1. Perusahaan Koperasi.
Diatur dlm UU No. 25/1992 ttg Pokok2 Perkoperasian. Tujuan dasar dr bdn
usaha koperasi (ps. 3 UUPK), memajukan kesejahteraan anggota khususnya
& masy. Pd umumnya serta ikut membangun masy yg maju, adil & makmur
berlandaskan Pancasila & UUD 1945.
2. Perusahaan Negara/BUMN
Diatur dlm UU No. 19/2003 ttg BUMN, yaitu bdn usaha yg seluruh atau
sebagian modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan scr langsung yg
berasal dr kekayaan negara yg dipisahkan.
3. Perusahaan Swasta
a. Maatschap (perseroan perdata/perkumpulan) : UD, PO.
Dikenal jg dgn “kongsi” merup. bentuk kerjasama paling sederhana, diatur
pd Ps. 1618-1652 BW, merup. bentuk dasar dr bentuk2 perseroan yg
diatur dlm KUHD.
b. Firma (ps. 16-18 KUHD)
Yaitu, perserikatan dagang antara bbrp perusahaan utk menjalankan
usaha antara 2 org/lebih dg memakai nama bersama.
Pemilik Fa terdiri dr bbrp org yg bersekutu & masing2 anggota
persekutuan menyerahkan kekayaan pribadi sesuai yg tercantum dlm akta
pendirian perusahaan.
Ciri2 Firma :
Didirikan lebih dr 1 org dlm suatu perjanjian
Memasukkan sesuatu ( brg/uang) dgn maksud utk melakukan
perusahaan dibawah satu nama.
Membagi keuntungan yg didapatnya
Anggota2nya masing2 langsung memp. Tanggung jwb renteng
(bersama) & sepenuhnya thdp pihak ketiga
Setiap persero, tdk dikecualikan, berkuasa utk bertindak atas nama
firma (mengeluarkan uang, mengadakan perjanjia, dll)
Mengikat persero lain kpd pihak ketiga.
Pendiriannya dilakukan dgn akta notaris, meskipun bukan sbg syarat
mutlak.
PERANTARA DAGANG :
Makelar (ps. 62-ps. 70 KUHD)
Komisioner (Ps. 76 KUHD)
Pialang (tdk diatur dlm KUHD), merup. perantara dagang dlm
perdagangan efek di pasar modal, dgn melayani permintaan para
investor utk membeli/menjual efek.
Perantara dagang yg terikat krn hub. perburuhan (pelayan toko,
pekerja keliling, pengurus filiasi, pemegang prokurasi).
PENYELESAIAN SENGKETA DAGANG
ARBITRASE :
Ps. 377 HIR/705 Rbg, jika org INA dan timur asing menginginkan
persengketaannya diputus oleh juru pemisah, maka wajiblah diturut peraturan
pengadilan perkara yg berlaku bagi gol. Eropa.
Yang dlm perkembangannya diatur lg dlm UU No. 30/1999 ttg arbitrase &
alternatif penyelesaian sengketa.
KLAUSULA ARBITRASE :
1. Persetujuan arbitrase hrs diadakan scr tertulis & ditandatangani oleh para
pihak, jika para pihak tdk mampu menandatangani, maka persetujuan hrs
dibuat dihadapan notaris.
2. Persetujuan hrs memuat :
a. Masalah yg menjadi sengketa
b. Nama & tempat tinggal para pihak
c. Nama serta tempat tinggal arbiter/angg. Arbiter, hrs dlm jumlah ganjil
d. Tempat arbiter/majelis arbiter akan mengambil keputusan
e. Nama lengkap sekretaris
f. Jangka waktu penyelesaian sengketa
g. Pernyataan kesediaan arbiter
h. Pernyataan dr pihak yg bersengketa utk menanggung segala biaya yg
diperlukan utk penyelesaian sengketa melalui arbitrase.
JENIS ARBITRASE :
Cirinya :
a. penunjukan arbitratornya dilakukan scr perorangan & dipilih sendiri
berdasarkan kesepakatan para pihak.
a) Kddkannya tdk terkait dg suatu bdn arbitrase ttt
b) Tdk memiliki aturan & tata cara sendiri (baik mengenai pengangkatan
arbitratornya maupun tata cara pemeriksaan)
c) Tunduk sepenuhnya kpd aturan tata cara yg ditentukan oleh UU
Tetapi tdk tertutup kemungkinan bahwa arbitrase Ad Hoc ini tunduk pada
suatu rule/konvensi ttt yg dikehendaki para pihak, ex. UNCITRAL.
Hal ini dpt dilakukan jika dlm perj. arbitrasenya trdpt klausul pilihan
hukum.
2. Arbitrase Institusional
Ciri2nya :
a) Keberadaannya sudah eksis sblm timbulnya sengketa
b) Bersifat permanen, artinya tetap berdiri meskipun sengketanya telah
diputus
c) Organisasinya dan ketentuan ttg tata cara bagaimana mengangkat
arbitratornya maupun tata cara pemeriksaan sengketanya telah
ditetapkan aturannya.
MANFAAT ARBITRASE :
Konsultasi
Mediasi
Negosiasi
Konsiliasi