Anda di halaman 1dari 22

DISABILITAS

INTELEKTUAL DAN
MENTAL
KELOMPOK 4 :
Rista Ilma Tiara 19.04.138
Anindita Putri Susanti 19.04.149
Randika Alaydrus 19.04.265

Kelas A Kajian Disabilitas


PENDAHULUAN
Pengertian Disabilitas Intelektual
Disabilitas intelektual atau yang sering dikenal dengan retardasi
mental adalah disabilitas yang dicirikan dengan adanya keterbatasan
signifikan baik dalam fungsi intelektual (kapasitas mental umum,
seperti belajar, menalar, berpakaian, makan, komunikasi,
menyelesaikan masalah) maupun tingkah laku adaptif yang meliputi
banyak keterampilan sosial dan praktis sehari-hari, dan terjadi pada
usia sebelum 18 tahun.

Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang


Disabilitas Pasal 4 ayat 1 yang dimaksud dengan Penyandang
Disabilitas intelektual adalah terganggunya fungsi pikir karena tingkat
kecerdasan di bawah rata-rata, antara lain lambat belajar, disabilitas
grahita dan down syndrom.
Pengertian Disabilitas Mental
Disabilitas mental adalah kelainan dan atau tingkah laku, baik cacat bawaan
akibat dari penyakit retardasi mental, gangguan psikiatrik fungsionl Menurut
Direktorat Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial RI,
yang dimaksud dengan penyandang disabilitas mental adalah Orang Dengan
Masalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ)
yang dalam jangka waktu lama mengalami hambatan dalam interaksi dan
partisipasi di masyarakat.

ODMK adalah orang yang mempunyai masalah fisik, mental, sosial,


pertumbuhan dan perkembangan, dan/atau kualitas hidup sehingga memiliki
resiko mengalami gangguan jiwa. Sedangkan ODGJ adalah orang yang
mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/ atau perubahan perilaku
yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan dalam
menjalankan fungsi orang sebagai manusia. Menurut Undang-Undang
Kesehatan Jiwa Nomor 18 Tahun 2014, merupakan permasalahan yang
berkaitan dengan gangguan dalam pikiran, perilaku, dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan/ atau perubahan perilaku.
JENIS-JENIS DISABILITAS INTELEKTUAL
Berdasarkan Tingkat
01 Intelegensi

Berdasarkan Fungsi Perilaku


02 Adaptif/SQ

Tipologi atau Sudut


03 Pandang Medis
Berdasarkan Tingkat
Intelegensi
1. Karakteristik Borderline dan Mild (Ringan)
Standar IQ antara 52 – 79

2. Karakteristik Moderate (sedang)


Standar IQ 36 – 51

3. Karakteristik Severe and Profound (berat)


Standar IQ 20 – 35
Berdasarkan Fungsi perilaku adaptif /
SQ
1. Penyandang disabilitas intelektual (PDI) ringan (mild)
Penyandang disabilitas yang memiliki kesulitan memenuhi tuntutan akademik

2. Penyandang disabilitas intelektual (PDI) sedang (moderate)


Penyandang disabilitas yang biasanya mengembangkan keterampilan
komunikasi dan sosial selama awal kehidupan anak-anak saja, dan setelah
masa kanak-kanak akan mengalami kesulitan perkembangan komunikasi dan
sosial.

3. Penyandang disabilitas intelektual (PDI) berat (Severe dan Profound)


Penyandang disabilitas yang mempunyai kemampuan berbicara secara
komunikatif biasanya tidak dapat berkembang sejak usia masa anak-anak.
Memerlukan perawatan dan perlindungan secara total dalam kehidupan sehari
hari.
Berdasarkan Tipologi atau Sudut Pandang
1. Down Syndrome Medis
Penyandang disabilitas intelektual yang mempunyai ciri-ciri fisik antara lain
kepala kecil/besar, gepeng/panjang mata sipit, dahi sempit, hidung pesek,
bibir tebal cenderung terbuka, rambut lurus kejur dan tebal , sendi-sendi
tulang pendek, penis dan scrotum cenderung kecil, (buku jempol tangan
cenderung pendek, ruas jari gemuk, jarak alis dekat, badan cenderung gemuk
gembyor.

2. Cretinisme/stanted
Penyandang disabilitas intelektual yang mempunyai penampilan tubuh kecil
dan pendek dari ukuran orang-orang seusianya.

3. Microcephali
Penyandang disabilitas intelektual dengan bentuk kepala kecil dari ukuran
orang-orang seusianya.
Berdasarkan Tipologi atau Sudut Pandang
Medis
4. Macrocephali
Penyandang disabilitas intelektual dengan bentuk kepala besar. dari ukuran
orang-orang seusianya.

5. Schapochepali
Penyandang disabilitas intelektual dengan bentuk kepala gepeng.

6. Penyandang disabilitas intelektual lain


Penyandang disabilitas intelektual yang tidak memiliki ciri fisik tertentu
secara mencolok, khususnya ditemukan pada disabilitas intelektual ringan.
Derajat Disabilitas Intelektual
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
104/MENKES/PER/II/1999 tentang Rehabilitasi Medik pada Pasal 7 mengatur derajat
kecacatan dinilai berdasarkan keterbatasan kemampuan seseorang dalam
melaksanakan kegiatan sehari-hari, yaitu sebagai berikut:

• Derajat cacat 1: Mampu melaksanakan aktivitas atau mempertahankan sikap dengan


kesulitan.
• Derajat cacat 2: Mampu melaksanakan kegiatan atau mempertahankan sikap dengan
bantuan alat bantu.
• Derajat cacat 3: Dalam melaksanakan aktivitas, sebagian memerlukan bantuan orang
lain dengan atau tanpa alat bantu.
• Derajat cacat 4: Dalam melaksanakan aktivitas tergantung penuh terhadap
pengawasan orang lain.
• Derajat cacat 5: Tidak mampu melakukan aktivitas tanpa bantuan penuh orang lain
dan tersedianya lingkungan khusus.
• Derajat cacat 6: Tidak mampu penuh melaksanakan kegiatan sehari-hari meskipun
dibantu penuh orang lain.
Karakteristik dan Klasifikasi Disabilitas
Mental

Karakteristik
1. Gangguan Skizofrenia
Gangguan skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang penyandangnya sering mengalami pemasungan.
Lebih dari 90 persen PDM (Penyandang Disabilitas Mental) yang mengalami gangguan jiwa
skizofrenia ini mengalami pemasungan dalam hidupnya.

2. Gangguan Jiwa Lain dengan Perilaku


Gaduh, gelisah dan kekerasan gejala perilaku gaduh, gelisah dan kekerasan, bukan hanya dialami oleh
penderita gangguan skizofrenia. Gaduh gelisah dapat diartikan sebagai kumpulan gejala agitasi yang
ditandai dengan perilaku yang tidak biasa.
Karakteristik dan Klasifikasi Disabilitas
Mental
Klasifikasi
Gangguan jiwa dapat diklasifikasikan pada tiga fase sebagai berikut:
1. Fase Akut
Penyandang disabilitas mental pada fase akut ditandai dengan gejala agitasi yang terlihat dari adanya
kecemasan yang disertai dengan kegelisahan motorik, peningkatan respons terhadap stimulus internal
atau eksternal, peningkatan aktivitas verbal atau motorik yang tidak bertujuan.

2. Fase Stabilisasi
Penyandang disabilitas mental fase stabilitasi ditandai dengan Tidak mampu mengelola gejala
kejiwaannya dengan baik. Rentan terhadap pemicu kekambuhan (stresor), membutuhkan pemantauan
dalam minum obat.

3. Fase Pemeliharaan
Fase pemeliharaan ditandai dengan mulai patuh dalam meminum obat, minim terhadap resiko
kekambuhan atau stresor yang memicu Kekambuhan siap mengikuti kegiatan rehabilitasi sosial
dengan pemantauan berkala dari psikiatrik dan perawat kesehatan jiwa.
Kebutuhan-Penyandang Disabilitas Mental
Penyandang disabilitas mental memiliki kebutuhan yang sama dengan orang lain, tidak
ada perbedaan dengan orang lain yang tidak mengalami gangguan. Hanya saja
penyandang disabilitas mental memerlukan fasilitas yang lebih khusus untuk
menangani atau dalam hal yang diakibatkan oleh ganguan yang mereka alami. Adapun
rincian kebutuhan khusus penyandang disabilitas mental adalah:
1. Lingkungan yang kondusif yang memberikan rasa aman, nyaman, dan bebas, dari
tekanan, terutama bebas dari stigma yang merendehkan, menghina atau melecehkan.

2. Rumah yang menjadi penghubung antara tempat perawatan dengan masyarakat


seperti pusat kegiatan harian (day-care) dan rumah antara (half-way house) agar
penyandang disabilitas mental memiliki tempat untuk melatih segala hal yang
berhubungan dengan proses kembalinya mereka ke masyarakat.

3. Pengobatan medis, misalnya antipsikotik dab obat-obatan penstabil alam perasaan,


beserta layanan medis lain apabila pengobatan yang mereka alami berdampak kepada
hal-hal yang bersifat fisik.
Kebutuhan-Penyandang Disabilitas Mental

4. Konsultasi tentang permasalahan yang mereka alami, baik dalam hal masalah pengobatan (medik)
maupun dalam permasalahan kehidupan (psikososial)

5. Pembekalan sosial dan vokasional yang terdiri atas bimbingan keagamaan, seperti terapi Activity
Daily Living (ADL) , terapi keterampilan, bekerja, terapi seni (terapi musik, melukis,dll)

6. Pekerjaan bagi penyandang disabilitas mental yang telah melalui tahap pasca rawat dan melalui
fase akut, dan modal usaha apabila mereka tidak dapat bekerja secara formal selayaknya orang lain.

7. Perlakuan khusus bagi mereka yang mengikuti pendidikan dan/atau sedang bekerja. Seringkali
penyandang disabilitas mental mengalami putus sekolah/kuliah akibat gangguan yang dialaminya.

8. Jaminan kesehatan dari pemerintah untuk masalah kejiwaan yang mereka alami, karena
pengobatan bagi penyandang disabilitas mental memerlukan jangka waktu yang lama.
Kasus Disabilitas Intelektual dan Mental
Padepokan Mbah Marsiyo merupakan padepokan yang menampung kurang
lebih 80 ODGJ tanpa adanya bantuan dari pihak manapun. Seiring
berjalannya waktu, tepatnya pada tahun 2017, bupati Kebumen pada saat
itu Bapak Fuad, meninjau langsung kondisi di padepokan mbah Marsiyo
yang letaknya di Desa Winong Kecamatan Mirit Kabupaten Kebumen.
Melihat kondisi para ODGJ di sana yang tidak mendapatkan pelayanan
maupun perlakuan yang manusiawi, bapak bupati langsung
mengamanahkan dinas sosial Kabupaten Kebumen untuk
menindaklanjutinya hingga dibuatlah rumah singgah Dosaraso yang berada
di bawah naungan dinas sosial langsung.
Solusi dan Peran Pekerjaan Sosial dalam Penanganan
Kasus

Dengan didirikannya rumah singgah Dosaraso,


penanganan ODGJ di Kabupaten Kebumen sudah
semakin membaik dan hampir bisa dikatakan telah
memenuhi SPM sesuai Permenkes RI No. 43 tahun
2016 tentang SPM Bidang Kesehatan pada Jenis
Layanan Dasar Pelayanan Kesehatan ODGJ Berat.
Dan kini, semakin banyak bantuan berdatangan diberikan kepada padepokan mbah
Marsiyo dan juga sudah mulai ada kunjungan rutin tiap bulannya dari puskesmas
Mirit.

Adapun peran Peksosnya sebagai berikut:


• Educator (pendidik)
Memberikan informasi-informasi terkait pelayanan yang sesuai dengan SPM kepada
Mbah Marsiyo dan memberikan keterampilan-keterampilan kepada PM di padepokan
Mbah Marsiyo seperti keterampilan mencuci motor, budi daya tanaman dengan teknik
baru, dll.

• Motivator
Memberikan semangat untuk para PM bahwasannya mereka pasti akan bisa melalui
semua masa-masa sulit yang sedang dihadapi, memberikan semangat bahwasannya
mereka sama seperti orang sakit lainnya yang nantinya pun pasti akan sembuh dan
nantinya mereka akan bisa kembali ke tengah-tengah masyarakat dan juga keluarga.
• Broker
Menghubungkan PM dengan sistem sumber yang dibutuhkan. Contoh, ada PM yang
memiliki keterampilan reparasi alat-alat elektronik, namun ia tidak tahu bagaimana
untuk menyalurkan keterampilannya, nah, pekerja sosial di sini berperan sebagai
broker untuk menghubungkan PM dengan sistem sumber yaitu bisa berupa toko
reparasi agar PM dapat bekerja di sana.

• Enabler (pemungkin/pemercepat perubahan)


Mempercepat klien untuk mengakses sistem sumber dan juga membantu
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan PM.

• Fasilitator
Memfasilitasi agar hasil karya PM dapat bernilai jual. Contoh lain seperti memberikan
buku bagi PM di Rumah Singgah Dosaraso yang sebagian besar bisa dikatakan sudah
stabil agar dapat mengalihkan kekosongan aktivitas dengan menulis apa yang
mereka rasakan
KESIMPULAN
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas Pasal 4 ayat 1 yang
dimaksud dengan Penyandang Disabilitas intelektual adalah terganggunya fungsi pikir karena tingkat
kecerdasan di bawah rata-rata, antara lain lambat belajar, disabilitas grahita dan down syndrom.

Disabilitas mental yang merupakan bagian dari gangguan yang dapat diturunkan secara genetik
memerlukan penanganan secara khusus. Layanan dan akses penyembuhan yang terbatas dalam
penanganannya dapat menimbulkan gangguan-gangguan lainnya tergantung pada jenis disabilitas
mentalnya.

Dalam hal ini telah dituliskan menyatakan bahwa masih ada permasalahan-permasalahan yang dialami
baik dalam penanganan maupun oleh penyandang disabilitas mental seperti aksesibilitas, program dan
layanan yang di sediakan masih kurang dan lain sebagainya. Pentingnya kesadaran masyarakat dalam
penanganan.
Padepokan Mbah Marsiyo
DOKUMENTASI PM di RUMAH DASARASO
Disabilitas Intelektual Disabilitas Mental
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai