Anda di halaman 1dari 5

Personality and Psychopathological Aspects in Animal

Article title
Hoarding Measured Through HTP.
Journal Konteks klinis
Volume/page Vol. 13 No. 1
Year 2020
Doi 10.4013/ctc.2020.131.01

Dalton Breno Costa / André Goettems Bastos / Daiana


Meregalli Schütz / Daiane Santos de Oliveira / Laura del
Writer
Huerto / Vânia Saretta Fiametti / Cristiano Dal Forno /
Roberta Araujo Monteiro Goelzer / Tatiana Quarti Irigaray.

Latar belakang dari penulisan jurnal ini adalah parahnya


masalah penimbunan hewan pada saat ini serta
mengidentifikasi hubungan antara ciri-ciri kepribadian,
Background/Variable jumlah total hewan, dan jenis hewan yang ditimbun /
Under Test
Variabel yang diuji yaitu penarikan diri (f=88), kecemasan
(f=77), organicity (f=70), regresi (f=69), insecurity (f=57),
rigidity (f=53) dan kebutuhan akan rasa aman (f=44)
Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui ciri-
Research Purposes ciri kepribadian pada individu dengan Animal Hoarding
Disorder melalui Tes House-Tree-Person (HTP).

Subjek penelitian yang digunakan adalah warga kota Porto


Alegre yang diidentifikasi oleh Special Secretariat for
Research Subject Animal Rights (SEDA) sebanyak 29 peserta yang
memenuhi kriteria diagnostik untuk Gangguan Penimbunan
Hewan di DSM-5 (Amerika).
Theory used 1. Menarik Diri
Menurut DSM-5, Penarikan (Kelompok Ciri
Kepribadian Disfungsional) digambarkan sebagai
penarikan sosial-emosional dari pengalaman
interpersonal interaksi, di mana individu lebih suka
menyendiri, serta menunjukkan ketidaknyamanan dalam
situasi sosial. Preferensi untuk sosial isolasi juga diamati
pada sampel penimbun hewan ini, mereka merasa hidup
dengan hewan memberikan kenyamanan emosional
untuk penimbun yang menghadirkan kesulitan dalam
hubungan afektif.

2. Kecemasan
Rasa cemas atau anxiety adalah hal yang normal
dirasakan ketika seseorang menghadapi situasi atau
mendengar berita yang menimbulkan rasa takut atau
khawatir. Namun, anxiety perlu diwaspadai jika muncul
tanpa sebab atau sulit dikendalikan, karena bisa jadi hal
tersebut disebabkan oleh gangguan kecemasan.

3. Organicity
Menurut Buck (2003), Organicity (Klaster Patologi)
merupakan perilaku memanifestasikan dirinya dalam
individu dengan kecenderungan terfokus pada diri
mereka sendiri, yang mewujudkan penderitaan mereka
melalui masalah organik. Studi lain menunjukkan
individu dengan penimbunan hewan mungkin memiliki
demensia dan kurangnya kemampuan empatik mengenai
kerawanan hewan.

4. Regresi
Regresi adalah proses kembali ke tahap perkembangan
sebelumnya, di mana seseorang merasa paling nyaman.
Bisa juga disebut sebagai respon umum seseorang yang
sedang frustasi atau ketika sedang mendapat tekanan.
Di situasi tersebut, perilaku mereka dapat mengalami
kemunduran, biasanya balik ke kebiasaan mereka di usia
yang lebih muda. Misalnya anak 10 tahun mengalami
stres, akhirnya nyamannya seperti anak usia 5 tahun,
ngambek, ngompol. Ini adalah bentuk mekanisme
pertahanan diri untuk mengatasi cemas atau rasa stres.

5. Insecurity
Insecurity merupakan perasaan tidak mampu, kurang
percaya diri, disertai dengan ketidakpastian dan
kecemasaan akan tujuan, kemampuan maupun hubungan
dengan orang lain. Insecurity ini bisa muncul dalam
berbagai bentuk yang secara umum terkait dengan
perasaan ditolak, tidak dicintai, merasa terisolasi dan
lainnya, Perasaan tersebut dapat muncul karena secara
alami manusia telah terbiasa membandingkan diri,
memberikan penilaian, maupun mengevaluasi diri. Salah
satunya karena pengalaman masa lalu yang kurang
menyenangkan. Pengalaman tersebut bisa berupa
komentar negatif dari orang yang dianggap penting
ataupun melihat pengalaman orang lain yang kurang
menyenangkan. Kondisi itu menjadikan seseorang ingin
menghindari perilaku tersebut dan menyesuaikan
perilaku.
6. Rigidity
Rigidity adalah karakteristik kognitif dimana individu
melihat dirinya dan orang lain sebagai baik atau buruk,
memilih antara kesedihan atau kematian, dimana
individu susah atau tidak mungkin dapat berpikir
fleksibel untuk mencari solusi atas masalah yang sedang
dihadapi. Individu yang memiliki pikiran bunuh diri
susah untuk membayangkan adanya alternatif untuk
penderitaannya. Marzuk, Hartwell, Leon, dan Poetra
(dalam Ellis & Rutherford, 2008), menyatakan bahwa
cognitive rigidity merupakan karakteristik yang
mendasari dichotomous thinking dan problem-solving
deficit.

7. Kebutuhan akan rasa aman


Kebutuhan-kebutuhan akan rasa aman ini diantaranya
adalah rasa aman fisik, stabilitas, ketergantungan,
perlindungan dan kebebasan dari daya-daya mengancam
seperti kriminalitas, perang, terorisme, penyakit, takut,
cemas, bahaya, kerusuhan dan bencana alam. Serta
kebutuhan secara psikis yang mengancam kondisi
kejiwaan seperti tidak diejek, tidak direndahkan, tidak
stres, dan lain sebagainya. Kebutuhan akan rasa aman
berbeda dari kebutuhan fisiologis karena kebutuhan ini
tidak bisa terpenuhi secara total. Manusia tidak pernah
dapat dilindungi sepenuhnya dari ancaman-ancaman
meteor, kebakaran, banjir atau perilaku berbahaya orang
lain. Menurut Maslow, orang-orang yang tidak aman
akan bertingkah laku sama seperti anak-anak yang tidak
aman. Mereka akan bertingkah laku seakan-akan selalu
dalam keadaan sangat terancam. Seseorang yang tidak
aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan stabilitas
secara berlebihan serta akan berusaha keras menghindari
hal-hal yang bersifat asing dan yang tidak
diharapkannya.

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah studi


Research Methods
cross-sectional, korelasional, dan eksplorasi.
Research Result Berikut hasil dari penelitian dan pembahasan :
Berdasarkan hasil pengukuran dengan tes HTP, variabel
yang paling dominan dalam instrument HTP adalah
penarikan diri (f=88), kecemasan (f=77), organicity (f=70),
regresi (f = 69), insecurity (f=57), rigidity (f=53) dan
kebutuhan akan rasa aman (f=44). Frekuensi tanggapan di
setiap kategori tematik cluster bisa lebih besar dari jumlah
peserta. Menurut Tabel 2, korelasi yang signifikan secara
statistik ditemukan antara Kategori HTP dengan jumlah
anjing dan kucing. Frekuensi dari pertahanan dan ciri-ciri
kepribadian disfungsional berpengaruh positif dengan
jumlah anjing di tempat tinggal. Dengan itu, ciri-ciri
kepribadian disfungsional berpengaruh negatif dengan
jumlah kucing di kediaman.
Plot sebaran di Gambar 1 menunjukkan korelasi antara ciri-
ciri kepribadian disfungsional kategori dengan jumlah
anjing dan kucing. Apabila semakin banyak anjing di
kediaman, maka semakin besar frekuensi sifat disfungsional
(r=0.41,P=0,026), dan apabilasemakin banyak kucing di
tempat tinggal, maka semakin rendah frekuensi sifat
disfungsional (r= -0,40P=0,032).
 Variabel yang digunakan sangat relevan dengan
fenomena yang sedang terjadi.
 Data yang dipakai jelas dan lengkap.
Article Advantages  Pembahasan yang cukup mudah dimengerti dan rinci.
 Sumber-sumber dan literatur yang digunakan cukup
banyak serta beragam.
 Sususan jurnal yang tertata secara sistematis.
 Identitas jurnal tidak termuat di dalam jurnal.
Lack of Articles
 Tidak ada pemaparan dalam bentuk dokumentasi.
Conclusion Pada bagian kesimpulan peneliti menjelaskan bahwa ciri-
ciri kepribadian yang diperoleh dari hasil tes HTP adalah
penarikan, kecemasan, organik, regresi, kekakuan dan,
kebutuhan akan rasa aman yang mungkin menunjukkan
adanya profil kepribadian dalam sampel ini. Instrumen yang
tepat untuk mengevaluasi karakteristik kepribadian ini
adalah individu karena data yang didapatkan bisa memberi
analisis yang kuat tentang karakteristik utama Gangguan
Penimbunan Hewan. Hasil yang diperoleh peneliti juga
mengindikasikan bahwa Animal Hoarding Disorder sebagai
psikopatologi baru dengan karakteristik sendiri, seperti
penimbunan benda mati. Kerapuhan Diri si penimbun
hewan menunjukkan adanya ikatan afektif yang
dikembangkan melalui “objek dengan kehidupan”, sebagai
cara untuk mengisi kekosongan yang dialami secara
internal, berbeda dari hubungan yang dibangun dengan
objek benda mati.

Anda mungkin juga menyukai