Pembimbing :
Dr. Pribowo, M.Pd
Oleh :
2022
YUSUF HARI PAMILIH
PERLNDUNGAN DAN REHABILITASI SOSIAL REMAJA
NRP. 19.04.272
YOGYAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
Pembimbing :
Mengetahui :
Ketua Program Pendidikan Pekerjaan Sosial
Program Sarjana Terapan
Poltekesos Bandung
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur praktikan panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena dengan berkat, rahmat dan Anugerah-Nya sehingga praktikan dapat
melaksanakan praktikum laboratorium dengan lancar dan praktikan dapat
menyelesaikan laporan yang berjudul “upaya meningkatkan konsep diri positif
pada klien “j” dalam menjalani proses rehabilitasi sosial di balai perlindungan dan
rehabilitasi sosial remaja yogyakarta”. Praktikan menyadari bahwa laporan ini
masih banyak terdapat kekurangan dan jauh dari kriteria yang sempurna. Untuk
itu dengan kerendahan hati praktikan menerima segala bentuk saran dan kritik
yang bersifat membangun.
Praktikan menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai
pihak, maka tidak dapat menyelesaikan Laporan Praktikum ini. Pada kesempatan
ini, praktikan menyampaikan ucapan terima kasih dan penghormatan sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. Marjuki, M.Sc., selaku Direktur Politeknik Kesejahteraan Sosial
(Poltekesos) Bandung,
2. Dr. Aep Rusmana, S.Sos., M.Si., selaku Ketua Program Pendidikan Sarjana
Terapan Pekerjaan Sosial Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos)
Bandung,
3. Dr. Pribowo, M.Pd., selaku Kepala Laboratorium Politeknik Kesejahteraan
Sosial (Poltekesos) Bandung yang telah memberikan bimbingan serta arahan
kepada praktikan,
4. Dr. Pribowo, M.Pd., selaku selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan
tekun serta telah memberikan motivasi, nasihat, pengarahan,kepada praktikan
dalam menyelesaikan penulisan Laporan Prakikum Institusi tepat pada
waktunya,
5. Drs. Rosyikin, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan tekun
serta telah memberikan motivasi, nasihat, pengarahan,kepada praktikan dalam
menyelesaikan penulisan Laporan Praktikum Institusi tepat pada waktunya,
ii
6. Ir. Baried Wibawa, selaku Kepala Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial
Remaja Yogyakarta, yang telah menerima praktikan dan memberikan izin
untuk melaksanakan Praktikum Institusi pada Balai Perlindungan dan
Rehabilitasi Sosial Remaja Yogyakarta.
7. Sigit Alifianto, S.E, MM, selaku Plt Kepala Balai Perlindungan dan
Rehabilitasi Sosial Remaja Yogyakarta yang telah membimbing dan memberi
arahan kepada praktikan selama pelaksanaan Praktikum Institusi pada Balai
Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja Yogyakarta.
8. Seluruh Jajaran Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja
Yogyakarta yang selalu mendukung, memotivasi, dan memfasilitasi penyusun
dan melaksanakan kegiatan Praktikum Berbasis Institusi.
9. Tigael Angel Sihombing yang sudah menjadi teman diskusi dan memberi
semangat selama pelaksanaan praktikum institusi
10. Rekan-rekan (Jordi, Farah, Epin, Wanda, Galih, Taofiq) yang telah
memberikan semangat, berdiskusi disetiap moment;
11. Seluruh pihak yang telah membantu penyusunan Laporan Praktikum Institusi
ini yang tidak dapat praktikan sebutkan satu persatu.
Demikian Laporan Praktikum Institusi ini praktikan susun, praktikan
berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan praktikan pada khususnya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
2.2.3 Tinjauan Tentang Pekerjaan Sosial ................................................. 27
BAB III ................................................................................................................. 35
DESKRIPSI INSTITUSI DAN PENANGANAN KASUS .................................. 35
3.1 Gambaran Umum institusi...................................................................... 35
3.1.1 Profil Lembaga ................................................................................ 35
3.1.2 Prosedur Pelayanan ......................................................................... 40
3.1.3 Pendanaan ....................................................................................... 41
3.1.4 Program Pelayanan.......................................................................... 42
3.1.5 Sarana dan Prasarana....................................................................... 43
3.1.6 Jaringan Kerja ................................................................................. 44
3.2 Penanganan Kasus .................................................................................. 45
3.2.1 Tahap Intake, Engagement and Contract ........................................ 45
3.2.2 Tahap Pengumpulan Data dan Asesmen ......................................... 45
3.2.3 Tahap Rencana Intervensi ............................................................... 55
3.2.4 Tahap Pelaksanaan Intervensi ......................................................... 61
3.2.5 Tahap Evaluasi ................................................................................ 70
3.2.6 Tahap Terminasi dan Rujukan ........................................................ 71
BAB IV ................................................................................................................. 73
SIMPULAN DAN REKOMENDASI .................................................................. 73
4.1 Simpulan ................................................................................................. 73
4.2 Rekomendasi .......................................................................................... 74
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 75
LAMPIRAN .......................................................................................................... 77
v
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Daftar Sumber Daya Manusia .......................................................................... 39
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
viii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Program studi pekerjaan sosial menjadi salah satu program studi yang
melaksanakan praktikum berbasis intitusi ini. Pelaksanaan praktikum berbasis
institusi ini dilaksanakan di berbagai lembaga-lembaga pelayanan sosial.
Lembaga pelayanan sosial tersebut terbagi dalam berbagai bidang pelayanan atau
kajian. Mahasiswa diwajibkan memilih salah satu bidang kajian yang pernah
dipelajari selama dikelas dan disesuaikan dengan lembaga tempat mahasiswa
praktikum. Pelaksanaan praktikum berbasis institusi ini dilaksanakan dengan
menerapkan teknik-teknik dan metode-metode pertolongan pekerjaan sosial
terhadap klien yang nantinya ditemukan didalam lembaga. Praktikan akan
menerapakan tahapan pelayanan yang telah dipelajari meulai dari Intake and
Engagement hingga Terminasi.
Praktikum berbasis nstitusi ini dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis
Daerah (UPTD) di Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR)
Yogyakarta beralamatkan di Jl. Merapi, Beran, Kelurahan Tridadi, Kecamatan
Sleman, Kabupaten Sleman, Provinsi D.I Yogyakarta. BPRSR Yogyakarta ini
merupakan UPTD dari Dinas Sosial Provinsi D.I Yogyakarta. Balai Perlindungan
dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Yogyakarta memberikan pelayanan
proses rehabilitasi terhadap Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH) dan Remaja
Bermasalah Sosial (RBS) yang berusia 12-18 tahun dan berasal dari
Kabupaten/Kota yang masih dalam lingkup provinsi D.I Yogyakarta.
Kehidupan sosial remaja sangat bergantung dari keadaan lingkungannya.
Apabila keadaan lingkungannya baik dan mendukung remaja untuk berkembang
dengan baik maka remaja juga akan tumbuh dewasa dan menjadi orang yang baik.
Begitu pula sebaliknya, apabila remaja tinggal di lingkungan kurang baik maka
remaja juga akan tumbuh menjadi orang seperti yang ada di lingkungan tersebut.
Peran orang tua dan keluarga dapat menjadi tumpuan utama dari perkembangan
remaja. Masa remaja adalah masa yang sangat rentan. Mereka cenderung suka dan
1
2
ingin mencoba hal-hal baru dari yang mereka lihat atau mereka dengar. Mereka
tidak perduli apakah itu baik atau tidak untuk kehidupan selanjut-nya.
Masalah yang dihadapi remaja seperti masalah hukum yakni kenakalan
remaja, mencuri, tawuran, dan sebagainya. Masalah sosial yang di alami remaja
seperti masalah dengan teman sebaya, keluarga, lingkungan dan sebagainya.
Akhirnya remaja tersebut tidak bisa beradaptasi dengan baik di lingkungan di
mana ia tinggal, serta masalah-masalah lain. Hal ini tidak berbeda dengan per-
masalahan yang dihadapi oleh remaja yang berada di Yogyakarta. Yogyakarta
menjadi barometer keamanan di Indonesia justru marak terhadap aksi kejahatan
dengan pelaku remaja.
Hal ini sejalan dengan yang saya kutip dari laman jogja.tribunnews.com 01
Juni 2022. Menurut pihak Balai Pemasyarakatan (Bapas) Kanwil Kemenkumham
wilayah D.I Yogyakarta telah dimintai pendampingan sekitar 170 anak
berhadapan dengan hukum (ABH), dari total angka yang disebut 70 diantaranya
selesai di persidangan formal dan sisanya menjalani diversi. Lanjutnya pihak
Bapas mengklaim keterlibatan anak dengan tindak pidana kriminal di wilayah
hukum D.I Yogyakarta cenderung meningkat sejak awal tahun 2022.
Penyebab permsalahan sosial remaja dipengaruhi berbagai banyak faktor
seperti yang sudah disebutkan diatas, akibatnya banyak anak usia remaja harus
berhadapan dengan hukum karena telah melakukan tindakan kriminal yang
melanggar hukum. Salah satu faktor yang menjadi penyebab perilaku remaja yaitu
faktor personal atau faktor yang ada dalam diri individu remaja tersebut seperti
pemahaman konsep diri yang salah, Hal ini juga merupakan akibat dari faktor
eksternal seperti lingkungan yang memberikan pengaruh buruk terhadap remaja
itu sendiri.
Banyak perilaku remaja yang menyimpang hingga kemudian sampai harus
berhadapan dengan hukum, pemahaman konsep diri yang kurang tepat menjadi
salah satu faktor dari perilaku remaja yang menyimpang ini. Contohnya perilaku
tawuran antar geng atau tindakan kekerasan jalanan, beberapa pengakuan dari
remaja yang terlibat mereka bergabung dengan geng dan melakukan kekerasan
jalanan karena ingin mendapat pengakuan dan eksistensi dari teman sebayanya,
3
hal ini merupakan suatu bentuk pemahaman konsep diri yang salah yang di
sebabkan karena kurangnya rasa kepercayaan diri pada seseorang, selain itu juga
tindakan perilaku remaja yang menyimpang ini merupakan bentuk disorientasi
pada remaja. Misalnya, remaja yang memiliki permasalahan di keluarga,
mempunyai beban di sekolah, mendapat stigma buruk di lingkungan dan
komunitas, memiliki ruang ekspresi terbatas, dan lainnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui
bahwa intervensi terhdapa remaja yang memiliki masalah kurangnya pemahaman
tentang konsep diri yang positif. Pengetahuan tentang pemahaman konsep diri
yang positif akan membantu individu untuk menjalankan peran-peran sosialnya
Maka dari itu, judul dari laporan ini adalah “Upayan peningkatan pemahaman
Konsep diri yang positif pada Klien “J” Dalam menjalani proses rehabilitasi sosial
di BPRSR Dinas Sosial D.I Yogyakarta”.
1.3.1 Tujuan
Tujuan pelaksanaan praktikum berbasis institusi ini adalah :
1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman mahasiswa tentang pelayanan
yang dilaksanakan oleh Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja
(BPRSR) Dinas Sosial D.I Yogyakarta.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami masalah yang
dialami klien yang menjalani proses rehabilitasi di Balai Perlindungan dan
Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Dinas Sosial D.I Yogyakarta.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan mahasiswa dalam menggali
serta memanfaatkan potensi dan sumber yang dimiliki klien maupun
lingkungan sosialnya yang dapat dimanfaatkan dalam penanganan masalah
klien .
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam menggunakan metode dan
teknologi pekerja sosial mikro dan messo dalam menangani masalah klien
dengan cara mengaplikasikan berbagai pengetahuan, keterampilan-
keterampilan, nilai- nilai dan kode etik pekerjaan sosial mikro dan messo
dalam bentuk:
a. Melakukan engagement, kontak dan kontrak
b. Melakukan assessment
c. Menyusun rencana intervensi
d. Melaksanakan intervensi
e. Melakukan evaluasi, terminasi dan rujukan
f. Mengembangkan sikap profesional dalam praktik pekerjaan sosial.
1.3.2 Manfaat
Praktikum berbasis intitusi ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa
a. Memahami bidang pelayanan pada setting koreksional di Balai
Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Dinas sosial D.I
Yogyakarta.
5
8
9
2. Keadilan
Setiap penyelesaian perkara anak harus mencerminkan rasa keadilan bagi
anak.
3. Nondiskriminasi
Tidak adanya perlakuan yang berbeda didasarkan pada suku, agama, ras,
golongan, jenis kelamin, etnik, budaya dan bahasa, status hukum anak,
urutan kelahiran anak, serta kondisi fisik dan/atau mental.
4. Kepentingan terbaik bagi anak
Segala pengambilan keputusan harus selalu mempertimbangkan
kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak.
5. Penghargaan terhadap pendapat anak
Penghormatan atas hak anak untuk berpartisipasi dan menyatakan
pendapatnya dalam pengambilan keputusan, terutama jika menyangkut hal
yang memengaruhi kehidupan anak.
6. Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang anak
Hak asasi yang paling mendasar bagi anak yang dilindungi oleh negara,
pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua.
7. Pembinaan dan pembimbingan anak
Kegiatan untuk meningkatan kualitas, ketakwaan kepada Tuhan Yang
Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan ketcrampilan,
profsional, serta kesehalan jasmani dan rohani anak baik di dalam maupun
di luar proses peradilan pidana. Yang dimaksud dengan pembimbingan
adalah pemberian tuntunan untuk meningkatkan kualitas ketakwaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan
keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani dan rohani klien
pemasyarakatan.
8. Proporsional
Segala perlakuan terhadap anak harus memperhatikan batas keperluan,
umur, dan kondisi anak.
9. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir
13
bahwa remaja adalah suatu usia di mana individu menjadi terintegrasi ke dalam
masyarakat dewasa serta berada pada fase perkembangan yang sangat potensial,
baik dilihat dari aspek kognitif, emosi maupun fisik.
positif atau negatif, senang atau tidak senang,bangga atau tidak banggadengan
dirinya.
Menurut Brooks (dalam Putra 2017: 7) konsep diri merupakan pandangan
dan perasaan individu tentang dirinya sendiri. Bagaimana individu melihat dirinya
sebagai pribadi yang orang lain harapkan. Riswandi (dalam Widiarti 2017: 137)
mengemukakan konsep diri yaitu pemahaman mengenai diri sendiri yang timbul
karena interaksi dengan orang lain. Konsep diri merupakan faktor yang
menentukan determinan dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Pendapat lain dikemukakanoleh Vaughan dan Hogg (dalam Sarwono dan
Meinarno 2015: 54) konsep diri yaitu skema diri, pengetahuan tentang diri, yang
memengaruhi cara seseorang mengolah informasi dan mengambil tindakan.
Konsep diri dipengaruhi oleh pengalaman dan lingkungan sosial, dimana individu
tinggal. Menurut Situmorang (dalam Lintang 2016: 456) konsep diri yaitu
gambaran secara menyeluruh tentang diri individu yang bersangkutan, dari konsep
diri ini akan menentukan bagaimana individu tersebut berperilaku dan merespon
lingkungannya.
Berdasarkan uraian tersebut menjelaskan bahwa konsep diri adalah
gambaran bagaimana diri diamati, dipersepsi dan dialami oleh individu, kemudian
akan menentukan bagaimana individu tersebut berperilaku dan merespon
lingkungannya.
2. Aspek sosial
Merupakan bagaimana peranan sosial yang dimainkan oleh seseorang dan
sejauh mana penilaian terhadap kerjanya. Contohnya orang tua, teman,
lingkungan sekolah.
3. Aspek moral
Merupakan nilai-nilai etika dan prinsip-prinsip yang memberi arti dan arah
bagi kehidupan seseorang.
4. Aspek psikis
Merupakan pikiran, perasaan, dan sikap individu terhadap dirinya sendiri.
Menurut Brooks dan Emmart (dalam Hidayat dan Bashori 2016: 40)
karakteristik individu yang memiliki konsep diri positif, yaitu:
1. Merasa mampu mengatasi masalah.
Memiliki pemahaman diri yang baik terhadap kemampuan subyektif untuk
mengatasi persoalan-persoalan objektif yang dihadapi.
2. Merasa setara dengan orang lain.
Memahami bahwa manusia tidak dilahirkan dengan pengetahuan dan
kekayaan. Pengetahuan dan kekayaan didapatkan dari proses belajar dan
bekerja. Pemahaman tersebut menyebabkan individu tidak merasa superior
atau inferior di hadapan orang lain.
3. Menerima pujian tanpa rasa malu.
Memahami penghargaan dan pujian yang layak diberikan terhadap individu
berdasarkan hasil kerja dari individu tersebut.
4. Merasa mampu memperbaiki diri.
Memiliki kemampuan untuk melakukan proses refleksi diri untuk
memperbaiki perilaku yang dianggapnya kurang.
Karakteristik individu yang memiliki konsep diri negatif, yaitu:
1. Peka terhadap kritik.
Kurangnya kemampuan untuk menerima kritik dari orang lain sebagau
proses releksi diri. Kritik dari orang lain sering kali dianggap sebagai upaya
untuk menjatuhkan harga diri.
2. Responsif terhadap pujian.
22
2. Penerimaan diri
Individu yang menerima baik kelebihan maupun kekurangannya akan dapat
memperkirakan kemampuan yang dimilikinya, serta yakin terhadap
ukurannya sendiri tanpa terpengaruh dengan pendapat orang lain dan
mampu menerima keterbatasannya tanpa harus menyalahkan orang lain.
3. Penghargaan diri
Rasa menghargai diri sendiri tumbuh dan berasal dari penilaian pribadi yang
kemudian menghasilkan suatu proses pemikiran, perasaan, keinginan, nilai,
dan tujuannya yang membawa ke arah keberhasilan atau kegagalan.
Individu yang menghargai dirinya dan berpikir positif tentang dirinya
maupun bidang yang telah digelutinya akan mendorong individu dalam
mencapai suatu kesuksesan.
Berdasarkan pendapat beberapa tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa
ada beberapa aspek yang konsep diri yaitu aspek fisik, aspek sosial, aspek moral,
dan aspek psikis. Aspek fisik yang dimaksud merupakan penilaian seseorang
terhadap segala sesuatu yang dimilikinya. Aspek sosial merupakan bagaimana
peranan sosial yang dimainkan oleh seseorang dan sejauhmana penilaian terhadap
kerjanya. Aspek moral adalah prinsip yang memberi arti dan arah bagi kehidupan.
Dan aspek psikis merupakan pikiran, perasaan, dan sikap individu terhadap
dirinyasendiri. Peneliti memilih aspek tersebut karena bagi peneliti aspek tersebut
sesuai dengan apa yang peneliti harapkan untuk menyelesaikan penelitian ini.
dan dihargai, dan semua itu akibat kekurangan yang ada padanya sehingga
orang tua tidak sayang.
2. Kegagalan
Kegagalan yang terus menerus dialami seringkali menimbulkan pertanyaan
kepada diri sendiri dan berakhir dengan kesimpulan bahwa semua
penyebabnya terletak pada kelemahan diri. Kegagalan membuat orang
merasa dirinya tidak berguna.
3. Depresi
Orang yang sedang mengalami depresi akan mempunyai pemikiran yang
cenderung negatif dalam memandang dan merespons segala sesuatunya,
termasuk menilai diri sendiri. Segala situasi atau stimulus yang netral akan
dipersepsi secara negatif. Orang yang depresi sulit melihat apakah dirinya
mampu service menjalani kehidupan selanjutnya. Orang yang depresi akan
menjadi supersensitif dan cenderung mudah tersinggung “termakan” ucapan
orang.
4. Kritik internal
Kritik terhadap diri sendiri sering berfungsi menjadi regulator atau rambu-
rambu dalam bertindak dan berperilaku agar keberadaan individu diterima
oleh masyarakat dan dapat beradaptasi dengan baik.
Pudjijogyanti (dalam Nurhaini 2018: 216) mengemukakan ada beberapa
faktor yang memengaruhi konsep diri, yaitu :
1. Citra fisik
Citra fisik seseorang akan terbentuk melalui refleksi dan tanggapan dari
orang lain mengenai keadaan fisiknya.
2. Jenis Kelamin
Merupakan penentu untuk menetapkan seseorang digolongkan sebagai laki-
laki atau perempuan berdasarkan fakta-fakta biologisnya.
3. Perilaku orang lain
Lingkungan pertama yang akan menanggapi perilaku seseorang adalah
lingkungan keluarga, sehingga dapat dikatakan bahwa keluarga merupakan
dasar dari pembentukan konsep diri seseorang.
26
4. Faktor sosial
Konsep diri terbentuk karena adanya interaksi seseorang dengan orang-
orang disekitarnya.
Pendapat lain dikemukakan oleh Argyke (dalam Nurhaini 2018: 216) bahwa
terbentuknya konsep diri dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain :
1. Reaksi dari orang lain
Caranya dengan mengamati pencerminan perilaku seseorang terhadap
respon orang lain, dapat dipengaruhi dari diri orang itu sendiri.
2. Perbandingan dengan orang lain
Konsep diri seseorang sangat tergantung pada cara orang tersebut
membandingkan dirinya dengan orang lain.
3. Peranan seseorang
Setiap orang pasti memiliki citra dirinya masing-masing, sebab dari situlah
orang tersebut memainkan peranannya.
4. Identifikasi terhadap orang lain
Pada dasarnya seseorang selalu ingin memiliki beberapa sifat dari orang
yang dikaguminya.
Menurut Herawati (2017: 70) faktor yang memengaruhi konsep diri yaitu:
1. Jenis Kelamin
Masyarakat memegang penaran penting dalam menentukan bagaimana
seorang pria maupun wanita berperasaan dan bertindak.
2. Harapan-harapan
Stereotipe sosial mempunyai peranan penting dalam menentukan harapan
apa yang dimiliki oleh individu terhadap diri sendiri, dimana harapan
terhadap diri sendiri merupakan cerminan dan harapan orang lain terhadap
dirinya.
3. Suku bangsa
Dalam masyarakat yang heterogen terdapat beberapa kelompok masyarakat.
Kelompok masyarakan ada yang dianggap sebagai minoritas dan ada yang
merasa sebagai mayoritas. Apabila kelompok minoritas tidak menunjukkan
27
f) Positive Reinforcement
Merupakan salah satu teknik dalam pembentukan tingkah laku
individu dari teori konseling behavioral. Penguatan positif merupakan
pembentukan suatu pola tingkah laku dengan memberikan penguatan
segera setelah tingkah laku yang diharapkan muncul.
g) Advice giving
Teknik ini berhubungan dengan upaya memberikan pendapat
yang didasarkan pada pengalaman pribadi atau hasil pengamatan
pekerja sosial dan upaya meningkatkan suatu gagasan yang didasarkan
pada pendapat-pendapat atau digambarkan dari pengetahuan
professional. Keberhasilan teknik ini ditentukan oleh kemampuan klien
mempergunakannya dan kemampuan pekerja sosial membuat
assessment yang valid.
h) Konseling
Konseling adalah inti dari praktek sosial casework. Pelayanan
konseling diberikan untuk terapi masalah-masalah emosional dan
interpersonal individu dan keluarga. Terdapat tiga tahap dalam
konseling, yaitu: tahap membangun relasi, tahap mengeksplorasi
masalah secara mendalam, dan tahap mengeksplorasi alternatif-
alternatif solusinya.
i) Token Ekonomi
Merupakan sebuah sistem reinforcement untuk perilaku yang
dikelola dan diubah, seseorang mesti dihadiahi atau diberikan
penguatan untuk meningkatkan atau mengurangi perilaku yang
diinginkan. Selanjutnya ekonomi token digunakan dalam pengubahan
perilaku di setting institusional.
keberfungsian sosial dan untuk mencapai tujuan sosial yang diharapkan. Metode
ini digunakan untuk mengurangi atau memperkecil hambatan yang ada dalam
melakukan interaksi sosial atau mencapai tujuan sosial yang diharapkan. Adapun
teknik yang digunakan praktikan yaitu Recreational Skill Group, Tujuan dari
kelompok ini adalah untuk meningkatkan seperangkat keterampilan sekaligus
memberikan kesenangan. Dalam kelompok keahlian rekseasi pada umumnya
terdapat seorang penasihat, pelatih, atau instruktur serta lebih banyak beorientasi
pada aturan permainan, contoh yatu melukis.
35
36
sesuai dengan Peraturan Gubernur DIY Nomor 100 Tahun 2015 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata
Kerja Unit Pelaksaan Teknis pada Dinas Sosial. BPRSR Dinas Sosial DIY
yang mempunyai tugas sebagai pelaksanaan teknis dalam pelayanan
perlindungan, rehabilitasi, advokasi sosial, reunifikasi dan rujukan bagi
remaja bermasalah sosial dan anak berhadapan dengan hukum (ABH).
12. Pada tahun 2017 Pergub No. 100 Tahun 2015 diganti dengan Pergub No.
55 Tahun 2016 tentang perubahan Pergub No. 100 Tahun 2015 tentang
Pembentukan, Susunan Organisasi, Uraian Tugas dan Fungsi serta Tata
Kerja Unit Pelaksaan Teknis pada Dinas Sosial; Keputusan Menteri Sosial
No. 44/HUK/2015 diganti dengan keputusan Menteri Sosial
No.85/HUK/2017 Tentang Lembaga Penyelenggaraan Kesejahteraan
Sosial sebagai pelaksana rehabilitasi sosial terhadap anak yang berhadapan
dengan hukum. Sedangkan Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA)
diserahkan penanganannya kepada Balai Rehabilitasi Sosial dan
Pengasuhan Anak (BRSPA) Yogyakarta.
13. Pada tahun 2019 Pergub No. 55 diganti dengan Pergub No. 90 Tahun 2018
tentang pembentukan, susunan organisasi, tugas, fungsi dan tata kerja unit
pelaksana teknis pada Dinas Sosial.
C. Tujuan
1. Mewujudkan pelayanan perlindungan dan rehabilitasi sosial anak dan
remaja bermasalah sosial agar trampil, mandiri, berkualitas dan
bertanggungjawab melalui bimbingan fisik, mental, sosial, rehabilitasi
sosial serta bimbingan keterampilan.
2. Menjadikan BPRSR Dinas Sosial DIY sebagai pusat informasi dalam
pelayanan perlindungan dan rehabilitasi sosial remaja bermasalah sosial
dan anak berhadapan dengan hukum
D. Sasaran
1. Anak Berhadapan dengan Hukum
a) Titipan Aparat Penegak Hukum (APH) atau penetapan hasil diversi
dan putusan pengadilan
b) Anak berasal dari DIY dan/ atau tempat kejadian perkara di DIY
2. Remaja Bermasalah Sosial
a) Remaja yang pernah terlibat dalam pelanggaran norma hukum,
norma sosial, dan norma agama tetapi tidak di proses secara hukum
b) Remaja bermasalah dengan keluarga
c) Remaja yang terlibat dengan geng-geng/ komunitas negatif
E. Sturktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Gubernur No. 16 Tahun 2020, Susunan Organisasi
BPRSR Dinas Sosial DIY, terdiri atas:
1. Kepala Balai;
2. Subbagian Tata Usaha;
3. Seksi Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial; dan
4. Jabatan Fungsional
39
Tabel 3.1 Daftar Sumber Daya Manusia BPRSR Dinas Sosial D.I
Yogyakarta per Agustus 2022
ASN
Jumlah
Jabatan
(orang)
Struktural 3
Fungsional Pekerja Sosial 4
Fungsional Umum 14
Non ASN
Pramu Sosial 14
Juru Masak 4
Tenaga Keamanan 12
Tenaga Kebersihan 8
Driver 1
Jumlah 39
40
B. Proses Pelayanan
1. Pendekatan awal/ Intake Proses
2. Penerimaan (registrasi, pengasramaan)
3. Assesment,
4. Rencana Intervensi (rencana pelayanan).
5. Intervensi (Pelaksanaan pelayanan).
6. Reunifikasi/ Resosialisasi
7. Reintegrasi
8. Terminasi
9. Pembinaan lanjut.
C. Alur Pelayanan
3.1.3 Pendanaan
Semua pelayanan yang diselnggarakan oleh Balai Perlindungan dan
Rehabilitasi Sosial Remaja (BPRSR) Dinas Sosial D.I Yogyakarta bersumber dari
pendanaan Pemerintah Melalui APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah)
42
yang dikelolah oleh DIPA. DIPA adalah dokumen pelaksanaan anggaran yang
telah disusun oleh pengguna anggaran/kuasa. Penggunaan Anggaran (PA) adalah
pejabat pemmegang kewenangan penggunaan anggaran Kementrian
Negara/Lembaga.
Napoleon Hills
Proses :
Setelah melakukan kontrak pelayanan dengan klien, proses selanjutnya
adalah melakukan asesmen terhadap permasalahan yang dihadapi klien. Pada
tahap asesemen ini praktikan melakukan 2 kali pertemuan, pada pertemuan
pertama praktikan melakukan asesmen awal yang bertujuan untuk mengetahui
informasi terkait situasi dan kondisi lingkungan sosial klien “J” dalam mengikuti
kegiatan rehabilitasi di BPRSR Dinas Sosial D.I Yogyakarta, dengan memberikan
pertanyaan-pertanyaan terkait kegiatan keseharian klien “J” dalam mengikuti
proses rehabilitasi di BPRSR Dinas Sosial D.I Yogyakarta.
Dalam pertemuan selanjutnya praktikan melakukan asesmen lanjutan yang
bertujuan untuk menggali informasi yang lebih mendalam terkait dengan situasi
kondisi dan lingkungan sosial klien “J” sebelum mengikuti proses rehabilitasi di
BPRS, adapun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait dengan kehidupan
keseharian klien, kemudian pertanyaan tentang hubungan dan interaksi sosial
klien “J” dengan keluargnya dan lingkungan sosialnya, serta latar belakang kasus
klien “J” yang membuatnya sampai masuk ke BPRSR Dinas Sosial D.I
Yogtakarta.
Selanjutnya Praktikan melakukan observasi terhadap klien “J” dalam
mengikuti kegiatan-kegiatan di BPRSR Dinas Sosial D.I Yogyakarta, selain itu
praktikan juga menggali informasi tentang klien “J” ke beberapa pihak seperti
melakukan wawancara kepada teman klien “J” dan juga melakukan wawancara
dengan Pramsos (Pramu Sosial) yang tugas setiap harinya menjadi pendamping
dan pengawas para penerima layanan rehabilitasi sosial dalam melakukan
kegiatan-kegiatan rehabilitasi di BPRSR Dinas Sosial D.I Yogyakarta. Selain itu
juga praktikan melakukan penggalian informasi dengan melakukan wawanacara
dengan Pekerja Sosial yang menangani klien “J” selama mengikuti proses
rehabilitasi di BPRSR Dinas Sosial D.I Yogyakarta.
47
Hasil asesmen :
A. Identitas Klien
Nama :J
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tempat Lahir : Yogyakarta
Tanggal Lahir : 31 Mei 2006
Agama : Islam
Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Status dalam keluarga : Anak Kandung
Alamat : Tukangan Danurejan 2
Tindak Pidana : Membawa dan Memiliki Senjata Tajam
Lama Hukuman : 8 Bulan Rehabiltasi di BPRSR
B. Identitas Keluarga
Tabel 3.2 Identitas Keluarga Klien “J”
No Nama L/P Usia Relasi Pendidikan Pekerjaan
Tidak
1 S L 50 Ayah SLTP
Bekerja
Bekerja di
2 G P 47 Ibu SLTA
laundry
3 J L 16 Klien SMP -
Berdasarkan penjelasan tabel diatas klien “J” merupakan anak tunggal dari
pasangan bapak S dan Ibu G. Sebelum masuk ke BPRSR klien “J” tinggal
bersama bapak dan ibunya, bapak klien “J” bekerja sebagai tukang ojek
pangkalan, sedangan Ibu klien “J” bekerja menjadi buruh di tempat laundry. Pada
tahun 2020 sebeleum klien “J” masuk ke BPRSR, bapak klien “J” sempat
mengalami kecelakaan yang berdampak pada kesehatan fisiknya dalam bekerja.
Berdasarkan hasil wawancara dengan klien “J” juga hubungan klien “J”
dengan kedua orang tuanya terjalin dengan baik. Meskipun hubungan terjalin
48
dengan baik, namun karena kedua orangtuanya sibuk bekerja sehingga aktivitas
keseharian klien “J” lepas dari dari pengawasan orangtuanya.
Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
: Klien
: Meninggal
: Cerai
Berdasarkan gambar social Life road map atau perjalan hidup klien sebagai
alat asesmen untuk mengetahui perjalanan hidup klien dimasa lalu, dengan
menggunkana tools asesemen ini praktikan dapat mengetahui tentang perjalanan
hidup klien “J” dimasa lalu, di mana pada garis gelombang bagian atas
menjelaskan tentang hal-hal yang baik atau yang disenangi, sedangkan bagian
bawah menjelaskan tentang hal-hal yang kurang disenangi. Klien “J” lahir di
Yogyakarta, 31 Mei 2006 dari pasangan bapak G dengan ibu S. Klien “J” lahir
dengan kondisi normal tanpa kecacatan. Klien “J” masuk Sekolah Dasar (SD)
pada tahun 2013 dan sewaktu duduk dibangku kelas 4 SD Klien “J” mengalami
perundungan yang dilakukan oleh teman temannya hal ini berdampak pada
kondisi mental klien “J” dan membuatnya menjadi kurang percaya diri.
Kemudian pada tahun 2019 masuk dibangku Sekolah Menengah Pertama
(SMP 15 Yogyakarta) dan disanalah klien”J” bertemu dengan teman temannya
yang juga menjadi teman satu gengnya (geng MOLAST). menurut hasil
wawancara dengan klien “J” , dia ikut masuk geng itu karena ingin mencari nama
dan ingin diakui oleh teman temannya, namun menurut hasil wawancara dengan
peksos, sebenarnya klien “J” di dalam geng itupun dianggap anak bawang karena
lebih sering menjadi pesuruh, namun klien “J” tetap ingin menjadi anggota geng
karena ingin diakui dan mencari jati diri.
Pada Tahun 2019 Ayah dari klien”J” mengalami kecelakaan saat bekerja
sebagai tukang ojek, hal ini membuat ayahnya tidak bekerja lagi dan berdampak
pada kondisi ekonomi dan kepengasuhan klien ”J”, pada tahun 2022 klien “J”
lulus dari bangku sekolah menengah pertama (SMP), dan menunda untuk
melanjutkan sekolah ditingkat selanjutnya. Setelah lulus hubungan klien “J”
dengan teman teman gengnya pun masih terjalin dengan baik, dan pada tahun
yang sama klien “J” dan teman temannya melakukan tawuran dengan geng lain
yang membuat teman klien “J” terbacok dan mengalami luka luka, atas dasar
simpati kejadian itu membuat hubungan klien “J” dengan teman teman anggota
gengnya semakin erat, klien “J” dan teman teman geng juga sempat berlibur
bersama di pantai untuk mempererat hubungan antar anggota geng.
50
Kemudian bulan februari tahun 2022 klien “J” dan anggota gengnya
ditantang tawuran dengan geng lain, saat dirumah klien “J” di jemput oleh
temannya dan bersiap untuk tawuran antar geng sebelumnya klien “J” sudah
menyiapkan senjata tajam berupa clurit. Klien “J” berangkat tawruan bersama 5
temammnya masing masing berboncengan dengan 3 motor, saat tawuran klien “J”
ditangkap dan sempat dihajar oleh warga sempat tersebar videonya dan viral di
media sosial dan kemudian dibawa ke kantor polisi dan diadili dengan sistem
peradilan pidan anak, klien “J” dijerat Pasal UU Darurat No. 12 Tahun 1951
tentang kepemilikan tajam dan kemudian klien “J” divonis 8 bulan rehabilitasi
Balai Perlindungan dan Rehabilitasi Sosial Remaja.
Riwayat penyakit yang saat ini diderita adalah step yang dialami saat usia
balita dan sempat mendapat perawatan dirumah sakit.
2. Keberfungsian Psikologis
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap klien “J”
bahwasanya klien “J” bukanlah tipe orang dengan sikap yang tempramen dan
banyak berbicara. Sikap “J” Ketika awal pertemuan cenderung menunjukan
sikap yang sopan namun sedikit menutup diri, dilihat dari cara berbicara klien
“J” cukup lancar, dari hasil wawancara dengan peksos dan psikolog yang
menangani klien “J” menyebutkan bahwa klien “J” adalah pribadi yang
kurang percaya diri hal ini disebabkan dari dampak perundungan yang
dialami oleh klien “J” saat awal masuk ke BPRSR. Disisi lain hasil dari
wawancara dengan klien “J” mengakui bahwa dirinya ingin diakui
keberadaannya hal ini disampaikan saat praktikan menanyakan alasan ikut
melakukan tawuran bersama gengnya karena ingin mencari nama
(penghargaan dari teman sebaya). Di dalam lingkungan BPRSR klien “J”
lebih dekat dengan senior walaupun di dalam circlenya dia mempunyai peran
yang minim, selain pernah menjadi korban perundungan klien “J” juga
pernah menjadi pelaku perundungan jika menemukan teman atau orang yang
lebih lemah dari dia, hal ini mencerminkan bahwa klien “J” mempunyai
konsep diri yang keliru karena klien “J” ingin diakui keberadaannya namun
dengan cara yang salah.
3. Keberfungsian Sosial
52
F. Dampak Masalah
1. Klien jadi merasa kurang percaya diri
2. Klien jadi memiliki konsep diri yang negatif
3. Klien jadi merasa mempunyai citra diri yang rendah
4. Klien sulit mengungkapkan perasaannya
5. Klien tidak bisa memahami dan mengembangkan potensi diri
G. Gejala Masalah
1. Klien melanggar aturan-aturan di balai karena merasa tidak adil terkait
putusan vonis yang diterimanya
2. Klien sering membantah saat diingatkan oleh pramu sosial
3. Klien berbuat jahil ke teman-temannya untuk mencari perhatian
4. Klien sering dimanfaatkan oleh teman-temannya untuk melakukan
pelanggaran
5. Klien kurang memahami potensi diri yang ia miliki
H. Fokus Permsalahan
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan, serta faktor
penyebab terjadinya masalah, dampak yang ditimbulkan, dan gejala masalah
yang muncul, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai fokus masalah yang
dialami oleh klien “J” adalah “Kurangnya pemahaman tentang konsep diri
yang positif ”.
2. Sumber
a) Sumber informal, yaitu pihak keluarga klien “J” dan Teman dekat
klien “J” di BPRSR.
b) Sumber formal, yaitu pekerja sosial, psikolog, pramu sosial,
intstruktur ketrampilan dan para petugas yang ada di BPRSR
J. Kebutuhan
Berdasarkan gejala-gejala masalah yang telah diuraikan diatas, maka
rumusan kebutuhan klien “J” adalah :
a. Klien “J” membutuhkan pemberian pemahaman tentang konsep diri yang
positif.
b. Klien “J” membutuhkan informasi tentang kegiatan-kegiatan yang positif
untuk menyalurkan potensi diri
c. Klien “J” membutuhkan pendampingan dan konsultasi untuk mewujudkan
keinginan klien “J” untuk melanjutkan sekolah lagi setelah selesai
menajalani masa rehabilitasi
55
A. Nama Program
Upaya meningkatkan konsep diri positif pada Klien “J” dalam menjalani
proses rehabilitasi sosial di BPRSR Dinas Sosial D.I Yogyakarta.
57
B. Tujuan Program
Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan pemahaman konsep diri
positif pada klien “J” dalam menjalani proses rehabilitasi sosial di BPRSR Dinas
Sosial D.I Yogyakarta.
C. Indikator Keberhasilan
Pelaksanaan intervensi dinilai berhasil diterapkan apabila memenuhi
indikator berikut :
1) Klien mampu memahami tentang penerimaan diri dan harga diri
2) Klien mampu menghargai orang lain
3) Klien mampu memahami potensi diri dan mampu menyalurkan pada
kegiatan yang positif
sosial dari Klien “J” mengenai program intervensi yang akan dilakukan dalam
pemecahan masalah klien dan teman sesama PPKS di BPRSR Dinas Sosial DIY.
Selanjutnya praktikan memberikan penjelasan terhadap klien “J” mengenai
program intervensi dan melakukan kontrak. Program intervensi yang memerlukan
dukungan materi penjelasan,alat dan media, seluruh hal-hal yang berkaitan dengan
alat bantu juga di persiapakan agar pelaksanaan program intervensi dapat berjalan
efektif dan efisien.
Pelaksanaan intervensi terhadap klien “J” dilaksanakan pada tanggal 19
September 2022 sampai dengan 30 September 2022. Pelaksanakan intervensi
terhadap klien “J”, dilakukan beradasarkan hasil Case Conference yang telah
dilaksanakan 14 September 2022. Berikut merupakan proses pelaksanaan
intervensi yang dilaksanakan terhadap klien “J”.berikut :
A. Konseling Individu
1. Tujuan :
Meningkatkan pemahaman klien untuk mampu menerima dan menghargai
dirinya sendiri
2. Waktu :
21, 23, dan 26 September 2022
3. Teknik :
Konseling, Reassurance, Small Talk, Ventilation, Logical Discussion,
Support
4. Pelaksanaan
a) Sesi satu dilaksanakan pada tanggal 21 September 2022
Membangun Relasi (trust building)
Pada tahap ini praktikan menggunakan teknik small talk teknik
reassurance. Pada pertemuan pertama ini praktikan membangun
kepercayaan dengan klien tujuannya untuk menciptakan atmosfer
yang nyaman. Kemudian praktikan memberikan keyakinan kepada
klien bahwa praktikan dapat membantu klien dalam menyelesaikan
permasalahannya. praktikan memberikan jaminan pada klien
bahwasanya permasalahan yang dialaminya akan dapat
63
B. Token ekonomi
1. Tujuan
Membantu klien untuk mampu menghargai orang lain menggunakan
teknik token ekonomi
24– 30 September 2022
2. Waktu
24– 30 September 2022
3. Teknik
Token ekonomi, logical discussion, Support, Positive Reinforcement
4. Pelaksanaan
a) Menentukan token
Dalam tahap ini praktikan menentukan objek yang akan digunkan
sebagai token, disini praktikan memilih menggunakan kertas karton
yang dibentuk seperti koin, pertimbangan pemilihan bahan ini
direkomendasikan oleh peksos pendaping
b) Menentukan perilaku yang akan dirubah
Praktikan dan klien melakukan diskusi untuk menentukan perilaku
yang ingin diperbaiki oleh klien, pada pertemuan konseling
sebelumnya, klien sudah menyampaikan bahwa klien ingin
memperbaiki beberapa sikap perilakunya, diantaranya adaalah :
Tidak melakukan / terlibat pelanggaran aturan di dalam balai
Bersikap sopan kepada petugas
67
A. Evaluasi Proses
Praktikan menemukan beberapa hal dalam pelaksanaan proses intervensi
yang praktikan lakukan selama kurang lebih dua minggu, yaitu:
1. Proses pelaksanaan intervensi yang dilakukan memiliki waktu yang sedikit
sehingga butuh penyesuaian waktu antara praktikan dengan klien. Waktu
yang sedikit ini diakibatkan padatnya jadwal kegiatan klien dibalai sehingga
mengakibatkan sedikitnya waktu kosong dari klien
2. Pada saat pelaksanaan token ekonomi praktikan tidak bisa setiap saat
mengamati perubahan perilaku klien yang diharapkan apalagi saat dimalam
hari, sehingga praktikan melibatkan pramsos dalam pelaksanaan token
ekonomi agar kegiatan berjalan lebih efektif.
3. Pada saat pelaksanaan intervensi, metode dan teknik yang praktikan gunakan
dalam melaksanakan intervensi sudah dilaksanakan dan program kegiatan
juga dapat terlaksana.
B. Evaluasi Hasil
Pada tahapan evaluasi hasil ini dilaksanakan dengan melihat perubahan-
perubahan yang terjadi pada klien “J” setelah praktikan melaksanakan proses
intervensi, klien “J” menunjukan beberapa perkembangan. Setelah praktikan
menerapkan beberapa program dengan metode dan teknik dalam proses
71
B. Rujukan
Sehubungan dengan pemecahan masalah klien “J” yang harus ditindak
lanjuti, maka praktikan melakukan rujukan. Adapun tujuan dilakukan antara lain,
yaitu:
1. Menindak lanjuti token ekonomi yang sudah berjalan terkait perubahan
perilaku klien
2. Menindak lanjuti hasil token ekonomi yang masih berjalan
3. Memberikan gambaran sekolah yang sesuai dengan potensi diri klien untuk
kelanjutan pendidikan klien setelah selesai dari balai
BAB IV
73
74
4.2 Rekomendasi
Berdasarkan hasil observasi praktikan terhadap karakteristik dan
problematik yang dialami oleh klien, terdapat beberapa rekomendasi kepada Pihak
Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung dan Lembaga BPRSR
Dinas Sosial DIY untuk melakukan langkah-langkah lanjutan demi mendukung
perubahan yang telah dicapai oleh klien, antara lain:
1. Pihak Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung
Menimbang kembali waktu pelaksanaan praktikum, karena dengan waktu
selama kurang lebih 40 hari dirasa kurang efektif, sehingga proses
pemberian pertolongan kepada klien dengan menerapkan semua tahapan
praktik pekerjaan sosial masih belum maksimal.
Memfasilitasi sumber-sumber bacaan terkait pelaksanaan praktikum
institusi yang dapat diakses secara daring dikarenakan sulitnya
aksesibilitas terhadap sumber bacaan untuk bisa dijadikan referensi para
praktikan dalam pelaksanaan praktikum.
2. Lembaga BPRSR Dinas Sosial DIY
Pihak Lapas berkenan untuk meneruskan program-program intervensi
yang telah dirujuk oleh praktikan kepada pihak-pihak tertentu dalam
membatu permasalahan klien “J”
Menyediakan wadah bagi ppks terutama klien untuk bisa mengakses dan
menigkatkan potensi yang ada pada dirinya sehingga klien mampu untuk
mengekspresikan dirinya melalui hal-hal yang disenangi.
DAFTAR PUSTAKA
Agustiani, Hendriati. 2006. Psikologi Perkembangan. Bandung: PT. Refika
Aditama.
Ali, Muhammad dan Asrori. 2008. Psikologi Remaja. Jakarta: Bumi Aksara
Favourita, Lina., dkk. 2016. Metode Praktik Pekerjaan Sosial. Bandung: STKS
Press.
Tungga, Yeane EM., dkk. 2013 Terapi Psikososial Suatu Pengantar. Bandung :
STKS Press Bandung
75
76
https://jogja.tribunnews.com/2022/06/01/sejak-awal-2022-170-anak-di-
yogyakarta-harus-berhadapan-hukum
77
78
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
CATATAN PROSES WAWANCARA
26
Agustus P : “selamat siang jo”
2022 J : “siang mas”
P : “bagaimana kabar hari ini ?”
92
J : “baik mas”
P : “kegiatan tadi pagi gimana ? ada
hambatan ngga ?”
J : “lancar mas”
P : “bagus kalo gitu jo” (sambil
mengacungkan jempol)
P : “jadi gini jo, sesuai dengan
kesepakatan kita kemarin siang, bahwa
jovan sudah setuju untuk menjadi
informan saya kan?”
J : “iya mas”
P : “nah, sesuai yang janji saya kemarin
hari ini saya sudah bawakan surat
persetujuan untuk menjadi informan, ini
coba jovan baca dulu” (sambil
menyerahkan inform consent)
J : “oke mas saya baca dulu ya”
P : “oke jo, nanti kalo jovan masih belum
paham nanti saya jelaskan”
J :”oke mas” (sambil melanjutkan
membaca)
J : “oke mas, jadi gimana ini?”
P : “baik saya jelaskan dulu ya jo”
P : “ jadi Maksud dan tujuan pertemuan
kali ini adalah untuk pendandatanganan
kontrak sebagai bentuk tanda sah bahwa
jovan nanti bersedia memberikan segala
informasi, keluh kesah, permasalahan -
permasalahan, atau kendala yang jovan
hadapi selama berada di balai ini.
Apakah jovan bersedia?
93
J : “bersedia mas”
P : “ saya jelaskan lagi yah jo.tadi kan
jovan udah membaca setiap point dari
surat pernyataan tadi kemudian jika
jovan setuju silahkan centang pada
kolom kiri dan sebaliknya jika jovan
tidak setuju dengan point yang tertera
silahkan centang pada
kolom kanan. Silahkan jo”
J : “iyaa mas, tapi masih bingung”
P : “baik jo, kalau gitu saya bacakan
sambil saya jelaskan isinya, nanti tinggal
bilang seumpama jovan setuju atau tidak
setujua dengan isi nanti saya berikan
tanda centang sekalian sesuai dengann
kesediaannya jovan”
J : “siap mas”
P : “oke kita mulai yaa”
Lampiran 11
CATATAN HARIAN PRAKTIKUM INSTITUSI
96
97
98