Anda di halaman 1dari 5

HUKUM JAMINAN

HIPOTEK, FIDUSIA, DAN HAK TANGGUGAN


HUKUM PERDATA

Disusun oleh : Dinda Amelia Suwandi


110110210317

PROGRAM SARJANA HUKUM

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR

2021
1. Perkembangan Hipotek, Fidusia dan Hak Tanggungan.
Hipotek adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tak berge- rak, untuk
mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan (Pasal 1162 KUH Per). 1
Dalam sejarah hipotek, lembaga hipotek diberlakukan sebagai jaminan yang melekat pada
seluruh benda tidak bergerak, tetapi dalam perkembangannya jaminan atas tanah sebagai
salah satu benda tidak bergerak telah diatur dalam lembaga sendiri yaitu hak tanggungan. 2
Hak tanggungan adalah jaminan yang dibebankan atas tanah, yaitu hak penguasaan
yang secara khusus dapat diberikan kepada kreditur, yang memberi wewenang kepadanya
untuk menjual tanah yang secara khusus ditunjuk sebagai agunan piutangnya apabila debitur
cedera janji dan mengambil seluruh atau sebagaian hasilnya untuk pelunasan utangnya
tersebut dengan hak mendahului daripada kreditur-kreditur lainnya. 3 Hak tanggungan /
credietverband memberikan kesempatan kepada orang-orang Bumiputera yang meminjam
uang dari Credietinstellingn (Lembaga- Lembaga Perkreditan), untuk memberikan jaminan
tanah yang mirip dengan hipotek. Adapun yang menjadi objek credietverband adalah tanah-
tanah milik adat (masyarakat pribumi).
Pengaturan mengenai hukum pertanahan di Indonesia mempunyai sejarah panjang
dan kompleks. Kompleksitas itu disebabkan oleh adanya pluralisme pengaturan hukum
perdata yang berlaku di Indonesia sejak jaman kolonial Belanda. Konsekuensinya maka
muncul adanya hak atas tanah yang berbeda pengaturan dan dasar hukumnya, sehingga
muncul hak atas tanah Barat (eigendom, erfpacht, opstal, dan lain-lain) dan hak atas tanah
Adat (hak gogolan, hak yasan, bengkok, hak grant sultan, dan lain-lain). Hingga akhirnya
lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- pokok
Agraria menghapuskan stelsel hukum pertanahan di Indonesia yang bersifat dualisme
menjadi hanya ada satu hukum tanah.
Dan dengan lahirnya UUPPA menjanjikan adanya UU yang membahas hak tanggungan dan
hipotek maka pada tanggal 9 April 1996 disahkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda yang Berkaitan dengan Tanah
yang membahas lebih lanjut mengenai hipotek dan hak tanggungan.4
Fidusia sebagai lembaga jaminan pada masa zaman Romawi memili obyek meliputi
baik barang bergerak dan barang tidak bergerak. Pemisahan mulai diadakan ketika orang-
1
PNH Simanjuntak, S. H. (2017). Hukum Perdata Indonesia. Kencana. Hlm 199
2
H.Salim.2011.Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia.Jakarta:Rajawali Pers
3
Arba, H. M., SH, M., Mulada, D. A., & SH, M. (2021). Hukum Hak Tanggungan: Hak Tanggungan
Atas Tanah dan Benda-Benda Diatasnya. Sinar Grafika (Bumi Aksara). Hlm 6
4
Ibid, hlm 24
orang Rumawi mengenal gadai dan hipoteek. Obyek Fidusia dipersamakan dengan gadai
yaitu barang bergerak karena pada saat itu fidusia dianggap sebagai jalan keluar untuk
menghindari
larangan yang terdapat dalam gadai dan barang tidak bergerak untuk hipoteek5
Berkembangnya jaminan Fidusia di Indonesia menurut Marhainis ketika para
pedagang eksportir yang ingin memperluas usaha perdagangan luar negeri yang
membutuhkan modal. Menurutnya bahwa untuk pengembangan itu eksportir meminta kredit
pada bank, dan barang jaminan berupa stock barang dagangan yang meliputi pula peralatan
kantor, bengkel, toko dan lain-lainnya. Pada awalnya lembaga fidusia tidak diakui oleh
yurisprudensi sebab dianggap meragukan seperti suatu gadai yang berselimut, dan hal ini
dianggap bertentangan dengan pasal 1152 KUH perdata bahwa barang gadai harus dilepaskan
dari penguasaan si pemberi gadai dan hak gadai adalah tidak sah apabila barang gadai
dibiarkan berada dalam penguasaan si pemberi gadai. Tetapi akhirnya lembaga jaminan
fiduciair eigendom overdracht ini mendapat pengakuan berdasarkan yurisprudensi
Hoggerechtshof dengan putusan tanggal 18 Agustus 1932 terhadap peristiwa BPM lawan
Clynet yang berlaku sampai sekarang.

2.1. Dasar Hukum Hipotek


Dasar hukum Hipotek berada pada pasal 1162 samapi dengan 1178 KUHPerdata yang
berincikan
 Pasal 1162 s/d 1178 berisikan Ketentuan-Ketentuan umum
 Pasal 1179 s/d 1194 Pendaftaran Hipotek dan bentuk pendaftaran
 Pasal 1105 s/d 1197 Pencoretan Pendaftaran
 Pasal 1198 s/d 1208 Akibat Hipotek terhadap pihak ke -3 yang menguasai barang
yang dibebani
 Pasal 1209 s/d 1220 Hapusnya Hipotek
 Pasal 1221 s/d pasal 1232 Pegawai-Pegawai yang ditugaskan menyimpan hipotek,
tanggung jawab mereka dan hal diketahuinya daftar-daftar oleh masyarakat 

2.2. Dasar Hukum Hak Tanggungan


Hak tanggungan pada awalnya dikenal sebagai hipotik atas tanah yang diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata. Kemudian dalam Ketentuan KUH Perdata digantikan dengan
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Pokok-Pokok Agraria yang berlaku hingga keluarnya
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan menjadi dasar hukum dari Hak
Tanggungan
5
Yasir, M. (2016). Aspek Hukum Jaminan Fidusia. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 3, 75-
92. Hlm. 79
2.3. Dasar Hukum Fidusia
Fidusia memiliki persamaan arti dengan “Penyerahan Hak Milik secara kepercayaan” Fidusia
merupakan jaminan hutang yang sifatnya kebendaan , baik hutang yang telah ada maupun hutang
yang akan ada, yang pada prinsipnya berobjekan dengan benda bergerak yang tidak dapat dijaminkan
dengan hipotik atau hak tanggungan dimana penguasaan dan penikmatan benda yang dijaminkan
tersebut diserahkan atau dikembalikan pada Debitur berdasarkan kepercayaan memiliki dasar hukum
melalui Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999 Tentang Fidusia

3.1. Contoh Hipotik


Perusahaan perkapalan membutuhkan tambahan modal kerja dalam jumlah yang
cukup banyak sehingga perusahaan perkapalan membuat suatu perjanjian kredit antara
perusahaan perkapalan dengan lembaga perbankan seperti bank dan dalam perjanjian tersebut
dalam upaya meminimalisir resiko maka dalam perjanjian kapal tersebut dijadikan hipotek

3.2. Contoh Hak Tanggungan


Pemberian hak tanggungan atas objek tanah oleh pihak pertama dan pihak kedua di
depan pejabat pembuat akta tanah (PPAT)

3.3. Contoh Fidusia


Sebuah perusahaan taxi umpamanya, “PT Presiden Taxi” meminta kredit pada suatu
Bank dan sebagai jaminan adalah taxi yang diekplotasikan/dioperasikan oleh perusahaan itu
dan taxi sebagai suatu jaminan merupakan benda bergerak dan menurut ketentuan gadai harus
diserahkan kepada bank tersebut, tetapi tetap dipercayakan dipegang oleh perusahaan PT.
Presiden Taxi Oleh Bank atas dasar kepercayaan atau dengan kata lain terlihat adanya
”penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan.”6

6
Ibid. hlm 80
DAFTAR PUSTAKA

PNH Simanjuntak, S. H. (2017). Hukum Perdata Indonesia. Kencana.

H.Salim.2011.Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia.Jakarta:Rajawali Pers

Arba, H. M., SH, M., Mulada, D. A., & SH, M. (2021). Hukum Hak Tanggungan: Hak Tanggungan

Atas Tanah dan Benda-Benda Diatasnya. Sinar Grafika (Bumi Aksara)

Yasir, M. (2016). Aspek Hukum Jaminan Fidusia. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-I, 3, 75-

92.

Anda mungkin juga menyukai