Anda di halaman 1dari 5

Bersegera Menuju Masjid di Hari Jumat dan Meninggalkan Aktivitas Duniawi

Khutbah Pertama:

ُ‫ض َّل لَه‬ ِ ‫ َم ْن َي ْه ِد ِه هللا فَ َل ُم‬،‫ت أ َ ْع َما ِلنَا‬ َ ‫ َونَعُ ْوذ ُ باهلل ِم ْن شُ ُر ْو ِر أ َ ْنفُسِ نَا َو ِم ْن‬،ُ‫ِإ َّن ْال َح ْمدَ هلل نَحْ َمدُهُ َونَ ْست َ ِع ْينُهُ َونَ ْست َ ْغ ِف ُره‬
ِ ‫س ِيئ َا‬
‫ َياأَيها َ الَّذِينَ َءا َمنُوا‬.ُ‫س ْولُه‬ َ ‫ َوأ َ ْش َهد ُ أ َ َّن ُم َح َّمدًا‬،ُ‫ أ َ ْش َهد ُ أ َ ْن ََل إلهَ إَل هللا َوحْ دَهُ ََل ش َِر ْيكَ لَه‬،ُ‫ِي لَه‬
ُ ‫ع ْبدُهُ َو َر‬ َ ‫ض ِل ْل فَ َل هَاد‬ ْ ُ‫َو َم ْن ي‬
‫احدَ ٍة َو َخلَقَ ِم ْن َها‬ِ ‫اس ات َّقُوا َر َّبكُ ُم الَّذِي َخلَقَكُم ِم ْن نَ ْف ٍس َو‬ ُ َّ‫ َياأَي َها الن‬. َ‫اتَّقُوا هللا َح َّق تُقَا ِت ِه َوَلَ ت َ ُموت ُ َّن ِإَلَّ َوأَنتُم م ْس ِل ُمون‬
َ‫ يَاأَي َها الَّذِين‬.‫علَ ْيكُ ْم َرقِيبًا‬
َ َ‫ام إِ َّن هللا َكان‬ َ ‫سآ َءلُونَ بِ ِه َواْأل َ ْر َح‬ َ َ ‫سآ ًء َواتَّقُوا هللاَ الَّذِي ت‬َ ِ‫يرا َون‬ ً ِ‫ث ِم ْن ُه َما ِر َجاَلً َكث‬ َّ ‫زَ ْو َج َها َو َب‬
‫صلِحْ لَكُ ْم أ َ ْع َمالَكُ ْم َويَ ْغ ِف ْر لَكُ ْم ذ ُنُوبَكُ ْم َو َمن يُ ِط ِع هللاَ َو َرسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَ ْو ًزا‬ ْ ُ‫ ي‬. ‫سدِيدًا‬ َ ً‫َءا َمنُوا اتَّقُوا هللا َوقُولُوا قَ ْوَل‬
،‫ي ُم َح َّم ٍد صلى هللا عليه و سلم َوش ََّر ْاأل ُ ُم ْو ِر ُمحْ دَثَات ُ َها‬ ُ ْ‫َاب هللا َو َخي َْر ْال َهدْي ِ َهد‬ ُ ‫ث ِكت‬ ِ ‫صدَقَ ْال َح ِد ْي‬ ْ َ ‫ فَإ ِ َّن أ‬:ُ ‫أ َ َّما بَ ْعد‬.‫ع ِظي ًما‬َ
.‫سل ْم‬َ ‫صحْ بِ ِه َو‬ َ ‫على آ ِل ِه َو‬َ َ ‫ َو‬،ٍ‫على ُم َحمد‬ َ َ ‫صل‬ َ ‫ اللهم‬.‫ار‬ َّ
ِ ‫ضلل ٍة فِي الن‬َ َ َّ ُ
َ ‫ َوكل‬،‫ضللة‬ ٌ َ َ َ ‫ع ٍة‬ ْ َّ
َ ‫ َوكل بِد‬،‫عة‬ُ ٌ ْ َ
َ ‫َوكل ُمحْ دَث ٍة بِد‬ َّ ُ
Kaum muslimin rahimakumullah,

Pertama-tama marilah kita panjatkan puji syukur ke hadirat Allah Subhannahu wa Ta'ala yang
telah menjadikan kita sebagai hamba-hambaNya yang beriman, yang telah menunjuki kita shiratal
mustaqim, jalan yang lurus, yaitu jalan yang telah ditempuh orang-orang yang telah diberi ni’mat oleh
Allah, dari kalangan para nabi, shiddiqin, syuhada’ dan shalihin.
Selanjutnya khotib menyampaikan wasiat kepada jamaah sholat jumat Masjid Sabilul
Muttaqien dan kepada diri khotib sendiri, marilah kita tingkatkan ketaqwaan kita kepada Allah
Subhannahu wa Ta'ala dengan berusaha semaksimal mungkin menjauhi larangan-laranganNya dan
melaksanakan perintah-perintahNya dalam seluruh aktivitas dan sisi kehidupan. Allah maha pemurah
dengan segala nikmat yang diberikan kepada hambanya, patutlah kiranya untuk terus istiqomah
bersyukur dengan cara menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya, itulah cara bertaqwa yang
kelak akan mendapat balasan kenikmatan yang berlipat ganda.
Ibadallah
Hari ini, kita saksikan di masyarakat kita, banyak orang di hari Jumat datang ke masjid sesaat
sebelum shalat Jumat ditunaikan. Yakni ketika khotib akan turun dari mimbar menyelesaikah
khotbahnya. Kaum muslimin malas untuk mendengarkan nasihat dari khotib. Mereka lebih memilih
hanya menunaikan shalatnya saja. Yang lebih memprihatinkan, keadaan demikian terjadi di semua
usia, tua maupun muda. Semoga Allah memperbaiki keadaan kaum muslimin. Allah Ta’ala berfirman,
‫ت‬ِ َ‫ضي‬ ِ ُ‫﴾ فَإِذَا ق‬٩﴿ َ‫ّللا َوذَ ُروا ْالبَ ْي َع ۚ ٰذَ ِلكُ ْم َخي ٌْر لَكُ ْم إِ ْن كُ ْنت ُ ْم ت َ ْعلَ ُمون‬
ِ َّ ‫ص َلةِ م ِْن يَ ْو ِم ْال ُج ُمعَ ِة فَا ْسعَ ْوا إِلَ ٰى ِذ ْك ِر‬
َّ ‫ِي لِل‬ َ ‫يَا أَي َها الَّذِينَ آ َمنُوا إِذَا نُود‬
َ َ
َ ‫﴾ َو ِإذَا َرأ ْوا تِ َج‬١٠﴿ َ‫ِيرا لَ َعلكُ ْم ت ُ ْف ِلحُون‬
َ‫ارة ً أ ْو لَ ْه ًوا ا ْنفَضوا ِإلَ ْي َها َوت ََركُوك‬ َّ ً ‫ّللا َواذْكُ ُروا ّللاَّ َ َكث‬ ِ َّ ‫ض ِل‬ْ َ‫مِن ف‬ْ ‫ض َوا ْبتَغُوا‬ ِ ‫ص َلة ُ فَا ْنتَش ُِروا فِي ْاأل َ ْر‬ َّ ‫ال‬
‫ق‬ ‫از‬ ‫الر‬ ‫ْر‬ ‫ي‬‫خ‬َ َّ‫ّللا‬‫و‬ ۚ ‫ة‬‫ار‬‫ج‬ ‫الت‬
َ‫َ ِ َ ِ ٌ ِنَ ْ ِ َ مِنَ ِ َ َ ِ َ ُ ُ َّ ِ ِين‬ ‫و‬ ‫و‬ ‫ه‬ َّ ‫ل‬‫ال‬ ‫م‬ ‫ْر‬ ‫ي‬‫خ‬ َ َّ
‫ّللا‬ ‫د‬ ْ
‫ن‬ ‫ع‬ ‫ا‬‫م‬ ‫ل‬ْ ُ ‫ق‬ ۚ ‫ا‬ ‫قَا ِئ ًم‬

“Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jumat, maka bersegeralah kamu
kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu
mengetahui. Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah
karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Dan apabila mereka melihat
perniagaan atau permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu

1
sedang berdiri (berkhotbah). Katakanlah: “Apa yang di sisi Allah lebih baik daripada permainan dan
perniagaan”, dan Allah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Al-Jumu’ah: 9-11).

Ibadallah,

Allah ‘Azza wa Jalla memerintahkan para hamba-Nya kaum mukminin untuk menghadiri shalat Jumat, dan
bersegera mendatanginya ketika panggilan adzan dikumandangkan. Yang dimaksud dengan { ‫فَا ْسعَ ْوا ِإلَ ٰى ِذ ْك ِر‬
ِ‫ّللا‬
َ = Bersegeralah kamu kepada mengingat Allah, shalat Jumat } adalah memperhatikannya dengan baik
dan tidak sibuk sendiri diri dengan yang lain sehingga melalaikannya, bukan maksudnya berjalan cepat
(berlari) untuk mendatanginya karena hal itu dilarang oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam saat seseorang
mendatangi shalat. Adab mendatangi shalat adalah dengan tenang, tanpa tergesa-gesa. Inilah maksud
bersegera untuk mendatangi shalat Jumat di sini.
Adapun makna firman-Nya: { ‫ = َوذَ ُروا ْالبَ ْي َع‬dan tinggalkanlah jual beli }, pengertiannya dalah tinggalkanlah
jual-beli (terlebih dahulu) pada saat kita diperintahkan untuk mendatangi shalat Jumat. Apabila Allah
memerintahkan agar perniagaan ditinggalkan padahal merupakan aktifitas yang disukai dan dikejar oleh
manusia, maka tuntutan meninggalkan kesibukan lainnya lebih besar lagi.
Firman-Nya: { َ‫ = ٰذَ ِلكُ ْم َخي ٌْر لَكُ ْم إِ ْن كُ ْنت ُ ْم تَ ْعلَ ُمون‬Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui} hakikat
perkara-perkara (yang diperintahkan Allah ‘Azza wa Jalla) dan dampak positifnya. Kebaikan-kebaikan itu
berupa mengikuti perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya, konsentrasi dengan kewajiban shalat Jumat
yang merupakan salah satu kewajiban yang penting, memperoleh kebaikan dan pahala dari shalat itu,
balasan-balasan baik berupa kebaikan dan pahala yang ditetapkan oleh syariat atas tindakan bersegera
mendatangi shalat Jumat dan persiapan-persiapan yang dilakukan untuk itu. Selain itu, kebaikan dicapai
karena dengan shalat Jumat tersebut, orang akan meraih keutamaan-keutamaan dan jauh dari hal-hal
yang rendah. Sebab di antara perbuatan rendahan, antusias seseorang untuk mengejar yang bersifat
rendah (duniawi) dengan mengorbankankan kebaikan yang hakiki (ukhrawi).
Termasuk bentuk kebaikan yang jelas, orang yang mendahulukan perintah Allah ‘Azza wa Jalla dan
mengutamakan perbuataan taat kepada-Nya di atas keinginan nafsunya. Ini jelas merupakan bukti
keimanannya dan petunjuk inabahnya kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Barangsiapa meninggalkan sesuatu
karena Allah ‘Azza wa Jalla, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla akan mengganti yang lebih baik dari itu bagi
dirinya. Dan barangsiapa lebih mengutamakan memperturutkan hawa nafsunya di atas ketaatan kepada
Allah ‘Azza wa Jalla, sungguh ia telah mengalami kerugian dalam agamanya yang akan diikuti oleh
kerugian duniawi.
Ibadallah,
Perintah meninggalkan jual-beli ini hanya berlangsung sementara sampai shalat Jumat selesai { ‫ت‬ ِ ُ‫فَإِ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬
‫ض‬ِ ‫ص ََلة ُ فَا ْنتَ ِش ُروا فِي ْاْل َ ْر‬
َ ‫ = ال‬Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi } untuk
ْ َ‫ = َوا ْبتَغُوا مِ ْن ف‬Dan carilah karunia
ِ َ ‫ض ِل‬
mencari penghasilan-penghasilan dengan cara yang diperbolehkan. { ‫ّللا‬
Allah}: Maksudnya, seharusnya seorang Mukmin yang mendapatkan taufik, saat ia sibuk mencari
penghidupan, hendaknya ia berniat agar hasilnya dapat membantu dirinya menjalankan kewajiban ibadah,
2
dengan selalu mengharap pertolongan dari Allah ‘Azza wa Jalla dalam proses tersebut, mencari karunia
dari-Nya, selalu menempatkan sikap roja` (harap) dan antusias besar terhadap karunia-Nya di depan
matanya. Sebab bergantung kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan ‘haus’ terhadap keutamaan dari-Nya
termasuk bukti keimanan dan termasuk ibadah juga.
Lantaran aktifitas perdagangan sering kali melalaikan orang dari dzikrullah, Allah ‘Azza wa

َ َ ‫َوا ْذكُ ُروا‬


ً ‫ّللا َكث‬
Jalla memerintahkan untuk banyak-banyak mengingat-Nya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman: { ‫ِيرا‬
َ‫ = لَعَلَكُ ْم ت ُ ْف ِلحُون‬Dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung } : Yaitu saat kita berdiri,
duduk, dan dalam semua aktifitas serta seluruh kondisi yang meliputi kita. Karena sesungguhnya
dzikrullah merupakan jalan menuju kesuksesan, yaitu teraihnya apa yang yang diidamkan (Jannah) dan
selamat dari yang ditakuti (neraka).
Dalam konteks ini, menjalin muamalah (jual-beli) dengan cara-cara yang baik dan bersikap luhur dengan
sesama termasuk dzikrullah. Setiap hal yang mendekatkan kepada Allah ‘Azza wa Jalla termasuk
dzikrullah. Dan setiap perkara dimana seorang hamba mengharapkan pahala kepada Allah ‘Azza wa
Jalla termasuk dzikrullah pula. Apabila seseorang tulus dalam muamalahnya yang baik, tidak menipu,
sesungguhnya ia telah mendekatkan diri kepada Allah ‘Azza wa Jalla, sebab Allah ‘Azza wa Jalla menyukai
sikap ini, dan lantaran sikap ini menghindarkan seseorang dari perbuatan yang merugikan orang lain.
Setiap kali memudahkan urusan orang dalam jual-beli dengannya, atau memudahkan pembayaran barang
dagangan maupun pelunasan utang dan lainnya, itu termasuk perbuatan baik dan utama, dan termasuk
dzikrullah.
Adapun firmanNya: { ُ‫ارةً أَ ْو لَ ْه ًوا ا ْنفَضُّوا إِلَيْ َها َوت ََرك‬
َ ‫“ وكَ قَائِ ًما َوإِذَا َرأَ ْوا تِ َج‬Dan apabila mereka melihat perniagaan atau
permainan, mereka bubar untuk menuju kepadanya dan mereka tinggalkan kamu sedang berdiri
(berkhutbah)”}: Maksudnya, mereka meninggalkan khotib sendirian di masjid untuk mengejar perniagaan
dan hal-hal yang melalaikan, mereka meninggalkan kebaikan yang sedang berlangsung. Sampai-sampai
mereka meninggalkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam khutbah sendirian. Sikap itu mereka lakukan
karena kebutuhan mereka yang mendesak terhadap kafilah dagang yang baru tiba di Madinah dan
lantaran mereka belum tahu keburukan dan tercelanya tindakan tersebut.
Ibadallah,
Terkumpulnya dua perkara inilah yang membuat mereka bersikap demikian. Meskipun demikian, mereka
tetap orang yang paling cinta kepada kebaikan dan paling semangat untuk mengambil petunjuk dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan paling besar penghormatan dan pengagungannya kepada
beliau. Kondisi seharian mereka menjadi bukti tetsebut. Akan tetapi, seperti ungkapan pepatah, ‘setiap
kuda pernah tergelincir jatuh’. Kemudian apabila seorang hamba pernah terpeleset dengan berbuat
kekeliruan, kemudian ia telah bertaubat, kembali kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan Allah mengampuni
keteledoran itu dan menggantinya dengan kebaikan, maka ia tidak boleh dicela kembali.
Maka katakanlah kepada orang yang lebih suka permainan dan perniagaan, “Apa yang di sisi Allah lebih
baik daripada permainan dan perniagaan”. Bersabar dalam ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla tidak

3
akan menghilangkan rezeki, karena sesungguhnya Allah ‘Azza wa Jalla sebaik-baik pemberi rezeki. Barang
siapa bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla memberinya rezeki dari tempat
yang tidak ia sangka-sangka. Dan siapa saja lebih mengutamakan aktifitas perdagangannya dibandingkan
melaksanakan ibadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla, niscaya Allah ‘Azza wa Jalla tidak akan memberkahi
usaha tersebut. Itu menjadi bukti kekosongan hatinya dari usaha mencari karunia dari Allah ‘Azza wa
Jalla dan terputusnya hubungan hatinya dari Allah ‘Azza wa Jalla, dan hanya mengandalkan usaha pribadi
semata. Ini merupakan perbuatan yang benar-benar buruk, hanya akan mendatangkan kerugian.
‫ب ا ْغف ِْر َو ْار َح ْم َوأ َ ْنتَ َخي ُْر ال َّراحِ مِ ْي َن‬
ِ ‫ َوق ُ ْل َر‬،‫الذك ِْر ا ْل َح ِكي ِْم‬ ِ ‫ َونَفَعَن ِْي َو ِإيَّا ُك ْم ِب َما فِ ْي ِه مِ نَ اْآليَا‬،‫آن ا ْلعَظِ ي ِْم‬
ِ ‫ت َو‬ ِ ‫اركَ هللاُ ل ِْي َول َ ُك ْم فِي ا ْلقُ ْر‬
َ َ‫ب‬
Khutbah Kedua:

َ‫ضلِ ْل فَال‬
ْ ُ‫ َمنْ يَ ْه ِد هللاُ فَالَ ُم ِض َّل لَهُ َو َمنْ ي‬،‫ع َما ِلنَا‬ ْ َ‫ت أ‬ َ ْ‫سنَا َو ِمن‬
ِ ‫سيْئ َا‬ ِ ُ‫ست َ ْغ ِف ُر ْه َونَعُوذ ُ بِاهللِ ِمنْ ش ُُر ْو ِر أ َ ْنف‬
ْ َ‫ست َ ِع ْينُهُ َون‬ ِ َّ ِ ‫إِنا ْل َح ْم َد‬
ْ َ‫ّلِل نَ ْح َم ُدهُ َون‬
.َ‫ص َحابِ ِه أ َ ْج َم ِعيْن‬
ْ َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َوعَلَى آ ِل ِه َوأ‬
َ ْ‫س ِل ْم َوبَ ِارك‬ َ ‫اَللَّ ُه َّم‬.‫ش َه ُد أَنَّ ُم َح َّمدًا َرسُ ْو ُل هللا‬
َ ‫ص ِل َو‬ ْ َ ‫ش َه ُد أَنْ الَ إِلَهَ إِالَّ هللاُ َوأ‬ ْ َ ‫ أ‬.ُ‫ِي لَه‬ َ ‫هَاد‬
Ibadallah,
Dari ayat ini dapat kita petik beberapa pelajaran, di antaranya:
Pertama: Bahwa shalat Jumat hukumnya wajib bagi kaum lelaki dari kalangan Mukminin. Mereka dituntut
untuk bersegera mendatanginya dan memperhatikannnya dengan baik. Dan kebaikan-kebaikan yang ada
dalam shalat Jumat tidak bisa dibandingkan dengan kenikmatan duniawi apapun.
Kedua: Disyariatkannya dua khutbah dalam shalat Jumat, dan khatib berdiri saat khutbah. Karena firman
َ ‫ = فَا ْسعَ ْوا إِلَ ٰى ِذ ْك ِر‬Bersegeralah kamu kepada mengingat Allah } mencakup bersegera mendatangi
Allah : {ِ‫ّللا‬
shalat Jumat dan menyimak khutbah juga. Sebab Allah ‘Azza wa Jalla mencela orang-orang yang beranjak
pergi dari menyimak khutbah.
Ketiga: Disyariatkannya adzan Jumat
Keempat: Larangan berjual-beli setelah adzan Jumat dikumandangkan.
Kelima: Penetapan kaedah hukum wasilah (sarana, sesuatu) sesuai dengan tujuannya. Jual-beli pada
dasarnya mubah, akan tetapi karena menyeret kepada perbuatan meninggalkan kewajiban maka
Allah ‘Azza wa Jalla melarangnya pada saat itu.
Keenam: Dilarangnya berbicara saat khatib berkhutbah. Apabila sibuk dengan jual-beli dan aktifitas serupa
lainnya saja dilarang padahal tempatnya lebih jauh dari masjid, maka orang yang berada di masjid tidak
boleh sibuk dengan selain menyimak khutbah.
Ketujuh: Orang yang sedang dalam ibadahnya kemudian ia melihat sesuatu kenikmatan duniawi atau hal
lain yang disukai jiwanya, namun akan melalaikan dirinya dari kebaikan ibadah tersebut, hendaknya ia
mengingatkan jiwanya dengan apa yang ada di sisi Allah ‘Azza wa Jalla .
Mudah-mudahan Allah memberi taufik dan hidayah kepada kita untuk segera menjaga shalat Jumat kita.
Menjaganya dengan cara bersegera mendatanginya, menjaga adab-adabnya, dan hal-hal lainnya.

ُ‫علَى آ ِل ُم َح َّم ٍد َو َر ِض َي هللا‬ َ ‫علَى ُم َح َّم ٍد َو‬


َ ‫اَللَّ ُه َّم ص َِل‬.‫سلِ ْي ًما‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬
ْ َ ‫س ِل ُم ْوا ت‬ َ ‫ يَاأَيُّها َ الَّ ِذ ْي َن َءا َمن ُ ْوا‬،ِ‫علَى النَّ ِبي‬
َ ‫صلُّ ْوا‬ َ ‫صلُّ ْو َن‬
َ ُ ‫ِإنَّ هللاَ َو َمالَئِ َكتَه ُ ي‬
‫ع َل ْينَا‬ ْ ‫ربَّنَا أ َ ْف ِر‬.
َ ‫غ‬ ُ ‫غ قُلُ ْوبَنَا َب ْع َد إِ ْذ َه َد ْيتَنَا َوه َْب َلنَا مِن َّلدُ ْنكَ َر ْح َمةً ِإنَّكَ أَنتَ ا ْل َوه‬
َ ‫َّاب‬ ْ ‫ربَّنَا الَ ت ُِز‬.َ َ‫هللا أ َ ْج َم ِع ْين‬
ِ ‫س ْو ِل‬ َ ‫عنْ ك ُِل‬
ُ ‫ص َحا َب ِة َر‬ َ ‫ت َ َعا َلى‬

4
‫صلِحْ‬‫ِف بَ ْي َن قُل ُ ْوبِ ِه ْم َوأ َ ْ‬
‫س ِل ِم ْينَ ‪َ ،‬وأَل ْ‬
‫ص ِل ْح ُوالَةَ ا ْل ُم ْ‬ ‫س ِل ِم ْينَ ‪َ ،‬وأ َ ْ‬ ‫علَى ا ْلقَ ْو ِم ا ْلكَاف ِِر ْينَ ‪.‬اَللَّ ُه َم أ َ ِع َّز اْ ِإل ْ‬
‫سالَ َم َوا ْل ُم ْ‬ ‫صب ًْرا َوثَبِتْ أ َ ْقدَا َمنَا َوا ْنص ُْرنَا َ‬
‫َ‬
‫علَيْنَا ِبذُنُ ْوبِ َنا َمنْ الَ يَ َخافُكَ‬
‫ط َ‬‫س ِل ْ‬ ‫سالَ ِم َوالْ ُم ْ‬
‫سلِمِ ْينَ ‪.‬اَللَّ ُه َم الَ ت ُ َ‬ ‫ح اْ ِإل ْ‬ ‫صالَ ُ‬‫عد ُِو ِه ْم َو َوفِ ْق ُه ْم ِل ْلعَ َم ِل ِب َما فِ ْي ِه َ‬ ‫علَى َ‬
‫عد ُِوكَ َو َ‬ ‫ذَاتَ بَيْنِ ِه ْم َوا ْنص ُْرهُ ْم َ‬
‫علَى‬ ‫ب ا ْلع َِّزةِ َ‬
‫ع َّما يَ ِصفُ ْونَ ‪َ ،‬و َ‬
‫سالَ ٌم َ‬ ‫اب النَّ ِار‪ُ .‬‬
‫س ْب َحانَ َر ِبكَ َر ِ‬ ‫سنَ ًة َوقِنَا َ‬
‫عذَ َ‬ ‫سنَةً َوفِي اآلخِ َر ِة َح َ‬
‫ا‪.‬ربَّنَا آتِنَا فِي ال ُّدنْيَا َح َ‬ ‫فِ ْينَا َوالَ يَ ْر َح ُمنَ َ‬
‫ب ا ْلعَا َل ِم ْينَ ‪.‬‬
‫س ِل ْينَ َوا ْل َح ْم ُد ِ َّّلِلِ َر ِ‬
‫ا ْل ُم ْر َ‬

‫‪5‬‬

Anda mungkin juga menyukai