MUKADIMAH
Bahwa sesungguhnya pengabdian kepada bangsa dan negara adalah kewajiban setiap warga negara
Indonesia yang harus dilaksanakan dan dikembangkan menurut bidang profesi, ketrampilan kerja dan
keakhlian kerja masing-masing untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional.
Bahwa prasarana transportasi, khususnya jalan, jembatan, terowongan jalan, landasan terbang dan jalan
rel, sebagai prasarana penting dalam pembangunan dan kehidupan bangsa, pada hakekatnya
mempunyai peran yang penting dalam usaha memenuhi kebutuhan masyarakat, mewujudkan
keseimbangan tingkat pertumbuhan antar daerah guna meratakan hasil-hasil pembangunan,
memantapkan komunikasi sebagai alat pemersatu bangsa, memantapkan usaha pertahanan dan
keamanan nasional serta keandalan ketahanan nasional dan mewujudkan Wawasan Nusantara, yang
secara keseluruhan mempunyai arti penting bagi kesejahteraan bangsa dan negara. Karena itu, usaha
pengembangan prasarana transportasi serta peningkatan dan pembinaan kemampuan profesi,
ketrampilan kerja dan keahlian kerja di bidang prasarana transportasi di Indonesia perlu ditetapkan
sebagai tujuan pengabdian dan dharma bakti kepada bangsa dan negara.
Bahwa untuk mencapai kinerja pengembangan prasarana transportasi secara berdaya guna dan berhasil
guna yang menyertakan berbagai profesi, ketrampilan kerja dan keakhlian kerja diperlukan pengertian
yang mendalam tentang peranan, tugas dan kewajiban menurut profesi, ketrampilan kerja dan
keakhlian kerja masing-masing serta disadari perlunya keserasian dalam memanfaatkan dan
meningkatkan kemampuan untuk selanjutnya dengan semangat gotong royong digalang dan dikerahkan
sebagai usaha bersama guna didharmabaktikan kepada pembangunan bangsa dan negara.
Oleh karena itu, menyadari akan pentingnya peranan pengembangan prasarana transportasi dalam
pembangunan negara dan bangsa Indonesia, maka dengan rakhmat Tuhan Yang Maha Esa dihimpunlah
berbagai profesi, ketrampilan kerja dan keakhlian kerja yang menyangkut berbagai aspek
pengembangan prasarana transportasi dalam wadah asosiasi profesi ini dengan Anggaran Dasar sebagai
berikut :
BAB I
Pasal 1
Nama
Nama asosiasi profesi ini adalah 'HIMPUNAN PENGEMBANGAN JALAN INDONESIA', disingkat HPJI
dengan terjemahan resmi dalam ba-hasa Inggris 'INDONESIAN ROAD DEVELOPMENT ASSOCIATION'
disingkat IRDA.
Pasal 2
Waktu
HPJI didirikan di Jakarta pada tanggal 5 September 1975 untuk jangka waktu yang tidak ditentukan.
Pasal 3
Tempat Kedudukan
Di setiap Propinsi dapat dibentuk HPJI tingkat daerah yang ber-kedudukan di ibukota Propinsi.
BAB II
Pasal 4
Azas
Pasal 5
Tujuan
HPJI bertujuan :
Pasal 6
Usaha
menegakkan kode etik HPJI dan kaidah tata laku profesi HPJI dalam pelaksanaan tugas anggota.
mengembangkan pusat data, pertukaran informasi dan pengembangan ide-ide baru bagi anggotanya
yang berhubungan dengan masalah pengembangan prasarana transportasi;
memberikan penghargaan kepada anggotanya atas jasa, karya serta dedikasi yang tinggi dalam usaha
pembinaan dan pengembangan organisasi HPJI.
memberikan penghargaan kepada perorangan atas karya yang bernilai tinggi dan berdaya guna luas di
bidang prasarana transportasi.
BAB III
Pasal 7
Kode Etik
Dalam menjalankan profesinya setiap anggota HPJI terikat pada Kode Etik dan Kaidah Tata Laku HPJI
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar ini.
Pasal 8
Lambang Organisasi
HPJI memiliki lambang organisasi yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar
ini.
BAB IV
KEANGGOTAAN
Pasal 9
Jenis Anggota
anggota biasa;
anggota luar biasa;
anggota mahasiswa, dan
anggota kehormatan.
Pasal 10
setiap anggota biasa dan anggota kehormatan mempunyai hak suara dalam rapat umum daerah, hak
dipilih menjadi peserta penuh dalam Rapat Umum Nasional/Rapat Umum Nasional Istimewa, hak
memilih dan dipilih sebagai anggota pengurus Dewan Pengurus Daerah, dan hak dipilih sebagai anggota
pengurus Dewan Pengurus Pusat;
setiap anggota biasa berhak untuk mengajukan permohonan sertifikasi keahlian di bidang jembatan,
terowongan jalan, landasan terbang, dan jalan rel sesuai dengan kualifikasinya;
setiap anggota biasa yang telah memiliki sertifikat keahlian, berhak mencantumkan nama HPJI
dibelakang namanya, dan berhak untuk memperoleh perlindungan dan pembelaan dalam melaksanakan
tugas profesinya sepanjang tidak bertentangan atau melanggar ketentuan dan peraturan/perundangan
yang berlaku;
setiap anggota mempunyai hak untuk turut serta dalam segala kegiatan HPJI;
setiap anggota kecuali anggota mahasiswa, berhak untuk memperoleh perlindungan dan pembelaan
dalam melaksanakan tugas profesinya sepanjang tidak bertentangan atau melanggar ketentuan dan
peraturan/perundangan yang berlaku;
setiap anggota berhak membela diri dalam prosedur pengenaan sanksi organisasi atas dirinya;
setiap anggota mempunyai kewajiban untuk menjunjung tinggi nama baik HPJI, melaksanakan kode etik
dan kaidah tata laku profesi; dan
setiap anggota berkewajiban untuk menghormati, menaati dan melaksanakan Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, peraturan-peraturan dan keputusan--keputusan yang sah dari HPJI.
Pasal 11
Berakhirnya Keanggotaan
permintaan sendiri;
meninggal dunia;
diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri;
diberhentikan tidak dengan hormat,
anggota luar biasa badan hukum, perusahaan atau organisasi dinyatakan bubar,
anggota mahasiswa pada saat yang bersangkutan telah berubah status kemahasiswaannya oleh
sebab telah menyelesaikan studi atau oleh sebab sebab lainnya.
BAB V
Pasal 12
(1) Bentuk organisasi HPJI adalah himpunan yang terbuka dan terdesentralisasi.
(2) Sifat organisasi HPJI adalah organisasi profesi, independen dan non partai politik.
BAB VI
Pasal 13
Perangkat Organisasi
a. di tingkat nasional :
b. di tingkat daerah :
1. Rapat Umum Daerah;
2. Dewan Pengurus Daerah disingkat DPD; dan
3. Dewan Penasehat DPD.
Pasal 14
1. Utusan daerah sebagai peserta penuh yang masing-masing mempunyai 1 (satu) hak suara
ditetapkan oleh rapat DPD; setiap HPJI tingkat daerah yang mempunyai jumlah anggota 500
(lima ratus) orang atau kurang diwakili oleh minimum 5 (lima) utusan; untuk HPJI tingkat
daerah yang mempunyai anggota lebih dari 500 (lima ratus), jumlah utusan daerah sebagai
peserta penuh ditetapkan dengan rumus 5+(Jumlah anggota-500)/200 dibulatkan ke atas;
2. pengurus DPP HPJI sebagai peserta penuh yang tidak mempunyai hak suara kecuali
bilamana yang bersangkutan ditetapkan sebagai utusan daerah;
3. anggota HPJI bukan utusan daerah yang berminat hadir dalam Rapat Umum Nasional
sebagai peserta peninjau dengan terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada panitia
pe-nyelenggara Rapat Umum Nasional; dan
4. undangan-undangan lain yang ditetapkan DPP HPJI sebagai peserta peninjau.
(5) Rapat Umum Nasional dipimpin oleh Pimpinan Sidang yang dipilih dari antara peserta penuh;
(6) Rapat Umum Nasional Istimewa dapat diadakan untuk menyelesaikan masalah mendesak dan
semata-mata dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah tersebut;
(7) Rapat Umum Nasional Istimewa dapat diselenggarakan apabila diusulkan oleh lebih dari ½
(setengah) jumlah DPD, atau diputuskan oleh DPP dalam rapat yang dihadiri oleh lebih dari 2/3 (dua per
tiga) jumlah anggota DPP;
(8) Rapat Umum Nasional/Rapat Umum Nasional Istimewa adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½
(setengah) jumlah utusan daerah peserta penuh.
Pasal 15
(1) Rapat Umum Daerah adalah perangkat organisasi tertinggi HPJI di daerah.
1. menetapkan Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI tingkat daerah sejalan dengan
Garis-Garis Besar Kebijakan dan Program HPJI;
2. mengevaluasi pertanggungjawaban pelaksanaan program dan pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja HPJI tingkat daerah;
3. menetapkan pedoman penyusunan anggaran pendapatan dan belanja HPJI tingkat daerah
selama 4 (empat) tahun;
4. memilih seorang Ketua merangkap sebagai Ketua Formatur dan 2 (dua) anggota Tim
Formatur untuk menyusun DPD; dan
5. mengesahkan DPD yang disusun oleh Tim Formatur.
1. anggota biasa dan anggota kehormatan sebagai peserta penuh yang masing-masing
mempunyai 1 (satu) hak suara;
2. anggota luar biasa dan anggota mahasiswa yang berminat hadir dalam Rapat Umum Daerah
sebagai peserta peninjau dengan terlebih dahulu mendaftarkan diri kepada panitia
penyelenggara Rapat Umum Daerah; dan
3. undangan-undangan lain yang ditetapkan DPD sebagai peserta peninjau.
(5) Rapat Umum Daerah dipimpin oleh Pimpinan Sidang yang dipilih dari antara peserta penuh.
(6) Rapat Umum Daerah Istimewa dapat diadakan untuk me-nyelesaikan masalah mendesak dan
semata-mata dimaksudkan untuk menyelesaikan masalah tersebut.
7) Rapat Umum Daerah Istimewa dapat diselenggarakan apabila diusulkan oleh DPD dalam rapat yang
dihadiri oleh lebih dari 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota DPD, atau diusulkan oleh lebih dari 2/3 (dua
per tiga) jumlah anggota biasa dan anggota kehormatan;
(8) Rapat Umum Daerah/Rapat Umum Daerah lstimewa adalah sah jika dihadiri oleh lebih dari ½
(setengah) jumlah anggota biasa di daerah tersebut.
Pasal 16
(1) HPJI tingkat pusat dipimpin oleh Dewan Pengurus Pusat (DPP).
1. Ketua Umum;
2. Ketua;
3. Sekretaris Umum;
4. Sekretaris;
5. Bendahara; dan
6. Anggota Pengurus.
(3) Ketua Umum dapat dipilih kembali untu I (satu) kali masa bakti
(4) DPP yang ditetapkan mempunyai masa bakti selama 4 (empat) tahun.
(5) DPP mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya kepada Rapat Umum Nasional pada akhir masa
bakti.
(7) Rapat DPP diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 (tiga) bulan.
Pasal 17
(1) Di setiap daerah propinsi yang telah mempunyai jumlah anggota biasa dan anggota kehormatan
minimum 20 dua puluh) orang, dapat dibentuk HPJI tingkat daerah.
(2) HPJI tingkat daerah dipimpin oleh Dewan Pengurus Daerah (DPD).
1. Ketua;
2. Sekretaris;
3. Bendahara;
4. Koordinator Wilayah Kabupaten/Kota; dan
5. Anggota Pengurus.
(4) DPD juga mewakili DPP dalam pelaksanaan tugas pengurus pusat di daerah.
(5) DPD yang ditetapkan mempunyai masa bakti 4 (empat) tahun.
(6) DPD mempertanggungjawabkan segala aktivitasnya kepada Rapat Umum Daerah pada akhir masa
bakti.
(8) Rapat DPD diadakan sekurang-kurangnya satu kali dalam 3 (tiga) bulan.
Pasal 18
(1) Majelis Kehormatan HPJI adalah perangkat organisasi HPJI yang menyangkut penegakan Kode Etik
HPJI dan berfungsi mengambil keputusan-keputusan mengenai kasus-kasus yang menyangkut Kode Etik
untuk dilaksanakan oleh Dewan Pengurus Pusat HPJI.
berpengalaman luas dalam menjalankan profesinya di salah satu atau lebih bidang
pengembangan prasarana transportasi;
tidak mempunyai cacat dalam profesi dan hukum;
mempunyai kepribadian dan integritas yang tidak meragukan; dan
tidak pernah merugikan nama baik HPJI.
(3) Anggota Majelis Kehormatan HPJI bertanggung jawab kepada Rapat Umum Nasional ;
(4) Majelis Kehormatan HPJI terdiri atas sekurang-kurangnya tiga orang dan sebanyak-banyaknya tujuh
orang ;
(5) Masa bakti Majelis Kehormatan HPJI sama dengan masa bakti Dewan Pengurus Pusat.
Pasal 19
(1) Dewan Penasehat DPP adalah perangkat organisasi HPJI tingkat pusat yang berfungsi memberikan
saran-saran dan atau nasehat--nasehat kepada DPP.
(2) Anggota Dewan Penasehat DPP ditetapkan oleh Dewan Pengurus Pusat
(3) Dewan Penasehat DPP dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari antara anggotanya.
(4) Masa bakti Dewan Penasehat DPP adalah sama dengan masa bakti DPP yang mengangkatnya.
Pasal 20
(1) Dewan Penasehat DPD adalah perangkat organisasi HPJI tingkat daerah yang berfungsi memberikan
saran-saran dan atau nasehat--nasehat kepada DPD.
(2) Anggota Dewan Penasehat DPD ditetapkan oleh Dewan Pengurus Daerah
(3) Dewan Penasehat DPD dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih di antara anggotanya.
(4) Masa bakti Dewan Penasehat DPD adalah sama dengan masa bakti DPD yang mengangkatnya.
Pasal 21
Badan Tetap
(1) Badan Pelaksana Kepengurusan dan Badan Tetap lain dapat dibentuk baik oleh DPP maupun oleh
DPD untuk membantu pelaksanaan tugas-tugasnya.
(2) Setiap Badan Tetap yang dibentuk dipimpin oleh seorang Direktur Eksekutif yang profesional dan
bekerja secara penuh waktu untuk suatu jangka waktu yang tertentu, diangkat/diberhentikan dan
bertanggung jawab kepada DPP/DPD.
Pasal 22
(1) Forum adalah wadah komunikasi antar anggota atau antar pengurus dan anggota untuk membahas
masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama, dapat dibentuk dan atau diselenggarakan
secara ad hoc oleh DPP maupun DPD.
(2) Komite adalah wadah untuk menggarap pendalaman spesialisasi keilmuan yang sama, dibentuk oleh
DPD maupun DPP sesuai dengan berbagai minat spesialisasi anggota.
(3) Kepengurusan Forum dan Komite merupakan kelengkapan DPP/DPD yang mengangkatnya.
BAB VII
PERBENDAHARAAN
Pasal 23
1. uang pangkal;
2. uang iuran;
3. sumbangan-sumbangan yang sah dan tidak bertentangan dengan azas serta tujuan HPJI; dan
4. usaha-usaha dan pendapatan-pendapatan lain yang sah dan tidak bertentangan dengan
azas serta tujuan HPJI.
(2) Besar uang pangkal dan uang iuran ditetapkan oleh DPP berdasarkan pedoman yang ditetapkan
Rapat Umum Nasional dengan mempertimbangkan hak untuk layanan yang wajib diberikan kepada
berbagai jenis keanggotaan.
BAB VIII
Pasal 24
(1) Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar ini dapat diatur lebih lanjut dalam Anggaran
Rumah Tangga sepanjang hal ter-sebut tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar ini.
BAB IX
Pasal 25
Syarat Perubahan
(1) Anggaran Dasar ini hanya dapat diubah di dalam, dan sudah harus diacarakan dalam Rapat Umum
Nasional, atau dalam Rapat Umum Nasional Istimewa yang diselenggarakan untuk keperluan tersebut;
(2) Rancangan usul perubahan ditetapkan dalam rapat DPP atau diusulkan oleh sekurang-kurangnya ½
(setengah) jumlah DPD;
(3) Keputusan diambil melalui permufakatan atau jika sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) dari jumlah
hak suara peserta penuh yang hadir dalam Rapat Umum Nasional menyetujui usul perubahan Anggaran
Dasar tersebut pada waktu pemungutan suara yang dilakukan khusus untuk itu.
BAB X
PEMBUBARAN
Pasal 26
Syarat Pembubaran
(1) Pembubaran HPJI hanya dapat diputuskan dalam Rapat Umum Nasional lstimewa yang khusus
diadakan untuk maksud tersebut atas usul tertulis oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua pertiga) jumlah
DPD dan dihadiri oleh sekurang-kurangnya 2/3 (dua per-tiga) dari seluruh jumlah utusan daerah peserta
penuh yang ditetapkan DPD.
(2) Keputusan pembubaran diambil jika sekurang-kurangnya 3/4 (tiga perempat) dari jumlah hak suara
utusan daerah peserta penuh yang hadir menyetujui ditetapkannya pembubaran HPJI pada waktu
pemungutan suara yang dilakukan khusus untuk itu.
BAB XI
PENUTUP
Pasal 27
Aturan Peralihan
Penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sebagai akibat adanya perubahan Anggaran Dasar ini harus
diselesaikan DPP dan DPD selambat-lambatnya 365 (tiga ratus enam puluh lima) hari kalender setelah
tanggal ditetapkannya perubahan Anggaran Dasar HPJI.
Anggaran Dasar HPJI disahkan untuk pertama kali dalam Rapat Umum Anggota HPJI ke-1 di Jakarta
tanggal 23 Juli 1979 dan perubahan-perubahannya dilakukan :
Pertama : dalam Rapat Umum Anggota ke-6 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 30 November
1990;
Kedua : dalam Rapat Umum Anggota ke-8 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 23 Desember
1997;
Ketiga : dalam Rapat Umum Anggota ke-9 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7 Agustus
1998;
Keempat : dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-1 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 4
Oktober 2000.
Kelima : dalam Rapat Umum Nasional Istimewa ke-2 yang diselenggarakan di Denpasar pada tanggal
17 Juli 2002.
Keenam : dalam Rapat Umum Nasional ke-10 yang diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 6 dan 9
Oktober 2003.