuh penderita. Apabila insulin tidak diberikan maka penderita
akan tidak sadarkan diri, disebut juga dengan koma ketoasidosis atau koma diabetic.

b. Diabetes Melitus Tipe 2


Pada penderita DM tipe ini terjadi hiperinsulinemia tetapi insulin tidak bisa membawa
glukosa masuk ke dalam jaringan karena terjadi resistensi insulin yang merupakan turunnya
kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan untuk
menghambat produksi glukosa oleh hati. Oleh karena terjadinya resistensi insulin (reseptor
insulin sudah tidak aktif karena dianggap kadarnya masih tinggi dalam darah) akan
mengakibatkan defisiensi relatif insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan berkurangnya
sekresi insulin pada adanya glukosa bersama bahan sekresi insulin lain sehingga sel beta
pankreas akan mengalami desensitisasi terhadap adanya glukosa. Diabetes mellitus tipe II
disebabkan oleh kegagalan relatif sel β pankreas dan resisten insulin. Resisten insulin adalah
turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan glukosa olehjaringan perifer
dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati. Sel β pankreas tidak mampu
mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defensiesi relatif insulin.
Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan glukosa,
maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain.

c. Diabetes Melitus Tipe Lain


DM tipe ini terjadi akibat penyakit gangguan metabolik yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa darah akibat faktor genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja insulin,
penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin lain, iatrogenik, infeksi virus,
penyakit autoimun dan sindrom genetik lain yang berkaitan dengan penyakit DM.
Diabetes tipe ini dapat dipicu oleh obat atau bahan kimia (seperti dalam pengobatan
HIV/AIDS atau setelah transplantasi organ).

d. Diabetes Melitus Gestasional


DM tipe ini terjadi selama masa kehamilan, dimana intoleransi glukosa didapati
pertama kali pada masa kehamilan, biasanya pada trimester kedua dan ketiga. DM gestasional
berhubungan dengan meningkatnya komplikasi perinatal. Penderita DM gestasional memiliki
risiko lebih besar untuk menderita DM yang menetap dalam jangka waktu 5-10 tahun setelah
melahirkan.

C. Etiologi Diabetes Melitus


 Diabetes Tipe I
Penyebab diabetes ini adalah ketidakmampuan pankreas untuk memproduksi cukup
insulin, sehingga glukosa di dalam darah tidak dapat masuk ke dalam sel. Gangguan pada
pankreas ini diduga karena proses autoimun, yaitu ketika sistem kekebalan tubuh seseorang
menyerang sel-sel tubuh yang sehat.

Pada diabetes tipe 1, sistem kekebalan tubuh tersebut menyerang dan merusak sel beta pada
pankreas, sehingga tidak dapat memproduksi cukup insulin. Beberapa hal yang bisa menjadi
penyebab kerusakan sel beta pankreas, antara lain infeksi virus (enterovirus, virus Epstein-
Barr, virus rubella, rotavirus, serta virus gondongan), konsumsi obat-obatan tertentu, serta
pengaruh gluten..

 Diabetes Tipe II
Diabetes tipe 2 terjadi akibat resistensi insulin, yaitu ketika sel tubuh menjadi kebal
atau tidak responsif terhadap insulin. Insulin membantu sel menyerap dan mengubah gula
(glukosa) menjadi energi. Resistensi insulin menyebabkan glukosa tidak dapat masuk ke
dalam sel.

Akibat kondisi tersebut, pankreas harus bekerja lebih keras untuk memproduksi insulin agar
glukosa dapat masuk ke sel. Namun, seiring waktu, sel pankreas akan mengalami kerusakan
akibat bekerja terlalu keras sehingga tidak dapat menghasilkan insulin. Hal ini menyebabkan
glukosa menumpuk dalam darah.

D. Gejala Diabetes Melitus


Pada diabetes tipe 1, gejala pertama dapat muncul secara tiba-tiba saat kadar gula darah
tinggi. Sementara itu, pada diabetes tipe 2, gejala muncul secara perlahan dalam waktu lama,
sehingga penderitanya kerap tidak menyadari kondisi ini.
Jika gula darah tidak terkontrol, kedua tipe diabetes ini bisa menimbulkan gejala yang hampir
sama, yaitu:

- Sering buang air kecil.


- Merasa haus dan banyak minum air.
- Sering merasa kelaparan.
- Sering merasa lelah.
- Pandangan kabur.
- Jika luka, sulit sembuh.

Perbedaan gejala diabetes tipe 1 dan 2 terletak pada rentang waktu kemunculan gejala. Gejala
diabetes tipe 1 biasanya muncul seketika dan berkembang dengan cepat dalam waktu
beberapa minggu. Sedangkan pada diabetes tipe 2, awalnya gejala tidak tampak jelas, tapi
secara perlahan gejala akan memburuk. Tidak jarang penderita diabetes tipe 2 baru
menyadari penyakitnya setelah mengalami komplikasi yang serius..

Penderita diabetes tipe 1 juga biasanya menjadi mudah marah dan mengalami perubahan
suasana hati. Sementara itu, penderita diabetes tipe 2 juga dapat mengalami gangguan saraf
yang ditandai dengan kebas dan kesemutan di tangan atau kaki.

E. Diagnosis Diabetes Melitus


Untuk mendiagnosis diabetes pada pasien, dokter akan menjalankan tes hemoglobin A1c
(HbA1c). Tes HbA1c dilakukan untuk mengukur kadar rata-rata gula darah pasien dalam 2–3
bulan terakhir. Bila hasil tes HbA1c menunjukkan angka 6,5% atau lebih tinggi, tandanya
pasien mengalami diabetes.

Bila pasien memiliki kondisi yang dapat memengaruhi hasil tes HbA1C, misalnya sedang
hamil, dokter akan menjalankan tes gula darah, seperti:

- Tes gula darah puasa


Dokter akan meminta pasien berpuasa selama 8 jam, sebelum sampel darah diambil dan
diteliti di laboratorium. Kadar gula pasien dinilai normal bila kurang dari 100 mg/dL.
Sedangkan kadar gula 100–125 mg/dL menandakan kondisi prediabetes. Pasien baru
didiagnosis menderita diabetes bila kadar gula darah mencapai 126 mg/dL atau lebih.

- Tes toleransi gula darah


Setelah pasien menjalani tes gula darah puasa, pasien akan diminta untuk meminum
minuman gula khusus dan kembali melakukan pemeriksaan gula darah secara berkala
dalam 2 jam

- Tes gula darah sewaktu


Sampel darah pasien akan diambil kapan saja, tanpa perlu berpuasa. Jika hasil tes darah
menunjukkan 200 mg/dL atau lebih, pasien akan didiagnosis menderita diabetes.
Dokter dapat mengulang tes untuk memastikan hasilnya.

Untuk memastikan apakah pasien menderita diabetes tipe 1 atau tipe 2, dokter akan
menganjurkan pemeriksaan antibodi untuk mendeteksi kadar antibodi yang menyerang sel-sel
beta di dalam pankreas. Pemeriksaan antibodi ini dapat membedakan diabetes tipe 1 dan tipe
2, karena antibodi tersebut hanya dapat ditemukan pada diabetes tipe 1. Selain tes antibodi,
tes urine juga dapat membantu menentukan jenis diabetes. Dokter dapat menduga pasien
terkena diabetes tipe 1, jika kandungan keton terdeteksi di dalam urine.

F. Komplikasi Diabetes Melitus


Komplikasi diabetes melitus terbagi menjadi 2 jenis, yaitu jangka pendek (akut) dan
jangka panjang (kronis). Hipoglikemia dan ketoasidosis adalah bentuk komplikasi diabetes
akut, sedangkan komplikasi diabetes kronis terjadi ketika diabetes melitus sudah
memengaruhi fungsi mata, jantung, ginjal, kulit, saluran pencernaan, dan saraf.

 Komplikasi Diabetes Akut


Komplikasi diabetes melitus akut bisa disebabkan oleh 2 hal, yaitu peningkatan dan
penurunan kadar gula darah yang drastis. Kondisi ini memerlukan penanganan medis segera.
Jika terlambat ditangani, bisa menyebabkan hilangnya kesadaran, kejang, hingga kematian.
Komplikasi diabetes melitus akut terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

- Hipoglikemia : adalah kondisi ketika terjadi penurunan kadar gula darah secara drastis
akibat tingginya kadar insulin dalam tubuh, terlalu banyak mengonsumsi obat penurun
gula darah, atau terlambat makan.

- Ketosiadosis diabetik (KAD) : adalah kondisi kegawatan medis akibat peningkatan


kadar gula darah yang terlalu tinggi. Ini adalah komplikasi diabetes melitus yang terjadi
ketika tubuh tidak dapat menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber bahan bakar,
sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan zat keton sebagai sumber energi.

- Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS) : Kondisi ini juga merupakan salah satu
kegawatan medis pada penyakit kencing manis, dengan tingkat kematian mencapai
20%. HHS terjadi akibat adanya lonjakan kadar gula darah yang sangat tinggi dalam
waktu tertentu. Gejala HHS ditandai dengan haus yang berat, kejang, lemas, gangguan
kesadaran, hingga koma.

 Komplikasi Diabetes Kronis


Komplikasi jangka panjang biasanya berkembang secara bertahap saat diabetes tidak
dikelola dengan baik. Tingginya kadar gula darah yang tidak terkontrol dari waktu ke waktu
akan meningkatkan risiko komplikasi, yaitu kerusakan serius pada seluruh organ tubuh.
Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit diabetes melitus adalah:

- Gangguan pada mata (retinopati diabetik) : Diabetes dapat merusak pembuluh darah di
retina. Kondisi ini disebut retinopati diabetik dan berpotensi menyebabkan kebutaan.
Pembuluh darah di mata yang rusak karena diabetes juga meningkatkan risiko
gangguan penglihatan, seperti katarak dan glaukoma.

- Kerusakan ginjal (nefropati diabetik) : Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal,
bahkan bisa berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal
ginjal, penderita harus melakukan cuci darah rutin atau transplantasi ginjal.

- Kerusakan saraf (neuropati diabetik) : Rusaknya saraf akan menyebabkan gangguan


sensorik dengan gejala berupa kesemutan, mati rasa, atau nyeri. Kerusakan saraf juga
dapat memengaruhi saluran pencernaan dan menyebabkan gastroparesis. Gejalanya
berupa mual, muntah, dan merasa cepat kenyang saat makan.
- Masalah kulit dan kaki : Jika tidak dirawat dengan baik, kaki penderita diabetes
berisiko mudah luka dan terinfeksi sehingga menimbulkan gangren dan ulkus
diabetikum. Penanganan luka pada kaki penderita diabetes adalah dengan pemberian
antibiotik, perawatan luka dengan benar, atau bahkan amputasi bila kerusakan jaringan
sudah parah.

- Penyakit kardiovaskular : Komplikasi diabetes melitus yang menyerang jantung dan


pembuluh darah, meliputi penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan penyempitan
arteri (aterosklerosis).

G. Faktor resiko Diabetes Melitus


a. Usia
Terjadinya DM tipe 2 bertambah dengan pertambahan usia (jumlah sel β yang produktif
berkurang seiring pertambahan usia).

b. Berat Badan
Berat badan lebih BMI >25 atau kelebihan berat badan 20% meningkatkan dua kali
risiko terkena DM. Prevalensi Obesitas dan diabetes berkolerasi positif, terutama obesitas
sentral Obesitas menjadi salah satu faktor resiko utama untuk terjadinya penyakit DM.
Obesitas dapat membuat sel tidak sensitif terhadap insulin (retensi insulin). Semakin banyak
jaringan lemak dalam tubuh semakin resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak 16
tubuh terkumpul di daerah sentral atau perut.

c. Riwayat Keluarga
Orang tua atau saudara kandung mengidap DM. Sekitar 40% diabetes terlahir dari
keluarga yang juga mengidap DM, dan + 60%- 90% kembar identic merupakan penyandang
DM.

d. Gaya Hidup
Gaya hidup adalah perilaku seseorang yang ditujukkan dalam aktivitas sehari-hari.
Makanan cepat saji (junk food), kurangnya berolahraga dan minum-minuman yang bersoda
merupakan faktor pemicu terjadinya diabetes melitus tipe 2. Penderita DM diakibatkan oleh
pola makan yang tidak sehat dikarenakan pasien kurang pengetahuan tentang bagaimanan
pola makan yang baik dimana mereka mengkonsumsi makanan yang mempunyai karbohidrat
dan sumber glukosa secara berlebihan, kemudian kadar glukosa darah menjadi naik sehingga
perlu pengaturan diet yang baik bagi pasien dalam mengkonsumsi 17 makanan yang bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.

e. Riwayat Diabetes pada kehamilan (Gestational)


Seorang ibu yang hamil akan menambah konsumsi makanannya, sehingga berat
badannya mengalami peningkatan 7-10 kg, saat makanan ibu ditambah konsumsinya tetapi
produksi insulin kurang mencukupi maka akan terjadi DM. Memiliki riwayat diabetes
gestational pada ibu yang sedang hamil 18 dapat meningkatkan resiko DM, diabetes selama
kehamilan atau melahirkan bayi lebih dari 4,5 kg dapat meningkatkan resiko DM tipe II.

H. Pengobatan Diabetes Melitus


 Diabetes Tipe I
1. Insulin : Oleh karena diabetes tipe 1 disebabkan oleh rusaknya sel-sel penghasil
insulin, mereka membutuhkan suntik insulin untuk menggantikan hormon insulin yang
hilang. Pemberian dilakukan melalui suntikan, karena insulin akan dicerna oleh
lambung dan tidak bisa masuk ke aliran darah bila diberikan dalam bentuk pil.

2. Sistem pankreas buatan : adalah serangkaian alat yang dirancang untuk meniru
fungsi pankreas dalam mengatur kadar gula darah. Perangkat ini terdiri dari pompa
insulin, continous glucose monitoring (CGM), dan alat penghubung pompa dan CGM,
sebagai kontrol dan pengatur dosis. Sistem pankreas buatan dapat mengukur kadar
glukosa secara rutin dan menyesuaikan kadar insulin yang disuntikkan, layaknya
pankreas asli.

3. Obat – obatan : Selain pemberian insulin, dokter dapat meresepkan beberapa jenis
obat berikut ini:
- Aspirin, untuk menjaga kesehatan jantung pasien.
- Obat penghambat enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitor) dan angiotensin II
receptor blockers (ARB), untuk menjaga kesehatan ginjal pasien.
- Obat penurun kolesterol, untuk menurunkan risiko terserang penyakit jantung.

 Diabetes Tipe II
1. Diet dan Olahraga : Menerapkan pola hidup sehat dengan rutin berolahraga dan
mengonsumsi makanan bergizi seimbang tidak hanya dapat menurunkan kadar gula
dalam darah, tetapi juga bisa menurunkan risiko terjadinya komplikasi. Dokter akan
menganjurkan pasien untuk mengonsumsi makanan yang kaya akan serat dan rendah
lemak.

2. Pemberian Obat – obatan : Dokter dapat meresepkan obat-obatan jika perubahan pola
hidup tidak cukup efektif menurunkan kadar gula darah. Beberapa jenis obat yang dapat
diberikan adalah:
- Metformin, untuk mengurangi produksi gula pada hati
- Glinide, seperti nateglinide, dan sulfonilurea, seperti glibenclamide, untuk
merangsang kerja pankreas agar memproduksi insulin lebih banyak
- Thiazolidinediones, seperti pioglitazone, untuk merangsang sel-sel tubuh agar lebih
sensitif terhadap insulin
- DPP-4 inhibitor, seperti sitagliptin, untuk meningkatkan produksi insulin dan
mengurangi produksi gula oleh hati
- GLP-1 receptor agonist, seperti exenatide, untuk memperlambat pencernaan
makanan, terutama yang mengandung gula, sekaligus menurunkan kadar gula
dalam darah
- SGLT2 inhibitor, seperti dapagliflozin, untuk mendorong ginjal membuang lebih
banyak gula

Jika obat-obatan di atas tidak efektif, dokter dapat memberikan suntik insulin. Insulin
tersedia dalam beberapa jenis, dan masing-masingnya bekerja dengan cara yang
berbeda.

3. Pemeriksaan kesehatan rutin : Kadar gula darah pasien perlu diperiksa secara rutin
agar kadarnya sesuai dengan yang telah ditentukan oleh dokter. Pemeriksaan juga
bertujuan untuk mengetahui keberhasilan pengobatan yang sedang dilakukan.
Tergantung kondisi pasien, pemeriksaan mungkin perlu dilakukan sekali sehari
sebelum atau setelah berolahraga. Sedangkan pada pasien yang memerlukan tambahan
insulin, pemeriksaan perlu dilakukan beberapa kali sehari.

I. Pencegahan Diabetes Melitus


Penyebab diabetes tipe 1 belum diketahui secara pasti. Namun, kondisi ini diduga
berkaitan dengan penyakit autoimun, kelainan genetik, dan faktor keturunan. Karena
penyebabnya belum pasti, maka cara pencegahannya pun belum diketahui dengan jelas.
Sementara, diabetes tipe 2 diketahui berkaitan dengan faktor genetik, pola hidup tidak sehat,
obesitas, dan resistensi insulin.

Untuk mengurangi risiko penyakit diabetes, baik itu tipe 1 atau 2, ada beberapa cara yang
dapat dilakukan, yaitu:

1. Menerapkan pola makan sehat


Menjalani pola makan sehat adalah salah satu kunci utama untuk terhindar dari
diabetes. Disarankan untuk membatasi konsumsi makanan dan minuman tinggi gula, kalori,
dan lemak, misalnya makanan olahan, kue, es krim, dan makanan cepat saji. Batasi asupan
gula hanya sebesar 50 gram (4 sendok makan) setiap harinya. Sebagai gantinya, perbanyak
konsumsi sayuran, buah, kacang, dan biji-bijian yang mengandung banyak serat dan
karbohidrat kompleks.

2. Menjalani olahraga rutin


Olahraga rutin dapat membantu tubuh menggunakan hormon insulin dengan lebih
efektif, sehingga kadar gula dalam darah dapat lebih terkontrol. Dengan begitu, Anda bisa
terhindari dari penyakit diabetes. Sempatkan waktu berolahraga minimal 30 menit sehari.
Olahraga jenis apa pun, asalkan dilakukan dengan rutin, bisa menjadi cara yang efektif untuk
mencegah diabetes.

3. Mencegah stress
Stres yang tidak dikelola dengan baik dapat meningkatkan risiko diabetes. Hal ini
karena saat mengalami stres, tubuh akan melepaskan hormon stres (kortisol) yang dapat
meningkatkan kadar gula dalam darah. Tidak hanya itu, saat stres tubuh juga akan cenderung
lebih mudah lapar dan terdorong untuk makan lebih banyak. Oleh sebab itu, harus pandai
dalam mengelola stres agar tidak melampiaskannya pada makan atau ngemil secara
berlebihan.

4. Menjaga berat badan ideal


Berat badan ideal dapat ditentukan menggunakan kalkulator BMI. Jika nilai BMI tubuh
tinggi hingga melebihi batas normal, maka bisa saja seseorang mengalami obesitas. Kondisi
ini merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena diabetes. Jadi,
penting untuk selalu menjaga berat badan agar tetap ideal.

5. Melakukan pengecekan gula darah rutin


Tes gula darah penting dilakukan untuk memonitor kadar gula darah dan mendeteksi
dini penyakit diabetes. Bagi yang sehat dan tidak berisiko tinggi terkena diabetes, maka
pemeriksaan gula darah dapat dilakukan setahun sekali.

Namun, jika tergolong yang berisiko tinggi terkena diabetes, seperti berusia 40 tahun ke atas,
memiliki riwayat penyakit jantung atau stroke, obesitas, atau memiliki riwayat keluarga
menderita diabetes, maka dokter mungkin akan menyarankan tes gula darah dilakukan lebih
sering.

J. Diet Diabetes Melitus


 Tujuan diet Diabetes Mellitus antara lain yaitu :
1. Mempertahankan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan dengan insulin, obat penurun glukosa oral dan
aktivitas fisik.
2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
3. Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.
4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien (komplikasi jangka pendek dan
jangka panjang) serta masalah yang berhubungan dengan latihan jasmani.
5. Meningkatkan derajat kesehatan serta keseluruhan melalui gizi yang optimal.

 Syarat diet Diabetes Mellitus :


1. Energi cukup, kebutuhan energi ditentukan dengan memperhitungkan kebutuhan
untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kg BB normal, ditambah kebutuhan
untuk aktivitas fisik dan keadaan khusus (kehamilan, laktasi, komplikasi).
Pembagian makanan dalam 3 porsi besar yaitu makan pagi (20%), siang (30%), dan
sore (25%) serta 2-3 porsi kecil selingan (masing-masing10-15%).
2. Protein, normal yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total.
3. Lemak, sedang yaitu 20-25%.
4. Karbohidrat, sisa dari kebutuhan energi total yaitu 60-70%.
5. Penggunaan gula murni dalam minuman makanan tidak diperbolehkan kecuali
jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa sudah terkendali,
diperbolehkan mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.
6. Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas.
7. Asupan serat dianjurkan 25 gr/hari dengan mengutamakan serat larut air yang
terdapat di dalam sayur dan buah.
8. Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium
dalam bentuk garam dapur yaitu 3000 mg/hari. Apabila mengalami hipertensi
asupan garam harus dikurangi.
9. Cukup vitamin dan mineral.

 Bahan makanan yang dianjurkan :


1. Sumber protein : ikan, daging ayam tanpa kulit, telur, tempe, tahu, oncom, kacang-
kacangan (kacang hijau, kacang merah, kedelai).
2. Sayuran : kangkung, oyong, timun, tomat, labu air, kembang kol, lobak, sawi,
seledri, terong.
3. Buah-buahan : sari buah murni, jeruk, apel, pepaya, pir, jambu, belimbing.
4. Susu skim atau rendah lemak.
5. Sumber lemak dalam jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna.
Makanan terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dan
dibakar.

 Bahan makanan yang dibatasi :


1. Sumber hidrat arang : nasi, nasi tim, bubur, roti, gandum, pasta, jagung, kentang, ubi
dan talas, hevermout, sereal, mie, ketan, macaroni.
2. Sumber protein hewani tinggi lemak jenuh : kornet, sosis, sarden.
3. Sayuran : bayam, buncis, daun melinjo, daun singkong, daun ketela, jagung muda,
kapri, kacang panjang.
4. Buah-buahan : nanas, anggur, mangga, sirsak, pisang, alpukat, sawo.
5. Makanan yang digoreng dan yang menggunakan santan kental.

 Bahan makanan yang dihindari :


1. Gula pasir, gula merah, gula batu, madu.
2. Makanan / minuman manis : abon, dendeng, cake, kue-kue manis, dodol, tarcis,
sirup, selai manis, coklat, permen, susu kental manis, es krim.
3. Bumbu : kecap, saus tiram.
4. Buah-buahan yang manis dan diawetkan : durian, nangka, manisan buah, tape.
5. Minuman yang mengandung alkohol.

Anda mungkin juga menyukai