Anda di halaman 1dari 13

Satya Sastraharing

Vol 04 No. 02 Tahun 2020


https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

ETNOPEDAGOGI MANJAWET DALAM MANAJEMEN PEMBERDAYAAN


GENERASI MUDA HINDU DI KALIMANTAN TENGAH

Ju Kumala Dewi, SE., M.Si


Institut Agama Hindu Negeri Tampung Penyang Palangka Raya

Riwayat Jurnal
Artikel diterima : 22 Oktober 2020
Artikel direvisi : 14 November 2020
Artikel disetujui : 18 November 2020

ABSTRAK
Karakteristik Kalimantan Tengah adalah wilayah paling pluralis ditinjau dari suku,
agama, ras dan antargolongan yang memiliki keunikan pada budaya setempatnya. Praktik
pendidikan berbasis kearifan lokal atau etnopedagogi, memberi harapan sebagai salah satu
jalan keluar menjembatani revitalisasi budaya setempat dan peningkatan relevansi
pendidikan Hindu. Adanya interaksi pewarisan keterampilan dari generasi pendahulu
kepada generasi muda fokus dikaji melalui etnopedagogi Manjawet bagi pemberdayaan
generasi muda untuk membentuk skill mumpuni. Umpan balik pengembangan pendidikan
Hindu berbasis kearifan lokal melibatkan kegiatan manajemen khususnya pada praktik
Manjawet. Manjawet menyimpan potensi mengiventarisasikan nilai-nilai budaya setempat
yang masih hidup dan terjaga guna menggali serta memberi perhatian bagi pelestarian
kearifan lokal sehingga terciptanya generasi muda Hindu yang kreatif, inovatif, berkualitas,
berdaya saing, berkarakter, dan memiliki keterampilan yang berakar dari akar budayanya
sendiri.

Kata Kunci: Etnopedagogi Manjawet, Manajemen, Pemberdayaan Generasi Muda

I. Pendahuluan Manusia tumbuh dan berkembang melalui


Pendidikan merupakan suatu hal proses pendidikan yang panjang baik
yang sangat penting pada kehidupan jenjang formal, informal maupun
manusia dan berlangsung seumur hidup. nonformal. Tantangan dunia pendidikan

48
Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

saat ini tak terkecuali pendidikan Hindu bekal menjadi manusia berkualitas yang
menjadi lebih berat apalagi menyikapi mampu bersaing di tengah pesatnya
kemajuan revolusi industri 4.0 yang perkembangan era revolusi industri 4.0 dan
ditandai era digitalisasi di setiap lini tidak meninggalkan identitas
kehidupan manusia. keberagamaan dimana Hindu itu
Sejalan dengan hal tersebut, salah berkembang.
satu tujuan Pendidikan Tinggi Dirjen Upaya pendidikan berakar budaya
Bimas Hindu untuk Pelita dan bangsa dalam mempertahankan dan
menyongsong tonggak-tonggak waktu menjaga eksistensi budaya setempat di
tahun 2005 dan 2020 adalah penataan tengah zaman yang kian modern, yang
sistem pendidikan agar lebih sesuai dengan dikenal dengan etnopedagogi. Oleh
kebutuhan masyarakat dan pembangunan, karenanya, etnopedagogi sebagai langkah
dalam mewujudkan generasi Hindu yang tepat dalam upaya pewarisan nilai-nilai
profesional, berkarakter, berdaya saing, local genius (kearifan lokal) keagamaan
dan memiliki keterampilan. Melihat Hindu bagi generasi muda Hindu masa kini
tuntutan multidisiplin dalam rangka dan masa yang akan datang.
meningkatkan dan mengembangkan Aneka ragam kearifan lokal di
sumber daya manusia Hindu yang wilayah Kalimantan Tengah secara khusus
berkualitas tentu menjadi keharusan agar sebagai identitas budaya lokalnya. Kearifan
kelak pendidikan Hindu diharapkan lokal sebagai bentuk nilai-nilai luhur
mampu menutupi berbagai kesenjangan berupa tradisi, petatah-petitih, adat istiadat,
dan berbenah diri. kesenian melukis, memahat, mengukir,
Generasi muda Hindu sebagai menganyam, merajut, dan semboyan hidup
generasi penerus perlu berpartisipasi adalah kekayaan budaya lokal yang unik
meningkatkan kualitas pendidikan Hindu dan berbeda dengan daerah-daerah lainnya.
tanpa meninggalkan kearifan lokal yang Kearifan lokal jelas terkait dengan
menjadi andalan di daerah. Manajemen bagaimana pengetahuan dihasilkan,
pemberdayaan generasi muda Hindu disimpan, diterapkan, dikelola dan
dilakukan untuk meningkatkan diwariskan oleh generasi pendahulu kepada
kemampuan dan keterampilan sebagai generasi penerus. Oleh karena itu, salah

49
Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

satu kearifan lokal di Kalimantan Tengah kepada generasi muda, maka bukan
yang terdapat dalam seni menganyam mustahil bahwa keterampilan Manjawet
dikenal dengan Manjawet sudah kelak hanya akan menjadi sejarah bagi
berlangsung sejak lama dan diajarkan generasi-generasi penerus.
secara turun-temurun. Permasalahan di atas, maka tulisan
Konteks kekinian, penguasaan ini berusaha menggali terkait etnopedagogi
Manjawet di kalangan orang Dayak Manjawet sebagai praktik pendidikan
generasi muda Hindu mulai mengalami berbasis budaya setempat pada berbagai
kemunduran seiring dengan adanya dan ranah yang menekankan pengetahuan atau
munculnya produk-produk industri yang kearifan lokal sebagai sumber inovasi dan
mencirikan modernisasi. Sebagaimana kreasi yang dapat diberdayakan melalui
Amae Y. Agan, Ketua BKAD Jabiren manajemen yang tepat demi kesejahteraan
Raya, yang mengungkapkan persoalan masyarakat khususnya generasi muda
yang dialami dalam pelatihan Manjawet, Hindu di Kalimantan Tengah.
akibat generasi muda kurang meminati dan I. Pembahasan
mulai meninggalkan tradisi generasi 2.1 Etnopedagogi Manjawet
pendahulu, yaitu belajar Manjawet (Migo, Ide tentang etnopedagogi di
2013). Indonesia muncul di kampus UPI melalui
Selama ini, Manjawet dianggap pemikiran Alwasilah, et.al (2009) dan
kurang populer, tidak menarik, dan kuno, Kartadinata (2010). Etnopedagogi
serta hanya diminati oleh generasi tua merupakan landasan dalam pendidikan
terutama kaum ibu rumah tangga. Padahal, sebagaimana sejalan dengan salah satu
Manjawet adalah keterampilan yang landasan filosofi pengembangan kurikulum
diperlukan oleh generasi muda Hindu ke 2013 yaitu pendidikan berakar pada budaya
depannya sebagai bagian dari kebutuhan bangsa masa kini dan masa yang akan
dalam memenuhi sarana dan prasarana datang (Permendikbud Nomor 69 tahun
kebutuhan sehari-hari dan upacara 2013).
keagamaan. Manjawet kemudian kini Menurut Alwasilah (2009: 50-51),
hanya dilakoni oleh generasi tua, apabila bahwa etnopedagogi sebagai praktik
tidak ada estafet pewarisan Manjawet pendidikan berbasis kearifan lokal dalam

50
Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

berbagai ranah serta menekankan binatang, taring/gigi binatang, tanduk


pengetahuan atau kearifan lokal sebagai binatang dan sebagainya. Manjawet
sumber inovasi dan keterampilan yang sebagai budaya lokal sebagai keterampilan
dapat diberdayakan demi kearifan lokal; yang diwariskan oleh nenek moyang yang
kearifan lokal tersebut terkait dengan mendominasi kepercayaan agama Helu
bagaimana pengetahuan dihasilkan, (Kaharingan). Manjawet pada intinya
disimpan, diterapkan, dikelola dan adalah pendidikan berbasis kearifan lokal
diwariskan. Dapat dikatakan bahwa dalam melatih keterampilan sebagai
etnopedagogi memandang pengetahuan kebutuhan masyarakat tempo dulu dalam
atau kearifan lokal (local knowledge, local memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari
wisdom) sebagai sumber inovasi dan dan ritual keagamaan yang pada masa itu
keterampilan yang dapat diberdayakan suku Dayak di Kalimantan Tengah adalah
demi kesejahteraan masyarakat. penganut agama Helu atau Hindu
Definisi operasional lain yang Kaharingan sekarang.
dijelaskan adalah Manjawet. Istilah Etnopedagogi mengacu pada
Manjawet berasal dari bahasa Dayak Ngaju pendidikan berbasis budaya masyarakat
‘jawet’, yang dalam bahasa Indonesia lokal yaitu Manjawet. Melalui
diartikan anyam (Suryanyahu dkk, pemberdayaan generasi muda dilakukan
2013:60). Manjawet menggunakan bahan adaptasi pengetahuan lokal, termasuk
utama berupa rotan, daun rais, daun purun, reinterpretasi nilai-nilai kearifan lokal, dan
tihing, dangan, dare, pahukung, dawen revitalisasinya sesuai dengan kondisi
enyoh, kayu, akar kulit kayu, bambu, serat kontemporer sehingga dapat dikembangkan
kelapa, kulit binatang, bulu binatang dan konsep-konsep akademik yang
sebagainya (Riwut, 2013:172). dimanajemen dengan baik. Etnopedagogi
Konteks Manjawet dalam tulisan ini pembelajaran dilakukan dengan kegiatan
didefenisikan sebagai kegiatan menganyam dan mengolah benda-benda
menganyam, mengolah, memintal bahan yang terbuat dari bahan tertentu dalam
kerajinan yang sudah disiapkan, bisa dari kehidupan masyarakat suku Dayak
rotan, pandan, kayu, akar kulit kayu, setempat secara khusus generasi muda
bambu, serat kelapa, kulit binatang, bulu Hindu di Kalimantan Tengah.

51
Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

2.2 Manajemen Pemberdayaan yang terjadi pada falsafah manajemen yang


Definisi terkait manajemen adalah dapat membantu menciptakan suatu
proses menggerakkan tenaga manusia, lingkungan dimana setiap individu dapat
modal dan peralatan lainnya secara terpadu menggunakan kemampuan dan energinya
untuk mencapai sasaran atau tujuan untuk meraih tujuan.
tertentu, pejabat pimpinan organisasi Menurut Sulistiani (2004:77),
(perusahaan) yang bertanggung jawab atas pemberdayaan (empowering) berasal dari
jalannya organisasi atau perusahaan kata dasar ‘daya’, yang berarti kekuatan
(Marbun, 2005:155). Kamus Besar Bahasa atau kemampuan. Bertolak dari pengertian
Indonesia bahwa manajemen juga diartikan tersebut, maka pemberdayaan dapat
proses penggunaan sumber daya secara dimaknai sebagai suatu proses menuju
efektif untuk mencapai sasaran (Ali dkk, berdaya, atau proses untuk memperoleh
1997:623). daya/kekuatan/ kemampuan, dan atau
Menurut Georgy R. Terry proses pemberian
(Manullang, 2015: 3-4), bahwa manajemen daya/kekuatan/kemampuan dari pihak yang
adalah pencapaian tujuan yang ditetapkan memiliki daya kepada pihak yang kurang
terlebih dahulu dengan mempergunakan atau belum berdaya.
kegiatan orang lain. Kegiatan manajamen Adapun pemberdayaan menurut Mc
terdiri dari berbagai proses yang terdiri dari Ardle sebagaimana yang dikutip Hikmat
tahapan-tahapan tertentu yang berfungsi (2010:3), diartikan sebagai berikut.
untuk mencapai tujuan organisasi (Sule Pemberdayaan sebagai proses pengambilan
dkk, 2005: 5-6). keputusan oleh orang orang yang secara
Manajemen dapat dikatakan adalah konsekuen melaksanakan keputusan
sebuah proses yang dilakukan untuk tersebut. Orang-orang yang telah mencapai
pencapaian tujuan melalui rangkain tujuan kolektif diberdayakan melalui
kegiatan berupa perencanaan, kemandiriannya, bahkan merupakan
pengorganisasian, pengarahan, dan “keharusan” untuk lebih diberdayakan
pengendalian orang-orang serta sumber melalui usaha mereka sendiri dan
daya organisasi lainnya. Adapun akumulasi pengetahuan, keterampilan dan
pemberdayaan sendiri sebagai perubahan sumber lainnya dalam rangka mencapai

52
Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

tujuan mereka tanpa bergantung pada untuk melaksanakan berbagai kegiatan


pertolongan eksternal. Namun demikian, pendidikan berbasis kearifan lokal di
McArdle mengimplikasikan hal tersebut sekitarnya agar dapat memperbaiki atau
bukan untuk mencapai tujuan, melainkan meningkatkan kualitas SDM yang lebih
makna pentingnya proses dalam baik.
pengambilan keputusan. 2.3 Manajemen Pemberdayaan Generasi
Pemberdayaan disimpulkan sebagai Muda Hindu melalui Etnopedagogi
proses aktualisasi diri melalui kegiatan Manjawet
pemberian, pengembangan, penguatan Manajemen yang baik dalam
kemampuan/daya/potensi diri sehingga pemberdayaan meningkatkan daya tarik
tercipta kemandirian. Konsepsi tersendiri bagi generasi muda Hindu untuk
pemberdayaan generasi muda adalah ikut serta menggali, mempelajari dan
kegiatan yang berkaitan dengan melestarikan kearifan lokal setempat yang
pemberdayaan individu/kolektif yaitu bernilai luhur tinggi bagi kehidupan sehari-
mereka yang memiliki semangat hari. Manajemen pemberdayaan jelas
pembaharu dan progresif untuk bertujuan membuat masyarakat secara
pengembangan (enabling), memperkuat umum dan generasi muda Hindu
potensi atau daya (empowering) khususmya mampu menjadi pribadi
terciptanya kemandirian terutama generasi mandiri dan dapat memperbaiki segala
pemuda/pemudi Hindu. aspek, dalam arti memiliki potensi yang
Etnopedagogi Manjawet dalam mampu menyelesaikan permasalahan yang
manajemen pemberdayaan yang diinginkan dihadapi. Adapun seperti dijelaskan di atas
dalam hal ini terkait pemberdayaan yang yang bermuara pada penerapan manajemen
bisa membangun generasi muda Hindu ke pemberdayaan generasi muda Hindu dalam
arah yang lebih sesuai dengan tujuan etnopedagogi Manjawet diuraikan berikut.
pemberdayaan. Melalui manajemen ada 1) Perencanaan
proses pemberdayaan generasi muda Hindu Perencanaan merupakan proses
dengan menggunakan fungsi perencanaan, mempersiapkan secara sistematis kegiatan-
pengorganisasian, pelaksanaan, dan kegiatan yang akan dikerjakan pada waktu
pengawasan, agar dapat memiliki inisiatif yang akan datang untuk mencapai tujuan

53
Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

yang diinginkan seefisien dan seefektif Raja Bunu dan keturunannya tata cara,
mungkin. Perencanaan etnopedagogi perlengkapan, pelaksanaan upacara
Manjawet oleh generasi muda Hindu perlu keagamaan. Apabila generasi muda Hindu
dipikirkan generasi tua agar keterampilan tidak memiliki keterampilan Manjawet
tersebut tidak hilang seiring perkembangan dikhawatirkan akan menjadi kendala dan
zaman. tantangan bagi pelaksanaan upacara-
Adanya perencanaan yang baik maka upacara keagamaan Hindu ke depannya.
tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Pentingnya etnopedagogi Manjawet
Melihat perkembangan agama Hindu di yang menyimpan nilai-nilai pendidikan
Kalimantan Tengah sangat kental dengan berlatar kearifan lokal seyogyanya
pelaksanaan praktik-praktik upacara diwariskan dari generasi ke generasi.
keagamaan. Keterampilan Manjawet Manjawet sebagai bentuk kearifan lokal
diperlukan dalam membuat sarana dan yang tidak mudah dipelajari oleh semua
prasarana melengkapi pelaksanaan upacara orang, namun bukan berarti generasi
misalnya ketika membuat bahan-bahan dari penerus tidak dapat mempelajari dan
rotan, kayu, akar, kulit kayu, bambu, serat melatih diri di masa sekarang.
kelapa, daun kelapa atau lainnya. Adapun setiap perencanaan selalu
Sebagaimana menurut Rice terdapat tiga kegiatan yang meskipun dapat
(2016:239), kearifan anyaman lokal telah dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan
diwariskan secara turun temurun, produk antara satu dengan yang lain, yaitu;
kerajinan budaya tercipta dari sebuah perumusan tujuan yang ingin dicapai,
konsep sejarah atau cerita rakyat yang pemilihan program untuk mencapai tujuan
dituangkan dalam berbagai jenis karya tersebut, dan yang terakhir
seni. Jelas bahwa Manjawet sebutan untuk pengidentifikasikan dan pengarahan
kegiatan menganyam dan mengolah benda- sumber daya yang memiliki jumlah
benda yang terbuat dari bahan tertentu terbatas.
sudah ada sejak lama. Terlebih kitab Sebelum adanya sebuah program
Panaturan Pasal 41 juga disebutkan awal pemberdayaan masyarakat melalui
mula kegiatan diajarkannya ketika Bawi etnopedagogi Manjawet melakukan
Ayah turun ke dunia untuk mengajarkan beberapa kegiatan diantaranya yaitu,

54
Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

Pertama mengidentifikasi masalah. Pada seni untuk kebutuhan hidup, sehingga


proses ini pengelola melihat apa yang praktik Manjawet perlu diberikan sejak
sangat dibutuhkan oleh generasi muda dini dengan perencanaan terstruktur
Hindu baik untuk sekarang ataupun untuk melalui program pengembangan seni
masa yang akan datang. Kedua, menganyam.
menentukan skala prioritas sebagai sesuatu 2) Pengorganisasian (organizing)
yang mendesak untuk dilakukan sebuah Pengorganisasian adalah
pemberdayaan bagi masyarakat. Ketiga, pengelompokan dan pengaturan organisasi
menentukan arah dan tujuan pelaksanaan untuk dapat digerakkan sebagai satu
kegiatan yaitu mengacu pada tujuan utama kesatuan sesuai dengan rencana yang telah
yang tertulis terkait mentransfer ilmu dan dirumuskan menuju tercapainya tujuan
keterampilan, serta mensejahterakan dan yang ditetapkan (Dydiet, 1997: 76).
meningkatkan perekonomian masyarakat Pengorganisasiaan terkait
setempat. Keempat, mengidentifikasi pemberdayaan etnopedagogi Manjawet
sumber daya yang dimiliki oleh daerah pada tahapan proses kegiatan penyusunan
setempat untuk keberlanjutan program struktur organisasi sesuai dengan tujuan-
pemberdayaan bila dikembangkan lebih tujuan, sumber-sumber, dan
lanjut terutama generasi muda yang sudah lingkungannya. Pembahasan terkait jadwal,
belajar Manjawet. sumber dan anggaran biaya juga perlu
Melihat tantangan generasi muda dirumuskan mengingat untuk belajar
Hindu, ide dan perencanaan pemberdayaan Manjawet tentu didukung sarana dan
umat dengan belajar Manjawet menjadi prasarana yang memadai. Ada beberapa
langkah strategis yang perlu direalisasikan hasil Manjawet pada gambar 1 berikut.
pada program jangka panjang. Rumusan
tujuan dilaksanakannya kegiatan Manjawet
adalah pelestarian dan pewarisan budaya
lokal oleh generasi pendahulu kepada
generasi muda dalam bentuk keterampilan.
Gambar 1. Hasil Manjawet dalam
Manjawet adalah membuat sebuah karya membuat alat dan upakara ritual
yang memiliki nilai ekonomis dan nilai keagamaan (Sumber: Dokumen penulis)

55
Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

upakara sederhana saat persembahyangan.


Kegiatan pemberdayaan umat dengan Pada tahap ini pula harus diperhatikan apa
mengenalkan hasil karya Manjawet untuk saja yang menjadi kebutuhan mendesak
menyusun tujuan, sumber dan daya dukung yang harus di dahulukan. Jika lembaga
lingkungan pada proses pembuatannya. keumatan/kemasyarakatan yang menjadi
Manjawet tersebut meliputi menganyam, tim pengelola/panitia, maka bisa
merajut, memintal, mengukir, dan mengorganisir praktik etnopedagogi
memahat benda-benda yang memiliki nilai Manjawet tersebut.
ekonomis. Program pemberdayaan umat 3) Pelaksanaan
dilakukan dengan bekerjasama membuat Pelaksanaan adalah tahapan
kegiatan di lembaga keumatan / menggerakkan atau merangsang anggota-
kemasyarakatan setempat (PHDI, WHDI, anggota kelompok untuk melaksanakan
MB-AHK, majelis daerah, majelis resort, tugas masing-masing dengan kemauan baik
Pasraman Tim PKK dan lainnya). Selain dan antusias yang tinggi. Adapun langkah-
itu, dengan cara keikutsertaan ketika para langkah penggerakkan adalah memberi
orang tua membuat sarana dan prasarana motivasi, membimbing, mengelola,
upakara ritual keagamaan adalah upaya mengkoordinir, penyelenggara komunikasi
sederhana belajar Manjawet secara dan pengembang pelaksana.
otodidak atau mandiri. Namun, tentu saja Pemberdayaan generasi muda Hindu
dengan berkoordinasi dan bekerjasama diberikan motivasi dan bimbingan.
melibatkan lembaga keumatan/ Pengelolaan dan pengkoordiniran gerakan
kemasyarakatan memberi dampak positif etnopedagogi Manjawet terhadap
dan keuntungan sehingga memotivasi lebih pemberdayaan generasi muda Hindu
banyak generasi muda Hindu ikut terlibat dimulai dengan adanya rapat yang
belajar Manjawet. membahas tentang pelaksanaan
Kegiatan belajar Manjawet bisa ketercapaian program yang telah
dijadikan program rutin lembaga direncanakan. Rencana kegiatan belajar
keumatan/kemasyarakatan dengan sasaran Manjawet yang telah di susun sedemikian
generasi muda Hindu. Praktik Manjawet rupa mulai dari jadwal, rincian anggaran
bisa dengan membuat sarana dan prasarana biaya, ketentuan pelaksanaan akan

56
Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

dikoordinasikan dan dimusyawarahkan untuk memastikan bahwa kegiatan itu


pada forum rapat lembaga diselesaikan seperti yang telah
keumatan/kemasyarakatan yang direncanakan dan proses mengoreksi setiap
mengorganisir. penyimpangan-penyimpangan dan
Penyelenggaraan komunikasi dan mengambil tindakan-tindakan.
pengembang pelaksana adalah bagian dari Pada saat pelaksanakan program
tim yang sudah dibentuk agar etnopedagogi Manjawet oleh lembaga
melaksanakan program-program kegiatan keumatan/kemasyarakatan maka dapat
yang telah direncanakan bersama dengan berjalan dengan baik dan lancar apabila
sebaik mungkin. Pelaksanaan program kegiatan dilakukan dengan pengawasan
etnopedagogi Manjawet perlu mendapat dari tim panitia/pengelola sehingga dapat
bimbingan dan pemberian motivasi oleh diketahui penyimpangan yang terjadi
tim pengelola, baik itu pengawas ataupun langsung dilakukan tindakan pencegahan.
pengurus agar tercipta sebuah koordinasi Tujuan pengawasan sendiri adalah
yang baik. Program yang telah mengawasi keberlaksanaan kegiatan agar
direncanakan sebelumnya dapat program-program sesuai dengan rencana
dilaksanakan dengan sebaik-baiknya yang telah ditetapkan.
dengan dukungan segenap pihak. Generasi Pengawasan mencakup pencatatan
muda akan mampu melaksanakan apa yang dan tindak lanjut terhadap dokumen
diajarkan, mereka juga perlu dipengaruhi administrasi/kesekretariatan, biaya, alat
oleh kualitas, gaya, pengalamaan belajar, dan sumber-sumber daya pendukung,
serta kegiatan-kegiatan berkelanjutan pelaksanaan, kendala dan tantangan di
sejenis yang memberi motivasi, lapangan, dan lainnya. Semua itu dilakukan
kemandirian, daya cipta kreatif dan inovasi agar tim panitia/pengelola dari lembaga
bagi generasi muda Hindu sehingga tertarik keumatan/kemasyarakatan dapat
belajar lebih mendalam terkait kearifan melakukan tugasnya dengan baik saat
lokal bernuansa keagamaan Hindu. kegiatan berlangsung dan setelah kegiatan
4) Pengawasan berakhir nantinya
Pengawasan atau pengendalian Hasil dari pengawasan yang
merupakan proses memantau kegiatan dilakukan dapat jadi bahan penilaian dan

57
Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

tindak lanjut ke depannya bagi II. Penutup


pemberdayaan kegiatan lainnya yang Manjawet sebagai etnopedagogi yang
sejenis sehingga hal-hal yang belum berbasis kearifan lokal, mendorong
tercapai secara maksimal dapat diperbaiki perkembangan dalam bidang pendidikan,
dan tujuan program dapat tercapai secara pelatihan dan penelitian, sehingga dapat
efektif dan efisien. dikaji secara lebih apresiatif, inovatif, dan
Generasi muda Hindu harus belajar kreatif, sehingga diharapkan dapat
Manjawet sebagai salah satu upaya memberikan kontribusi positif bagi
pewarisan dan juga peningkatan ekonomi kehidupan masyarakat. Upaya belajar
masyarakat. Sebagaimana kegiatan ini Manjawet sebagai sikap penyesuaian diri
dapat dijadikan program pelatihan yang terhadap perkembangan jaman yang cukup
berfokus pada kelompok generasi muda pesat tanpa meninggalkan identitas agama
Hindu. Pemberdayaan masyarakat dan budaya lokal yang menjadi ciri khas
memberi peluang kerja dengan masyarakat Hindu khususnya pada praktik
memanfaatkan potensi dan kearifan lokal keagamaannya. Karya yang dihasilkan oleh
yang ada untuk mengembangkan sumber masyarakat digunakan untuk memenuhi
daya manusia yang lebih baik lagi dan sarana dan prasarana dalam kehidupan
mampu menjadi peluang usaha sehari-hari juga untuk kegiatan ritual
memperbaiki perekonomian masyarakat upacara keagamaan.
setempat. Bagi penganut Hindu di Kalimantan
Pemberdayaan masyarakat tentunya Tengah, manajemen pemberdayaan
memiliki pendekatan yang menjadi sebuah masyarakat perlu dilaksanakan sejalan
cara melangkah lebih jelas kepada dengan pertumbuhan masyarakat yang kian
pencapaian tujuan. Pendekatan yang ada dinamis dan kebutuhan hidup yang
dilakukan terkait pemberdayaan generasi semakin kompleks. Pemberdayaan generasi
muda Hindu adalah pendekatan partisipatif, muda Hindu melalui etnopedagogi
maka manajemen pemberdayaan Manjawet sebagai kesadaran pentingnya
masyarakat dapat berjalan dengan baik belajar Manjawet dalam konteks yang lebih
karena sudah dikelola dengan manajemen luas adalah meningkatkan kemampuan
yang baik pula. (skill) generasi muda Hindu yang

58
Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

berkualitas, kreatif, inovatif, berdaya saing, pada


berkarakter, dan mencintai budaya https://www.kompasiana.com/mi
setempatnya. Kelak generasi muda Hindu go/552e34f06ea834401f8b4596/
yang merupakan generasi penerus tidak menghidupkan-tradisi-
hanya mantap menguasai ilmu menganyam-rotan-di-kalimantan-
pengetahuan dan teknologi tetapi memiliki tengah, 10/06/2020, 10.40 pm.
keterampilan yang dapat diberdayakan Peraturan Menteri Pendidikan Pendidikan
demi kesejahteraan masyarakat khususnya Dan Kebudayaan Republik
yang ada di Kalimantan Tengah.
Indonesia Nomor 69 Tahun
Daftar Pustaka 2013 tentang Kerangka Dasar
Ali, Lukman. dkk. 1997. Kamus Besar Dan Struktur Kurikulum
Bahasa Indonesia, Cet.II. Sekolah Menengah
Jakarta: Balai Pustaka Atas/Madrasah Aliyah.
Alwasilah, A.C., dkk. 2009. Etnopedagogi: Rice, J. 2016. Professional Purity:
Landasan Praktik Pendidikan Revolutionary Writing in the
dan Pendidikan Guru. Craft Beer Industry. Journal of
Bandung: Kiblat Buku Utama.
Business and Technical
Hikmat, Harry. 2010. Strategi Communication. 30(2), 236-
Pemberdayaan Masyarakat. 261.
Bandung: Humaniora Utama Riwut, Nila (Peny). 2003. Maneser
Press. Panatau Tatu Hiang,
Manullang. 2015. Dasar-dasar Menyelami Kekayaan Leluhur.
Manajemen. Yogyakarta: Palangka Raya: Pustaka Lima.
Gadjah Mada Universty Press. Sule, dkk. 2005. Pengantar Manajemen.
Marbun, B.N. 2005. Kamus Manajemen. Jakarta: Prenada Media Group
Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Sulistiani, Ambar Teguh. 2004. Kemitraan
Migo, Emanuel. 2013. Menghidupkan dan Model-model Pemberdayaan.
Tradisi Menganyam Rotan di Yogyakarta: Gala Media
Kalimantan Tengah. Diakses

59
Satya Sastraharing
Vol 04 No. 02 Tahun 2020
https://ejournal.iahntp.ac.id/index.php/Satya-Sastraharing

Suryanyahu, Anthony. dkk. 2013. Kamus


Dwibahasa Dayak Ngaju-
Indonesia. Palangkaraya: BaIai
Bahasa Provinsi Kalimantan
Tengah, Badan Pengembangan
dan Pembi naan Bahasa
Kemendikbud.

60

Anda mungkin juga menyukai