KEL 5 XIIS 2 Potensi
KEL 5 XIIS 2 Potensi
MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi yang dibimbing oleh
Bapak Muhammad Rizky Fisabilillah, S.Pd.
Disusun oleh
Kelompok 2
disahkan pada ;
hari :
tanggal :
waktu :
tempat :
Mengesahkan
ii
Bab2 HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Makalah yang berjudul “POTENSI KEARIFAN LOKAS INDONESIA” ini
adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber yang dikutip maupun
dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan
berkah penulis mampu menyelesaikan makalah dengan tepat. Pembuatan makalah
ini guna memenuhi tugas mata pelajaran Sosiologi di SMA Negeri 2 Lumajang.
Terima kasih kami ucapkan kepada pihak - pihak terkait karena atas
kontribusinya dalam pembuatan makalah POTENSI KEARIFAN LOKAS
Indonesia dapat dirampungkan :
1. Bapak Moh. Yatim Khudlori, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 2
Lumajang;
2. Bapak Muhammad Rizky Fisabilillah, S.Pd. selaku guru pembimbing mata
pelajaran Sosiologi SMA Negeri 2 Lumajang;
3. Seluruh bapak ibu guru SMA Negeri 2 Lumajang;
4. Serta kedua orang tua dan rekan-rekan yang memberikan dukungan.
Penulisan makalah ini tidak akan berlangsung tanpa adanya dukungan
pihak-pihak terkait. Kami selaku penulis berharap agar makalah ini dapat
membawa dampak positif bagi banyak orang khususnya siswa kelas XII IPS 02
SMA Negeri 2 Lumajang. Akhirnya kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kami mengharapkan saran dan
kritik guna membangun kesempurnaan penulisan makalah untuk penelitian
selanjutnya.
Kami selaku penulis sekali lagi ingin berterima kasih dan mengucap rasa
syukur karena telah diberi kesempatan untuk membuat makalah sendiri.
Penulis
iv
Bab3 DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................1
1.3 Ruang Lingkup...............................................................................................2
1.4 Tujuan Penelitian............................................................................................2
1.5 Manfaat Penelitian..........................................................................................2
BAB II.....................................................................................................................3
PEMBAHASAN..................................................................................................3
2.1 Pembahasan Kearifan lokal........................................................................3
2.2 Pengaruh Globalisasi..................................................................................7
2.3 contoh kasus...............................................................................................9
BAB III..................................................................................................................11
PENUTUP..........................................................................................................11
3.1 Kesimpulan..............................................................................................11
3.1 Saran.........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................20
LAMPIRAN..........................................................................................................21
v
vi
Bab4 BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dipaparkan pembahasan mengenai topik materi. Adapun hal-
hal yang dibahas, yaitu (1) Latar Belakang, (2) Rumusan Masalah, (3) Ruang
Lingkup (4) Tujuan, (5) Manfaat.
1
Banyak pandangan mengenai pengertian kearifan lokal. Akan tetapi, pada
dasarnya kearifan lokal mengacu pada nilai – nilai dalam masyarakat dan
keseimbangan alam. Berikut beberapa pandangan mengenai kearifan lokal.
1. S. Swarsi, menyatakan bahwa secara konseptual, kearifan lokal merupakan
kebijaksanaan manusia yang bersandar pada filosofi nilai-nilai, etika, cara-
cara, dan perilaku yang melembaga secara tradisional.
2. Phongphit dan Nantasuwan, pengetahuan yang berdasarkan pengalaman
masyarkat turun-temurun antargenerasi. Pengetahuan ini menjadi aturan
bagi kegiatan sehari-hari masyarakat ketika berhubungan dengan keluarga,
tetangga, masyarakat lain dan lingkungan sekitar
3. I Ketut Gobyah, kebenaran yang telah mentradisi atau ajeg dalam suatu
daerah. Kearifan lokal merupakan perpaduan antara nilai-nilai suci firman
Tuhan dan berbagai nilai yang ada. Kearifan lokal terbentuk sebagai
keunggulan budaya masyarakat setempat maupun kondisi geografis dalam
arti luas. Kearifan lokal merupakan produk budaya masa lalu yang patut
secara terus-menerus dijadikan pegangan hidup. Meskipun bernilai lokal
tetapi nilai yang terkandung di dalamnya dianggap sangat universal.
4. H. Quaritch Wales, kemampuan budaya setempat dalam menghadapi
pengaruh kebudayaan asing pada waktu kedua kebudayaan itu
berhubungan.
5. Haryati Soebadio, suatu identitas atau kepribadian budaya bangsa yang
menyebabkan bangsa tersebut mampu untuk menyaring dan memilikh
akan budaya yang masuk kedalam diri dan watak dirinya.
6. UU No. 32/2009 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup, nilai-nilai luhur yang berlaku dalam tata kehidupan masyarakat
antara lain melindungi dan mengelola lingkungan hidup secara lestari.
2
1) Apa yang dimaksud dengan kearifan lokal?
2) Bagaimana pengaruh globalisasi terhadap kearifan lokal?
3) Bagaimana contoh kasus dari kearifan lokal?
1.3 Ruang Lingkup
Ruang lingkup makalah berjudul POTENSI KEARIFAN LOKAl
INDONESIA ini berdasarkan materi teori-teori dan bentuk-bentuk Perubahan
Sosial pada study literatur yang penulis gunakan.
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
tentang bagaimana ‘membaca’ potensi alam dan menuliskannya kembali
sebagai
Sementara itu Keraf (2002) menegaskan bahwa kearifan lokal adalah semua
bentuk pengetahuan, keyakinan, pemahaman atau wawasan serta adat kebiasaan
atau etika yang menuntun perilaku manusia dalam kehidupan didalam komunitas
ekologis. Semua bentuk kearifan lokal ini dihayati,di praktekkan,
diajarkan dan diwariskan dari generasi ke generasi sekaligus membentuk pola
perilaku manusia terhadap sesama manusia, alam maupun gaib.
5
berhenti pada etika, tetapi sampai pada norma dan tindakan dantingkah
laku, sehingga kearifan lokal dapat menjadi seperti religi
yangmemedomani manusia dalam bersikap dan bertindak, baik dalam
konteks kehidupan sehari-hari maupun menentukan peradaban manusia yang
lebih jauh.
Dari definisi-definisi itu, kita dapat memahami bahwa kearifan lokal adalah
pengetahuan yang dikembangkan oleh para leluhur dalam mensiasati lingkungan
hidup sekitar mereka, menjadikan pengetahuan itu sebagai bagian dari budaya
dan memperkenalkan serta meneruskan itu dari generasi ke generasi.
Beberapa bentuk pengetahuan tradisional itu muncul lewat cerita-cerita, legenda-
legenda, nyanyian-nyanyian, ritual-ritual, dan juga aturan atau hukum setempat.
Kearifan lokal menjadi penting dan bermanfaat hanya ketika masyarakat
lokal yang mewarisi sistem pengetahuan itu mau menerima dan mengklaim hal itu
sebagai bagian dari kehidupan mereka. Dengan cara itulah,kearifan lokal dapat
disebut sebagai jiwa dari budaya lokal. Hal itu dapat dilihat dari ekspresi
kearifan lokal dalam kehidupan setiap hari karena telah terinternalisasi dengan
sangat baik. Tiap bagian dari kehidupan masyarakat lokal diarahkan secara arif
berdasarkan sistem pengetahuan mereka, dimana tidak hanya bermanfaat
dalam aktifitas keseharian dan interaksi dengan sesama saja, tetapi juga
dalam situasi-situasi yang tidak terduga seperti bencana yang datang tiba-
tiba.
6
A. Bentuk – Bentuk Kearifan Lokal di Indonesia
bentuk-bentuk kearifan lokal adalah Kerukunan beragaman dalam
wujud praktik sosial yang dilandasi suatu kearifan dari budaya. Bentuk-bentuk
kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa budaya (nilai, norma, etika,
kepercayaan, adat istiadat, hukum adat, dan aturan-aturan khusus). Nilai-nilai
luhur terkait kearifan lokal meliputi Cinta kepada Tuhan, alam semester beserta
isinya,Tanggung jawab, disiplin, dan mandiri, Jujur, Hormat dan santun, Kasih
sayang dan peduli, Percaya diri, kreatif, kerja keras, dan pantang menyerah,
Keadilan dan kepemimpinan, Baik dan rendah hati,Toleransi,cinta damai, dan
persatuan. Hal hampir serupa dikemukakan oleh Wahyudi (2014: 13) kearifan
lokal merupakan tata aturan tak tertulis yang menjadi acuan masyarakat yang
meliputi seluruh aspek kehidupan, berupa Tata aturan yang menyangkut hubungan
antar sesama manusia, misalnya dalam interaksi sosial baik antar individu maupun
kelompok, yang berkaitan dengan hirarkhi dalam kepemerintahan dan adat, aturan
perkawinan antar klan, tata karma dalam kehidupan sehari-hari.
Terdapat pendapat lain yang mengklasifikasikan bentuk kearifan
lokal ke dalam dua aspek. Bentuk kearifan lokal yaitu berwujud nyata (tangible)
dan yang tidak berwujud (intangible) (Azan,2013). Berikut uraiannya.
Berwujud nyata (Tangible)
Bentuk kearifan lokal yang berwujud nyata meliputi beberapa aspek
1. Tekstual, yaitu aturan yang dituangkan dalam bentuk tertulis.
Contohnya, sistem nilai dan tata cara. Contoh yang dapat kita
temui di kitab tradisional jawa (primbon), kalender, dan naskah-
naskah pada lembaran daun lontar
2. Benda cagar budaya/tradisional (karya seni), contohnya patung,
senjata, alat musik, dan tekstil.
3. Bangunan/arsitektural,terdapat dalam seni arsitektur rumah adat
suku-suku di Indonesia. Banyak bangunan tradisional di
indonesi yang merupakan cerminan bentuk kearifan lokal.
Contohnya, pendopo jawa, rumah gadang minangkabau, dan
rumah tongkonan toraja.
Tidak Berwujud (intangible), Merupakan bentuk kearifan lokal yang
hanya disampaikan secara verbal. Contohnya adalah petuah, nyanyian,
pantun, dan cerita yang mengandung nilai-nilai ajaran tradisional.
7
Konservasi dan pelestarian sumber daya alam.
Mengembangkan sumber daya manusia.
Sebagai pengembangan kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Sebagai petuah, kepercayaan, sastra, dan pantangan.
Bermakna sosial, misalnya upacara daur pertanian.
Bermakna etika dan moral yang terwujud dalam Upacara Ngaben dan
penyucian roh leluhur.
Bermakna politik, misalnya dalam Upacara Nangkluk Merana dan
kekuasaan patron client.
8
menjadi bagian hidup tak terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap
dan perilaku mereka sehari – hari. Beberapa kearifan lokal yang terdapat
dalam masyarakat Indonesia antara lain sebagai berikut.
Kearifan lokal dalam karya-karya masyarakat, misalnya pada seni
tekstil di Indonesia. Masyarakat Jawa memiliki batik yang menjadi
ciri khas dan kebanggan Indonesia. Tidak hanya motifnya yang
indah, namun di balik motif tersebut tersimpan makna yang
mendalam. Motif-motifbatik tersebut berisi nasihat, harapan dan
doa kepada Tuhan.
Kearifan lokal dalam memanfaatkan sumber daya alam, kearifan
lokal mengajarkan kita untuk tidak mengeksploitasi alam secara
berlebihan. Tentunya hal ini bukan tanpa maksud, melainkan agar
keberlanjutan hidup dan diri kita sendiri terus terjaga.
Kearifan lokal dalam mitos masyarakat, mitos terhadap pohon-
pohon keramat banyak dijumpai di berbagai wilayah Indonesia.
Disadari, mitos ini sangat membantu keseimbangan alam. Pohon
besar secara ilmiah memang menyimpan cadangan air tanah dan
penyedia oksigen. Begitu pun mitos terhadap hewan yang dianggap
keramat turut menyumbang pelestarian hewan dari kepunahan
Kearifan lokal dalam bidang pertanian, nenekmoyang kita telah
meninggalkan sitem pertanianyang ramah lingkungan dan
disesuaikan dengan kondisi lingkungan, contohnyasistem pertanian
Nyabuk Gunung di Jawa Tengah dan Mitracai di Jawa Barat.
Kearifan lokal dalam cerita budaya, petuah dan sastra, contohnya
suku Melayu terkenal dengan seni sastranya. Lewat seni sastra
suku Melayu menggambarkan kearifan lokal yang wajib dijunjung
tinggi
9
pola kehidupan yang sudah lama mengakar, yaitu kearifan lokal. Selain itu,
kearifan lokal kerap kali terbentur dengan berbagai nilai – nilai yang muncul
karena globalisasi dan modernisasi, seperti kemakmuran, kenyamanan,
kemudahan, individualisme, materialisme, budaya cepat dan instan. Hal tersebut
membuat perlu adanya pengenalan serta penguatan kearifan lokal dalam
masyarakat agar ciri dan karakter bangsa tersebut tidak hilang dalam
perkembangan zaman.
Beberapa hal yang dapat terjadi ketika globalisasi dan modernisasi mengikis
kearifan lokal adalah :
A. Pergeseran pengertian manusia
B. Kebebasan yang terkekang
C. Objektivitas manusia
D. Mentalitas teknologi
E. Krisis teknologi
F. Pergeseran dan peniadaan nilai etika dan moral
Sampai saat ini banyak sekali kearifan lokal yang tersingkir dari
komunitas– komunitas dalam masyarakat. Beberapa contoh kearifan lokal
masyarakat yang mulai tersingkir adalah sebagai berikut.
A. Di perkotaan, kebiasaan bergotong royong semakin berkurang. Banyak
faktor yang menyebabkan hal ini, seperti perbedaan latar belakang daerah
asal dan sikap individualisme yang tinggi.
B. Kebiasaan para petani menggunakan tanaman lokal untuk mengendalikan
hama dengan cara memilih varietas tanaman tertentu yang kebal hama
tertentu dan mampu bertahan dalam kondisi ekstrem, seperti kekeringan air
dan banjir.
C. Sejatinya, kearifan lokal jangan dianggap sebagai musuh dari globalisasi
dan modernisasi. Namun, kaeraifan lokal hendaknya dipandang sebagai jiwa
dari globalisasi dan modernisasi suatu bangsa. Dengan demikian, jiwa dan
karakter bangsa masih bisa terlihat meskipun negara itu maju dan modern.
D. Negara yang sudah cukup berhasil mengkombinasikan kearifan lokal dan
kemajuan zaman adalah jepang. Sekarang, dunia mengenal berbagai
kebudayaan, bahkan kearifan lokal jepang. Sebagai contoh, budaya pekerja
keras, rasa malu, dan keseimbangan dengan alam. Lewat berbagai kemajuan
teknologi dan ilmu pengetahuan, jepang mampu menunjukkan karakter
bangsanya.
Suatu kenyataan yang sudah dinikmati manusia di era globalisasi adalah
kemakmuran, kemudahan dan kenyamanan. Namun demikian era yang serba
mudah dan nyaman menimbulkan pengaruh positif dan juga hal negatif yang
akan mengancam dan sulit untuk dihindari. Globalisasi menyebabkan segala
10
aspek kehidupan terpenaruhi, misalnya system ekonomi, budaya dan
lingkungan hidup manusia.
Era globalisasi dalam hal ini perkambangan terkhnologi dan informasi memberi
andil yang besar dalam pertumbuhan ekonomi dunia, bahkan tekhnologi juga
menjadi indicator kamajuan suatu negara. Perkembangan ekonomi akan
menjadi lebih cepat apabila didukung oleh faktor kamajuan tekhnologi.
Tekhnologi merupakan langkah lanjut dari peranan, modal dan jasa untuk
perkembangan ekonomi. Makin cangggih tekhnologi berarti makin tinggi
efesiensi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun demikian kemajuan
tekhnologi tidak hanya memberikan dampak-dampak positif pada sistem
ekonomi, dampak negatif juga muncul secara bersamaan. Hal ini juga dapat
menjurus kepada pemborosan sumber daya alam, meningkatkan kriminalitas
dan timbulnya berbagai masalah akibat semakin makmurnya dan sejahteranya
ekonomi suatu negara, sementara di daerah atau negara lain.
Selain dampak terhadap perekonomian globalisasi juga berdampak
terhadap sosial budaya masyarakat (kearifan lokal). Globalisasi telah
mendorong terjadinya pergeseran atau perubahan terhadap sistem atau aturan
yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat.Perkembangan tekhnologi
memiliki andil yang sangat besar dalam menggiring remaja-remaja kita kearah
dekandensi moral. Rusaknya mental dan akhlak remaja kita diakibatkan oleh
gaya hidup yang kapitalis,materialistik dan individualistik. Selain itu
menjamurnya situs-situs internet yang menyajikan gambar-gambar vulgar yang
bisa diakses secara bebas semakin menambah deretan kerusakan remaja. Hal
tersebut di atas menyebabkan kearifan-kearifan yang berlaku dalam masyarakat
mulai terkikis. Masyarakat memiliki adat yang dikenal sebagai ada kedaerahan
(kerifan lokal) yang merupakan symbol kebangsaan, namun saat ini, hampir
tidak lagi makna yang berarti di era globalisasi. Kita sulit memberikan batasan-
batasan yang jelas antara budaya lokal dan budaya barat.
2.3 Contoh kasus
Kearifan lokal sangat banyak dijumpai di Indonesia, khususnya di daerah-
daerah yang masih kental adat-istiadatnya. Biasanya, daerah-daerah tersebut
masih melestarikan kuat nilai-nilai para leluhur. Contoh-contoh kearifan lokal
di Indonesia yang bisa kamu temukan, di antaranya:
A. Hutan Larangan adat di Riau
Kearifan lokal ini berlaku di daerah Riau. Tujuannya, agar masyarakat
sekitar bersama-sama melestarikan hutan di daerah tersebut dengan
melarang menebang hutan secara liar atau sembarangan.
B. Awig-Awig di Lombok Barat dan Bali
kearifan lokal yang melekat dan menjadi pedoman dalam berperilaku,
terutama dalam hal berinteraksi dan mengolah sumber daya alam di
11
lingkungan sekitar Lombok Barat dan Bali. Di Bali misalnya, Awig-
Awig bahkan dianggap sakral dan memiliki pengaruh yang lebih kuat
dibandingkan hukum yang berlaku. di Bali terlihat dari sikap masyarakat
terhadap seseorang yang melanggar aturan lokal, misalnya melakukan
pencurian, penipuan, pemanfaatan sumber daya alam, bahkan hingga
penyalahgunaan narkoba. Orang yang kedapatan melanggar, akan
diberikan sanksi berupa Mengaksama (minta maaf), Dedosaan (denda
uang), Kerampang (disita harta bendanya), Kasepekang (dikucilkan atau
tidak diajak bersosialisasi dalam kurun waktu tertentu), Kaselong
(pengusiran dari desanya), Upacara Prayascita (ritual pembersihan desa
secara spiritual).
C. Hukum Sasi di Maluku
Sasi adalah suatu adat istiadat yang menjadi suatu pedoman bagi
masyarakat Maluku dalam mengelola lingkungan untuk
mengoptimalkan pemanfaatan dari sumber daya alam.
D. Cingcowong di Jawa Barat
Cingcowong merupakan upacara adat suku Sunda yang bertujuan
meminta hujan dan berlangsung secara turun temurun sebagai wujud
pelestarian budaya. Hingga saat ini, ritual Cingcowong masih sering
dilakukan oleh masyarakat di Jawa Barat.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1 Saran
13
Bab5 DAFTAR PUSTAKA
26
Bab6 LAMPIRAN
26