Anda di halaman 1dari 17

PEMBAHASAN

METODE TWO STAY TWO STRAY

A.    DEFINISI
Metode two stay two stray (dua tinggal dua tamu) adalah salah satu model pembelajaran
kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi
kepada kelompok lain. Hal ini dilakukan karena banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai
dengan kegiatan-kegiatan individu.
Dengan tujuan mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab,
mencari jawaban, menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Dalam
pembelajaran ini siswa dihadapkan pada kegiatan mendengarkan apa yang diutarakan oleh
temannya ketika sedang bertamu, yang secara tidak langsung siswa akan dibawa untuk
menyimak apa yang diutarakan oleh anggota kelompok yang menjadi tuan rumah tersebut.
Dalam proses ini, akan terjadi kegiatan menyimak materi pada siswa.
Menurut Lie model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua tamu) merupakan
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar memecahkan masalah bersama anggota
kelompoknya, kemudian dua siswa dari kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota
kelompok lain yang tinggal. Dalam model pembelajaran two stay two stray (Dua Tinggal Dua
Tamu), siswa dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Model pembelajaran Two stay two stray ini memberi kesempatan kepada kelompok
untuk mengembangkan hasil informasi dengan kelompok lainnya. Selain itu, struktur two stay
two stray ini memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil kesempatan
kepada kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan
individu. Siswa bekerja sendiri dan tidak diperbolehkan melihat pekerjaan siswa yang lain.
Padahal dalam kenyataan hidup diluar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung
satu dengan yang lainnya.

B.      PRINSIP PENGGUNAANNYA


Asumsi yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan model pembelajaran
Kooperatif tipe two stay two stray ini, sebagai berikut:
         Membutuhkan kemampuan kerja tim (kelompok) secara kooperatif
         Untuk melatih keterampilan berpikir kritis peserta didik
         Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.
         Siswa dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
         Membuat siswa aktif bekerja sama dalam proses pembelajaran baik secara emosional maupun
sosial

C.     KELEBIHAN DAN KELEMAHAN


Kelebihan  Metode Two Stay Two Stray
Model pembelajaran Two stay two stray (Dua Tinggal Dua Tamu) memiliki kelebihan
antara lain:
      Dapat diterapkan pada semua kelas/tingkatan.
      Belajar siswa lebih bermakna.
      Lebih berorientasi pada keaktifan berpikir siswa, dan
      Meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa.[11]
      Memberikan kesempatan terhadap siswa untuk menentukan konsep sendiri dengan cara
memecahkan masalah
      Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menciptakan kreatifitas dalam melakukan
komunikasi dengan teman sekelompoknya
      Membiasakan siswa untuk bersikap terbuka terhadap teman
      Meningkatkan motivasi belajar siswa.
Kelemahan Metode Two Stay Two Stray
Model pembelajaran ini memiliki kekurangan antara lain :
      Membutuhkan waktu yang lama
      Siswa cenderung tidak mau belajar dalam kelompok, terutama yang tidak terbiasa belajar
kelompok akan merasa asing dan sulit untuk bekerjasama.
      Bagi guru, membutuhkan banyak persiapan (materi, dana dan tenaga)
      Seperti kelompok biasa, siswa yang pandai menguasai jalannya diskusi, sehingga siswa yang
kurang pandai memiliki kesempatan yang sedikit untuk mengeluarkan pendapatnya.
      Guru cenderung kesulitan dalam pengelolaan kelas.
Untuk mengatasi kekurangan dalam model pembelajaran TSTS ini, maka sebelum
pembelajaran guru terlebih dahulu mempersiapkan dan membentuk kelompok-kelompok belajar
yang heterogen ditinjau dari segi jenis kelamin dan kemampuan akademis. Pembentukan
kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung
sehingga memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan
akademis tinggi yang diharapkan bisa membantu anggota kelompok yang lain.[12]

D.    LANGKAH-LANGKAH PENERAPAN


Langkah-langkah dalam menggunakan metode two stay two stray adalah sebagai
berikut :
a.       Peserta didik bekerjasama dalam kelompok berempat seperti biasa
b.      Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok bertamu ke kelompok lain
c.       Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil dan informasi mereka ke
tamu mereka
d.      Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka masing-masing dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain
e.       Kelompok mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka.[13]
Ada pun tahapan-tahapan yang terdapat dalam model two stay two stray ini adalah
sebagai berikut :
  Persiapan
Pada tahap persiapan ini, hal yang dilakukan guru adalah membuat silabus dan sistem
penilaian, desain pembelajaran, meyiapkan tugas siswa dan membagi siswa dalam satu kelas
kedalam beberapa kelompok dengan masing-masing anggota 4 siswa dan setiap anggota
kelompok harus heterogen dalam hal jenis kelamin dan prestasi akademik siswa. Setelah itu,
siswa diberi pra tes untuk mengetahui kemampuan awal siswa.
  Presentasi Guru
Pada tahap ini, guru menyampaikan indikator pembelajaran, mengenal dan menjelaskan
materi sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat.
  Kegiatan Kelompok
Dalam kegiatan ini, pembelajarannya menggunakan lembar kegiatan yang berisi tugas-
tugas yang harus dipelajari oleh tiap-tiap siswa dalam satu kelompok. Setelah menerima lembar
kegiatan yang berisi permasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan konsep materi dan
klasifikasinya, siswa mempelajarinya dalam kelompok kecil yaitu mendiskusikan masalah
tersebut bersama-sama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok menyelesaikan atau
memecahkan masalah yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Kemudian 2 dari 4 anggota
dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu ke kelompok yang lain
secara terpisah, sementara 2 anggota yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil
kerja dan informasi mereka ke tamu mereka. Setelah memperoleh informasi dari 2 anggota yang
tinggal, tamu mohon diri dan kembali ke kelompok masing-masing dan melaporkan temuannya
dari kelompok lain tadi serta mancocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka.
  Formalisasi
Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, salah
satu kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan atau
didiskusikan dengan kelompok lainnya. Kemudian guru membahas dan mengarahkan siswa ke
bentuk formal.[14]

E.     MATERI PAI YANG SESUAI


Penggunaan model pembelajaran two stay two stray tersebut dapat digunakan untuk
meningkatkan keaktifan belajar dan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Penerapan
model pembelajaran two stay two stray ini dapat digunakan pada semua materi pelajaran PAI.
Kemampuan berpikir kritis siswa dalam proses pembelajaran ini merupakan hal yang penting.
Pemilihan model pembelajaran yang tepat perlu penyesuaian terhadap karakteristik siswa
sehingga dapat memotivasi siswa untuk aktif belajar dan membangun pengetahuan mereka
sendiri tanpa bergantung kepada guru yang pada akhirnya dapat berdampak pada peningkatan
hasil belajar pelajaran PAI siswa misalnya, guru dapat memilih dan menerapkan model
pembelajaran sesuai dengan modalitas belajar siswa (visual, auditorial dan kinestatik).[15]
Dalam hal ini, teknik two stay two stray ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkatan usia anak didik.[16]
Jadi, dari penjelasan diatas maka penulis akan mengambil salah satu aspek materi PAI
yang dapat menggunakan dengan metode ini, yaitu aspek Akidah Akhlak. Dengan materi Akhlak
Mahmudah Kepada Allah yang meliputi diantaranya : Takut kepada Allah, Berharap kepada
Allah, Taubat dan Nadam, Tawadhu kepada Allah, Tawakal kepada Allah, Ridha terhadap
Qadha dan Qadar, Ibadah kepada Allah, Cinta kepada Allah, Cinta karena Allah, dan Beramal
karena Allah.

F.      CARA MENGEVALUASINYA


Menurut Van der Kley ada beberapa cara menngevaluasi hasil belajar siswa dalam
pembelajaran metode two stay two stray, yaitu:
         Setiap anggota kelompok mendapatkan nilai yang sama dengan nilai kelompok.
         Setiap siswa diberi tugas atau tes perorangan setelah kegiatan belajar kooperatif berakhir.
         Seorang siswa atas nama kelompoknya bisa dipilih secara acak untuk menjelaskan pemecahan
materi tugas.
         Nilai setiap anggota kelompok ditulis dan dibagi untuk mendapatkan nilai rata-rata kelompok.
[17]
Selain itu, cara mengevaluasi pembelajaran dengan menggunakan metode ini dapat pula
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
         Memberikan Quiz berupa pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk dapat mengetahui serta
mengukur pemahaman siswa dari materi yang telah dipelajari, dan
         Guru dapat memerintahkan kepada siswa untuk mempraktekkan dari materi yang telah
dipelajari, jika perlu dipraktekkan misalnya pada Materi Shalat dalam aspek Fiqh.

G.    CONTOH PENERAPAN METODE TWO STAY TWO STRAY


Pembelajaran dengan metode ini diawali dengan pembagian kelompok. Setelah kelompok
terbentuk yang telah dibagi secara heterogen, guru memberikan tugas berupa permasalahan-
permasalahan yang harus mereka diskusikan.
Setelah diskusi intarkelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok
meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. Anggota kelompok
yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari satu
kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. Dua
orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu kepada semua kelompok. Jika mereka
telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing.
Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertugas bertamu maupun
mereka yang bertugas menerima tamu, mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah
mereka tunaikan.[18]
Dalam hal ini penulis mencontohkan seorang guru yang mengajar di kelas VII MTs
dengan jumlah peserta didik dalam satu kelas tersebut sebanyak 40 siswa pada pelajaran Akidah
Akhlak dengan materi pembahasan Akhlak Mahmudah Kepada Allah yang meliputi
diantaranya : Takut kepada Allah, Berharap kepada Allah, Taubat dan Nadam, Tawadhu kepada
Allah, Tawakal kepada Allah, Ridha terhadap Qodha dan Qadar, Ibadah kepada Allah, Cinta
kepada Allah, Cinta karena Allah dan Beramal karena Allah. Dengan sub pembahasan sebanyak
10 sub bahasan ini maka guru membagi peserta didik kedalam 10 kelompok yang masing-masing
kelompok terdiri dari 4 siswa. Kemudian dalam pelaksanaan pembelajaran metode ini dapat
dilakukan sebagaimana penerapan yang telah dijelaskan diatas.
Setelah itu, diakhir pelaksanaan guru menyimpulkan materi yang dibahas. Dan
memberikan berupa kuis kepada peserta didik untuk dapat mengevaluasi hasil dari proses
pembelajaran serta dapat mengukur pemahaman siswa dari materi yang telah dibahas. Dan
memberikan reward kepada kelompok yang terbaik untuk penilaian secara kelompok dan menilai
siswa mana yang paling aktif untuk penilaian secara individu dari guru agar dapat memacu
motivasi siswa.
KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah penulis paparkan dalam makalah ini maka dapat di
simpulkan bahwa model pembelajaran two stay two stray dengan group to group exchange ini
merupakan salah satu dari model pembelajaran kooperatif yang memiliki ciri-ciri mengajak
siswa untuk aktif memecahkan masalah secara bersama-sama agar dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk mencapai keberhasilan
dalam proses pembelajaran, salah satunya dengan menerapkan kedua model tersebut.
Dari kedua model pembelajaran ini memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-
masing. Selain itu, dengan menggunakan model pembelajaran ini peserta didik akan lebih terlatih
untuk selalu menggunakan keterampilan pengetahuannya, sehingga pengetahuan dan
pengalaman belajar mereka akan tertanam untuk jangka waktu yang cukup lama. Dan dapat
mendorong siswa untuk belajar lebih aktif dan lebih bermakna. Namun demikian, tidak ada
metode yang paling baik yang ada hanyalah bagaimana cara seorang pendidik mampu
mengembangkan model pembelajaran agar dapat tidak menimbulkan kebosanan pada peserta
didik dalam proses pembelajaran. Sehingga dapat mencapai dari tujuan pendidikan itu sendiri
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

Agus Suprijono, 2012, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7, Yogyakarta :
Pustaka Belajar
Http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
Http://Id.Shvoong.Com/Social-Sciences/Education/2249349-Model-Pembelajaran-Dua-Tinggal-
Dua/#Ixzz1vihguify (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 ).
Http://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-dua-tamu/ (Diakses tgl 19
Mei 2012, jam 15:00)
Http://Zaifbio.Wordpress.Com/2011/12/02/Metode-Group-To-Group-Exchange/. (Diakses tgl 19 Mei
2012, Jam 15:15)
Ibrahim, et.al, 2000, Pembelajaran Koorperatif, Jakarta : University Press
Melvin L. Silberman, 2007, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, Yogyakarta : Pustaka
Lisan Madani
Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, 2012, Konsep Strategi Pembelajaran Cet ke-3, Bandung : PT
Refika Aditama
Syaiful Bahri Djamarah, 2012, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3, Jakarta :
Rineka Cipta

[1] Melvin L. Silberman, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta :
Pustaka Lisan Madani, 2007), hal 166
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 403
[3]  Ibrahim, et.al, Pembelajaran Koorperatif, (Jakarta : University Press, 2000), hal 98
[4] http://zaifbio.wordpress.com/2011/12/02/metode-group-to-group-exchange/. (Diakses tgl 19 Mei
2012, Jam 15:15)
[5] Melvin L. Silberman, Log.Cit, hal 166
[6] Syaiful Bahri Djamarah, Log.Cit, hal 403
[7]  Conny Semiawan dkk, Pendekatan Keterampilan Proses. Dikutip dari Makalah
Metodologi Pengajaran PAI “Metode Two Stay Two Stray”, (Kelompok IV, 2012).
[8] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/
#ixzz1vIhGuiFY (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 )
[9] Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran Cet ke-3,
(Bandung : PT Refika Aditama, 2012), hal 56
[10] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 405-406
[11]  http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-dua/
#ixzz1vIhGuiFY (Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 14:15 )
[12]  http ://sdnsungaikumap.wordpress.com/model-pembelajaran/dua-tinggal-dua-tamu/
(Diakses tgl 19 Mei 2012, jam 15:00)
[13] Nanang Hanafiah & Cucu Suhana, Konsep Strategi Pembelajaran Cet ke-3,
(Bandung : PT Refika Aditama, 2012),  hal 56
[14]  http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
[15] http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2249349-model-pembelajaran-dua-tinggal-
dua/#ixzz1vIhGuiFY
[16] Syaiful Bahri Djamarah, Guru & Anak Didik dalam Interaksi Edukatif Cet ke-3,
(Jakarta : Rineka Cipta, 2012), hal 405
[17]  http://fisikamangraho.blogspot.com/2010/06/model-pembelajaran-dua-tinggal-dua-tamu.html
(Diakses tgl 19 Mei 2012, Jam 14:00)
[18] Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori & Aplikasi PAIKEM cet ke-7,
(Yogyakarta : Pustaka Belajar, 2012), hal 93-94
Diposkan oleh mira triani di 00:49
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

http://sam-edogawa.blogspot.com/2012/11/metode-pembelajaran-tsts-two-stay-two.html

Samsul Ma'rif
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Dalam dunia pendidikan banyak sekali inovasi yang dilakukan tak terkecuali dalam
pembelajaran, karena pembelajaran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengoptimalkan
potensi siswa agar dapat mencapai tujuan pendidikan. Untuk itu perlu adanya perrencanaan yang
matang, dalam perencanaan ini terdapat pendekatan pembelajaran yang meliputi strategi, metode
dan teknik pembelajaran. Pendekatan pembelajaran ini harus dailakukan pembaharuan agar
sesuai dengan perkembangan zaman.

Pembelajaran tuntas (mastery learning) dalam pembelajaran berbasis kompetensi adalah


pendekatan dalam pembelajaran yang memprsyaratkan peserta didik menguasai secara tuntas
seluruh standar kompetensi maupun kompetensi dasar mata pelajaran tertentu. Ketuntasan setiap
indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria
ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75%. Satuan pendidikan harus menentukan
kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan mempertimbangkan tingkat rata-rata peserta didik
serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaran pembelajaran. Satuan
pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belaiar secara terus menerus untuk
mencapai kriteria ketuntasan ideal (Depdiknas, 2008).

Kriteria ketuntasan minimal (KKM) adalah batas minimal ketercapaian kompetensi setiap
indikator, kompetensi dasar, standar kompetensi aspek penilaian mata pelajaran yang harus
dikuasai oleh peserta didik. KKM ditentukan melalui analisis tiga hal, yaitu tingkat kerumitan
(kompleksitas), tingkat kemampuan rata-rata siswa (intake), dan tingkat kemampuan sumber
daya dukung sekolah (man, money, material) (Depdiknas, 2008).

Rambu-rambu kriteria ketuntasan minimum (KKM) :

1. KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran


2. KKM ditetapkan oleh dewan pendidik mata pelajaran sekolah
3. Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan rentang 0-100
4. Nilai ketunasan belajar maksimal adalah 100
5. Sekolah dapat menetapkan KKM di bawah nilai ketuntasan belajar maksimal
6. Nilai KKM harus dicantumkan dalam Laporan Hasil Belajar Siswa (LHBS)

Belajar kooperatif (cooperatif learning) mengandung pengertian sebagai suatu pembelajaran


yang menggunakan grup kecil dimana siswa bekerjasama belajar satu sama lain, berdiskusi dan
saling berbagi ilmu pengetahuan, saling berkomunikasi, sding membantu untuk memahami
materi pelajaran. Belajar kooperatif mempunyai pengertian lebih luas dari hanya sekedar kerja
kelompok. Di dalam belajar kooperatif setiap anggota kelompok bertanggungiawab terhadap
keberhasilan anggota-anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan pembelajaran (Chairani,
2003:10). Pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk setidak-tidaknya tiga tujuan
pembelajaran penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan
pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk, 2000:7).

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja
kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. Beberapa pendapat tentang
model belajar kooperatif dikemukakan :

1. Menurut Slavin dalam (Chairani, 2003:3). Mendefinisikan belajar kooperatif (Cooperatif


Learning) sebagai suatu teknik pembelajaran dimana siswa bekerja dalam suatu
kelompok yang heterogen yang beranggotakan 4-6 orang. Heterogenitas anggota
kelompok dapat ditinjau dari jenis kelamin, etnis, prestasi akademik maupun status sosial
2. Menurut Sunal dan Hans (Hariyanto, 2000:18) mengemukakan, “Model kooperatif
learning yaitu suatu cara pendekatan atau serangkain strategi yang khusus dirancang
untuk memberikan dorongan kepada peserta didik agar bekerjasama selama
berlangsungnya proses pembelajaran.”
3. Selanjutnya Menurut Stahl (Wardani, 2001:7) menyatakan, “Cooperatif learning dapat
meningkatkan sikap tolong menolong dalam perilaku sosial.”
4. Demikian pula Tim MKPBM (2001:218) mengungkapkan, “Cooperatif
Learning mencakupi suatu kelompok kecil peserta didik yang bekerja sebagai sebuah tim
untuk menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan
bersama lainnya.

Dari Pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa model kooperatif learning adalah suatu
tekhnik atau cara dimana tekhnik pembelajarannya khusus dirancang dalam suatu kelompok
yang heterogen dimana peserta didik saling meningkatkan sikap tolong menolong dan
bekerjasama untuk menyelesaikan tugas sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran kooperatif tersebut di atas terlihat adanya


pergeseran peran guru yang sentral kepada peran guru yang mengelola aktivitas belajar siswa
melalui kerja sama kelompok di kelas. Untuk itu Ibrahim, dkk (2000: 6-7) mengemukakan ciri-
ciri metode pembelajaran kooperatif antara lain:

1. Siswa bekerja sama dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi
belajamya.
2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya suku dan jenis kelamin
berbeda.
4. Penghargaan lebih berorientasi pada kelompok ketimbang individu.

Beberapa faktor yang dipandang sebagai penyebab masalah adalah: (1) Metode pembelajaran
yang digunakan guru sering monoton. Metode ceramah merupakan metode yang secara konsisten
digunakan oleh guru dengan urutan menjelaskan, memberi contoh, latihan dan pekerjaan rumah.
Tidak ada variasi metode pembelajaran guru berdasarkan karakteristik materi yang diajarkannya,
(2) Guru jarang sekali memberikan kesempatan kepada siswa untuk berinteraksi dengan teman-
temannya atau dengan guru dalam upaya mengembangkan pemahaman konsep-konsep dan
prinsip-prinsip yang penting. (3) Pengajaran yang dilakukan oleh guru lebih menekankan pada
manipulasi matematis, mereka mulai dengan definisi konsep, kemudian menyatakannya dengan
matematis. (4) Guru tidak memahami metode penyelesaian soal-soal secara sistematis. Guru
hanya melihat hasil akhir dari soal-soal yang dikerjakan para siswa. (5) Guru lebih tertarik pada
jawaban siswa yang benar tanpa menganalisis kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dan
prosedur penyelesaiannya.

Disamping faktor-faktor di atas, strategi pembelajaran maupun model pembelajaran yang


digunakan oleh guru menentukan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Oleh karena itu guru
harus pandai memilih strategi pembelajaran yang dapat melibatkan seluruh komponen yang ada
secara optimal sehingga siswa dapat belajar secara aktif.

Model pembelajaran kooperatif memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja
kelompok dalam memecahkan suatu masalah secara bersama-sama. TIM MKPBM (2001:217)
mengemukakan “model cooperative learning tampaknya akan lebih dapat melatih para peserta
didik untuk mendengarkan pendapat orang lain dan merangkum pendapat atau temuan-temuan
dalam bentuk tulisan.”

Pembelajaran kooperatif ditunjukkan adanya kolaborasi antara beberapa pemikiran sehingga


diperoleh pemahaman yang lebih baik. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Slavin, R.E.
(2009:8) “dalam model pembelajaran kooperatif akan duduk bersama dalam kelompok yang
beranggotakan empat orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Untuk lebih
jelasnya dapat kita lihat pada metode yang disebut Student Teams Achievement
Division (STAD).”

B.       Rumusan Masalah

Dari Latar belakang masalah yang telah penulis sampaikan, maka penulis dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut :

1. Teori dan konsep tentang model pembelajaran tipe STAD


2. Kelebihan dan kekurang Model pembelajaran Tipe STAD
3. Asumsi Penerapan model pembelajaran tipe STAD
4. Implementasi model pembelajaran tipe STAD dalam pembelajaran Ekonomi

C.      Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana peneraapan model pembelajaran Tipe STAD di dalam


kelas
2. Untuk mengetahui langkah-langkah apa yang harus dilakukan oleh guru dalam
penggunaan model pembelajatan tipe STAD
3. Manfaat Penelitian
Dari penulisan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada:

1. Penulis, dapat memberikan pengetahuan tentang penerapan model pembelajaran tipe


STAD.
2. Untuk para guru, agar model pembelajaran tipe STAD ini bisa diterapkan didalam kelas
untuk  menambah wawasan guru dan model pembelajaran yang digunakan lebih
bervariasi.

BAB II

KAJIAN TEORI

A.      Teori Atau Konsep tentang Model Pembelajaran Tipe STAD

1.
1. Pengertian Model Pembelajaran Tipe STAD

Istilah pembelajaran kooperatif berasal dari bahasa Inggris yaitu “Cooperative Learning”. Dalam
sebuah kamus Inggris-Indonesia, cooperative berarti kerjasa dan Learning berarti pengetahuan
atau pelajaran (Hassan S & Echols J.M, 1987:67, dalam Ruhadi:2008). Karena berhubungan
dengan proses belajar mengajar, maka istilah Cooperative Learning tersebut diartikan dengan
pembelajaran kooperatif.

Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model


pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong
untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah
prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari
temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

Menurut  Nur Citra Utomo dan C. Novi Primiani (2009: 9), “STAD didesain untuk memotivasi
siswa-siswa supaya kembali bersemangat dan saling menolong untuk mengembangkan
keterampilan yang diajarkan oleh guru”. Menurut Mohamad Nur (2008: 5), pada model ini siswa
dikelompokkan dalam tim dengan anggota 4 siswa pada setiap tim. Tim dibentuk secara
heterogen menurut tingkat kinerja, jenis kelamin, dan suku.

Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan
dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai
menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode
pembelajaran kooperatif yang efektif.

Pembelajaran kooperatif tipe STAD di kembangkan oleh Robert E. Slavin, di mana pembelajaran
tersebut mengacu pada belajar kelompok peserta didik. Dalam satu kelas peserta didik dibagi ke
dalam beberapa kelompok dengan anggota empat sampai lima orang, setiap kelompok haruslah
heterogen. Metode STAD merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan teori Psikologi sosial.

Dalam teori ini sinergi yang muncul dalam kerja kooperatif menghasilkan motivasi yang lebih
daripada individualistik dalam lingkungan kompetitif. Kerja kooperatif meningkatkan perasaan
positif satu dengan lainnya, mengurangi keterasingan dan kesendirian, membangun hubungan
dan menyediakan pandangan positif terhadap orang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
terdiri lima komponen utama, yaitu :

1. penyajian kelas,
2. belajar kelompok,
3. kuis,
4. skor pengembangan dan
5. penghargaan kelompok

Model STAD juga mempunyai beberapa kelebihan antara lain didasarkan pada prinsip bahwa
para siswa bekerja bersama-sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap belajar teman-
temannya dalam tim dan juga dirinya sendiri, serta adanya penghargaan kelompok yang mampu
mendorong para siswa untuk kompak, setiap siswa mendapat kesempatan yang sama untuk
menunjang timnya mendapat nilai yang maksimum sehingga termotivasi untuk belajar.

Model STAD memiliki dua dampak sekaligus pada diri para siswa yaitu dampak instruksional
dan dampak sertaan. Dampak instruksional yaitu penguasaan konsep dan ketrampilan,
kebergantungan positif, pemrosesan kelompok, dan kebersamaan. Dampak sertaan yaitu
kepekaan sosial, toleransi atas perbedaan, dan kesadaran akan perbedaan.

B.       Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Kutipan di atas menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai keistimewaan-


keistimewaan, yaitu setiap anggota kelompok diberi tugas, adanya interaksi langsung antar
siswa, siswa dilarang belajar untuk dirinya sendiri dan teman satu kelompok, guru membantu
siswa mengembangkan keterampilan seseorang dalam kelompok kecil, dan guru berinteraksi
dengan siswa jika diperlukan.

1. Kelebihan Model Pembelajaran Koopertaif Tipe STAD

 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya


dan membahas suatu masalah.
 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih intensif mengadakan
penyelidikan mengenai suatu masalah.
 Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
 Dapat memungkinkan guru untuk lebih memperhatikan siswa sebagai individu dan
kebutuhan belajarnya.
 Para siswa lebih aktif bergabung dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif dalam
diskusi.
 Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan rasa menghargai,
menghormati pribadi temannya, dan menghargai pendapat orang lain.

1. Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

 Kerja kelompok hanya melibatkan mereka yang mampu memimpin dan mengarahkan
mereka yang kurang pandai dan kadang-kadang menuntut tempat yang berbeda dan gaya-
gaya mengajar berbeda.
 Adanya perpanjangan waktu karena kemungkinan besar tiap kelompok belum dapat
menyelesaikan tugas sesuai waktu yang ditentukan sampai tiap anggota kelompok
memahami kompetensinya.
 Jika ditinjau dari sarana kelas, maka untuk membentuk kelompok kesulitan mengatur dan
mengangkat tempat duduk. Hal ini karena tempat duduk yang terlalu berat.
 Karena rata-rata jumlah siswa di dalam kelas adalah 45 orang, maka guru kurang
maksimal dalam mengamati belajar kelompok secara bergantian.
 Guru dituntut bekerja cepat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan dengan
pembelajaran yang telah dilakukan, antara lain koreksi pekerjaan siswa, menentukan
perubahan kelompok belajar.
 Memerlukan waktu dan biaya yang banyak untuk mempersiapkan dan kemudian
melaksanakan pembelajaran kooperatif tersebut.
 Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk peserta didik sehingga sulit mencapai target
kurikulum.
 Membutuhkan kemampuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan
pembelajaran kooperatif.
 Menuntut sifat tertentu dari peserta didik, misalnya sifat suka bekerja sama.

C.      Asumsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

1. Pengajaran

Tujuan utama dari pengajaran ini adalah guru menyajikan materi pelajaran sesuai dengan yang
direncanakan. Setiap awal dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD selalu dimulai dengan
penyajian kelas.

Penyajian tersebut mencakup pembukaan, pengembangan dan latihan terbimbing dari


keseluruhan pelajaran dengan penekanan dalam penyajian materi pelajaran.

1. Pembukaan

 Guru menyampaikan pada siswa apa yang hendak mereka pelajari dan mengapa hal itu
penting. Timbulkan rasa ingin tahu siswa dengan demonstrasi yang menimbulkan teka-
teki, masalah kehidupan nyata, atau cara lain.
 Guru dapat menyuruh siswa bekerja dalam kelompok untuk menemukan konsep atau
merangsang keinginan mereka pada pelajaran tersebut.
  Ulangi secara singkat ketrampilan atau informasi yang merupakan syarat mutlak.

1. Pengembangan

 Kembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan dipelajari siswa dalam
kelompok.
 Pembelajaran kooperatif menekankan, bahwa belajar adalah memahami makna bukan
hapalan.
 Mengontrol pemahaman siswa sesering mungkin dengan memberikan pertanyaan-
pertanyaan.
 Memberi penjelasan mengapa jawaban pertanyaan tersebut benar atau salah.
 Beralih pada konsep yang lain jika siswa telah memahami pokok masalahnya.

1. Latihan Terbimbing

 Menyuruh semua siswa mengerjakan soal atas pertanyaan yang diberikan.


 Memanggil siswa secara acak untuk menjawab atau menyelesaikan soal. Hal ini
bertujuan supaya semua siswa selalu mempersiapkan diri sebaik mungkin.
 Pemberian tugas kelas tidak boleh menyita waktu yang terlalu lama. Sebaiknya siswa
mengerjakan satu atau dua masalah (soal) dan langsung diberikan umpan balik.

1. Belajar Kelompok

Selama belajar kelompok, tugas anggota kelompok adalah menguasai materi yang diberikan guru
dan membantu teman satu kelompok untuk menguasai materi tersebut. Siswa diberi lembar
kegiatan yang dapat digunakan untuk melatih ketrampilan yang sedang diajarkan untuk
mengevaluasi diri mereka dan teman satu kelompok.

Pada saat pertama kali guru menggunakan pembelajaran kooperatif, guru juga perlu memberikan
bantuan dengan cara menjelaskan perintah, mereview konsep atau menjawab pertanyaan.
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :

a)        Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan
pindah kemeja kelompok.

b)        Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.

c)        Bagikan lembar kegiatan siswa.

d)       Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok
utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-
masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika
salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab
menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering
bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha
menjawab pertanyaan itu.
e)        Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-
teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa
lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi
siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok
mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka
seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.

f)         Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya
memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam
kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.

1. Kuis

Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah
diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai
perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.

1. Penghargaan Kelompok

Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan
nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain.
Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu
dalam kelompoknya.

Adapun langkah-langkah penggunaan model pembelajaran tipe STAD

 Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.


 Guru menyajikan pelajaran.
 Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
 Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota
kelompok lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
 Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
 Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin
tertinggi.
 Guru memberikan evaluasi.
 Penutup.

http://coretanpenacianda.wordpress.com/2013/02/10/model-pembelajaran-tipe-stad/

2013

Anda mungkin juga menyukai