Anda di halaman 1dari 2

Kata Jabariyah berasal dari kata jabara yang berarti memaksa.

Di dalam al-Munjid dijelaskan bahwa


nama Jabariyah berasal dari kata jabara yang mengandung arti memaksa dan mengharuskannya
melakukan sesuatu.2 Kalau dikatakan, Allah SWT mempunyai sifat al-Jabbar (dalam bentuk
mubalaghah), itu artinya Allah Maha Me maksa. Ungkapan al-insan majbur mempunyai arti bahwa
manusia dipaksa atau terpaksa. Selanjutnya, kata jabara (bentuk pertama)

setelah ditarik menjadi Jabariyah (dengan menambah ya nisbah memiliki arti suatu kelompok atau aliran
(isme). Lebih Syahrastani menegaskan bahwa paham al-Jabr berarti menghilang kan perbuatan manusia
dalam arti sesungguhnya dan menyandar kannya kepada Allah SWT. Dengan kata lain, manusia
mengerjakan yang perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam bahasa Inggris, Jabariyah disebut
fatalism atau predestination, yaitu faham menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari
semula oleh qadha dan qadar Tuhan."

Dalam konteks geo-cultural bangsa Arab, faham Jabariyah diduga telah ada sejak sebelum Islam datang
ke masyarakat Arab. Kehidupan bangsa Arab yang diliputi oleh gurun pasir yang terjal dan gersang serta
panas, telah memberi pengaruh besar terhadap cara hidup mereka. Dalam dunia seperti ini mereka
tidak banyak melihat untuk mengubah keadaan sekeliling mereka sesuai dengan keinginan mereka
sendiri. Mereka merasa dirinya lemah dan tidak berkuasa menghadapi kesukaran-kesukaran hidup yang
timbul oleh suasana padang pasir. Dalam kehidupan sehari-hari, mereka banyak bergantung pada
kehendak alam. Hal inilah yang mem bawa mereka bersikap fatalistic. Oleh karena itu, ketika faham
Qodariyah dibawa ke kalangan mereka oleh orang-orang Islam yang bukan berasal dari padang pasir, hal
ini menimbulkan ke goncangan dalam pemikiran mereka dan menganggapnya berten tangan dengan
ajaran Islam. Hal ini tercermin dalam ungkapan mereka: "al-Qadariyah majushus hadzih al-ummah kaum
Qadariyah adalah majusinya umat Islam."

Qadariyah berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata qadara yang artinya kemampuan dan kekuatan.
Adapun secara termi nologi, Qodariyah adalah suatu aliran yang mempercayai bahwa segala tindakan
manusia tidak diintervensi oleh Allah SWT. Aliran ini berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta
bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat di fahami bahwa Qadariyah dipakai untuk nama suatu aliran
yang memberi penekanan atas kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbuatan-
perbuatannya. Dalam hal ini, Harun Nasution menegaskan bahwa kaum Qodariyah berasal dari
pengertian bahwa manusia mempunyai qudrah atau kekuatan untuk melaksanakan kehendaknya dan
bukan berasal dari pengerti an bahwa manusia terpaksa tunduk pada qadar Allah SWT.
Dengan demikian, kaum Qodariyah menolak adanya qadha dan gadar Allah SWT. Mengenai kapan
faham Qodariyah ini muncul, tidak dapat diketahui secara pasti. Namun ada sebagian pendapat yang
menghubungkan faham ini dengan Khawarij. Pemahaman mereka tentang konsep iman, pengakuan
hati, dapat menimbulkan rasa kesadaran bahwa manusia mampu sepenuhnya memilih dan menentukan
tindakannya sendiri, baik dan buruknya. Jadi konsep dasarnya adalah Qodariyah telah meletakkan
manusia pada posisi merdeka dalam menentukan tingkah laku dan kehen daknya (free act and free will).

Kemunculan faham Qodariyah ditentang oleh pemerintah Bani Umayyah ketika itu. Tantangan ini sangat
mungkin terjadi karena para pejabat pemerintahan menganut faham Jabariyah. Ada kemungkinan juga
pejabat pemerintah menganggap gerakan faham Qodariyah sebagai suatu usaha menyebarkan faham
dinamis dan daya kritis rakyat yang pada gilirannya mampu mengkritik kebijak an-kebijakan mereka
yang dianggap tidak sesuai dan bahkan menggulingkan mereka dari tahta kerajaan.

Hal di atas dikarenakan bahwa Bani Umayyah telah meng klaim bahwa pemerintahan mereka
merupakan warisan dari Khalifah Usman bin Affan yang dipilih secara syura. Pemilihan Usman dan
pewarisan kekhalifahan Usman ke Bani Umayyah tersebut meru pakan kehendak dari Allah SWT. Dan
jika ada rakyat memberontak terhadap pemerintahan Bani Umayyah maka mereka sama halnya dengan
menentang Allah SWT. Itulah doktrin teologis-politik yang dikumandangkan oleh Bani Umayyah untuk
mengikis setiap pemberontakan dan mempertahankan eksistensi mereka. Doktrin tersebut sangat
berlawanan dengan doktrin Qodariyah, dan itulah sebabnya Bani Umayyah menentang kaum Qodariyah
dan kaum Qodariyah pun akhirnya melakukan perlawanan terhadap Bani Umayyah.

Anda mungkin juga menyukai