Liwaṭ
1. Pengertian Liwaṭ
Kata liwaṭ bukan kata asli bahasa Arab. Kata liwaṭ berasal dari kata Lūṭ yang termasuk kata a’jam
(asing/non Arab). Oleh karena itu keliru jika kata liwaṭ dicari pecahan kata (isytiqaq) dari bahasa Arab
yang asli. Asy-Syaukani mengkritik pendapat yang ingin menjelaskan liwaṭ adalah musytaq, karena kata
ini adalah kata a’jam yang tidak mungkin ada isytiqaq. Dari kata Lūṭ ini kemudian dipecah menjadi kata
lain seperti liwaṭ, liwaṭ ah, talawwuṭ, dan luṭiyyah yang semuanya bermakna melakukan sesuatu seperti
perbuatan kaum Nabi Luṭ. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah liwaṭ digunakan untuk menjelaskan
perbuatan yang dilakukan oleh seseorang lelaki dengan cara memasukan żakar (penis) kedalam dubur
lelaki lain. Al-Mawardi mengatakan, bahwa liwaṭ adalah persetubuhan antara lelaki dengan lelaki. Istilah
yang paling mendekati dengan pengertian liwaṭ dalam bahasa inggris adalah homosexuality atau
sodomy. Dalam bahasa Indonesia, liwaṭ bisa diterjemahkan homoseksual. Liwaṭ adalah suatu penamaan
yang dinisbatkan kepada kaumnya Nabi Lūṭ As. karena yang pertama kali melakukan perbuatan ini
adalah umatnya Nabi Lūṭ As.
ِ ٱلرِّجا َل َش ْه َو ۭةً ِّمن دُو ِن ٱلنِّ َسٓا ِء ۚ َبلْ َأنتُ ْم قَوْ ۭ ٌم ُّمس
َْرفُون َ َِإنَّ ُك ْم لَتَْأتُون
Artinya: Dari Jabir bin Abdullah, ia berkata: Rasulullah bersabda: ‘Sesungguhnya Yang paling aku
khawatirkan terhadap umatku adalah perbuatan kaum Lūṭ. (HR. Ibnu Majah).
Rupanya sekarang telah menajdi saksi kebenaran prediksi Rasulullah Saw.Tidak sedikit kaum muslimin
telah terjerumus ke dalam perilaku maksiat Tersebut. Mereka terjerumus bisa karena derasnya godaan
maksiat, bisa juga karena Semata-mata tidak tahu bahwa perilaku tersebut dikecam keras oleh al-Qur’an
dan al Hadiś.
Allah menyebut perilaku liwaṭ sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-A’rāf (7): 80 dengan sebutan fahisy
(keji/jijik), sebagaimana firman-Nya:
٨٠ ََولُوطًا ِإ ْذ قَا َل لِقَوْ ِم ِٓۦه َأتَْأتُونَ ْٱلفَ ٰـ ِح َشةَ َما َسبَقَ ُكم بِهَا ِم ْن َأ َح ۢ ٍد ِّمنَ ْٱل َع ٰـلَ ِمين
Artinya: dan (Kami juga telah mengutus) Lūṭ (kepada kaumnya). (ingatlah) tatkala Dia berkata kepada
mereka: “Mengapa kamu mengerjakan perbuatan Fāhisyah itu, yang belum pernah dikerjakan oleh
seorangpun (di dunia ini) Sebelummu?” (QS. Al-A’rāf [7]: 80)
Adapun tentang keharaman perbuatan yang termasuk dalam kategori fahisy (keji/jijik) dijelaskan oleh
QS. QS. Al-A’rāf (7): 33 sebagaimana berikut:
ق َواَ ْن تُ ْش ِر ُكوْ ا بِاهّٰلل ِ َما لَ ْم يُن َِّزلْ بِ ٖه س ُْل ٰطنًا َّواَ ْن تَقُوْ لُوْ ا َعلَى هّٰللا ِ َما اَل
ِّ ش َما ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ َوااْل ِ ْث َم َو ْالبَ ْغ َي بِ َغي ِْر ْال َح ِ قُلْ اِنَّ َما َح َّر َم َرب َِّي ْالفَ َو
َ اح
َتَ ْعلَ ُموْ ن
Artinya: Katakanlah: “Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun
yang tersembunyi, (QS. Al-A’rāf [7]: 33) Jika liwaṭ disebut dengan fahisyah, sementara dalam ayat yang
lain ditegaskan bahwa Allah mengharamkan fahisyah, maka hal itu menunjukkan dengan jelas tanpa
keraguan bahwa liwaṭ adalah perbuatan maksiat yang diharamkan Allah Swt.
Zina adalah dosa besar dan sangat berbahaya bagi kehidupan manusia. Namun Liwaṭ, di samping
termasuk dosa besar, perilaku ini lebih berbahaya bagi manusia dari pada zina. Kebencian Allah
terhadap perilaku liwaṭ diungkapkan dengan berbagai ungkapan, misalnya Allah menyebutnya dengan
musrifīn/orang yang melampaui batas (QS. Al-A’rāf [7]: 81), khabāits/perbuatan keji (QS. Al-Anbiyā’ [21]:
74), kaum Mufsidīn/kelompok yang berbuat kerusakan, ẓalimin/orang yang berbuat ẓalim (QS.
Al-‘Ankabūt [29]: 30-31).
a. Dikategorikan sebagai orang yang melampaui batas (musrifūn), sebagaimana Firman Allah
dalam QS. Al-A’rāf (7): 81 berikut:
َْرفُون ِ ٱلرِّجا َل َش ْه َو ۭةً ِّمن دُو ِن ٱلنِّ َسٓا ِء ۚ بَلْ َأنتُ ْم قَوْ ۭ ٌم ُّمس
َ َِإنَّ ُك ْم لَتَْأتُون
Artinya: Sesungguhnya kamu mendatangi lelaki untuk melepaskan nafsumu (kepada mereka),
bukan kepada wanita, malah kamu ini adalah kaum Yang melampaui batas. (QS. Al-A’rāf [7]: 81)
b. Dilaknat oleh Allah Swt. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw.
ثَالثًا، وط ٍ ُ لَعَنَ هَّللا ُ َم ْن َع ِم َل َع َم َل قَوْ ِم ل، وط ٍ ُلَعَنَ هَّللا ُ َم ْن َع ِم َل َع َم َل قَوْ ِم ل
Artinya: Allah melaknat orang yang melakukan perbuatan seperti kaum Luṭ, Allah melaknat
orang yang melakukan perbuatan kaum Luṭ, sebanyak Tiga kali. (HR. Ahmad)
c. Daya rusak liwaṭ lebih besar dari pada zina. Kalau zina akan berdampak kepada Rusaknya nasab
dan hilangnya keharmonisan keluarga, namun liwaṭ akan lebih berbahaya dari pada zina, karena
mengancam keberlangsungan spesies manusia.
d. Allah menamakan orang yang melakukan liwaṭ sebagai kaum perusak dan orang Yang ẓalim,
sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Ankabut (29): 30-31 berikut:
َت ُر ُسلُنَٓا اِب ْٰر ِه ْي َم بِ ْالبُ ْش ٰر ۙى قَالُ ْٓوا اِنَّا ُم ْهلِ ُك ْٓوا اَ ْه ِل ٰه ِذ ِه ْالقَرْ يَ ِة ۚاِ َّن اَ ْهلَهَا كَانُوْ ا ٰظلِ ِم ْينْ ولَ َّما َج ۤا َء.
َ َال َربِّ ا ْنصُرْ نِ ْي َعلَى ْالقَوْ ِم ْال ُم ْف ِس ِد ْين َ َۚ ق
Artinya: Lūṭ berdoa: “Ya Tuhanku, tolonglah aku (dengan menimpakan azab) Atas kaum yang
berbuat kerusakan itu”. Dan tatkala utusan Kami (para Malaikat) datang kepada Ibrahim
membawa kabar gembira, mereka Mengatakan: “Sesungguhnya Kami akan menghancurkan
penduduk Negeri (Sodom) ini; Sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang Yang zalim”.
(QS. Al-Ankabut [29]: 30-31)
F. Mencuri
1. Pengertian Mencuri
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata mencuri diartikan sebagai Mengambil milik orang lain
tanpa izin atau dengan tidak sah, bisaanya dengan Sembunyi-sembunyi. Sedangkan dalam istilah syara’,
mencuri didefinisikan sebagai Berikut:
2. Dampak Mencuri
a. Bagi Pelakunya
1) Mengalami kegelisahan batin, pelaku pencurian akan selaludikejar-kejar rasa
Bersalah dan takut jika perbuatanya terbongkar.
2) Mendapat hukuman, apabila tertangkap, seorang pencuri akan mendapatkan
Hukuman sesuai undang-undang yang berlaku.
3) Mencemarkan nama baik, seseorang yang telah terbukti mencuri nama
Baiknya akan tercemar di mata masyarakat
4) Merusak keimanan, seseorang yang mencuri berarti telah rusak imanya. Jika ia
Mati sebelum bertobat maka ia akan mendapat azab yang pedih.