1. Jika mengacu pada pengertian umum, hukum dagang merupakan
serangkaian norma yang timbul khusus dalam dunia usaha atau kegiatan perusahaan 2. Persekutuan perdata dilakukan dengan tujuan memasukan sesuatu dalam persekutuan dan membagi keuntungannya diantara pihak-pihak yang bersekutu. Sedangkan perserikatan perdata dibentuk hanya sebagai wadah pihak didalamnya untuk berkumpul dan tidak ada bisnis yang menggunakan nama perserikatan terjadi di dalamnya. 3. Hukum Dagang yang berlaku di Indonesia, bersumber dari KUHD (Wetboek van Koophandel voor Indonesie) dan Buku III KUHP (Burgerlijk Wetboek) tentang perikatan. KUHD sendiri dibagi menjadi II buku, yaitu Buku I Tentang Perniagaan Pada Umumnya dan Buku II tentang Tentang hak dan kewajiban yang ditimbulkan oleh karena perkapalan. Bersama dengan sumber hukum yang telah disebutkan diatas, terdapat hukum tertulis yang belum dikodifikasikan yang juga menjadi sumber hukum dagang. Terdapat 4 undang-undang yang menjadi acuan, yaitu: 1. UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan, 2. UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas 3. UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar modal 4. UU No. 32 Tahun 1997 tentang Perdagangan Berjangka Komoditi 4. Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian, di mana penanggung mengikat diri terhadap tertanggung dengan memperoleh premi, untuk memberikan kepadanya ganti rugi karena suatu kehilangan, kerusakan, atau tidak mendapat keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dapat diderita karena suatu peristiwa yang tidak pasti. (Pasal 246 KUHD). Syarat sahnya terdiri dari apa yang terdapat dalam pasal 1320 KUHPer dan 251 KUHD, yaitu: a) kesepakatan mereka yang mengikatkan dirinya; (Harus berdasarkan kemauan bebas kedua pihak dan bukan karena kekhilafan, paksaan, dan penipuan) b) kecakapan untuk membuat suatu perikatan; (Pasal 1330 KUHPer: Orang yang belum dewasa, dibawah pengampuan, dan perempuan yang telah kawin dalam hal-hal yang ditentukan undang-undang dan pada umumnya semua orang yang oleh undang-undang dilarang untuk membuat persetujuan tertentu.) c) suatu pokok persoalan tertentu; (Barang harus ada atau bisa dijamin keadaannya) d) suatu sebab yang tidak terlarang; (Pasal 1337 KUHPer: Isi perjanjian tidak boleh bertentangan dengan UU, norma kesusilaan dan ketertiban umum) e) permberitahuan, yakni tertanggung wajib memberitahukan kepada penanggung mengenai keadaan obyek asuransi. Apabila lalai maka pertanggungan menjadi batal 5. Menurut penjelesan UUPK, Konsumen akhir adalah pengguna atau pemanfaat akhir dari suatu produk, sedangkan konsumen antara adalah konsumen yang menggunakan suatu produk sebagai bagian dari proses produksi suatu produk lainnya. Pengertian konsumen dalam Undang-undang ini adalah konsumen akhir. SOAL BAWAH 1. Sejarah KUHD: Burgerlijk Wetboek /BW ( KUHPerdata ) dan Wetboek van Koophandel/WvK ( KUHD ) mulai berlaku di Hindia Belanda waktu itu ( Indonesia , sekarang ) sejak 1 Mei 1848. Di Belanda sendiri BW dan WvK mulai berlaku sejak 1 Oktober 1838. Sejak kemerdekaan , dasar berlakunya Wvk/KUHD adalah Psl II Aturan Peralihan UUD1945 sebelum diamandemen. Di Belanda sendiri sejak merdeka dari penjajahan Perancis pada tahun 1813, BW dan Wvk adalah kodifikasi operan dari Code Civil untuk BW dan Code de Commerce untuk WvK. Code Civil untuk BW dan Code de Commerce untuk WvK, turunan dari Hukum Romawi Kuno. Hukum Dagang, hukum bagi para Pedagang. Pedagang ( Koopleiden ) adalah orang yang menjalankan perbuatan perniagaan. Koopleiden ( Pedagang ) kemudian diganti dengan istilah Bedrijft ( Perusahaan ). Perusahaan mulai diatur dalam norma hukum sejak lahirnya UU No.3/82 ( UUWDP – dicabut oleh UU No. 11/2020 : UUCK), kemudian diatur juga dalam UU No.8/97 ( UUDP ), UU No. 20/2003 ( UUKetenagakerjaan ). Sumber hukum : BW ( KUHPerdata ) , WvK (KUHD), UUPT. UUPasar Modal, UU Penanaman Modal, UU Perbankan, UU Asuransi, UU HAKI, UU Perlindungan Konsumen, UU Anti Monopoli, UU Rahasia Dagang, UU Arbitrase, UUBUMN, Peraturan Perundang-undangan diluar KUHPdt dan KUHD yang terkait dengan Lingkup Hukum Dagang. 2. Arti perkumpulan: a) Perkumpulan dalam arti sempit (Veregniging) i. Perkumpulan merupakan bentuk asal persekutuan tapi tidak bertujuan ekonomis ii. Perkumpulan yang bukan menjadi bentuk dasar dari persekutuan dan sebagainya, yang berdiri sendiri dan terpisah dari bentuk yang lainnya serta diatur dalam perundang-undangan tersendiri iii. Tidak berorientasi pada tujuan utama untuk keuntungan/laba serta tidak menjalankan perusahaan iv. Istilah perkumpulan ini vereniging (awal terbentuknya perserikatan perdata/burgerlijk vennootschap) b) Perkumpulan dalam arti luas i. Perkumpulan yang tidak memiliki kepribadian tertentu dan tidak dapat dibedakan dengan perkumpulan jenis lain ii. Terbentuknya persekutuan: ada beberapa orang yang memiliki kepentingan yang sama terhadap sesuatu, berkehendak/sepakat mendirikan perkumpulan, memiliki tujuan yang sama; untuk melaksanakan tujuan tersebut maka mengadakan kerja sama dalam perkumpulan yang dibentuk 3. Badan usaha tidak berbadan hukum: a) Karakteristik utamanya adalah, tanggung jawab pemilik perusahaan tidak terbatas. Artinya bila ada tuntutan dari pihak ketiga terhadap perusahaan yang tidak berbadan hukum, aset pribadi pemilik perusahaan bisa disita jika aset perusahaan tidak mencukupi untuk melunasi utang-untang perusahaan kepada pihak ketiga. Yang termauk BU ini adalah perusahaan dagang, persekutan perdata, firma, dan CV Badan usaha berbadan hukum: a) Merupakan suatu badan yang mampu dan berhak serta berwenang untuk melakuka tindakan-tindakan perdata. Hal ini berarti bahwa pada dasarnya keberadaan badan hukum bersifat permanen, artinya suatu badan hukum tidak dapat dibubarkan hanya dengan persetujuan para pendiri atau anggotanya. 4. Prinsip Asuransi: a) PRINCIPLES OF INSURABLE INTEREST (PRINSIP KEPENTINGAN) b) PRINCIPLES OF INDEMNITY (PRINSIP GANTI RUGI) c) PRINCIPLE UTHMOST GOOD FAITH (PRINSIP ITIKAD BAIK) d) PRINCIPLES OF SUBROGATION (PRINSIP SUBROGASI) 5. Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen. Dasar hukum berlakunya terdapat dalam Pasal 1 Ayat 10 UU No. 8 Tahun 1999/UUPK. Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausula baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti.