• Qs. Al-anfal (8) ayat 11 yang terjemahannya: “Allah menurunkan kepadamu hujan dari
langit untuk mensucikanmu dengan hujan itu.”
• Hadits riwayat Abu Hurairah Ra., Dia berkata bahwa seorang laki-laki bertanya kepada
Rasulullah SAW, “Ya Rasulallah, kami pernah berlayar dilautan dan membawa sedikit air. Jika
berwudhu dengannya, kami akan kehausan. Bolehkah kami berwudhu dengan air laut?”
Rasulullah SAW bersabda, Laut itu suci airnya dan halal bangkainya. (HR. Imam Hadits yang
lima). Halal bangkainya berarti boleh dimakan binatang yang mati dilaut itu, tanpa harus
menyembelihnya secara syar’i.
• Air suci yang mensucikan yang makruh, yaitu air musyammas. Air Musyammas adalah air
yang dipanaskan dalam bejana logam dengan panas matahari. Menurut sebuah pendapat,
sebab kemakruhannya adalah karena bisa menyebabkan penyakit kusta atau lebih.
• Air suci tapi tidak mensucikan, yaitu air musta’mal dan air yang berubah karena bercampur
dengan benda-benda suci lainnya. Air Musta’mal adalah air yang dipakai untuk
menghilangkan hadats (bekas). Benda-benda suci lainnya berarti benda yang biasanya tidak
dibutuhkan oleh air dan tidak mungkin memisahkannya jika telah bercampur dengan air.
• Air Najis, yaitu air yang bercampur benda najis dan jumlahnya tidak sampai dua qullah, atau
mencapai dua qullah namun berubah. Ukuran dua qullah air kira-kira berjumlah lima ratus
liter Baghdad berdasarkan pendapat paling benar.
• Tidak boleh membuang hajat di tempat terbuka dengan menghadap kiblat atau
membelakanginya. Tidak boleh membuang air kecil maupun air besar di air yang
menggenang, di bawah pohon yang berbuah, di jalanan dan tempat orang berteduh serta
pada lubang. Tidak boleh berbicara ketika buang air kecil maupun air besar. Tidak boleh pula
menghadap matahari dan bulan serta membelakangi keduanya.
Ashar. Awal waktunya adalah ketika bayangan lebih dari bendanya, sedangkan
akhirnya -berdasarkan waktu terpiIih- adalah sampai bayangan benda dua kali
panjangnya. Akan tetapi, boleh mengerjakannya sampai terbenam matahari.
Maghrib. Waktunya hanya satu, yaitu ketika matahari terbenam. Kadarnya kira-kira
adalah kadar adzan, wudhu, menutup aurat, iqamat dan shalat lima rekaat.
lsya'. Awal waktunya adalah apabila mega merah hilang, sedangkan akhirnya - berdasarkan
waktu terpilih- sampai sepertiga pertama malam. Akan tetapi, boleh
mengerjakannya sampai terbit fajar kedua.
Subuh. Awal waktunya adalah ketika terbit fajar kedua, sedangkan akhirnya -sesuai
pendapat yang terpilih- adalah sampai hari terang. Akan tetapi, boleh mengerjakannya
sampai matahari terbit.
Fiqih-7 : Sholat Nawafil
•Syarat wajib shalat ada tiga, yaitu:
1. Islam
2. Baligh
3. Berakal
•Sholat-sholat sunnah yang mengiringi sholat fardhu ada tujuh belas rakaat,
yaitu:
1. Sholat dua rakaat sebelum sholat Subuh
2. Sholat empat rakaat sebelum sholat Dhuhur dan dua rakaat sesudahnya
3. Sholat empat rakaat sebelum sholat Ashar
4. Sholat dua rakaat setelah Sholat Maghrib
5. Sholat tiga rakaat setelah Isya’ itu termasuk sholat witir satu rakaat
•Seseorang boleh mengerjakan shalat dengan tidak menghadap kiblat dalam dua keadaan, yaitu:
1. Ketika rasa takut luar biasa.
2. Ketika mengerjakan shalat sunnah dalam perjalanan di atas kendaraan.