Materi Sesi 6
Materi Sesi 6
Kutipan alinea di atas jelas memperlihatkan bahwa gagasan utama tersebut terdapat pada
kalimat yang terakhir, yang sekaligus menjadi kalimat topiknya. Pada kalimat-kalimat sebelumnya
merupakan penjelasan atau pokok-pokok pikiran yang lebih kecil yang disusun sekian macam,
sehingga berangsur-angsur menuju kepada klimaks atau gagasan utamanya pada akhir kalimat,
yaitu “melalui manusialah kita mendekati dunia kebendaan”.
3) Kalimat Utama pada Awal dan Akhir Alinea
Kalimat topik dapat ditempatkan bagian awal dan akhir dari alinea. Dalam hal ini kalimat
terakhir sering mengulangi gagasan dalam kalimat pertama dengan sedikit tekanan atau variasi.
Perhatikan contoh berikut. “Sifat kodrati bahasa yang lain yang perlu dicatat di sini adalah
bahwasanya tiap bahasa mempunyai sistem ungkapan yang khusus dan sistem makna yang khusus
pula, masing-masing lepas terpisah dan tidak tergantung daripada yang lain. Sistem ungkapan tiap
bahasa dan sistem makna tiap bahasa dibatasi oleh kerangka alam pikiran bangsa yang memakai
bahasa itu, kerangka alam pikiran yang saya sebut di atas. Oleh sebab itu, janganlah kecewa
apabila bahasa Indonesia tidak membedakan jamak dan tunggal, tidak mengenal kata dalam sistem
kata-kerjanya, gugus fonem juga tertentu polanya dan sebagainya. Bahasa Inggris tidak mengenah
“unggah-ungguh”, “lembu merah”, dan sebagainya. Bahasa Zulu tidak mempunyai kata yang
berarti “lembu putih” dan sebagainya. Secara teknis, para linguis mengatakan bahwa tiap bahasa
mempunyai sistem fonologi, sistem gramatikal serta pola semantik yang khusus” (BKI).
Kutipan di atas menunjukkan bahwa kalimat topik di yang terdapat pada awal alinea” ....
tiap bahasa mempunyai sistem ungkapan yang khusus dan sistem makna yang khusus pula ....”
diulang kembali pada akhir alinea itu tetapi dengan sedikit perubahan, yaitu “.... tiap Bahasa
mempunyai sistem fonologi, sistem gramtikal, serta pola sematik yang khusus”. Apa yang disebut
“sistem ungkapan” pada kalimat pertama sama artinya dengan “sistem fonologi dan sistem
gramatikal” pada kalimat akhir, sedangkan ‘sistem makna” pada kalimat pertama sama artinya
dengan “pola semantik” pada kalimat terakhir dari alinea tersebut.
4) Kalimat Utama pada Seluruh Alinea
Kalimat topik atau kalimat utama dapat juga termuat dalam seluruh alinea. Dalam hal ini
tidak terdapat kalima yang khusus yang menjadi kalimat topiknya. Alinea semacam ini biasanya
dijumpai dalam uraianuraian yang brsifat deskriptif atau naratif. Contohnya seperti berikut.
“Burung camar terbang tinggi di awan. Kepak sayapnya menderu melawan kencangnya tiupan
angin. Sementara di ufuk barat sang mentari merah merona, seperti wajah gadis yang malu-malu
menatap jejaka tampan rupawan. Langit sudah mulai kelam. Warnanya yang abu-abu menambah
suasana temaran yang sendu. Perempuan desa bergegas pulang dari ladang, berjalan tanpa sandal,
menuju gubug-gubug reot yang ada di sekitar perkebunan. Di pinggangnya menggandul kerancang
berisi dedaunan apa saja bahan santap malam. Di kepalanya teronggok batang-batang kayu lapuk
untuk bahan bakar”.mSukar sekali untuk mencari sebuah kalimat topik dalam alinea di atas,
karena seluruh berisi gagasan utama. Tidak ada kalimat yang lebih penting dari yang lain.
Semuanya sama penting, dan bersama-sama membentuk kesatuan dari alinea tersebut. Begitulah
contoh alinea deskriptif-naratif, karena memang pada umumnya isinya bersifat deskriptif-naratif.
Akhirnya perlu dikemukakan sekali lagi bahwa tujuan dari kalimatkalimat topik atau
kalimat pokok adalah untuk menuntun para pembaca menelusuri seluruh alinea itu. Pembaca
memerlukan petunjuk-petunjuk bagaimana gagasan itu terbentuk, serta bagaimana detail-detail
atau bagian-bagian perinciannya harus disusun. Detail-detail atau perincian itu merupakan ide-ide
tambahan atau gagasan bawahan dari gagasan utama yang terdapat dalam sebuah kalimat utama.
b. Koherensi Alinea
Syarat kedua yang harus dipenuhi oleh sebuah alinea adalah bahwa alinea itu harus
mengandung koherensi atau kepaduan yang baik. Kepaduan yang baik itu terjadi apabila hubungan
timbal balik antara kalimat-kalimat yang membina alinea itu baik, wajar dan mudah dipahami tanpa
kesulitan. Pembaca dengan mudah mengikuti jalan pikiran penulis, tanpa merasa bahwa ada sesuatu
yang menghambat atau semacam jurang memisahkan sebuah kalimat dari kalimat lainnya, tidak
terasa loncat-loncatan pikiran membingungkan.
Sebuah alinea dapat juga membentuk suatu kesatuan yang kompak, walaupun mungkin
kepaduan atau koherensinya tidak ada. Kesatuan tergantung dari sejumlah gagasan bawahan yang
bersama-sama menunjang sebuah gagasan utama yang biasanya dinyatakan dalam sebuah kalima
topik. Sebaliknya kepaduan tergantung dari penyusunan detail-detail dan gagasan-gagasan sekian
macam sehingga pembaca dapat melihat dengan mudah hubungan antara bagian-bagian tersebut.
Jika sebuah alinea tidak mempunyai kepaduan ini, maka tampaknya seolah-olah pembaca hanya
menghadapi suatu kelompok kalimat, yang masng-masing berdiri lepas dari yang lain, masing-
masing dengan gagasannya sendiri, bukan suatu uraian yang integral. Pendeknya sebuah alinea
yang tidak memiliki kepaduan yang baik akan menghadapkan pembaca dengan loncatan-loncatan
pikiran yang membingungkan, menghadapkan pembaca dengan urutan-urutan waktu dan fakta yang
tidak teratur, atau pengembangan gagasan utamanya dengan perincian-perincian yang tidak lagi
berorientasi kepada pokok utama tadi.
“Generasi tahun 1928 adalah generasi pencetus sumpah pemuda yang berjuang demi
keinginan bernegara. Generasi tahun 1945 berjuang untuk melaksanakan gagasan sumpah
pemuda. Generasi tahun 1945 adalah generasi pelaksana. Generasi zaman kemerdekaan
adalah generasi pembina dan pengembangan nilai-nilai nasional. Tiap generasi mempunyai
panggilan masing-masing sesuai dengan zamannya. Generasi pencetusan dan generasi
pelaksana telah menuaikan tugasnya dengan baik. Yang pertama berhasil membangkitkan
semangat keinginan bernegara; yang kedua berhasil menciptakan negara merdeka. Generasi
pembina masih dalam ujian. Belum diketahui sampai dimana kemampuannya untuk
membina dan mengembangkan warisan situasi yang diterima dari angkatan pelaksana.
Apakah mereka itu mampu membina dan mengembangkan warisan situasi yang telah
diterima; apakah mereka itu mampu membina dan mengembangkan nilainilai nasional
sesuai dengan martabat bangsa yang merdeka, masih harus dibuktikan.” (SB)