INTELEKTUAL DAN
MENTAL
KELOMPOK 4 :
Rista Ilma Tiara 19.04.138
Anindita Putri Susanti 19.04.149
Randika Alaydrus 19.04.265
2. Cretinisme/stanted
Penyandang disabilitas intelektual yang mempunyai penampilan tubuh kecil
dan pendek dari ukuran orang-orang seusianya.
3. Microcephali
Penyandang disabilitas intelektual dengan bentuk kepala kecil dari ukuran
orang-orang seusianya.
Berdasarkan Tipologi atau Sudut Pandang
Medis
4. Macrocephali
Penyandang disabilitas intelektual dengan bentuk kepala besar. dari ukuran
orang-orang seusianya.
5. Schapochepali
Penyandang disabilitas intelektual dengan bentuk kepala gepeng.
Karakteristik
1. Gangguan Skizofrenia
Gangguan skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang penyandangnya sering mengalami pemasungan.
Lebih dari 90 persen PDM (Penyandang Disabilitas Mental) yang mengalami gangguan jiwa
skizofrenia ini mengalami pemasungan dalam hidupnya.
2. Fase Stabilisasi
Penyandang disabilitas mental fase stabilitasi ditandai dengan Tidak mampu mengelola gejala
kejiwaannya dengan baik. Rentan terhadap pemicu kekambuhan (stresor), membutuhkan pemantauan
dalam minum obat.
3. Fase Pemeliharaan
Fase pemeliharaan ditandai dengan mulai patuh dalam meminum obat, minim terhadap resiko
kekambuhan atau stresor yang memicu Kekambuhan siap mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial
dengan pemantauan berkala dari psikiatrik dan perawat kesehatan jiwa.
Kebutuhan-Penyandang Disabilitas Mental
Penyandang disabilitas mental memiliki kebutuhan yang sama dengan orang lain, tidak
ada perbedaan dengan orang lain yang tidak mengalami gangguan. Hanya saja
penyandang disabilitas mental memerlukan fasilitas yang lebih khusus untuk
menangani atau dalam hal yang diakibatkan oleh ganguan yang mereka alami. Adapun
rincian kebutuhan khusus penyandang disabilitas mental adalah:
1. Lingkungan yang kondusif yang memberikan rasa aman, nyaman, dan bebas, dari
tekanan, terutama bebas dari stigma yang merendehkan, menghina atau melecehkan.
4. Konsultasi tentang permasalahan yang mereka alami, baik dalam hal masalah pengobatan (medik)
maupun dalam permasalahan kehidupan (psikososial)
5. Pembekalan sosial dan vokasional yang terdiri atas bimbingan keagamaan, seperti terapi Activity
Daily Living (ADL) , terapi keterampilan, bekerja, terapi seni (terapi musik, melukis,dll)
6. Pekerjaan bagi penyandang disabilitas mental yang telah melalui tahap pasca rawat dan melalui
fase akut, dan modal usaha apabila mereka tidak dapat bekerja secara formal selayaknya orang lain.
7. Perlakuan khusus bagi mereka yang mengikuti pendidikan dan/atau sedang bekerja. Seringkali
penyandang disabilitas mental mengalami putus sekolah/kuliah akibat gangguan yang dialaminya.
8. Jaminan kesehatan dari pemerintah untuk masalah kejiwaan yang mereka alami, karena
pengobatan bagi penyandang disabilitas mental memerlukan jangka waktu yang lama.
Kasus Disabilitas Intelektual dan Mental
Padepokan Mbah Marsiyo merupakan padepokan yang menampung kurang
lebih 80 ODGJ tanpa adanya bantuan dari pihak manapun. Seiring
berjalannya waktu, tepatnya pada tahun 2017, bupati Kebumen pada saat
itu Bapak Fuad, meninjau langsung kondisi di padepokan mbah Marsiyo
yang letaknya di Desa Winong Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen.
Melihat kondisi para ODGJ di sana yang tidak mendapatkan pelayanan
maupun perlakuan yang manusiawi, bapak bupati langsung
mengamanahkan dinas sosial Kabupaten Kebumen untuk
menindaklanjutinya hingga dibuatlah rumah singgah Dosaraso yang berada
di bawah naungan dinas sosial langsung.
Solusi dan Peran Pekerjaan Sosial dalam Penanganan
Kasus
• Motivator
Memberikan semangat untuk para PM bahwasannya mereka pasti akan bisa melalui
semua masa-masa sulit yang sedang dihadapi, memberikan semangat bahwasannya
mereka sama seperti orang sakit lainnya yang nantinya pun pasti akan sembuh dan
nantinya mereka akan bisa kembali ke tengah-tengah masyarakat dan juga keluarga.
• Broker
Menghubungkan PM dengan sistem sumber yang dibutuhkan. Contoh, ada PM yang
memiliki keterampilan reparasi alat-alat elektronik, namun ia tidak tahu bagaimana
untuk menyalurkan keterampilannya, nah, pekerja sosial di sini berperan sebagai
broker untuk menghubungkan PM dengan sistem sumber yaitu bisa berupa toko
reparasi agar PM dapat bekerja di sana.
• Fasilitator
Memfasilitasi agar hasil karya PM dapat bernilai jual. Contoh lain seperti memberikan
buku bagi PM di Rumah Singgah Dosaraso yang sebagian besar bisa dikatakan sudah
stabil agar dapat mengalihkan kekosongan aktivitas dengan menulis apa yang
mereka rasakan
KESIMPULAN
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas Pasal 4 ayat 1 yang
dimaksud dengan Penyandang Disabilitas intelektual adalah terganggunya fungsi pikir karena tingkat
kecerdasan di bawah rata-rata, antara lain lambat belajar, disabilitas grahita dan down syndrom.
Disabilitas mental yang merupakan bagian dari gangguan yang dapat diturunkan secara genetik
memerlukan penanganan secara khusus. Layanan dan akses penyembuhan yang terbatas dalam
penanganannya dapat menimbulkan gangguan-gangguan lainnya tergantung pada jenis disabilitas
mentalnya.
Dalam hal ini telah dituliskan menyatakan bahwa masih ada permasalahan-permasalahan yang dialami
baik dalam penanganan maupun oleh penyandang disabilitas mental seperti aksesibilitas, program dan
layanan yang di sediakan masih kurang dan lain sebagainya. Pentingnya kesadaran masyarakat dalam
penanganan.
Padepokan Mbah Marsiyo
DOKUMENTASI PM di RUMAH DASARASO
Disabilitas Intelektual Disabilitas Mental
Terima
Kasih