KATA PENGANTAR
PENDAHULUAN
Latar Belakang
yang dapat menekan uretra dan menyebabkan obstruksi urin yang hebat (Robinson
dan Saputra, 2014). Masyarakat umumnya tidak mengetahui apa penyebab dari
BPH salah satunya ialah kebiasaan merokok masyarakat yang beresiko sangat
besar terkena BPH( Khamriana et al, 2015). Penyebab lain pemicu munculnya
BPH ialah masyarakat dengan memiliki berat badan berlebihan dan sering
zink dan vitamin b6 yang penting untuk prostat yang sehat ( Agung, 2017).
termasuk 14 juta orang yang berusia 30-70 tahun yang mana banyak diderita oleh
laki-laki dari pada wanita , tiga perempat dari kematian akibat BPH 28 jutanya di
Indonesia penyakit BPH menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran
kemih yakni kurang lebih 13 juta penderita dan dinyatakan kira-kira 0,8 juta pria
Provinsi Jawa Timur pada tahun 2019 berdasarkan survei di Rumah Sakit Provinsi
Jawa Timur didapatkan sebanyak 1.5 % juta jiwa menderita BPH dibanding
1
2
Etiologi dari BPH secara pasti masih belum dipastikan namun hingga saat
ini diyakini berhubungan dengan proses penuaan dan penurunan kadar hormon
masih belum tuntas dan jelas ( Mc.Nicholas dan Kirby, 2012 ) Tanda dan gejala
sedangkan gejala obstruksi yakni aliran kemih yang buruk, hesistansi ketika ingin
berkemih, adanya sisa urin setelah berkemih , sensasi kencing belum tuntas dan
sesekali retensi urin akut yang memerlukan tindakan darurat ( Martinez dan
Satheesh, 2012). Komplikasi dari BPH adalah UTIs ( Urinary Tract Infection)
berulang, hematuria, gagal ginjal, retensi urin dan memerlukan operasi ( Barkin,
vesika , sehingga vesika sering berkontraksasi meskipun belum penuh dan disaat
vesika terjadi dekompensasi, akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi
akan ditemukan sisa urin didalam kandung kemih yang akan menyebabkan
penting dalam pencegahan dan pengobatan BPH untuk pencegahan BPH yaitu
dengan menerapkan pola hidup sehat serta melakukan pemeriksaan secara berkala
(Prabowo dan Pranata, 2016 ). Dalam upaya kuratif perawat harus memberikan
pemasangan kateter ( Prabowo & Pranata, 2016 ). Peran keluarga juga diperlukan
untuk merawat klien setelah Post Operasi TURP (Trans Urethral Resection
Prostat) sehingga perawat harus memberikan edukasi kepada keluarga ( Prabowo
& Pranata, 2016 ). Sebagai perawat juga penting dalam memberikan upaya
nyeri bila timbul serta pentingnya cara berkemih yang benar setelah Post Operasi
Rumusan Masalah
Untuk mengetahui lebih lanjut dari perawatan penyakit ini maka penulis
akan melakukan kajian lebih lanjut dengan melakukan asuhan keperawatan pada
Sidoarjo ?”
Tujuan Penelitian
Tujuan umum
Sidoarjo.
Tujuan Khusus
RSUD Sidoarjo.
Sidoarjo.
Manfaat
memberi manfaat :
Hasil studi kasus ini, dapat menjadi masukan bagi pelayanan di Rumah
Sakit agar dapat melakukan asuhan keperawatan klien dengan Post Operasi
Bagi peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan bagi peneliti
Metode Penelitian
Metode
peristiwa atau gejala yang terjadi pada waktu sekarang meliputi studi
Wawancara
Observasi
Pemeriksaan
Sumber Data
Data Primer
Data Sekunder
Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang
kesehatan lain.
Studi Kepustakaan
Sistematika Penulisan
memahami studi kasus ini, secara keseluruhan dibagi menjadi tiga bagian,
yaitu:
Bagian awal
Bagian inti
Bagian inti ini terdiri dari lima bab, yang masing-masing bab terdiri
Bab 2 : Tinjauan pustaka berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis
masalah.
TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab 2 ini akan diuraikan secara teoritis mengenai konsep penyakit
penyakit akan diuraikan definisi, etiologi dan cara penanganan secara medis.
evaluasi.
Konsep Penyakit
Definisi
dari kelenjar prostat, bersifat jinak disebabkan oleh hyperplasia beberapa atau
paling umum pada pria lansia dan penyebab kedua yang paling sering ditemukan
intervensi medis pada pria di atas usia 50 tahun ( Wijaya& Putri 2013).
8
9
Etiologi
androgen .
Teori sel stem, dengan meningkatnya aktivitas sel stem maka akan terjadi
produksi yang berlebihan pada sel stroma maupun sel epitel sehingga
Manifestasi Klinis
di luar saluran kemih, menurut Purnomo (2011) untuk tanda dan gejala
dari BPH yaitu : keluhan pada saluran kemih bagian bawah, gejala pada
sehingga urin tidak bisa keluar), hesistansi urin ( sulit memulai miksi),
Keluhan akibat hyperplasia prostat pada saluran kemih bagian atas berupa
tanda lain dari BPH ialah pada pemeriksaan prostat didapati membesar,
kemerahan dan tidak nyeri tekan, terjadi keletihan, anoreksia, mual dan
muntah serta rasa tidak nyaman pada epigrastik dan gagal ginjal dapat
terjadi dengan retensi kronis juga volume residual yang besar dan juga
dapat terjadi demam dengan suhu diatas normal dimana kulit teraba panas
Komplikasi
Komplikasi yang sering terjadi pada pasien BPH antara lain seiring
semakin beratnya derajat BPH maka dapat terjadi obsrtuksi saluran kemih karena
urin tidak
mampu melewati prostat sehingga dapat menyebabkan infeksi saluran
kencing (ISK) dan apabila tidak diobati dapat mengakibatkan gagal ginjal (
Wibowo, 2012).
stasis urin dalam vesika urinaria juga menjadi media bagi pertumbuhan
mikroorganisasi dan dapat menyebabkan sistitis serta jika ada refluks maka akan
Pemeriksaan Diagnostik
Anamnesa
Kumpulan gejala pada BPH dikenal dengan LUTS ( Lower Urinary Tract
terminal dribbling, terasa ada sisa setelah miksi disebut gejala obstruksi
dan untuk gejala iritatif dapat berupa urgensi, frekuensi serta disuria.
Pemeriksaan Fisik
Saat palpasi terasa adanya ballotemen dan klien akan terasa ingin
miksi. Perkusi dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya residual
urin.
finosis.
BPH, yaitu :
Pemeriksaan laboratorium
klien.
4) Pemeriksan Uroflowmetri
Salah satu gejala dari BPH adalah melemahnya pancaran urin maka
pada tulang.
Penatalaksanaan
Observasi
Yaitu pengawasan berkala pada klien setiap 3-6 bulan kemudian setiap
keluhan ringan, sedang dan berat tanpa disertai penyulit. Obat yang
Pembedahan
kemih.
(3) Prostatektomi perineal (untuk kelenjar prostat
Prosedur Pembedahan
Reseksi Prostat):
pembekuan darah.
kondisi klien.
Jenis-Jenis Anestesi
Anastesi lokal
Disebut dengan istilah bius lokal merupakan upaya untuk memblok sensasi
dan rasa sakit pada bagian tubuh tertentu. Jenis anestesi ini tidak mempengaruhi
perawatan gigi,biopsy, vasektomi, dalam proses menjahit luka kecil dan berbagai
Anestesi Regional
anggota tubuh. Jenis anestesi ini umumnya untuk prosedur yang lebih kompleks
dan rumit misalnya operasi kaki,operasi prostat dan operasi caesar. Dalam
prosedur anastesi ini pasien akan tetap sadar namun tidak akan merasakan
never blok,
Anestesi General
Patofisiologis
berawal dari kelenjar prostat yang akan mengalami hyperplasia seiring dengan
dan kandung kemih akan bekerja lebih kuat saat memompa urine, penegangan
yang terjadi secara terus menerus akan menyebabkan perubahan anatomi dari buli-
aliran balik urine dan bila terjadi terus menerus mengakibatkan hidroureter,
2010).
Terhadap Klien
1) Dampak Biologis
prostatektomi.
2) Dampak Psikolgogis
asuhan keperawatan.
3) Dampak sosiologis
4) Dampak Ekonomi
Biaya Operasi yang tinggi untuk operasi prostat dapat membuat klien
merasa tertekan dan sangat berat dalam melunasi dana tersebut karena
Rp.
yang tidak terduga yaitu sekitar 20-30% dari biaya yang diperkirakan
5) Dampak Spiritual
Terhadap Keluarga
anggota keluarganya terkena BPH maka biasanya timbul kecemasan pada keadaan
penjelasan kepada keluarga klien tentang penyakit yang di derita salah satu
anggota keluarganya. Selain itu keluarga juga harus menanggung semua biaya
perawatan selama klien dirawat di rumah sakit dan biaya operasi. Hal ini tentunya
sedangkan masalah juga bisa timbul setelah klien pulang ke rumah dan tentunya
keluarga harus bisa merawat klien. Hal ini tentunya menambah beban bagi
Pengkajian
1) Identitas
(secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun ) yang menyebabkan
(Muttaqin, 2012).
2) Keluhan utama
nyeri pada saat kencing atau disebut dengan disuria , hesistensi yaitu
memulai kencing dalam waktu yang lama dan seringkali disertai dengan
tekanan dalam uretra prostatika dan setelah post operasi TURP klien
(Muttaqin, 2012).
3) Riwayat penyakit sekarang
kemih, terdapat benjolan massa otot yang padat dibawah abdomen bawah
(Dongoes, 2012).
antibiotik, obat yang dijual bebas untuk flu/alergi serta obat yang
mengandung simpatomimetik
( Dongoes, 2012).
( Doengoes, 2012).
6) Keadaan umum
(1) B1 (Breathing)
Inspeksi:
timbul kemungkinan dapat terjadi nafas pendek dan cepat dan tidak
ada retraksi otot bantu nafas, tidak ada nafas cuping hidung,frekuensi
Palpasi :
simetris. Perkusi :
Auskultasi:
(2) B2 (Blood)
Inspeksi :
Palpasi :
hangat,CRT < 3 detik, tidak ada vena jugularis dan tidak ada
Perkusi :
Terdengar dullness
Auskultasi :
(3) B3 (Brain)
Inspeksi :
isokor.
Palpasi :
(4) B4 (Bladder)
Inspeksi :
yang terhubung urin bag, warna urin bisa kemerahan akibat bercampur
Palpasi :
(5) B5 (Bowel)
Inspeksi :
asites,terdapat luka jahit di area supra pubic (kuadran VIII), tidak mual
muntah, tonsil tidak oedem dan mukosa bibir lembab, anus tidak
terdapat hemoroid.
Palpasi :
Tidak terdapat massa dan benjolan, tidak ada nyeri tekan pada
Perkusi :
Auskultasi:
(6) B6 (Bone)
Inspeksi :
Terdapat luka insisi di bagian supra pubis akibat operasi prostat klien
tetapi tetap perlu dikaji kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah
dengan berdasarkan pada nilai kekuatan otot 0-5, di kaji juga adanya
warna hitam keturanan asia, kaji keadaan luka apa terdapat pus atau
tidak, kaji ada tidaknya infeksi, dan kaji keadaan luka bersih atau
tidak.
Palpasi :
(7) B7 ( Indera)
Inspeksi :
normal.
Palpasi :
Pada telinga tidak ditemukan nyeri tekan dan tidak terdapat luka serta
(8) B8 ( Endokrin)
Inspeksi :
Terlihat dari postur tubuh klien proposional sesuai jenis kelamin dan
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan kecuali pada supra pubis akibat insisi.
Diagnosa Keperawatan
diharapkan pola berkemih klien kembali normal dan jumlah keluaran urin
Kriteria Hasil :
konstipasi.
4) Kandung kemih kosong secara penuh ,tidak ada residu urine >100-200 cc,
intake cairan dalam rentang normal, tidak ada spasme bladder , blance
Intervensi :
1) Jelaskan pada klien dan keluarga klien tentang pentingnya sediaan waktu
kemih.
urin.
Diagnosa kedua :Nyeri akut berhubungan dengan agent injury fisik ( Insisi
Pembedahan).
Kriteria Hasil :
1) Klien dan keluarga klien memahmi tentang penyebab nyeri dan cara
terkontrol
dengan benar
ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = nyeri berat, 10 = nyeri sangat berat dan
klien tampak rileks serta nyaman, klien akan tidur / istirahat dengan
tenang.
Intervensi :
1) Jelaskan kepada klien dan keluarga tentang penyebab nyeri yang timbul
pada klien.
keluarga.
3) Ajarkan teknik ditraksi dan relakssi serta latihan nafas dalam bila nyeri
timbul.
nyeri, 1-3 = nyeri ringan, 4-6 = nyeri sedang, 7-9 = nyeri berat, 10 = nyeri
sangat berat
analgesik.
Kriteria Hasil :
2) Klien dan keluarga klien melaporkan bahwa klien mau menambah intake
cairan
Intervensi :
1) Jelaskan kepada klien dan keluarga klien tentang cara penularan penyakit,
terjadinya infeksi.
R/ Membantu klien agar terhindar dari infeksi baik di rumah sakit maupun di
rumah.
4) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan fecal.
syok.
diharapkan.
samping pembedahan.
Kriteria Hasil :
batas normal
Intervensi :
2) Anjurkan pada klien untuk diet makanan tinggi serat dan rutin minum obat
perdarahan.
perdarahan.
4) Pantau traksi kateter : catat waktu traksi dipasang dan kapan traksi akan
dilepas.
5) Observasi TTV tiap 4 jam, observasi masukan dan haluaran serta warna
urin.
frozen plasma).
Kriteria Hasil :
Intervensi :
penyembuhan.
mandiri.
3) Dampingi dan bantu klien dalam mobiliasi dan bantu penuhi kebutuhan
ADL klien.
R/ Pendampingan dilakukan untuk membantu klien dalam memenuhi
ADLs.
Implementasi Keperawatan
( Setiadi,2012).
kesehatan
Evaluasi Keperawatan
dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
keadaan pasien ( hasil yang diamati ) dengan tujuan dan kriteria hasil yang
TINJAUAN KASUS
Pada bab ini akan disajikan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan yang
pada tanggal 31 Desember 2019-2 Januari 2020 di Ruang Mawar Kuning RSUD
Sidoarjo.
Pengkajian
Identitas klien
Klien atas nama Tn. S berusia 72 tahun, suku Jawa, agama islam,
mempunyai riwayat pendidikan SD, pekerjaan sebagai petani dan alamat tempat
Sidoarjo.
Riwayat Keperawatan
operasi prostat.
35
36
Riwayat penyakit saat ini : klien mengatakan sudah merasakan nyeri pada
bagian genetalia dan merasakan ada benjolan sejak 20 November 2019 namun
Desember 2019 klien mengeluhkan nyeri yang sangat berat dan kencing terputus-
putus serta susah memulai berkemih, sehingga dokter menyarankan lagi untuk
operasi prostat. Klien setuju dan dirawat di Mawar Kuning sebelum operasi .
berlangsung dari jam 13.45 WIB sampai 14.00 WIB. Klien kembali ke ruang
rawat inap Mawar Kuning pada jam 16.00 WIB dan saat pengkajian pada 31
prostatnya kemarin, rasanya seperti di tusuk pisau, sering timbul durasi 1- 2 menit
1) Riwayat kesehatan yang lalu : klien mengatakan tidak punya riwayat sakit
bahwa didalam keluarganya tidak pernah ada yang memiliki riwayat sakit
rumah cukup ventilasi dan cahaya matahari bisa masuk dan area rumah
dekat persawahan , komunitas dengan lingkungannya cukup mempunyai
bekerja keras, perokok aktif, sering begadang, dan suka minuman energik.
sehingga klien sadar bahwa harus merubah pola hidup lebih sehat lagi jika sudah
pulang ke rumah nantinya, rutin minum obat yang diberikan dan kontrol jika ada
keluhan lain.
Genogram
Keterangan :
: Laki-laki
: Wanita
: Meninggal
: Klien
: Tinggal serumah
3.1 Gambar genogram Tn. S dengan Diagnosa Medis Post Operasi TURP
Pemeriksaan fisik
Tanda – Tanda vital : tekanan darah 120/60 mmHg , suhu 36,0 oC (Lokasi
respirasi 20x/menit.
normal, irama nafas teratur , retraksi otot bantu nafas (-), alat bantu nafas
(-
JVP (-).
Cm ).
3) Perkusi : terdengar suara redup / pekak, letak jantung dalam batas normal
sinistra.
kejang (-), kaku kuduk (-), brudinsky (-), nyeri kepala (-),pusing
jam/hari, serta tidak ada kelainan nervus kranialis, pupil isokor, reflek
terkaji,kateter 3 way (+), irigasi kateter (+), jumlah urin 1000cc dengan
bau khas dan berwarna kuning jernih tampak sedikit warna merah muda di
Input Ouput
Minum : 1500cc/24jam Urin : 1000cc/24jam
Air metabolisme : 5x54kg : 270 cc IWL : 10x54kg : 540 cc
Infus PZ 500 cc/24jam
Injeksi antrain : 3x500mg/2ml: 3x5cc :
15cc/24jam
Injeksi Asam Tranexamat : 3x100mg/5ml :
3x5cc : 15 cc/24jam
Injeksi Anbacim : 3x1gr: 3x10 : 30 cc/24 jam
1) Inspeksi : mulut bersih tidak ada lesi, mukosa bibir lembab, bentuk bibir
rumah sakit tidak pernah, tenggorokan tidak ada kesulitan menelan, tidak
ada kemerahan dan tidak ada pembesaran tonsil, BAB 1 kali sehari dengan
2) Palpasi : abdomen tegang (-), asites (-), kembung (-), nyeri tekan (-)
1) Inspeksi : ROM bebas,kekuatan otot 5-5-5-5 , fraktur (-). dislokasi (-), kulit
1) Inspeksi :
simetris, strabismus tidak ada , ketajaman penglihatan baik alat bantu (-).
penciuman normal.
Data Psikososial :
ada.
Identitas :
lelaki.
Peran :
perannya.
Ideal Diri :
diberikan kesehatan.
menyayanginya.
berhenti.
sabar merawatnya .
Harga diri :
Data Spiritual :
Sumber kekuatan / harapan saat sakit : klien mengatakan sholat dan berdoa.
Ritual agama yang bermakna / berarti / harapan saat ini : berdoa dan sholat
akan sembuh.
Persepsi terhadap penyakit : klien merasa bahwa ini ujian dari sang kuasa.
Data Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan Lain :
ada kelainan
klasifikasi
Kesimpulan : BPH (vol.2,13cc) , kedua ren & buli-buli saat ini tak tampak
kelainan.
Infus PZ/ Sodium Chloride 500cc/24 jam. Kegunaan dari infus Sodium
Injeksi Anbacim 3x1gr. Kegunaan dari obat ini untuk mencegah dan
operasi prostat.
R : genetalia
S:4 Terputusnya
DO : pembedahan
2) Kesadaran :
composmetis
Nyeri akut
3) GCS : 4-5-6
4) Wajah tampak
menyeringai
5) TTV :
TD : 120/60
mmhg N :
80x/menit
S : 36 ° C
RR : 20x/menit
6) Post TURP +
3) Menggunakan kateter 3
way Resiko
Do :
menyeka, mengganti
dibantu keluarga.
3) Post TURP ( +)
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
PRIORITAS
80 mmhg proses
- Nadi : 80 - pengembangan
100x/menit paru-paru .
°C dapat menurunkan
seseorang dan
teknik distraksi
membantu klien
melupakan rasa
nyerinya dengan
memperhatikan hal
atau fokus yang
lain.
5. Tingkat intensitas
menunjukan skala
nyeri.
6. Peningkatan tanda
vital menunjukan
pada klien.
7. Pemberian obat
analgesik
membantu
dalam meredakan
nyeri dan
mencegah
terjadinya infeksi.
2. Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan pada 1. Dengan edukasi
penyebab dari
perdarahan dan tanda-tanda 2. Dengan
mmhg
-Diastole : 60-80 hematuria dan prostatika yang
7. Transfusi darah
dapat mencegah
dan mengatasi
perdarahan karena
kekurangan atau
kelainan komponen
darah misalnya
pada penderita
talasemia.
3. Setelah dilakukan tindakan 1. Jelaskan tujuan 1. Dengan
normal:
Tekanan darah :
-Sistole : 100-120 4. Memantau
mmhg perkembangan
100x/menit
-Suhu : 36,4-37,4
°C
-RR : 15-24x/menit
Implementasi Keperawatan
keluarga klien,
ada
mulut
seperti mendengarkan
music , mengajak
hidung kemudian
dikeluarkan secara
distraksi ( mengajak
vital : TTV :
TD : 120/60 mmhg
N : 80x/menit
S : 36 ° C
RR : 20x/menit
1000cc/24jam.
aktivitas
Skala = 4
Ekspresi menyeringai
perdarahan setelah
penekanan di dalam
hitam
vitamin K untuk
mengurangi perdarahan.
2019.
hematuria dan
hematemesis untuk
ada.
antibiotik.
vital : TTV :
TD : 130/60
mmhg N :
80x/menit
S : 36,9 ° C
21.15 RR : 18x/menit
2. Mengevaluasi intensitas
saat aktivitas
Skala = 2
meningkatkan mobilitas
21.25 penyembuhan.
mandiri.
klien.
pemberian analgesic
- Injeksi Anbacim 1 gr
vital : TTV :
TD : 120/60 mmhg
N : 85x/menit
S : 36 ° C
RR : 19x/menit
wajah relax.
Evaluasi keperawatan
RSUD Sidoarjo
berkurang.
2. Klien memahami
tentang teknik
manajemen nyeri :
teknik relaksasi
(napas panjang
distraksi (mengobrol
keluarga) dan
penyebab nyeri
O:
1. Klien mampu
menunjukan
ketrampilan dalam
teknik manajemen
nyeri : teknik
relaksasi (napas
panjang melalui
(mengobrol dengan
keluarga) dengan
benar.
kesadaran
composmetis, GCS
4- 5-6.
3. Skala 2
4. Wajah Rileks
5. TTV :
TD : 130/60 mmhg
N : 80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
P : Intervensi dilanjutkan 4-
5-6
b.d terputusnya
jaringan, trauma 1. Klien mengatakan
tanda perdarahan
tertahankan karena
susah BAB.
O:
1. Klien mengikuti
instruksi untuk
membatasi aktivitas
setelah pembedahan.
hematuria dan
hematemesis.
4. TTV :
TD : 130/60
mmhg N :
80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
A : Masalah teratasi
P: Intervensi dihentikan
1 Januari 2020 Hambatan S:
1. Klien mengatakan
mobilitas fisik
memahami tujuan
b.d nyeri akut.
dari peningkatan
mobilitas.
2. Klien melaporkan
mau melakukan
mobilisasi sesuai
kemampuan.
O:
1. Klien mampu
meningkatkan
aktivitas fisiknya,
mampu mengubah
posisi,memenuhi
kebutuhan ADL
sehari-hari secara
mandiri.
5. TTV :
TD : 130/60
mmhg N :
80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
A: Masalah teratasi
P : Intervensi dihentikan
Tabel 3.8 Evaluasi Keperawatan
nyeri
O:
nyeri.
dengan benar.
kesadaran composmetis,
GCS 4-5-6
3. Skala 0
4. Wajah Rileks
5. TTV :
TD : 130/60 mmhg
N : 80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
A : Masalah teratasi
jaringan,
O:
trauma bekas 1. Klien mengikuti instruksi
setelah pembedahan.
dan hematemesis.
4. TTV :
TD : 130/60
mmhg N :
80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
A : Masalah teratasi
melakukan mobilisasi
sesuai kemampuan.
O:
1. Klien mampu
meningkatkan aktivitas
fisiknya, mampu
mengubah
posisi,memenuhi
3. TTV :
TD : 130/60
mmhg N :
80x/menit
S : 36,9 ° C
RR : 18x/menit
A: Masalah teratasi
PEMBAHASAN
Pengkajian
pada klien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan data dari
Identitas
sudah berumur 72 tahun dan ia seorang lelaki. Menurut Muttaqin (2012) BPH
merupakan pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada pria
lebih tua dari 50 tahun ) yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretral dan
73
74
Keluhan Utama
Pada keluhan utama antara kasus dengan teori tidak ditemukan adanya
kesenjangan antara teori dan kasus dilapangan karena Tn. S saat itu mengeluhkan
keluhan yang paling dirasakan oleh klien pada umumnya adalah nyeri pada saat
kencing atau disebut dengan disuria , hesistensi yaitu memulai kencing dalam
waktu yang lama dan seringkali disertai dengan mengejan disebabkan karena otot
intravesikal guna mengatasi adanya tekanan dalam uretra prostatika dan setelah
Riwayat Penyakit
(2012) klien datang dengan keluhan adanya nyeri tekan pada kandung kemih,
terdapat benjolan massa otot yang padat dibawah abdomen bawah (distensi
kandung kemih). Sehingga antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus tidak
Pada riwayat penyakit dahulu tidak ditemukan ada kesenjangan antara teori
sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit kronis, tidak pernah operasi dan tidak
memiliki alergi obat namun sering mengkonsumsi obat flu dan antibiotic yang
dijual bebas.
Menurut teori Dongoes (2012) klien dengan BPH biasanya sering mengkonsumsi
agen antibiotik, obat yang dijual bebas untuk flu/alergi serta obat yang
dengan kasus.
Ditemukan kesenjangan antara kasus dengan teori. Pada tinjauan kasus Tn.
S mengatakan bahwa tidak ada keluarganya yang memiliki riwayat sakit seperti
prostat yang dialaminya ataupun penyakit lainya seperti hipertensi dan penyakit
kasus ditemukan bahwa Tn. S seorang perokok aktif , suka minuman energik, dan
kurang istirahat karena sering begadang. Menurut Dongoes (2012) rata –rata
seorang laki-laki terkena penyakit tumor prostat maupun kanker prostat memiliki
Pemeriksaan Fisik
simetris keadaan bersih dan tidak ada secret, pergerakan dada simetris, irama
nafas regular tetapi ketika nyeri timbul kemungkinan dapat terjadi nafas pendek
dan cepat dan tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak ada nafas cuping
2012).
simetris kanan-kiri, susunan ruas tulang belakang normal, irama nafas teratur ,
retraksi otot bantu nafas (-), alat bantu nafas (-),tidak ada batuk (-), sputum (-),
nyeri dada (-
),vocal fremitus kanan-kiri sama, thorax terdengar sonor, dan suara paru vesikuler.
dengan tinjaun kasus yaitu Tn. S tidak mengalami nafas pendek dan cepat saat
nyeri timbul dikarenakan rentang skala nyeri pada Tn. S masih dalam batas
klasifikasi (sedang) sehingga Tn. S tidak terjadi masalah sedangkan pada tinjauan
teori terjadi masalah pada sistem pernafasan akibat dari tingginya rentang skala
dan mengakibatkan terjadinya nafas pendek dan cepat saat timbul nyeri.
tekanan darah meningkat, tidak ada varises, phelbritis maupun oedem pada
hangat,CRT < 3 detik, tidak ada vena jugularis dan tidak ada clubbing finger pada
klavikula kiri dan mid sternalis kiri , BJ 2 tunggal terdengar di ICS 5 sternalis kiri
nyeri dada (-),sianosis (-),clubbing finger (-), pembesaran, JVP (-), ictus cordis
kuat
, (Posisi ICS V midclavikula sinistra, ukuran : 1 Cm ), terdengar suara redup /
pekak, letak jantung dalam batas normal di ICS II sternalis dextra sinistra sampai
dengan ICS V mid clavicula sinistra, terdengar suara jantung: S1 , S2 tunggal dan
denyut nadi dalam batas normal 80 x/menit dengan tensi normal 120/60 mmhg.
dengan tinjauan kasus karena tinjauan pustaka didapatkan nadi dan tekanan darah
meningkat akibat dari respon klien merasakan adanya nyeri yang timbul pada saat
pengkajian pemeriksaan fisik penulis menemukan denyut nadi dan tekanan darah
pada Tn. S masih dalam batas normal yaitu untuk nadi 80x/menit, tekanan darah
composmentis, GCS 4-5-6 ,bentuk wajah simetris, pupil isokor, dan tidak ada
nyeri kepala. Pada kasus Tn. S ditemukan kesadaran composmentis GCS 4-5-6,
orientasi cukup baik, kejang (-), kaku kuduk (-), brudinsky (-), nyeri kepala
(-),pusing (-
),istirahat/tidur kurang lebih siang selama 2 jam/hari dan malam 8 jam/hari, serta
tidak ada kelainan nervus kranialis, pupil isokor, reflek terhadap cahaya normal
dan tidak ada nyeri tekan pada kepala (Mustika, dkk 2012).
terdapat bekas luka post operasi TURP di daerah genetalia, bisa terjadi retensi urin
karena adanya kloting (post-op), terpasang kateter DC yang terhubung urin bag,
umumnya klien juga terpasang drainase dibawah umbilicus sebelah kanan dan
sakit tidak terkaji,kateter 3 way (+), irigasi kateter (+), jumlah urin 1000cc dengan
bau khas dan berwarna kuning jernih tampak sedikit warna merah muda di dalam
urin bag dan balance cairan dengan jumlah 540cc cairan terexessive.
baik,bentuk abdomen simetris, tidak ada asites,terdapat luka jahit di area supra
pubic (kuadran VIII), tidak mual muntah, tonsil tidak oedem dan mukosa bibir
lembab, anus tidak terdapat hemoroid.tidak terdapat massa dan benjolan, tidak ada
nyeri tekan pada abdomen dan tidak ada pembesaran organ,terdengar suara
Pada kasus Tn. S ditemukan mulut bersih tidak ada lesi, mukosa bibir
lembab, bentuk bibir normal, gigi bersih, kebiasaan gosok gigi selama di rumah 2
x sehari di rumah sakit tidak pernah, tenggorokan tidak ada kesulitan menelan,
tidak ada kemerahan dan tidak ada pembesaran tonsil, BAB 1 kali sehari dengan
konsistensi padat, warna kuning , bau khas , memakai pampers, masalah eleminasi
alvi (-), pemakaian obat pencahar (-), abdomen tegang (-), asites (-), kembung (-),
Pada sistem pencernaan untuk tinjauan kasus dengan tinjauan pustaka tidak
insisi di bagian supra pubis akibat operasi prostat klien umumnya tidak memiliki
gangguan pada sistem musculoskeletal tetapi tetap perlu dikaji kekuatan otot
ekstremitas atas dan bawah dengan berdasarkan pada nilai kekuatan otot 0-5, di
kaji juga adanya kekuatan otot atau keterbatasan gerak, warna kulit normal,rambut
warna hitam keturanan asia, kaji keadaan luka apa terdapat pus atau tidak, kaji ada
tidaknya infeksi, dan kaji keadaan luka bersih atau tidak, turgor kulit elastis, akral
fraktur (-). dislokasi (-), kulit sawo matang, kemampuan ADL parsial karena klien
detik, lembab (+), aktivitas klien yang sebagian dibantu oleh keluarga ialah
akibat luka operasinya dan Tn.S masih terpasang irigasi kateter sehingga
ditemukan adanya
masalah klien dalam beraktivitas tetapi masih tetap perlu dikaji lebih dalam jika
faktor usia, pendengaran juga mulai berkurang karena faktor usia, perasa dalam
keadaan normal, peraba juga dalam keadaan normal dan penciuman juga dalam
keadaan batas normal, pada telinga tidak ditemukan nyeri tekan dan tidak terdapat
luka serta pada hidung tidak ada nyeri tekan maupun luka (Mustika, dkk 2012).
Pada tinjauan kasus Tn. S ditemukan pupil isokor, reflek cahaya sensitif,
mengecil saat terkena cahaya,konjungtiva merah muda, sklera putih ,tidak ada
bantu (-), hidung : bentuk normal , mukosa hidung lembab, sekret (-),ketajaman
pendengaran cukup baik, alat bantu (-), Tn. S mampu merasakan manis,pahit,
asam, asin dengan baik, respon Tn. S cukup baik terhadap sentuhan.
jenis kelamin dan usianya, tidak terlihat hiperpigmentasi kulit, terdapat jakun pada
klien, tidak ada pembesaran payudara klien, tidak terdapat pembesaran abdomen
karena lemak, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, GDS dalam batas normal,
tidak ada nyeri tekan kecuali pada supra pubis akibat insisi (Mustika, dkk 2012).
Pada kasus Tn. S ditemukan tidak ada luka ganggren, pembesaran kelenjar
Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh (Nurarif & Kusuma 2015) beberapa
diantaranya ialah :
kasus dengan tinjauan pustaka. Pada tinjauan kasus Tn. S diperoleh tiga diagnosa
yaitu nyeri akut berhubungan dengan agent injury fisik (Insisi Pembedahan).
hambatan mobilitas fisik b.d nyeri akut. Sedangkan pada tinjaun pustaka ada
beberapa diagnosa yang tidak muncul yaitu gangguan eleminasi urin berhubungan
tinjauan pustaka tidak ditemukan adanya kesenjangan karena sudah seuai dengan
kebutuhan pasien dan pustaka yang ditemukan dalam buku NANDA NICNOC
dengan agent injury fisik (Insisi Pembedahan) untuk tinjaun pustaka menurut (
Nur arif & Kusuma, 2015) merencanakan tindakan mandiri keperawatan yaitu
panjang) dan relaksasi ( mengajak ngobrol klien lain), dan tindakan dalam
keluarga tentang penyebab nyeri , membantu memberikan posisi semi fowler serta
klien lain atau keluarga) serta berkolaborasi dengan tim medis lain dalam
kesenjangan antara tinjaun pustaka dengan tinjaun kasus karena pada tinjauan
pustaka menurut ( Nurarif & Kusuma, 2015) klien akan mendapat edukasi tentang
penyebab perdarahan ,dianjurkan untuk diet makan tinggi serat dan sementara
waktu membatasi aktivitasnya serta perawat harus mencatat waktu traksi kateter
baik pemasangan dan pelepasanya. Pada tinjauan kasus penulis membuat rencana
sama halnya seperti yang dijabarkan oleh tinjauan pustaka dengan memberikan
klien untuk makan makanan yang memiliki serat cukup baik untuk memudahkan
Pada diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik b.d
nyeri akut antara tinjaun pustaka dengan tinjauan kasus tidak ditemukan
kesenjangan karena pada tinjauan pustaka menurut ( Nurarif & Kusuma, 2015)
setelah masa operasi dan memotivasi klien untuk segera mobilisasi agar tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan. Pada tinjauan kasus penulis membuat rencana
untuk memberikan edukasi pada Tn.S dan memotivasi agar segera mungkin
Implementasi Keperawatan
Implementasi yang dilakukan oleh penulis sama seperti rumusan rencana tindakan
klien berdasarkan pada data yang diperoleh dari pengkajian dan perumusan
diagnosa keperawatan.
dengan agent injury fisik (Insisi Pembedahan), pertama penulis melakukan bina
tentang penyebab nyeri dan teknik dalam mengontrol nyeri yang timbul yaitu
distaraksi (
menarik nafas panjang ) dan relaksasi ( ngobrol dengan klien lain atau keluarga),
memberikan posisi semi fowler agar merasa nyaman, mengobservasi selalu tanda-
tanda vital serta intensitas dan rentang skala nyeri juga berkolaborasi dengan
dokter untuk pemberian obat analgesik (antrain 1gr) dan antibiotik (anbacim 1gr).
perdarahan ialah nyeri, feses berwarna hitam karena susah dalam defekasi,
menganjurkan pada klien untuk diet makanan tinggi serat dan rutin minum obat
waktu traksi dipasang dan kapan traksi akan dilepas, mengobservasi adanya
dan haluaran urin juga tidak lupa untuk berkolaborasi dengan dokter dalam
Pada diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik b.d
nyeri akut perencanaan tindakan keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis
kebutuhan ADLs secara mandiri, mendampingi dan bantu klien dalam mobiliasi
dan bantu penuhi kebutuhan ADL klien dan mengkaji tanda vital klien setelah
pasien ( hasil yang diamati ) dengan tujuan dan kriteria hasil yang di buat
(Rohmah,
N. 2014). Evaluasi dilakukan selama 1x24 jam dengan harapan klien mampu
mengontrol nyeri, skala nyeri berkurang atau dalam rentang 0-3, memahami
distraksi ( nafas panjang) dan relaksasi (ngobrol dengan klien lain atau keluarga)
secara mandiri serta tanda vital dalam batas normal: tekanan darah : sistole : 100-
120 mmhg ,diastole : 60-80 mmhg , nadi : 80 -100x/menit s,uhu : 36,4-37,4 °C,
RR : 15-24x/menit
Evaluasi pada tinjauan kasus yang dilakukan oleh penulis didapatkan data
subyektif dan obyektif , pada data subyektif untuk diagnosa nyeri akut
nyeri sudah berkurang, Tn. S memahami tentang teknik manajemen nyeri nyeri
distraksi ( nafas panjang) dan relaksasi (ngobrol dengan klien lain atau keluarga)
secara mandiri dan penyebab nyeri , pada data obyektif didapatkan keadaan
,kesadaran composmetis, GCS 4-5-6 , skala 0, wajah rileks, tanda vital : tekanan
18x/menit. Masalah nyeri akut sudah teratasi untuk planning intervensi dihentikan
karena klien direncanakan pulang pada jam 08.00 dapat terjadi kesenjangan antara
tinjauan kasus dengan teori karena pada kasus penulis menyelesaikan kasus
tersebut selama 2x24 jam sedangkan pada teori menyatakan evaluasi dapat
trauma bekas insisi dilakukan selama 1x24 jam diharapkan klien memahami
penyebab perdarahannya, mengikuti anjuran untuk diet tinggi serat dan membatasi
aktivitas klien agar tidak terjadi hematuria serta tanda vital dalam batas normal:
perdarahan, Tn. S melaporkan mau melakukan diet makanan sesuai saran tenaga
medis. Untuk data obyektif , Tn. S mengikuti instruksi untuk membatasi aktivitas
setelah pembedahan, tidak ada tanda hematuria dan hematemesis, tanda vital:
tekanan darah 130/60 mmhg, nadi 80x/menit, suhu 36,9 ° C, frekuensi pernapasan
karena klien dijadwalkan pulang pukul 08.00 dini hari serta pada tanggal 1 Januari
2020 irigasi dan traksi kateter Tn. S telah dilepas sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak adanya kesenjangan antara tinjauan kasus deng tinjauan pustaka.
Diagnosa ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik b.d nyeri akut evaluasi
dilakukan selama 1x24 jam diharapkan klien dapat beraktivitas secara mandiri dan
ADL sehari-hari secara mandiri, tanda vital tekanan darah 130/60 mmhg, nadi
pukul 08.00 dini hari. Dengan demikian tidak ada kesenjangan antara tinjaun
PENUTUP
secara langsung pada Tn.S dengan diagnosa medis Post Operasi (Trans Urethral
Resection Prostat) di ruang mawar kuning RSUD Sidoarjo, maka penulis dapat
mutu asuhan keperawatan pada klien dengan diagnosa medis Post Operasi (Trans
SURAKARTA.Https://id.scribd.com/doc/98489855/Askep-Bph-fix-Bngett2
: Salemba Medika
Mediaction Jogja.
Nuha Medika
92
Medika
World Health Organization. 2015. Diakses pada tanggal 9 Juli 2019 pukul 15.00
WIB.Https://www.who.int/ncds/governance/policies/Bhutan-NCD-
MAP2015-2020.pdf
Lampiran 2
Dosen Pembimbing
Ns. Faida Annisa ,S.Kep, MNS
Disusun Oleh :
Febriany Carla Prameswary (1701052)
(SAP)
I. LATAR BELAKANG
jinak yang dapat menekan uretra dan menyebabkan obstruksi urin yang
kandungan zink dan vitamin b6 yang penting untuk prostat yang sehat (
Agung, 2017).
meninggal termasuk 14 juta orang yang berusia 30-70 tahun yang mana
banyak diderita oleh laki-laki dari pada wanita , tiga perempat dari
kematian akibat BPH 28 jutanya di negara-negara yang berpenghasilan
kurang lebih 13 juta penderita dan dinyatakan kira-kira 0,8 juta pria
jiwa menderita BPH dibanding dengan jumlah penduduk saat ini yaitu
gejala dan komplikasi dari BPH masih belum tuntas dan jelas (
gejala obstruksi yakni aliran kemih yang buruk, hesistansi ketika ingin
tuntas dan sesekali retensi urin akut yang memerlukan tindakan darurat
Dalam upaya kuratif perawat harus memberikan obat yang tepat sesuai
klien tentang cara mengontrol nyeri bila timbul serta pentingnya cara
II. TUJUAN
a) UMUM
b) KHUSUS
Prostat Hiperplasia).
Prostat Hiperplasia.
III. PENGORGANISASIAN
Penyaji : Febriany Carla Prameswary
IV. MATERI
` Terlampir
V. MEDIA
Leaflet
VI. KEGIATAN PEMBELAJARAN
No Waktu Kegiatan
1. 5 menit Pembukaan:
1. Memberi salam pembukaan
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan penyuluhan
4. Membagikan leaflet
2. 10 menit Pelaksanaan:
Hiperplasia).
operasi.
3. 3 menit Evaluasi:
1. Memberi waktu untuk peserta
bertanya
4. 2 menit Penutup:
1. Memberikan ucapan terimakasih
dan salam
Keterangan :
= Sasaran
= Mahasiswa/I perawat
VIII. EVALUASI KEGIATAN
1. Evaluasi Struktur
a. Persiapan Media
Media yang akan digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan
siap digunakan. Media yang digunakan adalah leaflet
2. Evaluasi Proses
a. Kegiatan penyuluhan yang akan diberikan diharapkan berjalan
lancar dan sasaran memahami tentang penyuluhan yang diberikan
b. Peserta diharapkan memperhatikan materi yang diberikan
3. Evaluasi Hasil
a. Jangka Pendek
- Sasaran mengerti sekitar 80% dari materi yang diberikan
- Sasaran memahami tentang perawatan di rumah post operasi TURP
BPH.
- Meningkatkan pengetahuan sasaran mengenai pentingnya
perawatan di rumah post operasi TURP BPH.
- Dapat menjadi agen perubahan dengan cara membagikan pesan
tentang pentingnya perawatan di rumah post operasi TURP BPH.
X. LAMPIRAN MATERI
pembesaran prostat secara patologis yang paling umum pada pria lansia dan
penyebab kedua yang paling sering ditemukan intervensi medis pada pria di
saat berkemih atau menetesnya pada akhir berkemih, pancaran uri meleha
membesar.
4. Komplikasi BPH (BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA )
PROSTAT HIPERPLASIA )
3) Tidak merokok
10) Segera rujuk ke klinik terdekat/ rumah sakit jika menemukan tanda
– tanda urin berwarna keruh, berbau busuk dan nyeri saat berkemih,
Medis dan Nanda Nic-Noc. Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta. Mediaction Jogja
Purwanto, Hadi.2016.Keperawatan Medikal Bedah II.Jakarta:Kemenkes RI
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2013.