Makalah Antidepresan
Makalah Antidepresan
Antidepresan
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2010
Halaman | 1
KATA PENGANTAR
Penyusun
Halaman | 2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.....................................................................................1
KATA PENGANTAR…...................................................................................2
DAFTAR ISI…..................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang….....................................................................4
B. Tujuan......................................................................................5
BAB II
PEMBAHASAN................................................................................................6
BAB III
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................27
Halaman | 3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Depresi merupakan salah satu gangguan psikiatrik yang paling umum.
Sekitar 5-6% dari populasi memiliki kemungkinan mengalami depresi (prevalensi
sesaat), dan diperkirakan sekitar 10% dari masyarakat dapat mengalami depresi
selama hidupnya (prevalensi selama hidup). Gejala-gejala depresi seringkali tidak
jelas dan tidak disadari baik oleh dokter maupun penderita. Penderita dengan
keluhan-keluhan yang tidak jelas yang menolak penjelasan bahwa keluhan
tersebut merupakan pewujudan dari penyakit somatic (jasmani) dan mereka yang
secara simplistic bisa dikatakan menderita neurosis seharusnya dicurigai
menderita depresi.
Halaman | 4
B. Tujuan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa tentang depresi dan
mekanisme serta efek farmakologisnya di dalam tubuh.
Halaman | 5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Depresi
Halaman | 6
dibuktikan dengan pemberian anti depresan golongan SSRE (Selective Serotonin
Re-uptake Enhancer) yang justru mempercepat re-uptake serotonin dan bukan
menghambat. Dengan demikian maka turn over dari serotonin menjadi lebih cepat
dan sistem neurotransmisi menjadi lebih stabil yang pada gilirannya memperbaiki
gejala-gejala depresi.
Halaman | 7
Farmakologi Klinik Antidepresan
Indikasi Klinis
1. Depresi
Indikasi ini telah diketahui secara luas, meskipun bukti-bukti studi klinis
menyarankan agar obat-obatan digunakan secara spesifik hanya pada
episode depresi mayor.
2. Gangguan Panik
3. Gangguan Obsesif-Kompulsif
4. Enuresis
5. Nyeri Kronis
Trisiklik sangat berguna dalam terapi nyeri kronis yang seringkali tidak
jelas apakah keadaan sakit yang sedemikian rupa ini merupakan tanda-
tanda depresi ataukah pasien tersebut mengalami depresi setelah muncul
rasa nyeri pada dirinya.
6. Indikasi lain
Halaman | 8
Pemilihan Obat
Trisiklik dan agen-agen generasi kedua dan ketiga yang lain sangat
berbeda dalam tingkatan efek sedasi (yang tertinggi adalah amitriptyline,
doxepine, trazodone, dan mirtazapine; yang terendah protriptyline) dan efek
antimuskarinik yang dihasilkan (yang tertinggi adalah amitriptyline dan
doxepine). SSRI pada umumnya tidak memiliki efek sedative dan terhitung kecil
kemungkinannya untuk disalahgunakan hingga overdosis.
Halaman | 9
Dosis
Halaman | 10
Efek yang Tidak Diinginkan
Halaman | 11
B. Antidepresan
Antidepresan Trisiklik
TCAS atau trisikilk mempunyai efek samping dan kardiologik yang besar.
Oleh karena itu sebaiknya di berikan pada pasien usia muda yang lebih dapat
mentolerir efek samping tersebut. Sampai sekarang golongan ini masih banyak
dipakai psikiater untuk mengatasi depresi yang disertai agitasi.
Halaman | 12
Mekanisme kerja golongan Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari
noradrenalin dan serotonin yang menuju neuron presinaps.
Dibawah ini merupakan salah satu contoh kerja obat trisiklik yaitu
Imipramin
Imipramin
Halaman | 13
Antidepresan trisiklik lebih baik dibanding senyawa penghambat
monoamin oksidase dan menimbulkan efek samping yang lebih rendah. Efek
samping tersebut antara lain adalah mulut kering, mata kabur, konstipasi,
takikardia dan hipotensi.
Halaman | 14
= 1 atau lebih besar dari 3 dan adanya percabangan pada rantai samping akan
menyebabkan senyawa menjadi tidak aktif. Gugus amin pada rantai samping
biasanya amin sekunder, tidak amin tertier seperti pada psikotik. Senyawa
akan aktif bila atom N tidak tersubstitusi atau tersubstitusi dengan gugus
metil. Substitusi dengan gugus etil atau gugus alkil yang lebih tinggi akan
menurunkan aktivitas secara drastis dan menimbulkan toksisitas. Jumlah atom
C makin besar maka toksisitasnya semakin besar pula.
Farmakodinamika Imipramin
Halaman | 15
di ujung saraf pada sistem saraf pusat. Berdasarkan struktur kimianya, obat
antidepresi golongan trisiklik pada gugus metilnya terdapat perbedaan potensi dan
selektivitas hambatan ambilan kembali berbagai neurotransmitter. Amin sekunder
yang menghambat ambilan kembali norepinefrin dan amin tertier menghambat
ambilan kembali serotonin pada sinap neuron.
Halaman | 16
Halaman | 17
Farmakokinetika Imipramin
Metabolisme Imipramin
Halaman | 18
Pada gambar di bawah ini dapat dilihat bahwa pada Fase I metabolisme,
imipramin akan dimetabolisme menjadi desipramin melalui proses N-demetilasi
yang diperantarai oleh enzim sitokrom P-450 1A2 dan 3A4 menjadi bentuk
metabolit aktif desipramin.
Halaman | 19
ambilan serotonin secara spesifik. SSRI memiliki efek antikolinergik lebih kecil dan
kordiotoksisitas lebih rendah. Golongan obat ini kurang memperlihatkan pengaruh
terhadap system kolinergik, adrenergik atau histaminergik, sehingga efek sampingnya
lebiih ringan. Toleransi lebih banyak terjadi dengan obat antidepresi baru.
Masa kerjanya panjang antara 15-24 jam, fluksetin paling panjang 24-96 jam.
Paroksetin dan fluoksetin dapat meningkatkan kadar antidepresi triksiklik berdasarkan
hambatan enzim CYP. Obat yang termasuk golongan ini adalah:
Fluoksetin Trazodon
Paroksetin Venlafaksin
Sertalin Nefazodon
Fluvoksamin
S-sitalopramin
1. FLUOKSETIN
Halaman | 20
Efek : Fluoksetin merupakan contoh antidepresan yang selektif menghambat
ambilan serotonin. Obat ini sama manfaatnya dengan antidepresan triksiklik
dalam pengobatan depresi mayor. Obat ini bebas dari efek samping antidepresan
triksiklik, terutama antikolinergik, hipotensi ortostatik dan peningkatana berat
badan.
Penggunaan dalam terapi : indikasi utama fluoksetin, yang lebih unggul daripada
antidepresan triksiklik, adalah depresi. digunakan pula untuk mengobati bulimia
nervosa dan gangguan obsesi kompulsif. Untuk berbagai indikasi lain, termasuk
anoreksia nervosa, gangguan panik, nyeri neuropati diabetik dan sindrom
premenstrual.
Dosis : Dosis diberikan secara oral. Dosis awal dewasa 20mg/hari diberikan
setiap pagi, bila tidak diperoleh efek terapi setelah beberapa minggu, dosis dapat
ditingkatkan 20mg/hari hingga 30mg/hari.
Efek samping : efek sampin seperti gangguan fungsi seksual (hilangnya libido,
ejakulasi terlambat dan anorgasme), mual, ansietas, insomnia, anoreksia, berat
badan berkurang dan tremor.
2. PAROKSETIN
Dimetabolisme oleh CYP 2D6, masa paruh 22 jam. Obat ini dapat meningkatkan
kadar klozapin, teofilin dan warfarin. Iritabilitas terjadi pada penghentian obat secara
mendadak.
3. SETRALIN
Halaman | 21
Suatu SSRI serupa fluoksetin, tetapi bersifat lebih selektif terhadap SERT
(transporter serotonin) dan kurang selektif terhadap DAT (transporter dopamine).
sama dengan fluoksetin dapat meningkatkan kadar benzodiasepin, klozapin dan
warfarin.
4. FLUVOKSAMIN
Efek sedasi dan efek muskariniknya kurang dari fluoksetin. Obat ini cenderung
meningkatkan metabolit oksidatif benzodiazepin, klozapin, teofilin, dan warfarin,
karena menghambat CYP 1A2, CYP 2C19 dan CYP 3A3/4.
Selektivitasnya terhadap SERT paling tinggi. Tidak jelas apakah berarti secara
klinis. Metabolismenya oleh CYP 3A4 dan CYP 2C19 meningkatkan interaksinya
dengan obat lain.
6. TRAZODON
Dosis : dosis oral bagi pasien dewasa di RS 150mg/hari dalam dosis terbagi,
dinaikkan 50 mg/hari tiap 3-4 hari. Bagi yang depresi berat 400-600 mg/hari.
Dosis oral untuk dewasa rawat jalan 150mg/hari dalam dosis terbagi.
Diberikan mala hari, dapat dinaikkan 50 mg/hari setiap minggu hingga
terlihat perbaikan klinik. Pasien tua dan anak-anak, dosis awal 25-50mg/hari,
Halaman | 22
dinaikkan hingga 100-150 mg/hari dalam dosis terbagi begantung terhadap
responsnya.
7. VENLAFAKSIN
Cara Kerja
Halaman | 23
Sebagian besar ihibitor MAO, seperti Isokarboksazid membentuk senyawa
kompleks yang stabil dengan enzim, menyebabkan inaktivasi yang irreversibel.
Ini mengakibatkan peningkatan depot NE, serotonin dan dopamin dalam neuron
dan difusi selanjutnya sebagai neurotransmitter yang berlebih ke dalam ruang
sinaptik. Obat ini menghambat bukan hanya MAO dalam obat, tetapi oksidase
yang mengkatalisis deaminasi oksidatif obat dan substansi yang mungkin toksik
seperti tiramin yang ditemukan pada makanan trtentu. Karena itu, inhibitor MAO
banyak berinteraksi dengan obat ataupun obat-makanan.
Kerja
MAOI digunakan untuk pasien depresi yang tidak responsif atau alergi
denagn antidepresan trisiklik atau yang menderita ansietas hebat. Pasien denagn
aktivitas psikomotor lemah dapat memperoleh keuntungan dari sifat stimulasi
MAOI ini. Obat ini juga digunakan dalam pengobatan fobia. Demikian pula
subkategori depresi yang disebut depresi atipikal. Depresi atipikal ditandai dengan
pikiran yang labil, menolak kebenaran dan gangguan nafsu makan.
Farmakokinetik
Efek samping
Halaman | 24
Efek samping yang hebat dan sering tidak diramalkan membatasi
penggunaan MAOI. Misalnya tiramin terdapat pada makanan tertentu seperti keju
tua, hati ayam, bir dan anggur merah biasanya diinaktifkan oleh MAO dalam
usus. Orang-orang yang menerima MAOI tidak dapat mengurai tiramin yang
diperoleh dalam makanan ini. Tiramin menyebabkan lepasnya katekolamin dalam
jumlah besar, yang tersimpan di ujung terminal saraf, sehingga terjadi sakit
kepala, takikardia, mual, hipertensi, arotmia jantung dan stroke. Karena itu, pasien
harus diberitahu menghindarkan makanan yang mengandung tiramin. Fentolamin
atau prazosin berguna dalam pengobatan denga MAOI dapat berbahaya terutama
pasien depresi berat dengan tendensi bunuh diri. Ada kemungkinan pasien
tersebut mengandung tiramin secara tidak sengaja. Efek samping lain dalam
pengobatan MAOI termasuk mengantuk, hipotensi ortostatik, penglihatan kabur,
mulut kering, disuria dan konstipasi. MAOI dan SSRI janga diberikan bersamaan
karena bahaya “sindrom serotonin” yang dapat mematikan. Kedua obat
memerlukan pencucian 6 minggu sebelum memberikan yang lain
Halaman | 25
Halaman | 26
Halaman | 27
BAB III
A. Kesimpulan
Halaman | 28
serotonin), yaitu “off switches” neurotransmitter amin. Dengan demikian member
kemungkinan pada neurotransmitter lebih lama berada pada reseptor. MAO
menutup jalan degradasi utama untuk neurotransmitter amin, sehingga amin dapat
lebih banyak menumpuk pada simpanan presinaptik dan bertambah pula untuk
dilepaskan. Simpatomimetik serupa amfetamin juga menghambat pompa amin
tetapi diperkirakan bekerja terutama dalam peningkatan lepasnya neurotransmitter
katekolamin. Ketiga jenis antidepresan obat – obat di atas dapat memperbaiki
defisiensi neurotransmitter amin dengan mekanisme yang berbeda.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Katzung, BG. 1997. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 6. EGC : Jakarta, hal.
354-356
Katzung, BG. 2002. Farmakologi Dasar dan Klinik, edisi 8. EGC : Jakarta
Jakarta
Halaman | 29
Halaman | 30