A. DEFINISI
Metode two stay two stray (dua tinggal dua tamu) adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi
kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai
dengan kegiatan-kegiatan individu.
Dengan tujuan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab,
mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Dalam
pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh
temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk
menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut.
Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.
Menurut Lie model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua tamu) merupakan
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar memecahkan masalah bersama anggota
kelompoknya, kemudian dua siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota
kelompok lain yang tinggal. Dalam model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua
Tamu), siswa dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Model pembelajaran Two stay two stray ini memberi kesempatan kepada kelompok
untuk mengembangkan hasil informasi dengan kelompok lainnya. Selain itu, struktur two stay
two stray ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil kesempatan
kepada kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan
individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain.
Padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung
satu dengan yang lainnya.
Dari pembahasan yang telah penulis paparkan dalam makalah ini maka dapat di
simpulkan bahwa model pembelajaran two stay two stray dengan group to group exchange ini
merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri-ciri mengajak
siswa untuk aktif memecahkan masalah secara bersama-sama agar dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencapai keberhasilan
dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan menerapkan kedua model tersebut.
Dari kedua model pembelajaran ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Selain itu, dengan menggunakan model pembelajaran ini peserta didik akan lebih terlatih
untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan
pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama. Dan dapat
mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Namun demikian, tidak ada
metode yang paling baik yang ada hanyalah bagaimana cara seorang pendidik mampu
mengembangkan model pembelajaran agar dapat tidak menimbulkan kebosanan pada peserta
didik dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat mencapai dari tujuan pendidikan itu sendiri
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono, 2012, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7, Yogyakarta :
Pustaka Belajar
Http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
Http://Id.Shvoong.Com/Social-Sciences/Education/2249349-Model-Pembelajaran-Dua-Tinggal-
Dua/#Ixzz1vihguify (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 ).
Http://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-dua-tamu/ (Diakses tgl 19
Mei 2012, jam 15:00)
Http://Zaifbio.Wordpress.Com/2011/12/02/Metode-Group-To-Group-Exchange/. (Diakses tgl 19 Mei
2012, Jam 15:15)
Ibrahim, et.al, 2000, Pembelajaran Koorperatif, Jakarta : University Press
Melvin L. Silberman, 2007, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka
Lisan Madani
Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, 2012, Konsep Strategi Pembelajaran Cet ke-3, Bandung : PT
Refika Aditama
Syaiful Bahri Djamarah, 2012, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3, Jakarta :
Rineka Cipta
[1] Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta :
Pustaka Lisan Madani, 2007), hal 166
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 403
[3] Ibrahim, et.al, Pembelajaran Koorperatif, (Jakarta : University Press, 2000), hal 98
[4] http://zaifbio.wordpress.com/2011/12/02/metode-group-to-group-exchange/. (Diakses tgl 19 Mei
2012, Jam 15:15)
[5] Melvin L. Silberman, Log.Cit, hal 166
[6] Syaiful Bahri Djamarah, Log.Cit, hal 403
[7] Conny Semiawan dkk, Pendekatan Keterampilan Proses. Dikutip dari Makalah
Metodologi Pengajaran PAI “Metode Two Stay Two Stray”, (Kelompok IV, 2012).
[8] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/
#ixzz1vIhGuiFY (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 )
[9] Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran Cet ke-3,
(Bandung : PT Refika Aditama, 2012), hal 56
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 405-406
[11] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/
#ixzz1vIhGuiFY (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 )
[12] http ://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-dua-tamu/
(Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 15:00)
[13] Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran Cet ke-3,
(Bandung : PT Refika Aditama, 2012), hal 56
[14] http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
[15] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-
dua/#ixzz1vIhGuiFY
[16] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 405
[17] http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
[18] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7,
(Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2012), hal 93-94
Diposkan oleh mira triani di 00:49
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
http://sam-edogawa.blogspot.com/2012/11/metode-pembelajaran-tsts-two-stay-two.html
Samsul Ma'rif
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam dunia pendidikan banyak sekali inovasi yang dilakukan tak terkecuali dalam
pembelajaran, karena pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan
potensi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu perlu adanya perrencanaan yang
matang, dalam perencanaan ini terdapat pendekatan pembelajaran yang meliputi strategi, metode
dan teknik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini harus dailakukan pembaharuan agar
sesuai dengan perkembangan zaman.
Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah batas minimal ketercapaian kompetensi setiap
indikator, kompetensi dasar, standar kompetensi aspek penilaian mata pelajaran yang harus
dikuasai oleh peserta didik. KKM ditentukan melalui analisis tiga hal, yaitu tingkat kerumitan
(kompleksitas), tingkat kemampuan rata-rata siswa (intake), dan tingkat kemampuan sumber
daya dukung sekolah (man, money, material) (Depdiknas, 2008).
Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja
kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Beberapa pendapat tentang
model belajar kooperatif dikemukakan :
Dari Pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa model kooperatif learning adalah suatu
tekhnik atau cara dimana tekhnik pembelajarannya khusus dirancang dalam suatu kelompok
yang heterogen dimana peserta didik saling meningkatkan sikap tolong menolong dan
bekerjasama untuk menyelesaikan tugas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
1. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajamya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya suku dan jenis kelamin
berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.
Beberapa faktor yang dipandang sebagai penyebab masalah adalah: (1) Metode pembelajaran
yang digunakan guru sering monoton. Metode ceramah merupakan metode yang secara konsisten
digunakan oleh guru dengan urutan menjelaskan, memberi contoh, latihan dan pekerjaan rumah.
Tidak ada variasi metode pembelajaran guru berdasarkan karakteristik materi yang diajarkannya,
(2) Guru jarang sekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan teman-
temannya atau dengan guru dalam upaya mengembangkan pemahaman konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang penting. (3) Pengajaran yang dilakukan oleh guru lebih menekankan pada
manipulasi matematis, mereka mulai dengan definisi konsep, kemudian menyatakannya dengan
matematis. (4) Guru tidak memahami metode penyelesaian soal-soal secara sistematis. Guru
hanya melihat hasil akhir dari soal-soal yang dikerjakan para siswa. (5) Guru lebih tertarik pada
jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan
prosedur penyelesaiannya.
Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja
kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. TIM MKPBM (2001:217)
mengemukakan “model cooperative learning tampaknya akan lebih dapat melatih para peserta
didik untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan
dalam bentuk tulisan.”
Dari Latar belakang masalah yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut :
1. Tujuan
BAB II
KAJIAN TEORI
1.
1. Pengertian Model Pembelajaran Tipe STAD
Istilah pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu “Cooperative Learning”. Dalam
sebuah kamus Inggris-Indonesia, cooperative berarti kerjasa dan Learning berarti pengetahuan
atau pelajaran (Hassan S & Echols J.M, 1987:67, dalam Ruhadi:2008). Karena berhubungan
dengan proses belajar mengajar, maka istilah Cooperative Learning tersebut diartikan dengan
pembelajaran kooperatif.
Menurut Nur Citra Utomo dan C. Novi Primiani (2009: 9), “STAD didesain untuk memotivasi
siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan
keterampilan yang diajarkan oleh guru”. Menurut Mohamad Nur (2008: 5), pada model ini siswa
dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4 siswa pada setiap tim. Tim dibentuk secara
heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan
dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai
menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode
pembelajaran kooperatif yang efektif.
Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, di mana pembelajaran
tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke
dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah
heterogen. Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan teori Psikologi sosial.
Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih
daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan
positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan kesendirian, membangun hubungan
dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
terdiri lima komponen utama, yaitu :
1. penyajian kelas,
2. belajar kelompok,
3. kuis,
4. skor pengembangan dan
5. penghargaan kelompok
Model STAD juga mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa
para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-
temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu
mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.
Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional
dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan,
kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu
kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.
Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan
mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-
gaya mengajar berbeda.
Adanya perpanjangan waktu karena kemungkinan besar tiap kelompok belum dapat
menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan sampai tiap anggota kelompok
memahami kompetensinya.
Jika ditinjau dari sarana kelas, maka untuk membentuk kelompok kesulitan mengatur dan
mengangkat tempat duduk. Hal ini karena tempat duduk yang terlalu berat.
Karena rata-rata jumlah siswa di dalam kelas adalah 45 orang, maka guru kurang
maksimal dalam mengamati belajar kelompok secara bergantian.
Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan
pembelajaran yang telah dilakukan, antara lain koreksi pekerjaan siswa, menentukan
perubahan kelompok belajar.
Memerlukan waktu dan biaya yang banyak untuk mempersiapkan dan kemudian
melaksanakan pembelajaran kooperatif tersebut.
Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didik sehingga sulit mencapai target
kurikulum.
Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan
pembelajaran kooperatif.
Menuntut sifat tertentu dari peserta didik, misalnya sifat suka bekerja sama.
1. Pengajaran
Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang
direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan
penyajian kelas.
1. Pembukaan
Guru menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu
penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-
teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau
merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.
1. Pengembangan
Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam
kelompok.
Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan
hapalan.
Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan.
Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.
Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.
1. Latihan Terbimbing
1. Belajar Kelompok
Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru
dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar
kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk
mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.
Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan
bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
a) Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan
pindah kemeja kelompok.
b) Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
d) Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok
utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-
masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika
salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab
menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering
bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha
menjawab pertanyaan itu.
e) Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-
teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa
lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi
siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok
mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka
seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
f) Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya
memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam
kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
1. Kuis
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah
diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai
perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
1. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan
nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain.
Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu
dalam kelompoknya.
http://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02/10/model-pembelajaran-tipe-stad/
2013