OWIK HARIAWAN
NIM. 201613023
PENDAHULUAN
dari bagian periuretral sebagai proliferasi yang terbatas dan tumbuh dengan
menekan kelenjar normal yang tersisa, prostat tersebut mengelilingi uretra dan
uretra parsprostatika yang menyebabkan aliran kemih dari kandung kemih (Price
Angka kejadian BPH diketahui terjadi pada 70 persen pria berusia 60-69 tahun di
Amerika Serikat dan 80 persen pada pria berusia 70 tahun ke atas. Insiden BPH
atas atau mencapai 20 juta pria pada tahun 2030 (Parsons, 2010). Penyakit
saluran kemih di tahun 2005, jika dilihat secara umum diperkirakan hampir 50%
prostat (A.K. Abbas, 2005 dalam ML Hamawi, 2010). Data pasien BPH yang
pasien. Jumlah pasien pada tahun 2010 mengalami peningkatan dengan angka
kejadian menjadi 54 pasien. Penyebab BPH belum diketahui secara pasti, tetapi
tinggi lemak hewani, olah raga, merokok, minuman beralkohol, penyakit Diabetes
Mellitus, dan aktifitas seksual (Kirby, et al. (1997). Komplikasi yang sering
dialami oleh para penderita BPH yang sudah cukup parah adalah adanya keluhan
BAK macet atau retensi, terasa panas dan perasaan tidak tuntas saat BAK. Kasus
BPH ini salah satu penanganannya adalah dengan prosedur pembedahan yang
Beberapa kelebihan TURP antara lain prosedur ini tidak dibutuhkan insisi dan
dapat digunakan untuk prostat dengan ukuran beragam, dan lebih aman bagi
pasien yang mempunyai risiko bedah yang buruk (Smeltzer & Bare, 2003). Efek
dari tindakan operasi ini adalah keluhan BAK kemerahan dan terjadi retensi urin
yang sering terjadi karena adanya cloth yang menyumbat di saluran kemih.
Penyempitan pada lumen uretra adalah salah satu penyebabnya karena fibrosis
pada dindingnya, disebut dengan striktur uretra. Penanganan kuratif penyakit ini
adalah dengan operasi, namun tidak jarang beberapa teknik operasi dapat
adalah dengan tindakan bladder training. Bladder training adalah salah satu
merupakan salah satu terapi yang efektif diantara terapi nonfarmakologis (Syafar,
2011). Latihan ini dilakukan dengan cara menahan atau menunda kencing pada
urin yang terpasang kateter. Penelitian lain yang mendukung adalah penelitian
pengaruh latihan bladder training terhadap penurunan jumlah residu urin pada
pasien stroke yang terpasang kateter urin. Efektivitas Bladder training juga telah
bladder training dan muscle pelvic exercise ternyata efektif dalam perbaiki fungsi
eliminasi kemih pada pasien BPH pasca operasi TVP (Trans Vesika
Prostatectomy).
Berdasarkan data Rekam Medis RSUD Pasar Rebo Jakarta bulan Januari-
post operasi BPH, dua orang pasien mengatakan setelah kondisi membaik dan
selang kecing dilepas, mereka mengatakan BAK awalnya masih terasa agak panas
hingga akhirnya BAK lancar seperti biasanya. Empat orang pasien mengatakan
setelah pulang dari rumah sakit, mereka mengeluhkan BAK macet dan terasa
sakit sehingga mereka kembali dipasang selang kencing . Tindakan perawat yang
diambil pada saat kejadian seperti ini biasanya adalah dengan memasang selang
kencing kembali dan melakukan spoel Nacl 0,9% untuk melancarkan saluran
kemih bila ada sumbatan. Berdasarkan hasil konfirmasi dari bidang keperawatan
RSUD Pasar Rebo, sampai saat ini belum membuat SOP (Standar Operasional
terhadap Retensi urin pada pasien post operasi BPH di Ruang Cempaka RSUD
Pasar Rebo
B. Rumusan Masalah
yang cukup serius bila tidak segera ditangani dengan tepat. Faktor resiko
Penanganan yang dapat dilakukan pada BPH ini salah satunya adalah
dengan prosedur operasi yang biasa disebut dengan TURP. Kondisi yang
mungkin terjadi setelah operasi TURP ini adalah biasa terjadi retensi urin yang
terjadi setelah selang kencing dilepas. Tindakan mandiri perawat yang dapat
bladder training guna mengurangi resiko retensi urin post operasi BPH.
Berdasarkan uraian rumusan masalah tersebut, peneliti dapat merumuskan
training terhadap retensi urin pada pasien post operasi BPH di Ruang Cempaka
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
bladder training terhadap retensi urin pada pasien post operasi BPH di
2. Tujuan Khusus
Rebo.
pasien post operasi BPH di Ruang ruang Cempaka RSUD Pasar Rebo.
D. Manfaat penelitian bagi Rumah Sakit / masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber literatur untuk materi
datang.
dalam hal efektivitas bladder training terhadap retensi urin pada pasien
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektifitas
1. Definisi Efektifitas
Kata efektif berasal dari bahasa inggris yaitu effective yang berarti
tujuan atau sasaran yang telah ditentukan didalam setiap organisasi kegiatan
ataupun program. Bisa disebut efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran
seperti yang telah ditentukan.Hal ini sesuai dengan pendapat H. Emerson yang
orang itu dikatakan efektif bila menimbulkan akibat atau mempunyai maksud
mereka capai dalam suatu kegiatan yang mereka lakukan telah mampu mereka
yang sama. Tujuan yang efektif memberikan tingkat pengukur yang obyektif
juga dapat menjadi perangsang yang baik karena tujuan mempermudah bagi
atau sebaliknya.;
3. Ukuran Efektifitas
Efektifitas akan menjadi lebih jelas apabila memiliki arah dan tujuan
telah ditentukan dengan hasil yang telah diwujudkan. Jika usaha atau hasil
tujuan tidak tercapai atau sasaran yang di harapkan, maka hal itu dikatakan
adalah pengukuran dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang ditentukan.
Jadi apabila tujuan tersebut telah tercapai baru dapat dikatakan efektif.
b. Produktifitas
organisasi.
c. Kepuasan Kerja
atau sebaliknya.
B. Bladder Training
1. Pengertian
aktifitas fisik yang tersusun dalam suatu program yang dilakukan secara
2. Tujuan
Tujuan dari bladder training adalah untuk melatih kandung kemih dan
menstimulasi pengeluaran air kemih (Potter & Perry, 2005). Terapi ini
berkurang, hanya 6-7 kali per hari atau 2-3 jam sekali. Melalui latihan,
2009).
dilepas hingga setelah kateter dilepas. Pada pasien dengan kateter menetap
menjadi menurun.
urin, pada pasien yang terpasang kateter dalam waktu yang lama sehingga
training juga bisa dilakukan pada pasien yang menggunakan kateter yang
C. Retensi Urin
1. Pengertian.
yang tinggi bagi pasien (Purnomo, 2011). Kondisi retensi urin ini
2. Etiologi
a) Supravesikal
b) Vesikal
uretra, batu uretra, sklerosis leher kandung kemih (bladder neck sclerosis)
Secara garis besar retensi urin disebabkan oleh (Selius & Subedi, 2008):
a) Obstruksi
b) Infeksi
c) Faktor farmakologi
d) Faktor neurologi
e) Faktor trauma
dan hasrat ingin BAK yang hebat disertai mengejan. Sering kali urin
Penderita secara perlahan dalam waktu yang lama tidak dapat BAK,
2011).
tetapi terdapat sisa urin yang cukup banyak dalam kandung kemih.
mengeluarkan urin.
6. Gambaran klinis
a) Jumlah residu urin lebih dari 150 ml dalam 24 jam (Saultz et al,1999)
d) Ketidaksanggupan berkemih
e) Sering berkemih saat vesika urinaria berisi sedikit urin (25-50 ml)
Hidayat, 2006).
7. Pengobatan
Studi terbaru obat anti radang non steroid ternyata berperan dalam
a) Pemeriksaan Subjektif
b) Pemeriksaan Objektif
c) Pemeriksaan penunjang
1. Pengertian BPH
yang terbatas dan tumbuh dengan menekan kelenjar normal yang tersisa,
yang sering terjadi pada pria umur 50 tahun atau lebih yang ditandai
dan menjadi nodular, pembesaran dari beberapa bagian kelenjar ini dapat
Prediksinya adalah jika teraba indurasi atau terdapat bagian yang teraba
2007).
sesudah BAK (double voiding) dan keluarnya sisa BAK pada akhir
c. Tanda
teraba indurasi atau terdapat bagian yang teraba keras, perlu dipikirkan
2002 ).
3. Klasifikasi BPH
ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah teraba dan sisa urin
dan batas atas dapat dicapai, sedangkan sisa volum urin 50- 100 ml.
tidak dapat diraba dan sisa volum urin lebih dari 100ml.
4. Etiologi
Etiologi atau penyebab terjadinya BPH hingga saat ini belum diketahui
terjadi perubahan patologik anatomi yang ada pada pria usia 50 tahun, dan
dikatakan bahwa kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan
kadarnya pada prostat normal, hanya saja pada BPH, aktivitas enzim
BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitive
ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga masa prostat jadi
keseimbangan antara laju poliferasi sel dengan kematian sel pada jaringan
penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan
Sel-sel yang telah apoptosis selalu dapat diganti dengan sel-sel baru.
Istilah tersebut di dalam kelenjar prostat dikenal dengan suatu sel stem
a. Kadar Hormon
(Guess, 1995).
b. Usia
Terjadi kelemahan umum pada usia tua termasuk kelemahan pada buli
menurun secara perlahan pada usia 30 tahun dan turun lebih cepat
Orang dari ras kulit hitam memiliki risiko 2 kali lebih besar untuk
d. Riwayat keluarga
semakin besar risiko anggota keluarga yang lain untuk dapat terkena
BPH. Resiko meningkat 2 kali bagi orang lain apabila dalam satu
2002).
e. Obesitas
seperti buah apel. Beban di perut itulah yang menekan otot organ
Body Mass Indeks (BMI) dan waist to hip ratio (WHR). BMI diukur
dengan cara berat badan (kg) dibagi dengan kuadrat tinggi badan (m).
pubis. Pada laki-laki di nyatakan obesitas jika lingkar pinggang > 102
f. Pola Diet
1992).
adanya insidensi yang lebih sedikit timbulnya penyakit prostat ini pada
dari waktu transit makanan yang dicernakan cukup lama di usus besar
bahan dari luar dan akan memberikan lingkungan yang akan menekan
g. Aktivitas Seksual
permanen jika suplai darah ke prostat selalu tinggi dan akan terjadi
(Rahardjo, 1999).
h. Kebiasaan merokok
B6 yang penting untuk prostat yang sehat. Zink sangat penting untuk
j. Olah raga
Para pria yang tetap aktif berolahraga secara teratur, berpeluang lebih
akan mengontrol berat badan agar otot lunak yang melingkari prostat
ringan dan dapat memperkuat otot sekitar pinggul dan organ seksual
(Yatim, 2004).
Olahraga yang baik apabila dilakukan tiga kali dalam seminggu dalam
dari tiga kali dalam seminggu terdapat sedikit sekali perubahan pada
Kadar kolesterol akan turun apabila latihan olah raga dilakukan lebih
Laki-laki yang mempunyai kadar glukosa dalam darah > 110 mg/dL
6. Patofisiologi
dikeluhkan pasien pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary
buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara
ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter
atau terjadi refluks vesiko ureter. Keadaan keadaan ini jIka berlangsung
posterior, kondisi ini juga disebabkan oleh tonus otot polos yang pada
stroma prostat, kapsul prostat, dan otot polos pada leher buli-buli. Otot
polos itu dipersarafi oleh serabut simpatis yang berasal dari nervus
leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot detrusor menebal
a. Observasi
untuk mengurangi minum setelah makan malam yang ditujukan agar tidak
b. Residual urin.
Adalah jumlah sisa urin setelah BAK. Sisa urin dapat diukur dengan cara
d. Terapi medikamentosa
E. Pembedahan.
hematuri, tanda penurunan fungsi ginjal, ada batu saluran kemih dan
a. Prostatektomi suprapubik
b. Prostatektomi perineal
c. Prostatektomi retropubik
Adalah tindakan lain yang dapat dilakukan, dengan cara insisi abdomen
Tindakan ini dilakukan apabila volume prostat tidak terlalu besar atau
prostat fibrotic.
efektif pada pasien dengan prostat kecil, kurang dari 40 cm3. Meskipun
F. Komplikasi
dekompensasi
berlanjut maka pada suatu saat buli-buli tidak mampu lagi menampung
7. Hematuri, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk
batu endapan dalam buli-buli, batu ini akan menambah keluhan iritasi.
Batu tersebut dapat pula menibulkan sistitis, dan bila terjadi refluks dapat
mengakibatkan pielonefritis.
G. Kerangka konsep
Th/ Invasis
Bedah terbuka Bedah Endro
minimal
(prostatectomi urologi (TURP)
)
HIPOTESA PENELITIAN
A. Kerangka penelitian
Bladder Training
No. Variabel Definisi Operasional Cara ukur Alat Hasil Ukur Skala
Ukur Ukur
Variabel Independen
1. Bladder Upaya untuk mengembalikan SOP bladder Lembar 1. Dilakukan Ordinal
Training fungsi kandung kemih yang trainingdan observasi BT
mengalami gangguan lembar checklist. hipotensi 2. Tidak
kedalam kondisi normal atau
dilakukaan
neurogenik.
BT
Variabel Dependen
2. Retensi Urin Ketidakmampuan Lembar Lembar 1. Ya Ordinal
dalam mengeluarkan urin observasi observasi 2. Tidak
sesuai dengan keinginan, frekuensi urin kram otot
sehingga urin yang per 24 jam.
terkumpul di buli-buli
melampaui batas maksimal,
apabila volume residu urin
lebih dari 150 ml dalam 24
jam
C. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada efektivitas bladder training terhadap retensi urin pada pasien post
H0 : Tidak ada efektivitas bladder training terhadap retensi urin pada pasien post
A. Desain Penelitian
hubungan antara gejala satu dengan gejala yang laian, atau variabel satu
1. Populasi
a. Kriteria Inklusi
Rebo.
menjadi responden.
b. Kriteria Eksklusi
responden.
anggota sample.
{ }
2
Zα +Zβ
N= +3
0,5∈ [ ( 1+ r ) / ( 1−r ) ]
Keterangan :
N :Besar sampel
Zβ: Deviat baku beta, kesalaha tipe II: 10%, maka Zβ= 1,28
{ }
2
2,92
N= +3
0,5∈(1,91)
{ }
2
2,92
N= +3
0,261
2
N= { 4,218 } +3
N=17,791+3
N=20,79 atau 21
2. Pengumpulan data
ke responden
a. Editing
semua kuesioner satu per satu. Editing dilakukan dengan maksud untuk
sebelumnya, kuesioner yang masih belum diisi, atau pengisian yang tidak
Kuesioner yang di isi keluarga dan tidak sesuai dengan petunjuk pengisian
yang ada.
c. Entry
Memasukkan data dengan cara manual atau melalui pengolahan
program komputer.
d. Transferring
e. Tabulasi
2. Analisis
a. Univariat
pendidikan kesehatan. .
b. Bivariat
(Wasis, 2008).
Sebaliknya jika taraf signifkansi sama atau lebih besar dari taraf nyata
F. Etika penelitian
yaitu:
1. Informed Consent
2. Anonomity
3. Confidentiality
pengembangan ilmu.
A. Kesimpulan
B. Saran
Bladder Training bagi pasien post Op dengan BPH sehingga tidak terjadi
2. Bagi Perawat
memahami kondisi/keadaannya.