Anda di halaman 1dari 4

Berkolaborasi dalam

Membuat Konten
Sekarang ini bukan lagi zamannya harus serba sendiri, terlebih dalam konteks
pemasaran. Baik itu dari sisi content creator dan brand atau perusahaan, keduanya
memerlukan kolaborasi agar lebih efektif dalam mendapat eksposur audiens dan
mencapai objektif pemasaran. Bentuk kolaborasi yang umumnya terjadi antara content
creator dan brand adalah konten pemasaran, meliputi konten endorsement, affiliate
marketing, dan lainnya. Mesikpun bentuk konten pemasaran beragam, tetapi alur kerja
atau tahapan kolaborasi antara content creator dan brand umumnya sebagai berikut:

1. Contacting brands or content creators (menghubungi pihak yang akan diajak


kolaborasi)
- Jika kamu adalah content creator yang sudah terkenal, biasanya brand
dengan value atau karakter yang sama dengan kamu akan menghubungimu
untuk mengajak kolaborasi dalam konten pemasaran. Mereka biasanya
menghubungi via e-mail, nomor WhatsApp manajer kamu, atau langsung fitur
pesan yang terdapat di platform.

- Jika kamu content creator pemula yang ingin melakukan monetisasi konten
melalui kolaborasi dengan brand, kamu perlu membuat media-kit atau CV-nya
seorang content creator. Dengan media-kit tersebut lah kamu bisa
mempromisikan dirimu kepada brand-brand yang kamu tawari kolaborasi.
Media-kit bisa dalam banyak format, seperti business card, portofolio satu
lembar, ataupun fail presentasi. Tetapi yang perlu kamu perhatikan, media-kit
kamu harus berisi:
 Biografi singkat
 Statistik engagement dan demografi audiens
 Prestasi atau pencapaian sebagai content creator
 Riwayat kolaborasi dengan brand-brand lain
 Value dan USP (Unique Selling Point)

1
Lalu, bagaimana cara seorang content creator terhubung dengan brand?
Caranya adalah menghubungi mereka via e-mail dengan personal dan juga
tetap profesional, sebagai berikut:
1. Sapa bagian PR atau Marcomm dari suatu brand di awal e-mail tanpa
ada typo.
2. Sampaikan alasan cocoknya brand tersebut dengan value dan
cakupan audiens kamu.
3. Sampaikan ide konten pemasaran yang bagus untuk kolaborasi
sebagai pertimbangan mereka.
4. Lampirkan kolaborasi-kolaborasi dengan brand lain yang sukses dan
juga media-kit kamu.
Selain via e-mail, kamu bisa terhubung dengan brand-brand di platform
sponsorship atau dengan menghadiri digital marketing atau creator events.

2. Sit together at one table (berdiskusi menyepakati kolaborasi yang akan


dilakukan)
Tahap ini adalah tahap yang penting agar content creator dan brand memiliki
ekspektasi yang sejalan. Karena adanya gap ekspektasi dalam kolaborasi
konten pemasaran akan membuat konten tersebut tidak mencapai
objektifnya. Jadi, dalam tahap ini harus ada over-communicate terhadap
poin-poin yang ada di dokumen brief yang dibuat oleh pihak brand dan
standar atau kesanggupan kamu sebagai content creator.
Untuk over-communicate, kamu sebagai content creator harus:
1. Membaca kontrak perjanjian dengan detail. Baca item ketentuan
konten yang harus kamu buat, detail timeline dari pre hingga pasca
produksi konten, eksklusivitas, sampai besar dan jadwal pembayaran.
2. Jika ada item atau poin dalam kontrak perjanjian yang belum jelas
atau membuat kamu keberatan, kamu bisa menanyakan dan
menegosiasikannya, misal:
- Tipe konten pemasaran belum jelas, apakah hard-selling atau
soft-selling. Kamu bisa memastikan hal tersebut ke pihak brand.
- Item ketentuan konten yang terkesan kaku bertolak belakang
dengan karakter atai value kamu yang ceria, kamu bisa

2
menanyakan sekaligus menegosiasikan “apakah bisa saya
modifikasi dengan bahasa yang lebih casual?” sambil memberi
masukan kamu.
- Fee kolaborasi untuk tipe konten yang diminta dibawah rate card
yang kamu tetapkan. Kamu bisa menginisiasi counter offer
dengan menawarkan mengganti tipe konten atau membatasi
penyebutan brand dalam konten.
- Pihak brand tidak bisa mengubah fee kolaborasi dan tidak bisa
merubah ketentuan konten yang tertulis di kontrak perjanjian,
kamu bisa coba menegosiasikan durasi eksklusivitas menjadi
lebih pendek dari seharusnya.
Penting: Negosiasi bukan berarti memaksa. Jika setelah diskusi tidak
ada jalan tengah untuk melakukan kolaborasi, kamu bisa menolak
penawaran dengan sopan sambil menyertakan alasan kamu.

3. Brainstorming the idea (membuat ide konten bersama-sama)


Dalam tahap ini kedua pihak jangan hanya terfokus pada tema konten yang ada
di kontrak perjanjian, tetapi juga harus mempertimbangkan tren yang sedang
berlangsung di media, jadi cara brainstorm ide konten, yaitu:
1. Perhatkan tren-tren yang sedang berlangsung di media.
2. Kembangkan ide-ide konten yang berdasar tema yang telah ditentukan
dan juga tren yang sedang berlangsung.
3. Kembangkan storyline untuk setiap ide tersebut.
4. Sepakati satu ide storyline yang akan dikerjakan.

4. Produce the content (produksi konten)


Proses dari tahap ini biasanya sepenuhnya di tangan content creator, dengan
langkah-langkah produksi sebagai berikut:
1. Buat storyboard untuk membantumu tetap in line dengan ketentuan
konten dan ide storyline. Storyboard berisi naskah, detail footage,
sampai ilustrasi yang akan melengkapi konten.
2. Shooting. Pada saat shooting, kamu harus memastikan kamera sudah
fokus dan stabil, mic stabil, dan pencahayaan cukup tidak gelap atau

3
over-exposure.
3. Editing. Hal ini meliputi Cutting, efek, transisi, color grading, music
scoring, dan aspek-aspek editing lainnya.

5. Evaluate the content (evaluasi konten)


Sebelum konten di-posting,konten tersebut masih perlu ditanjau lagi oleh pihak
brand untuk dicek kesesuaiannya dengan ketentuan konten dan ide storyline
yang disepakati. Jika ada revisi atas kesalahan content creator, content creator
harus merevisi konten tersebut sampai mendapat approval.

Etika yang harus dilakukan dalam kolaborasi antara content creator dan brand

1. Boleh memakai bahasa yang casual dalam diskusi bersama asalkan tetap
sopan.
2. Jangan membuat konten yang mengandung hate speech atau berbau SARA.

3. Penuhi item-item yang terdapat di dalam kontrak perjanjian dengan penuh


tanggung jawab.

4. Jaga profesionalitas dengan tidak mundur di tengah perjanjian. Jika ada hal-hal
urgent yang membuat mundur, sampaikan dengan jelas dan tepati denda atau
pemotongan fee yang terdapat di kontrak perjanjian.

5. Jangan menyepelekan atau menunda-nunda pembayaran fee. Tetap patuhi


kontrak perjanjian.

Anda mungkin juga menyukai