Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BADAN HUKUM, BENTUK-BENTUK BADAN USAHA


KONVENSIONAL DAN SYARIAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum Bisnis


Dosen Pengampu : Dr. Dailibas.,SE.,MM.,Mak.,PIA.,CFrA.,Ak.,CA

Oleh :

Oleh

DINI NURFADILAH 1710631030063

KELAS 6E

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2020
1.1 BADAN HUKUM
A. Pengertian Badan Hukum
Badan hukum merupakan suatu organisasi atau perkumpulan yang dibuat dengan
akta yang otentik dan dalam hukum diperlakukan sebagai orang yuang mempunyai hak
dan kewajiban atau disebut juga dengan subyek hukum yang dapat dalam bentuk orang
atau badan hukum.
Dua macam Subyek Hukum dalam pengertian hukum adalah :
1. Natuurlijke Persoon (natural person) yaitu manusia pribadi (Pasal 1329 KUHPerdata).
2. Rechtspersoon (legal entitle) yaitu badan usaha yang berbadan hukum (Pasal 1654
KUHPerdata).

B. Jenis Badan Hukum


Berdasarkan materinya Badan Hukum dibagi atas :
1. Badan Hukum Publik (publiekrecht) yaitu badan hukum yang mengatur hubungan
antara negara dan atau aparatnya dengan warga negara yang menyangkut
kepentingan umum/publik, seperti hukum pidana, hukum tata negara, hukum tata
usaha negara, hukum international dan lain sebagainya. Contoh : Negara,
Pemerintah Daerah, Bank Indonesia.
2. Badan Hukum Privat (privaatrecht) yaitu perkumpulan orang yang mengadakan
kerja sama (membentuk badan usaha) dan merupakan satu kesatuan yang memenuhi
syarat-syarat yang ditentukan oleh hukum. Badan Hukum Privat yang bertujuan
Provit Oriented (contoh : Perseroan Terbatas) atau Non Material (contoh : Yayasan).

1.2 BENTUK-BENTUK BADAN USAHA KONVENSIONAL


1. PERSEROAN TERBATAS
a. Pengertian Perseroan Terbatas
1) Adalah organisasi bisnis berbadan hukum resmi yang dimiliki oleh minimal dua
orang dengan tanggung jawab yang hanya berlaku pada perusahaan tanpa
melibatkan harta pribadi atau perseorangan yang ada di dalamnya.
2) Adalah Badan Hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan
usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini (Pasal 1 ayat (1) UU No. 1
Tahun 1995).
b. Ciri dan Sifat Perseroan Terbatas
1. PT sebagai asosiasi modal.
2. Kekayaan dan utang PT adalah terpisah dari kekayaan dan utang pemegang saham.
3. Pemegang saham bertanggung jawab secara terbatas dalam PT.
4. Adanya pemisahan fungsi antara Pemegang Saham dan Pengurus atau Direksi.
5. Memiliki Komisaris yang berfungsi sebagai pengawas.
6. Kekuasaan tertinggi berada pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

c. Tanggung Jawab Pemegang Saham


Diatur dalam Pasal 3 ayat (1) UU PT, yaitu :
1) Pemegang saham bertanggung jawab hanya pada apa yang disetorkan (tanggung
jawab terbatas atau limited liability).
2) Pemegang saham tidak bertanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi nilai
saham yang telah diambilnya.
3) Pemegang saham tidak bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat
atas nama perseroan.

d. Status Badan Hukum Perseroan Terbatas


Perseroan memperoleh status badan hukum setelah Akta Pendirian yang dibuat Notaris
disahkan oleh Menteri Kehakiman (Pasal 7 ayat (6) UU PT). Dalam pembuatan Akta
Pendirian Perseroan, dapat diwakili oleh orang lain berdasarkan surat kuasa yang
diberikan oleh pendiri perseroan tersebut.

e. Pendirian Perseroan Terbatas


Dalam Pasal 7 ayat (1) UU PT menyatakan bahwa :
"Perseroan Terbatas didirikan oleh 2 (dua) orang atau lebih dengan akta notaris yang
dibuat dalam bahasa Indonesia".

f. Berakhirnya Perseroan Terbatas


Pasal 114 UU PT menentukan suatu perseroan menjadi bubar atau berakhir karena :
1) Keputusan Rapat Umum Pemegang Saham.
2) Jangka waktu PT sudah berakhir.
3) Bubar karena penetapan Pengadilan.
4) Penetapan Pengadilan tentang pembubaran PT dilakukan berdasarkan permohonan
dari :
a. Kejaksaan, karena dugaan bahwa perseroan melanggar kepentingan umum
b. Pemegang saham mewakili paling sedikit 10% suara.
c. Pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya cacat hukum dalam Akta
Pendirian PT.

2. KOPERASI
a. Pengertian Koperasi
1) Adalah suatu kumpulan orang-orang untuk bekerja sama demi kesejahteraan
bersama
2) Adalah badan hukum yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi
yang melandaskan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip-prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas kekeluargaan
(Pasal 1 ayat (1) UU No.25 Tahun 1992).

b. Fungsi dan Peranan Koperasi


1) Membangun dan mengembangkan potensi serta kemampuan ekonomi anggota pada
khusunya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosialnya.
2) Berperan serta aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
3) Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan
perekonomian nasional.
4) Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional yang
merupakan usaha bersama atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi.

c. Bentuk Koperasi
Berdasarkan pada kesamaan kegiatan dan kepentingan ekonomi anggotanya, ada dua
bentuk Koperasi yaitu :
1. Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan orang
seorangan. Koperasi Primer dibentuk oleh minimal 20 (dua puluh) orang.
2. Koperasi Sekunder adalah Koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
beberapa Koperasi. Koperasi Sekunder dibentuk oleh minimal 3 (tiga) Koperasi
Primer. Penggabungan (amalgamasi) dan peleburan Koperasi.

d. Pendirian Koperasi
Pembentukan Koperasi (baik Koperasi Primer maupun Koperasi Sekunder) dilakukan
dengan akta pendirian yang memuat Anggaran Dasar Koperasi (Pasal 7 UU Koperasi).

e. Status Badan Hukum Koperasi


Koperasi adalah Badan Hukum (Pasal 1 UU No. 25 Tahun 1992). Koperasi akan
memperoleh Badan Hukum setelah akta pendiriannya disahkan oleh Pemerintah dengan
mengajukan permohonan tertulis yang disertai Akta Pendirian Koperasi, berita acara
rapat pembentukan Koperasi, surat bukti penyetoran modal (minimal sebesar simpanan
pokok), serta rencana awal kegiatan Koperasi melalui Departemen Koperasi dan
Pengusaha Menengah Kecil (Pasal 9 UU Koperasi).

f. Pembubaran Koperasi
Pembubaran Koperasi dapat dilakukan berdasarkan :
1) Keputusan Rapat Anggota.
2) Keputusan Pemerintah.
Pemerintah dapat membubarkan Koperasi apabila :
a. Terdapat bukti bahwa Koperasi yang bersangkutan tidak memenuhi ketentuan
Undang-undang Koperasi.
b. Kegiatannya bertentangan dengan ketertiban umum dan atau kesusilaan.
c. Kelangsungan hidupnya tidak dapat lagi diharapkan.

3. PERSEKUTUAN PERDATA (MAATSCHAP)


a. Pengertian Persekutuan Perdata
Persekutuan sebagai suatu perjanjian dimana dua orang atau lebih mengikatkan diri
untuk memasukkan sesuatu ke dalam persekutuan dengan maksud untuk membagi
keuntungan (Pasal 1618 KUHPerdata).
b. Unsur-unsur dalam Persekutuan Perdata meliputi :
1. Adanya pemasukan sesuatu ke dalam perserikatan (inbreng).
2. Inbreng dapat berupa uang, barang, atau tenaga (Pasal 1619KUHP).
3. Adanya pembagian keuntungan atau kemanfaatan diperoleh dari pemasukan tersebut.

c. Pembagian Keuntungan Persekutuan Perdata


1) Pembagian dilakukan menurut harga nilai dari pemasukan masing-masing sekutu
kepada persekutuan.
2) Sekutu yang hanya memasukkan kerajinan saja pembagiannya sama dengan sekutu
yang nilai barang pemasukkannya terendah, kecuali ditentukan lain.
3) Sekutu yang hanya memasukkan tenaga kerja mendapat bagian keuntungan sama
rata, atau disamakan dengan sekutu yang memasukkan uang atau benda terkecil,
kecuali ditentukan lain(Pasal 1633 ayat (2) KUHPerdata).

d. Pendirian Persekutuan Perdata


Didirikan berdasarkan perjanjian diantara para pihak (asaskonsensualisme) dan tidak 
memerlukan pengesahan Pemerintah.

e. Status Hukum Persekutuan Perdata


Berdasarkan Pasal 1644 KUHPerdata maka Persekutuan Perdata bukan termasuk badan
hukum, karena pada suatu badan hukum, perbuatan seorang sekutu atas nama
persekutuan akan mengikat persekutuan tersebut terhadap pihak ketiga.

f. Berakhirnya Persekutuan PerdataBerdasarkan Pasal 1646 KUHPerdata, Persekutuan


Perdata dapat berakhir akibat :
1. Lewatnya waktu dimana persekutuan diadakan.
2. Musnahnya barang atau selesainya perbuatan yang menjadi pokok persekutuan.
3. Atas kehendak semata-mata dari beberapa sekutu.
4. Salah satu sekutu meninggal, berada dibawah pengampunan atau jatuh pailit.

4. PERSEKUTUAN FIRMA (Fa)


a. Pengertian Firma
Firma adalah suatu Persekutuan Perdata yang menyelenggarakan perusahaan atas
nama bersama dan tiap-tiap sekutu yang tidak dikecualikan satu dengan lain hal dapat
mengikatkan Firma dengan pihak ketiga dan mereka masing-masing bertanggung
jawab atas seluruh hutang Firma secara tanggung-menanggung (Pasal 16 s.d. Pasal 18
KUHDagang).

b. Pendirian Firma
Persekutuan Firma terbentuk sejak adanya kata sepakat secara lisan atau tertulis
antara para sekutu (pendiri), baik dengan akta otentik maupun akta di bawah tangan
(Pasal 16 KUHDagang jo. Pasal 1618 KUHPerdata). Bentuk perjanjian mendirikan
Persekutuan Firma adalah perjanjian konsensuil.

c. Status Hukum Persekutuan Firma


Bahwa Persekutuan Firma adalah badan hukum, karena berlaku sebagai badan hukum
yang berarti berlaku sebagai “persoon” terhadap hukum, juga sebagai subjek hukum
yang mempunyai hak dan kewajiban hukum sendiri (Pasal 16, 17 dan 18
KUHDagang). Tetapi pendapat yang umum di Indonesia menyatakan bahwa
Persekutuan Firma belum merupakan badan hukum, karena meskipun dalam Firma
sudah dipenuhi syarat-syarat materiil suatu badan hukum, tetapi syarat formilnya
belum terpenuhi.

d. BerakhirnyaFirma
Firma merupakan Persekutuan Perdata bentuk khusus, maka bubarnya Firma berlaku
peraturan yang sama dengan Persekutuan Perdata yang diatur dalam Bab VIII, Buku
III, KUHPerdata, mulai dari Pasal 1646 s.d. Pasal 1652 KUHPerdata, serta Pasal 31
s.d. Pasal 35 KUHDagang.

e. Ciri dan Sifat Firma


1) Apabila terdapat hutang tak terbayar, maka setiap pemilik wajib melunasi dengan
harta pribadi.
2) Setiap anggota firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.
3) Keanggotaan firma melekat dan berlaku seumur hidup.
4) Seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan firma.
5) Pendiriannya tidak memerlukan akta pendirian.
6) Mudah memperoleh kredit usaha.
5. Persekutuan Komanditer (CV)
a. Pengertian Persekutuan Komanditer
Persekutuan secara melepas uang dinamakan Persekutuan Komanditer, didirikan antara
satu orang atau beberapa orang sekutu yang bertanggung jawab secara pribadi untuk
seluruhnya, dengan satu atau beberapa orang sebagai pelepas uang pada pihak lain
(Pasal 19 ayat (1) KUHDagang).

b. Pendirian Persekutuan Komanditer


Persekutuan Komanditer bisa didirikan secara lisan (perjanjian konsensuil) atau
membuat akta pendirian di hadapan Notaris yang dijadikan sebagai alat bukti (Pasal 22
KUHDagang). Dalam mendirikan Persekutuan Komanditer harus berdasarkan Akta
Notaris, didaftarkan di Kepaniteraan Pengadilan Negeri yang berwenang dan
diumumkan dalam Tambahan Berita Negara R.I.

c. Status Hukum Persekutuan Komanditer


Pendapat yang umum di Indonesia menyatakan bahwa Persekutuan Komanditer belum
merupakan badan hukum, karena meskipun dalam Persekutuan Komanditer sudah
memenuhi syarat-syarat materiil suatu badan hukum, tetapi pengesahan dari Pemerintah
belum dipenuhi sebagai syarat formilnya.

d. Modal Persekutuan Komanditer


Dasar Hukum Persekutuan Komanditer adalah suatu “Maatschap”, sehingga dalam
perjanjian kerjasamanya, baik sekutu komplementer maupun sekutu komandit wajib
memasukkan modal ke dalam persekutuan demi tercapainya tujuan persekutuan.

e. Berakhirnya Persekutuan Komanditer


Persekutuan Komanditer merupakan Persekutuan Firma bentuk khusus, maka
Persekutuan Komanditer berlaku ketentuan yang sama dengan Persekutuan Firma.

f. Ciri dan Sifat Persekutuan Komanditer


1) Sulit untuk menarik modal yang telah disetor.
2) Modal besar karena didirikan banyak pihak.
3) Mudah mendapatkan kredit pinjaman.
4) Ada anggota aktif yang memiliki tanggung jawab tidak terbatas dan ada yang pasif
tinggal menunggu keuntungan.
5) Relatif mudah untuk didirikan.
6) Kelangsungan hidup perusahaan Perseroan Komanditer tidak menentu.

6. YAYASAN
a. Pengertian Yayasan
Adalah suatu Badan Hukum yang terdiri atas kekayaan yang dipisahkan dan
diperuntukkan untuk mencapai tujuan tertentu di bidang sosial, keagamaan dan
kemanusiaan yang tidak mempunyai anggota (Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No. 16
Tahun 2001).

b. Status Badan Hukum Yayasan


Kedudukan badan hukum Yayasan diperoleh bersamaan dengan waktu berdirinya
Yayasan.
Hal-hal yang dapat menyebabkan hilangnya kedudukan Yayasan sebagai badan hukum
antara lain :
a. Bertentangan dengan ketertiban umum.
b. Dalam mencapai tujuannya bertentangan dengan kesusilaan dan hukum.

c. Ciri-ciri Yayasan
1) Bersifat dan bertujuan sosial, keagamaan dan kemanusiaan.
2) Tidak semata-mata mengutamakan keuntungan atau mengejar/mencari keuntungan
penghasilan yang sebesar-besarnya.
3) Tidak mempunyai anggota.

d. Hak dan Kewajiban Yayasan


1) Hak dari Yayasan adalah berhak untuk mengajukan gugatan.
2) Kewajiban dari Yayasan adalah wajib mendaftarkan yayasan tersebut pada instansi
yang berwenang untuk mendapatkan status badan hukum.
e. Pendirian Yayasan
Syarat formil dalam mendirikan Yayasan adalah akta otentik dan disahkan oleh
Notaris. Akta pendirian Yayasan memuat Anggaran Dasar yang berisi tentang :
1) Kekayaan yang dipisahkan.
2) Nama dan tempat kedudukan Yayasan.
3) Tujuan Yayasan.
4) Bentuk dan susunan pengurus serta cara penggantian anggota pengurus.
5) Cara pembubaran Yayasan.
6) Cara menggunakan sisa kekayaan dari Yayasan yang telah dibubarkan.

1.3 BENTUK-BENTUK BADAN USAHA SYARIAH


1. ASURANSI SYARIAH
Bentuk asuransi mutual ini merupakan bentuk asuransi paling primitif namun jika
dibandingkan dengan asuransi modern akan terdapat beberapa perbedaan pokok.  Dasar-
dasar asuransi mutual adalah anggota baik secara individu maupun secara bersama-sama
sebagai penanggung sekaligus tertanggung. Ditinjau dari sifat organisasinya, tidak ada
maksud-maksud mencari keuntungan juga tidak ada maksud eksploitasi memperkaya salah
satu pihak dengan memeras yang lain. Sementara itu dalam asuransi mutual kerugian yang
ditanggung bersama seluruh anggota didasarkan pada prinsip kerjasama kemanusiaan,
saling memikul beban orang lain. Trnasfer kerugian tidak dilandaskan pada prinsip
mencari rente.
            Keuntungan investasi di bagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan
perusahaan selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil. Adanya Dewan Pengawas Syariah
dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan
dalam mengawasi manajemen produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan
dengan syariat Islam.

2. BANK SYARIAH
Bank syariah juga mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary)
antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami
kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana
(deficit unit). Melalui bank kelebihan dana-dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-
pihak yang memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak.
Hubungan antara Bank syariah dengan nasabahnya bukan hubungan antara
debitur dengan kreditur, melainkan hubungan kemitraan antara penyandang dana (shahib
al maal) dengan pengelola dana (mudharib). Oleh karena itu tingkat laba Bank Syariah
bukan saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham, tetapi
juga berpengaruh terhadap bagi-hasil yang dapat diberikan kepada nasabah menyimpan
dana.

Bank Syariah dapat menarik dana pihak ketiga atau masyarakat dalam bentuk :
1) Titipan (wadiah) simpanan yang dijamin keamanan dan pengembalian nya
(guaranteed deposit) tetepi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan;
2) Partisipsi modal berbagi hasil dan berbagi resiko (non guaranteed account) untuk
investasi umum (general investment account / mudharabah mutlaqah) dimana bank
akan membayar bagian keuntungan secara proporsional dengan portfolio yang didanai
dengan modal tersebut;
3) Investasi khusus (special investmen

3. KOPERASI SYARIAH
Koperasi syariah adalah bentuk koperasi yang memiliki prinsip, tujuan, dan
kegiatan usaha yang berdasarkan syariah islam, yaitu alquran dan assunah.
Secara umum, koperasi ini adalah entitas bisnis koperasi yang menjalankan kegiatan
usahanya berdasarkan prinsip syariah. Semua unit bisnis, produk, dan operasi koperasi
dilakukan sesuai dengan fatwa dewan syariah nasional (dsn) dewan ulama indonesia.
Dengan demikian, dalam operasi koperasi ini tidak akan ada unsur riba,
masyarakat dan ghara. Selain itu, badan usaha ini juga tidak diizinkan untuk melakukan
berbagai transaksi derivatif seperti lembaga keuangan islam lainnya.
Tujuan koperasi syariah adalah untuk membantu meningkatkan anggotanya serta
kesejahteraan masyarakat pada umumnya, serta untuk mengembangkan ekonomi
Indonesia sesuai dengan prinsip-prinsip Islam.

Anda mungkin juga menyukai