Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

“ ASPEK LEGAL KEPERAWATAN DAN KREDENSIAL PERAWAT INDONESIA”

DOSEN PENGAMPU :

DEBBIE NOMIKO S.Kep Ners M.Kep

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 4

DIKA ANGRAINI PO71201220002


SEVINA DESYARIF PO71201220008
RTS.DWI UTAMI DAMAYANTI PO71201220010
FEBI ANANTA LIANDA PO71201220013
ANGELICA YULIANAN BENU PO71201220023
RAISSA VANIA OLGA PO71201220026
RESKY NOVITA PO71201220033
AULIA NURMIFTAH ASSA’DIAH. M PO71201220044

POLTEKKES KEMENKES JAMBI

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


Dika
[Pick the date] TAHUN AKADEMIK 2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama kami haturkan puji dan syukur atas rahmat dan ridho Allah SWT. Karena
tanpa rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Aspek Legal
dan Sistem Kredensial Perawat Indonesia. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita niat-niatkan syafaatnya di
akhirat nanti.

Makalah ini kami susun untuk memenuhi syarat penilaian pada mata kuliah Etika
Keperawatan Dan Hukum Keshatan oleh ibu Debbie Nomiko S.Kep Ners M.Kep dan kami
harap makalah ini dapat bemanfaat, baik untuk penulis pribadi maupun para pembaca lainnya.

Dalam menyusun makalah ini kami berusaha sebaik mungkin untuk mendapatkan
sumber dan informasi, baik dari buku-buku yang telah direkomendasikan oleh dosen dan teman
teman ataupun dari website yang terpercaya. Terima kasih kepada dosen pengajar dan juga
teman-teman sekalian yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis sadar dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan baik
dari segi penulisan, isi dan lain sebagai nya. Maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari para pembaca yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam penulisan nama,
gelar ataupun kutipan. Dan terima kasih kepada semua pihak yang telah ikut membantu dalam
penyelesaian makalah ini.

Jambi, 8 November 2022

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.3 Tujuan....................................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................5
2.1 Pengertian Aspek Legal.........................................................................................................5
2.2 Kredensial Praktik Keperawatan............................................................................................6
BAB III PEMBAHASAN................................................................................................................9
3.1 Kode Etik Menurut ANA.......................................................................................................9
3.2 Kode etik menurut PPNI........................................................................................................9
3.3 Persamaan Kode Etik Menurut ANA dan PPNI..................................................................10
3.4 Contoh Kasus Penerapan Aspek Legal Etik Dalam Praktik Keperawatan..........................10
BAB IV PENUTUP.......................................................................................................................11
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................11
DAFTAR RUJUKAN....................................................................................................................13

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesadaran masyarakat terhadap hak-hak mereka dalam pelayanan kesehatan dan tindakan
yang manusiawi semakin meningkat, sehingga diharapkan adanya pemberi pelayanan kesehatan
dapat memberi pelayanan yang aman, efektif dan ramah terhadap mereka. Jika harapan ini tidak
terpenuhi, maka masyarakat akan menempah jalur hukum. untuk membelahak-haknya.
Kebijakan yang ada dalam institusi menetapkan prosedur yang tepat untuk mendapatkan
persetujuan klien terhadap tindakan pengobatan yang dilaksanakan. Institusi telah membentuk
berbagai komite etik untuk meninjau praktik profesional dan memberi pedoman bila hak-hak
klien terancam. Perhatian lebih juga diberikan pada advokasi klien sehingga pemberi pelayanan
kesehatan semakin bersungguh-sungguh untuk tetap memberikan informasi kepada klien dan
keluarganya bertanggung jawab terhadap tindakan yang dilakukan.

Selain dari pada itu penyelenggaraan praktik keperawatan didasarkan pada kewenangan
yang diberikan karena keahlian yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan kesehatan
masyarakat, perkembangan ilmu pengetahuan dan tuntutan globalisasi. Terjadinya pergeseran
paradigma dalam pemberian pelayanan kesehatan dari model medikal yang menitikberatkan
pelayanan pada diagnosis penyakit dan pengobatan ke paradgima sehat yang lebih holistic yang
melihat penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996),
maka perawat berada pada posisi kunci dalam reformasi kesehatan ini. Hal ini ditopang oleh
kenyataan bahwa 40%-75% pelayanan di rumah sakit merupakan pelayanan keperawatan
(Gillies, 1994), Swansburg dan Swansburg, 1999) dan hampir semua pelayanan promosi
kesehatan dan pencegahan penyakit baik di rumah sakit maupun di tatanan pelayanan kesehatan
lain dilakukan oleh perawat.

Hasil penelitian Direktorat Keperawatan dan PPNI tentang kegiatan perawat di Puskesmas,
ternyata lebih dari 75% dari seluruh kegiatan pelayanan adalah kegiatan pelayanan keperawatan
(Depkes, 2005) dan 60% tenaga kesehatan adalah perawat yang bekerja pada berbagai
sarana/tatanan pelayanan kesehatan dengan pelayanan 24 jam sehari, 7 hari seminggu,
merupakan kontak pertama dengan sistem klien.

3
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Aspek Legal ?
2. Apa pengertian dari Legal Aspek ?
3. Apa Hak perawat, kewajiban. Tugas, Wewenang Larangan serta Sanksi bagi perawat?
4. Apa masalah Aspek Legal dan Legal Aspek dalam Keperawatan?

1.3 Tujuan
1. Memahami dan mengerti pengertian dari Aspek Legal dan Legal Aspek dalam Praktek
Keperawatan.
2. Mengetahui hak perawat, kewajiban, Tugas, Wewenang, Larangan serta Sanksi bagi
perawat
3. Mengetahui masalah dalam Aspek Legal dan Legal Aspek dalam Keperawatan

4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Aspek Legal


Aspek Legal Keperawatan adalah aspek aturan Keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan,
termasuk hak dan kewajibannya. Keperawatan adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang
merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Setiap perawat harus mempunyai "body of
knowledge" yang spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik
keprofesian yang didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik
profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi
perawat yang mencakup tiga bidang. Yaitu:
1. Bidang Professional, Ethical and Legal Practice,
2. Bidang Care Provision and Management
3. Bidang Professional Development.

Profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh
melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan
tugasnya. dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggung jawab
dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun
masyarakat luas. Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri,
seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis
sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan
ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban). Kemampuan atau kompetensi diperoleh seorang
profesional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa
atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin
Aspek legal keperawatan meliputi kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan
praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni kewenangan material dan kewenangan

5
formal. Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian
teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP. Aspek legal Keperawatan
pada kewenangan formalnya adalah izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya
untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK)
Kewenangan itu, hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun,
memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat
secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang Kompetensi dalam keperawatan
berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang
harus dilampaui. Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang
diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan
kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran
atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing. Aspek Legal keperawatan
tidak terlepas dari Undang-Undang dan Peraturan tentang praktek Keperawatan.

2.2 Kredensial Praktik Keperawatan


Kredensial adalah suatu proses determinasi dan memelihara kompetensi praktik
keperawatan. Proses kredensial adalah salah satu cara memelihara standar praktik profesi
keperawatan dan bertanggung jawab atas persiapan pendidikan anggotanya. Kredensial meliputi
lisensi, registrasi, sertifikasi.

1. Lisensi/ijin praktik keperawatan

Lisensi keperawatan adalah suatu dokumen legal yang mengijinkan seorang perawat
untuk memberikan keterampilan dan pengetahuan keperawatan secara spesifik kepada
masyarakat dalam suatu juridiksi. Semua perawat seyogyanya mengamankannya dengan
mengetahui standar pelayanan yang yang dapat diterapkan dalam suatu tatanan praktik
keperawatan.
Lisensi/ijin praktik keperawatan berupa penerbitan Surat Tanda Registrasi (STR) bagi
perawat. STR adalah bukti tertulis yang diberikan oleh pemerintah kepada tenaga kesehatan yang
telah memiliki sertifikat kompetensi sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Untuk
mendapatkan STR setiap perawat wajib mengikuti ujian kompetensi yang diselenggarakan oleh
Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI). Jika mereka lulus uji kompetensi maka sambil
menunggu STR akan diterbitkan Sertifikat Kompetensi (Serkom).

6
Perawat yang belum mempunyai STR tidak dapat bekerja di area keperawatan. Perawat
yang sudah memiliki STR yang akan melakukan praktik mandiri di luar institusi tempat bekerja
yang utama dapat mengajukan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) di Dinas Kesehatan setempat.
2. Registrasi

Dalam sistem legislasi keperawatan khususnya yang tertuang dalam keputusan menteri
kesehatan, Registrasi keperawatan dimaksudkan sebagai pencatatan resmi terhadap perawat yang
telah mempunyai kualifikasi dan diakui secara hukum untuk melakukan tindakan keperawatan.
Registrasi keperawatan ada dua yaitu registrasi awal adalah dilakukan setelah yang
bersangkutan selesai/lulus pendidikan keperawatan, mengikuti uji kompetensi, dan dinyatakan
lulus uji kompetensi. Setelah perawat teregistrasi akan memperoleh STR yang dapat diperbaharui
kembali setelah lima tahun (5 Tahun) yaitu melalui registrasi ulang. Registrasi ulang dilakukan
dengan menggunakan 25 kredit yang diperoleh dari berbagai kegiatan ilmiah. Keseluruhan
proses pencapaian/penilaian kredit tersebut merupakan kegiatan sertifikasi.
3. Sertifikasi

Sertifikasi keperawatan merupakan pengakuan akan keahlian dalam area praktik


spesialisasi keperawatan tertentu. Da1am legislasi keperawatan (SK Menkes) yang dimaksud
dengan Sertifikasi adalah penilaian terhadap dokumen yang menggambarkan kompetensi
perawat yang diperoleh melalui kegiatan pendidikan dan atau pelatihan maupun kegiatan ilmiah
lainnya dalam bidang keperawatan. Sertifikasi merupakan kegiatan kredensial bagi setiap tenaga
professional untuk menjamin masyarakat tentang kualifikasi keperawatan tenaga professional ini
untuk memberikan pelayanan spesifik bagi konsumen (sistem pasien).
Tiga cara untuk mendapatkan sertifikasi ini yaitu dilakukan oleh:

a) Organisasi keperawatan professional, contoh: PPNI, ANA


b) Organisasi kesehatan yang berbadan hukum yang diakui oleh pemerintah
c) Institusi mandiri yang mempunyai kemampuan melakukan praktik keperawatan
kekhususan mempunyai mensertifikasi

Sertifikasi yang dimiliki seorang perawat dapat menentukan gaji/imbalan yang diberikan.
ANA menetapkan dalam suatu pernyataan kebijakan sosial (Social Policy Statement) tentang dua
kriteria untuk praktik keperawatan spesialis yaitu seseorang yang akan melakukan keperawatan
spesialis harus seseorang yang telah menyandang gelar spesialis keperawatan dimana orang
tersebut telah melalui program pendidikan tingkat Master dan memiliki sertifikasi yang diberikan

7
oleh organisasi profesi. Masa1ah yang terjadi di sekitar sertifikasi selalu dihubungkan dengan
upaya pengendalian praktik keperawatan yang dilakukan oleh perawat profesional dan cakupan
praktik.
Sertifikasi juga ditetapkan bagi seorang perawat terregistrasi yang akan melakukan
praktik keperawatan di luar area yang telah diregistrasi. Sebagai contoh, perawat terregistrasi
berkategori kompeten untuk memberikan pelayanan keperawatan umum ingin pindah kategori
menjadi praktisi keperawatan komunitas, maka ia harus memiliki sertifikat keperawatan
komunitas dari suatu program pendidikan keperawatan terakreditasi. Dalam hal sertifikasi bagi
tenaga perawat yang telah memiliki STR tentunya mempunyai tanggungjawab mengabdikan diri
dalam pelayanan kesehatan

8
BAB III PEMBAHASAN

3.1 Kode Etik Menurut ANA


a) Perawat memberikan pelayanan dengan penuh hormat bagi martabat kemanusiaan dan
keunikan klien yang tidak dibatasi oleh pertimbangan status sosial atau ekonomi
b) Perawat melindungi hak klien akan privasi dengan memegang teguh informasi yang
bersifat rahasia
c) Perawat melindungi klien dan publik bila kesehatan dan keselamatannya terancam oleh
praktik seseorang yang tidak berkompeten, tidak etis atau illegal
d) Perawat memikul tanggung jawab atas pertimbangan dan tindakan perawatan yang
dijalankan masing-masing individu
e) Perawat memelihara kompetensi keperawatan
f) Perawat melaksanakan pertimbangan yang beralasan dan menggunakan kompetensi dan
kualifikasi individu sebagai kriteria dalam mengusahakan konsultasi, menerima tanggung
jawab dan melimpahkan kegiatan keperawatan kepada orang lain.
g) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melaksanakan dan meningkatkan
standar keperawatan
h) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi
kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas
i) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk membentuk dan membina kondisi
kerja yang mendukung pelayanan keperawatan yang berkualitas
j) Perawat turut serta dalam upaya-upaya profesi untuk melindungi publik terhadap
informasi dan gambaran yang salah serta mempertahankan integritas perawat
k) Perawat bekerja sama dengan anggota profesi kesehatan atau warga masyarakat lainnya
dalam meningkatkan upaya-upaya masyarakat dan nasional untuk memenuhi kebutuhan
kesehatan public.

3.2 Kode etik menurut PPNI


a) Tanggung jawab perawat terhadap individu, keluarga dan masyarakat
b) Tanggungjawab terhadap tugas
c) Tanggungjawab terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan lainnya

9
d) Tanggungjawab terhadap profesi keperawatan
e) Tanggung jawab terhadap pemerintah, bangsa dan Negara

3.3 Persamaan Kode Etik Menurut ANA dan PPNI


Kedua kode etik tersebut membahas tentang standar yang mengukur dan mengevaluasi
perilaku moral keperawatan, dan sama-sama bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan
kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan di antara sesama perawat, dan kepercayaan
masyarakat kepada profesi keperawatan.

3.4 Contoh Kasus Penerapan Aspek Legal Etik Dalam Praktik Keperawatan
 Kasus:

Seorang perawat salah menulis diagnosa medis yang seharusnya Abnormal Uteri
Bleeding (AUB) menjadi Abortion (AB), pasien dan keluarga tersinggung karena ternyata pasien
masih Nona
 Analisa Kasus:

Menurut kelompok kami dari kasus tersebut tentang teori legal etik, bahwa legal etik
adalah aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup
wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak dan
kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan Dilihat dari kasus tersebut bahwa
perawat menyalahi aturan atau lalai. Yang pertama dalam melakukan tindakan keperawatan,
perawat lupa untuk melakukan informed consent dulu kepada pasien tindakan keperawatan apa
yang akan dilakukan kepada pasien tersebut, sedangkan dari etika keperawatan, perawat bukan
hanya memahami definisi, tetapi juga memahami masalah masalah yang ada di pelayanan
kesehatan saat ini, sehingga diharapkan mampu memahami masalah yang menjadi kenyataan.
Perawat harus mempunyai kemampuan yang baik untuk pasien dan dirinya di dalam menghadapi
masalah yang menyangkut etika Perawat harus berfikir secara rasional untuk melakukan
pengkajian sampai mendapatkan hasil yang tepat dan benar. Di Dalam menentukan diagnosa,
perawat juga tidak hanya melihat dari hasil pengkajian anamnesa saja, tetapi penentuan diagnosa
hanis melihat hasil pemeriksaan penunjang atau laborat, supaya kesalahan diagnosa tersebut
tidak terjadi pada pasien tersebut.

10
BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Seperti yang sudah dijelaskan dapat disimpulkan bahwa :

 Legal etik adalah aspek aturan keperawatan dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai
lingkup wewenang dan tanggung jawabnya pada berbagai tatanan pelayanan, termasuk hak
dan kewajibannya yang diatur dalam undang-undang keperawatan
 Kewenangan yang diberikan ini juga berjenjang. Kompetensi dalam keperawatan berarti
kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang
harus dilampaui.
 Registrasi Dalam sistem legislasi keperawatan khususnya yang tertuang dalam keputusan
menteri kesehatan, Registrasi keperawatan dimaksudkan sebagai pencatatan resmi terhadap
perawat yang telah mempunyai kualifikasi dan diakui secara hukum untuk melakukan
tindakan keperawatan.
 Da1am legislasi keperawatan (SK Menkes) yang dimaksud dengan Sertifikasi adalah
penilaian terhadap dokumen yang menggambarkan kompetensi perawat yang diperoleh
melalui kegiatan pendidikan dan atau pelatihan maupun kegiatan ilmiah lainnya dalam
bidang keperawatan.
 Terdapat tiga cara untuk mendapatkan sertifikasi ini yaitu dilakukan oleh: Organisasi
keperawatan professional, contoh: PPNI, ANA Organisasi kesehatan yang berbadan hukum
yang diakui oleh pemerintah Institusi mandiri yang mempunyai kemampuan melakukan
praktik keperawatan kekhususan mempunyai mensertifikasi Sertifikasi yang dimiliki
seorang perawat dapat menentukan gaji/imbalan yang diberikan.
 ANA menetapkan dalam suatu pernyataan kebijakan sosial (Social Policy Statement)
tentang dua kriteria untuk praktik keperawatan spesialis yaitu seseorang yang akan
melakukan keperawatan spesialis harus seseorang yang telah menyandang gelar spesialis
keperawatan dimana orang tersebut telah melalui program pendidikan tingkat Master dan
memiliki sertifikasi yang diberikan oleh organisasi profesi.
 Persamaan Kode Etik Menurut ANA dan PPNI Kedua kode etik tersebut membahas tentang
standar yang mengukur dan mengevaluasi perilaku moral keperawatan, dan sama-sama
bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat,

11
kepercayaan di antara sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi
keperawatan.

12
DAFTAR RUJUKAN
Purba, Sukarman dkk. 2020. Etika Profesi Membangun Profesionalitas Diri. Yayasan Kita
Menulis: Medan

Oktaviani,Ni Putu Wiwik dkk. 2016. Kode Etik Keperawatan. Bandung: Indonesia Publishing
Hause

13

Anda mungkin juga menyukai